PENDAHULUAN
Patient safety merupakan istilah yang saat ini cukup populer dalam pelayanan
kesehatan. Pasient safety merupakan upaya-upaya pelayanan yang mengutamakan pada
keselamatan pasien. Penekanannya adalah pada pelaporan kejadian yang merugikan pasien,
pencegahan terhadap kesalahan medis dan pencegahan perawatan yang dapat merugikan
kesehatan, serta keselamatan pasien (Blendon, 2002).
Patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera pada
pasien akibat perawatan medis, infeksi nosokomial, dan kesalahan pengobatan yang tidak
seharusnya terjadi. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan prioritas utama dalam
pemberian pelayanan kesehatan dan keperawatan di Rumah Sakit. Perawat yang memberi
asuhan keperawatan selama 24 jam seharusnya memiliki peran penting dalam menjamin
keselamatan pasien. Cedera, kecacatan, bahkan kematian menjadi ancaman masa depan bagi
pasien terutama pasien anak karena mereka belum bisa menyadari dan mengungkapkan
adanya bahaya dari tindakan yang tidak atau salah dilakukan oleh pelayanan kesehatan.
Keperawatan sebagai pelayanan yang profesional harus bertindak dengan didasari oleh ilmu
pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang patient safety. sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan berkualitas dan bermanfaat dalam mencegah insiden kejadian tidak diinginkan
(KTD). Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan keperawatan terhadap
pasien menjadi lebih aman. Perawat merupakan salah satu sumber daya manusia yang sangat
dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang optimal. Berdasarkan hal tersebut, penerapan pasien
safety oleh perawat sangat penting dalam upaya mengurangi insiden kecelakaan kerja pada
pasien.
1
Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan 24 jam yang terus menerus, dengan
jumlah tenaga keperawatan yang begitu banyak, berada di berbagai unit kerja rumah sakit.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat melakukan prosedur dan
tindakan keperawatan yang banyak dan dapat menimbulkan risiko salah begitu besar. Saat ini
sudah ada pelaporan kejadian di rumah sakit, tetapi tidak dianalisis. Perawat dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi
kepada pasien yang berpotensi besar melakukan suatu kesalahan jika tidak mempunyai
tingkat pengetahuan dan kesadaran yang tinggi bahwa tindakan yang dilakukan akan
memberikan efek negatif pada pasien. Salah satu diantaranya adalah dalam pemberian obat.
Perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal merupakan karakteristik perawat yang bersifat bawaan yang
teridentifikasi berupa tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan pengalaman pribadi. Faktor
eksternal yang mempengaruhi perilaku perawat adalah lingkungan seperti pengaruh orang
lain yang dianggap penting atau kepemimpinan, budaya dan sistem organisasi. Faktor ini
sering menjadi faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmojo, 2012).
Faktor eksternal berupa pengaruh orang lain juga dapat menimbulkan sikap perawat terhadap
pelaksaan keselamatan pasien. Perilaku perawat yang tidak menjaga keselamatan pasien
berkontribusi terhadap insiden keselamatan pasien. Perawat yang tidak memiliki kesadaran
terhadap situasi yang cepat memburuk gagal mengenali apa yang terjadi dan mengabaikan
informasi klinis penting yang terjadi pada pasien dapat mengancam keselamatan pasien.
Perilaku yang tidak aman, Lupa, kurangnya perhatian, motivasi, kecerobohan dan kelelahan
berisiko untuk terjadinya kesalahan selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan
memodifikasi perilaku (Choo dkk, 2010).
2
BAB II
Upaya keselamatan pasien merupakan bagian tak terpisahkan dari proses asuhan
keperawatan. Area praktek keperawatan yang berbasis pada keselamatan pasien meliputi :
A. Standar Praktik (Asuhan keperawatan)
1) Assesment (Pengkajian) : Status kesehatan pasien saat ini dan masa lalu serta potensi
resiko (keselamatan pasien).
2) Diagnosa : menetapkan diagnosa/ masalah keperawatan .
3) Planning : Rencana asuhan keperawatan.
4) Implementation : Pelaksanaan asuhan sesuai rencana.
5) Evaluation : evaluasi terhadap respon pasien dan outcome
3
Pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
Tindakan lain (pembedahan, non pembedahan, pemeriksaan klinis dan
penunjang)
d) Identifikasi pasien mencakup 3 detail wajib yaitu Nama pasien, Tanggal lahir/
umur, Nomor rekam medis pasien.
1. Peningkatan Komunikasi Efektif
Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap dan jelas dan dipahami oleh
penerima pesan akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan atau tertulis. Komunikasi yang paling
mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan melalui telepon.
a. Komunikasi secaran lisan dan atau melalui telepon dilakukan dengan metode TBAK :
Penerima perintah menulis perintah ( T )
Penerima perintah membacakan kembali perintah yang ditulis dan
menanyakan kebenaran isi perintah ( BA )
Pemberi perintah memberikan konfirmasi kebenaran perintah yang telah
ditulis dan telah dibacakan kembali tersebut ( K )
Pemberi perintah harus sudah memberikan konfirmasi langsung dengan cara
membubuhkan tanda tangan dalam waktu 24 jam sejak pemberian perintah
b. Komunikasi pelaporan pelayanan dilakukan dengan metode S B A R:
S (SITUATION) : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien
B (BACKGROUND) : Informasi penting apa yang berhubungan dengan
kondisi pasien
A (ASSESMENT) : Hasil pengkajian / penilaian kondisi pasien terkini
R (RECOMMENDATION) : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pasien saat ini.
2. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai
1) Obat yang harus diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan /
kesalahan serius (sentinel event) serta obat yang beresiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) yaitu elektrolit konsentrat + obat-
obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/ NORUM, atau Look Alike Sound Alike / LASA).
4
2) Semua obat High Alert Medication harus memiliki identifikasi dan penandaan khusus
dan dikelola oleh petugas yang kompeten terhadap obat-obat yang dimaksud
(apoteker / tenaga kefarmasian).
3) Tempat penyimpanan obat-obat dalam kelompok ini khususnya elektrolit konsetrat di
Instalasi Farmasi, IRIN, IBS, IRJ, Kamar Bersalin (khususnya magnesium sulfat).
Dimana obat-obat dimaksud diberi tempat tersendiri / khusus.
d. Verifikasi ulang sebelum obat diberikan kepada pasien harus dilakukan meliputi
ketepatan pasien, obat, dosis, waktu serta cara pemberian.
4) Syarat pemberian obat-obat yang perlu diwaspadai adalah mampu melakukan
monitoring efek samping, tersedia protokol pengelolaan efek samping dan tersedia
antidotumnya.
5
belakang, tulang iga) harus dilakukan pemberian “Surgical Site Marking”.
c. Time Out
RS melaksanakan Time Out dalam rangkaian prosedur keselamatan pasien bedah
terstandar yang diadaptasi dari WHO – surgical Safety Checklyst berupa :
- Proses Time Out harus diikuti oleh seluruh anggota tim yang terlibat
dalam prosedur bedah atau prosedur invasive.
- Check list keselamatan bedah harus dilakukan dan dilengkapi untuk
seluruh pasien yang menerima tindakan bedah atau prosedur invasif
lainnya.
- Tindakan Time Out dilakukan sebelum prosedur invasif atau sebelum
dilakukan insisi.
6
Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety Di Rumah Sakit
1. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan susunan
organisasi sebagai berikut: Ketua: dokter, Anggota: dokter, dokter gigi, perawat,
tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.
2. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan
internal tentang insiden.
3. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia.
4. Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan menerapkan
tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
5. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan hasil
dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru
dikembangkan.
1. Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan
pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel)
pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
2. Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan
Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir yang
sudah disediakan oleh rumah sakit.
3. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar penyebab masalah semua
kejadian yang dilaporkan oleh unit kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
merekomendasikan solusi pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan
masalah kepada Pimpinan rumah sakit.
5. Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) setiap terjadinya insiden dan setelah
melakukan analisis akar masalah yang bersifat rahasia.
6. Pimpinan Rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada unit-unit kerja di
rumah sakit, terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja.
7
BAB III
PENUTUP
8
Refrensi
Blendon Robert, J., Chaterine, M. (2002) Views of Practicing Physicians And The Public On
Medical Errors, N Engl J Med, 347(24): 1933-1940.
Buken Erhan, Nuket O B, Bora Nuken. (2004) Obstetric and Gynecologic malpractice in
Turkey: Incidence, Impact, Causes and Prevention, J Clin Forensic Med, 11(5):233-247.
Departemen Kesehatan R.I (2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit.
utamakan keselamatan pasien. Bakit Husada.
Depertemen Kesehatan R.I (2006). Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. (konsep
dasar dan prinsip). Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit Khusus dan
Swasta.
Leanda, K., Singleton, A., Collier, J., Jones, I.R. (2008) Learning not to take it seriously:
junior doctor`s accounts of error, Medical Education, 42:982-990.
Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3.
Weiner, S.J., Alan, S. Rachel, Y., Gordon, D.S., Frences, M.W., Julie, G.& Kevin, B.W.
(2007) Evaluating Physician Performance at individualizing Care: A pilot Study Tracking
Contextual errors in Medical Decision Making, Med Decis Making: 27;726-734.