TINJAUAN TEORI
1. Demam
Demam (febris) adalah meningktanya suhu tubuh (sekitar 38ºC) dalam merespon
infeksi, luka, atau peradangan. Demam adalah salah satu keluhan yang paling sering
dikemukakan, yang terdapat pada berbagai penyakit baik infeksi maupun non infeksi
(Matondang, dkk, 2009).
Demam pada kebanyakan anak disebabkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali
dan demam menghilang sesudah masa yang pendek. Demam adalah peninggian suhu tubuh
dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan
suhu di hipotalamus (Dinarello & Gelfand, 2005). Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-
37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature ≥38,0°C atau
oral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature ≥37,2°C.
2.1.1 Empat Jenis Demam Menurut Kozier, Erb, Berman dan Snyder Tahun 2010:
a) Demam Intermiten
Suhu tubuh berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara periode demam dan periode
normal secara abnormal.
b) Demam Remiten
Terjadi fluktasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari2°C) dan suhu tubuh berada
diatas normal selama 24 jam.
c) Demam Kambuhan
Masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan periode suhu normal
selama 1-2 hari.
d) Demam Konstan
Suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada diatas suhu normal.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam mendadak
2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesi, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda-
tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), dan ruam (purpura). Terkadang
juga ditandai dengan mimisan, berak darah, muntah darah, hingga kesadaran menurun.
Demam bukan DBD adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal
>38°C, diukur pada oral >37,8°C, dan bila diukur melalui aksila >37,2°C. Demam bukan DBD
merupakan demam yangterjadi bukan karena virus dengue. Pada demam bukan DBD ini tidak
terjadi tanda dan gejala seperti yang terjadi pada DBD. Sehingga dapat dikatakan bahwa demam
bukan DBD adalah demam yang umum terjadi pada bayi dan balita ataupun demam yang
disebabkan oleh penyakit lain.
Untuk melakukan klasifikasi dalam demam berdarah dengue harus dilihat dari manifestasi
klinik (tanda dan gejala) yang muncul atau dialami. Klasifikasi demam untuk demam berdarah
dangue menurut MTBS (2011) dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Demam berdarah dengue (DBD)
2. Demam mungkin DBD
3. Demam mungkin bukan DBD
Gejala Klasifikasi
·
- - - Ada tanda-tanda syok atau gelisah, ATAU
· - Muntah bercampur darah/seperti kopi, ATAU
· - Berak berwarna hitam, ATAU
· - Perdarahan dari hidung atau gusi, ATAU DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
· - Bintik-bintik perdarahan di bawah kulit (petekie) dan uji
torniket positif, ATAU
· - Sering muntah
·
- Demam mendadak tinggi dan terus-menerus, ATAU
· - Nyeri ulu hati atau gelisah, ATAU MUNGKIN DBD
· - Bintik-bintik perdarahan di kulit dan uji torniket (-)
ETIOLOGI
Penyebab demam (febris) yang paling sering adalah adanya produksi pirogen
endogen dan pirogen eksogen. Pirogen endogen berasal dari dalam tubuh yang mempunyai
kemampuan merangsang demam dengan mempengaruhi kerja pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Pirogen endogen secara langsung mengubah titik ambang suhu
hipotalamus menghasilkan pembentukan panas dan konservasi demam merupakan salah
satu manifestasi respon yang di hasilkan oleh mekanisme pertengahan hospes yang
ditengahi situkin demam juga sering di sebabkan karena terjadinya suatu infeksi
(Sodikin, 2012). Penyebab yang sering terjadi yaitu karena infeksi saluran pernapasan
atas, otitis media, sinusitis, bronchiolitis, pneumonia, pharyngitis, abses gigi,
ginngivostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis,
bacteremia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi dan Yuliani, 2010).
2.3 PATOFISIOLOGI
Demam sering kali dikaitkan dengan adanya gangguan pada “setpoint” hipotalamus oleh
karena infeksi, alergi,endotoxin, atau tumor (Suriadi dan Yuliani, 2010). Suhu tubuh diatur
oleh hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.
Produksi panas tergantung pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi
melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi. Dalam keadaan normal termostat di
hipotalamus selalu diatur pada set point sekitar 37 ºC, setelah informasi tentang suhu
diolah di hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukan dan
pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set point. Hipotalamus posterior bertugas
meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas. Bila hipotalamus
posterior menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh maka pembentukan
panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot rangka dalam bentuk
menggigil dan pengeluaran panas dikurangi dengan vasokontriksi kulit dan pengurangan
produksi keringat sehing ga suhu tubuh tetap dipertahankan tetap. Hipotalamus anterior
mengatur suhu tubuh dengan cara mengeluarkan panas. Bila hipotalamus anterior menerima
informasi suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh maka pengeluaran panas ditingkatkan
dengan vasodilatasi kulit dan menambah produksi keringat. Umumnya peninggian suhu tubuh
terjadi akibat peningkatan set point. Infeksi bakteri menimbulkan demam karena endotoksin
bakteri merangsang sel PMN untuk membuat pirogen endogen yaitu interleukin-1,
interleukin 6 atau tumor nekrosis faktor.
katabolisme protein
b)Berkeringat
c)Menggigil ringan
Manifestasi Klinis
1)Demam
3)Menggigil
4)Berkeringat
8)Petechiae
e.Penatalaksanaan
1)Pemberian antipiretik
2)Melakukan kompres
3)Memakai pakaian yang tipis agar panas dapat keluar dengan cepat
f.Komplikasi
sebagai berikut :
2)Terjadi kejang
6) Kehilangan kesadaran
7) Muntah-muntah
1.Pengertian
Menajemen kebidanan adalah metode atau bentuk pendekatan yang digunakan bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah-langkah dlam manajemen kebidanan
merupakan alur pikir bidan dalam memecahkan masalah atau pengambilan keputusan klinis
(Jannah, 2011).
a. Langkah I : Pengkajian
(Data Subyektif)
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara langsung kepada pasien atau
keluarga pasien (Matondang, dkk, 2009).
a)Identitas
Adalah data bagian yang diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar
anak yang dimaksud sehingga tidak sampai terjadi kekeliruan dengan anak yang lain
(Matondang, dkk, 2009). Identitas tersebut meliputi :
Diperlukan untuk memastikan identitas pasien yang diperiksa. Nama harus jelas,
lengkap (nama depan, nama tengah (bila ada), nama keluarga, dan nama panggilan
akrabnya (Matondang, dkk, 2009).
(2) Umur
Umur balita / anak disesuaikan dengan tanggal lahir, bisa dilihat pada KMS atau kartu
pemeriksaan lainnya , dikaji untuk menentukan periode anak yang dihubungkan dengan
morbiditas dan pemeriksaan klinis (Matondang, dkk, 2009).
(3)Jenis kelamin
Identitas seks (sex-linked) pasien yang diperlukan juga untuk penilaian data pemeriksaan
klinis (Matondang, dkk, 2009).
(4)Anak ke
(5)Nama Orangtua
Nama orangtua ditulis dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain (Matondang,
dkk, 2009).
(6)Umur Orangtua
Umur orangtua dikaji untuk menentukan cara pendekatan dalam menjelaskan informasi
kesehatan (Matondang, dkk, 2009).
(7)Agama
Pekerjaan orang tua dikaji untuk menentukan cara pendekatan dalam penentuan
perawatan anak / balita dan jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan yang
berhubungan dengan pembiayaan Umur orangtua dikaji untuk menentukan cara
pendekatan dalam menjelaskan informasi kesehatan (Matondang, dkk, 2009).
(10) Alamat
Menunjukkan dimana pasien tinggal, hendaknya alamat ditulis dengan jelas dan lengkap
(Matondang, dkk, 2009)
(2)Keluhan Utama
Keluhan utama adalah alasan orang tua membawa anaknya untuk mencari layanan
kesehatan (Muscari, 2005). Keluhan utama juga bisa berupa gejala atau keluhan yang
terjadi pada pasien (Matondang, dkk, 2009). Pada kasus febris keluhan yang dirasakan balita
biasanya adalah rewel, susah minum, nafsu makan berkurang (Aden, 2010).
a)Imunisasi
Dikaji untuk memperoleh gambaran berbagai penyakit bawaan dan penyakit keturunan seperti
terdapat riwayat hipertensi, riwayat kembar dan penyakit seperti TBC, Hepatitis, jantung
dan lain-lain (Matondang, dkk, 2009).
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang lalu yang mungkin berhubungan dengan penyakit
yang dialami untuk membantu dalam pembuatan diagnosis (Matondang, dkk, 2009).
Dikaji untuk mengetahui apakah anak mengalami gejala tambahan selain dari
penyakit sekarang yang diderita (Matondang, dkk, 2009).
e) Riwayat sosial
Pengkajian untuk mengetahui siapa yang mengasuh dan pola asuh dikeluarga, sosialisasi
dengan teman sebaya, keadaan lingkungan rumah yang dihubungkan dengan perjalanan
penyakit untuk membantu diagnosis dan penatalaksanaan (Muscari, 2005).
a)Pola Nutrisi
Dikaji tentang makanan yang dikonsumsi anak, baik sebelum sakit maupun selama sakit
untuk menentukan pemenuhan kebutuhan nutrisi (Matondang, dkk, 2009). Pada kasus
balita dengan febris anak susah makan dan minum (Aden, 2010).
b)Pola Istirahat atau tidur
Untuk mengetahui berapa lama anak tidur siang dan malam, dan barang-barang penyerta
tidur untuk mengoptimalkan pola istirahat pada anak (Muscari, 2005).
c)Pola Hygiene
Untuk mengetahui bagaimana cara menjaga kebersihan pada anak seperti berapa kali mandi
dalam sehari (Muscari, 2005)
d)Pola Aktivitas
Pengkajian mengenai jenis dan kesukaan dalam bermain, lama waktu bermain (Muscari,
2005).
e)Pola eliminasi
Pengkajian tentang kebiasaan BAB dan BAK pada anak (Matondang, dkk, 2009).
2)Pemeriksaan Fisik
Data obyektif adalah data yang dapat di observasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam,
2013).
Keadaan atau kesan saat sakit, meliputi ekspresi, atau wajah pasien (Matondang, dkk,
2009).
b)Kesadaran
(1)Denyut Nadi
Menilai frekuensi atau laju nadi, irama, isi atau kualitas serta ekualitas nadi. Pada kasus
anak dengan febris terjadi takikardia yaitu laju denyut nadi yang lebih cepat dari normal
(Matondang, dkk, 2009).
(2)Pernafasan
Menilai laju pernafasan, irama atau keteraturan, kedalaman dan tipe atau pola pernafasan.
Pada kasus balita dengan febris terjadi pernafasan yang lebih cepat dari normal
(Matondang, dkk, 2009)
(3)Suhu
Suhu dapat meningkat apabila anak menangis, setelah makan, setelah bermain dan
ansietas atau terjadi kecemasan (Matondang, dkk, 2009). Pada kasus balita dengan febris
suhu diatas normal yaitu temperatur rektal > 380C, pengukuran melalui aksila > 37,5
0C (Kania, 2007)
Antropometri
(1)Lingkar Kepala
Untuk mengetahui pertumbuhan otak (normal sentil ke-5 sampai sentil ke-95 atau -2SB
sampai +2SB) (Matondang, dkk, 2009).
(2)Lingkar dada
(3)Panjang badan
Untuk mengetahui status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak (Matondang, dkk, 2009).
(4)Berat badan
Untuk menilai apakah ada masalah dalam pemenuhan nutrisi pada anak (Matondang, dkk,
2009).
3)Pemeriksaan Sistematis
c)Muka : Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan atau tidak, pucat atau menahan sakit,
d)Leher : Kaji kelenturan dan rentang gerak, apakah ada pembengkakan kelenjar thyroid.
e)Mata : Kaji ketajaman penglihatan, lakukan pemeriksaan internal dan eksternal pada mata.
h)Mulut : Kaji erupsi gigi dan kondisi jusi, vivir, gigi geligi, palatum, tonsil, lidah, dan mukosa
bukal.
j)Perut : Kaji penampakan umbilicus, bentuk, bising usus, adanya massa, adanya nyeri tekan,
adanya asites
k)Anogenital :
(2)Laki-laki
a)Motorik Kasar
b)Motorik Halus
c)Sosial Emosional
d)Pertumbuhan fisik
2)Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendukung pemeriksaan yang tak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik yang
meliputi pemeriksaan laboratorium serta terapi (Matondang, dkk, 2009). Pada kasus
febris pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan hematologi
(pemeriksaan darah) diperlukan jika demam pada anak lebih dari tiga hari (Sodikin, 2012).
1)Diagnosa kebidanan
Data Dasar :
Data Subyektif :
berkurang
Data Obyektif :
(b)Kesadaran : ...
(c)Tanda-tanda vital :
Nadi : kali/menit,
respirasi : kali/menit,
Suhu : ºC
(d) BB Sebelum sakit : kg
BB selama sakit : kg
(e)Panjang badan : cm
(f)Lingkar kepala : cm
(g)Lingkar dada : cm
(h)LLA : cm
(i)Ekstremitas :
2. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang muncul dan bisa juga berkaitan dengan keadaan klien
(Varney, 2006). Kasus balita dengan febris masalah yang timbul adalah balita susah
minum dan nafsu makan berkurang (Aden, 2010).
3)Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosa dan masalah (Varney, 2006). Kebutuhan pada balita dengan febris adalah
memberikan cairan oral yang adekuat serta peningkatan pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk
balita (Suriadi dan Yuliani, 2010).
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan masalah dan diagnose kebidanan
saat ini yang dialami klien (Varney, 2006). Pada kasus balita dengan febris diagnosa
potensial terjadi kejang demam (Sodikin, 2012)
d.Langkah IV : Antisipasi
Mengdentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
melakukan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, dan persiapan terhadap semua
keadaan yang mungkin muncul untuk keselamatan jiwa balita dengan melakukan
kolaborasi dan konsultasi dengan dokter (Varney, 2006). Pada kasus balita dengan
febris kolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak dalam pemberian antipiretik yaitu paracetamol
syrup 120mg/5ml 3x1 maksimal pemberian 6 kalidalam sehari (Sodikin, 2012).
e.Langkah V : Perencanaan
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yangtelah diidentifikasi
atau diantisipasi dan juga merupakan pengembangan perencanan asuhan menyeluruh
yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya (Varney, 2006).
1)Pemberian antipiretik yaitu paracetamol syrup 120mg/5ml 3x1 maksimal pemberian 6 kali
dalam sehari
3)Memakai pakaian yang tipis agar panas dapat keluar dengan cepat
4)Memberikan anak banyak minum untuk mencegah dehidrasi Sedangkan penatalaksanaan
demam menurut Suriadi dan Yuliani (2010) adalah sebagai berikut :
f.Langkah VI : Penatalaksanaan
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh, bisa dilakukan oleh bidan atau tim
kesehatan yang lain (Varney, 2006).
Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana asuhan tersebut yang meliputi pemenuhan
kebutuhan benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa
(Varney, 2006). Hasil evaluasi yang diharapkan menurut Suriadi dan Yuliani (2010) :
2)Panas turun
Data perkembangan
O :Obyektif
A :Assessment
1.Diagnosa /masalah
2.Antisipasi
3.Perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter, konsultasi/ kolaborasi dan atau tujuan
sebagai langkah 2,3 dan 4 Varney
P: Menggambarkan dokumentasi tingkatan (I) dan
Evaluasi
Varney.