Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan komponen penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab
hanya dengan berkomunikasi, seseorang bisa menyampaikan apa yang ada dalam
pikirannya kepada orang lain. Baik itu untuk menyampaikan informasi maupun untuk
mendapatkan informasi dan semacamnya. Dalam bidang keperawatan, komunikasi juga
mutlak diperlukan. Salah satunya komunikasi antara perawat dengan pasiennya. Dalam
bidang keperawatan, komunikasi merupakan metode utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk
memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik. Komunikasi yang dijalin oleh
perawat dengan pasiennya dalam proses keperawatan ini disebut dengan komunikasi
terapeutik. Komunikasi terapeutik dalam keperawatan bukan hanya sekedar komunikasi
biasa, komunikasi ini dilakukan oleh perawat untuk membantu atau mendukung proses
penyembuhan pasien. Salah satunya adalah komunikasi terapeutik pada pasien dengan
gangguan penglihatan yang diakibatkan penggunaan softlens yang tidak benar.
Mata merupakan organ penglihatan penglihatan yang sangat penting. Namun
kenyataannya, di Indonesia tidak sedikit yang terganggu matanya atau bahkan
menderita kebutaan. Penyakit atau gangguan pada mata ini selain karena degenerasi,
yakni makin tinggi usia seseorang akan meningkatkan gangguan pada mata, tetapi
gangguan pada mata juga disebabkan oleh hal-hal lain, seperti pola makan yang kurang
benar, lingkungan hidup, kebiasaan mereka, ras atau keturunan dan juga genetik. (
Damayanti, 2018)
Salah satu gangguan mata adalah iritasi konjungtiva pada mata yang disebabkan
oleh kebiasaan hidup masyarakat yang gemar menggunakan softlens. penggunaan lensa
kontak (softlens) dalam beberapa bulan terakhir ini tercatat penjualan melebihi 131 juta
buah lensa kontak di Asia, terutama di Taiwan dan Korea. Di Taiwan saja setiap
bulannya terjadi penjualan 14,5 juta lensa kontak. Meski begitu nilai penjualan tertinggi
ada di Korea, diikuti dengan Singapura, Malaysia, Thailand, Hongkong, China dan
Indonesia. Pengguna lensa kontak memang berpotensi terinfeksi bakteri, jamur, atau
mikroba lainnya apabila digunakan tanpa memperhatikan aspek kebersihan dan
petunjuk penggunaan. Kasus keluhan paling banyak terjadi adalah konjungtivitis akibat
ketidak patuhan pasien dalam menggunakan lensa kontak. Menurut salah satu dokter
spesialis mata dari Graha Amerta RSUD dr Soetomo, dari Hendrian D. Soebagyo., Spm
mengaku, khusus untuk pasien yang ditanganinya sedikitnya terdapat 50% pasien yang
mengalami gangguan mata karena lensa kontaknya terkontaminasi oleh amoeba.
Sedang 1% pasien mengalami gangguan berat hingga menyebabkan kebutaan
permanen.(Setianingsih, 2017)
Sehingga dengan adanya peran perawat dalam komunikasi terapeutik pada
pasien konjungtivitis diharapkan dapat membantu pasien lebih berhati-hati dalam
menggunakan benda pada mata. Jika memang tidak diperlukan lebih baik tidak
digunakan untuk menghindari hal-hal berbahaya yang tidak diinginkan.

.
Dapus
1. Damayanti, Desna. 2018.pentingnyamenjagakesehatanmata.
Setianingsih, W. (2017). ( SOFT LENS ) DALAM PERAWATAN KESEHATAN MATA DI
SMKN 3 KOTA BLITAR ( The Behavior of Adolescents with Contact Lens ( Soft Lens ) in
the Eye Health Care in SMKN 3 Blitar City ). 3, 218–223.
https://doi.org/10.26699/jnk.v4i3.ART.p218-223
2.

Anda mungkin juga menyukai