Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGANTAR STRUKTUR ALJABAR

DASAR – DASAR GRUP


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Strukutur Aljabar
Dosen Pengampu :

Indah Mayasari, M.Pd

Disusun Oleh :

Dede Minhatul Maulia 20158300161

Brigita Erlinda M. 20158300027

Farid Abdillah 20158300376

Gilang Fadhil Fikri 20158300233

Pipit Pitriani 20158300172

Thiya Destary 20158300124

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


KUSUMA NEGARA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah “Dasar – Dasar Grup“ pada
mata kuliah Pengantar Struktur Aljabar bisa selesai pada waktunya.
Kepada Ibu Indah Mayasari, M.Pd selaku dosen yang telah memberikan tugas terstruktur
berupa makalah mengenai “Dasar – Dasar Grup” dan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, penulis ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilapan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan supaya pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangan
untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Jakarta, 22 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latarbelakang ............................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Grup ........................................................................................................... 3

a. Grup Simetri ....................................................................................................... 3

b. Grup Abelian ...................................................................................................... 4

B. Ordo Grup ................................................................................................................ 6

C. Subgrup .................................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perkalian matriks,


penjumlahan matriks, dan sebagainya. Operasi-operasi tersebut dilakukan dalam suatu
himpunan, seperti himpunan semua bilangan bulat, himpunan semua bilangan real,
himpunan semua matriks 2x2 atas bilangan real, dan sebagainya. Pandang himpunan semua
bilangan bulat ℤ = − − − {..., 3, 2, 1, 0, 1, 2, 3,...} dan operasi penjumlahan “+”. Dengan
mudah dapat diketahui bahwa himpunan ℤ terhadap operasi “+” berlaku sifat-sifat berikut
ini: 1. Apabila diambil sebarang dua bilangan bulat, maka hasil penjumlahan kedua
bilangan bulat tersebut juga merupakan bilangan bulat, sehingga operasi penjumlahan pada
himpunan semua bilangan bulat bersifat tertutup, yaitu (∀ ∈ + ∈ a b a b , ℤ ℤ ) . 2. Apabila
diambil sebarang tiga bilangan bulat a b c , , ∈ℤ, maka hasil penjumlahan a b + kemudian
hasilnya dijumlahkan dengan c akan sama hasilnya dengan a dijumlahkan dengan hasil
penjumlahan b c + , atau operasi penjumlahan pada himpunan semua bilangan bulat bersifat
assosiatif, yaitu (∀ ∈ + + = + + a b c a b c a b c , , ℤ)( ) ( ) . 3. Di dalam himpunan semua
bilangan bulat, terdapat suatu bilangan yang apabila dijumlahkan dengan sebarang
bilangan bulat akan menghasilkan bilangan bulat itu sendiri, suatu bilangan tersebut adalah
bilangan nol. Jadi, terhadap operasi penjumlahan, himpunan semua bilangan bulat
mempunyai elemen identitas terhadap penjumlahan, yaitu (∃ ∈ ∀ ∈ + = + = 0 0 0 ℤ ℤ )( a
a a a ) . 4. Apabila diambil sebarang bilangan bulat a, maka selalu dapat ditemukan suatu
bilangan bulat sehingga kedua bilangan bulat tersebut apabila dijumlahkan menghasilkan
elemen identitas yaitu 0. Suatu bilangan bulat tersebut adalah −a . Jadi, setiap bilangan
bulat mempunyai invers terhadap operasi penjumlahan, yaitu (∀ ∈ ∃− ∈ + − = − + = a a a
a a a ℤ ℤ )( ) ( ) 0 .

1
2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat kami rumuskan
permasalahan yang akan dibahas didalam makalah ini, yaitu;

1) Apa yang di maksud dengan grup ?


2) Apa yang dimaksud dengan orde suatu grup?
3) Apa yang dimaksud dengan sub grup ?

C. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan makalah ini sebagaimana masalah yang telah penulis rumuskan,
penulis memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1) Memahami pengertian grup dan cara penerapannya.


2) Memahami orde suatu grup dan cara penerapannya.
3) Memahami sub grup dan cara penerapannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Grup
Grup merupakan struktur aljabar dengan satu operasi biner.Himpunan bagian dari Grup
yang merupakan Subgrup, serta menentukan orde suatu Grup. Himpunan tak-kosong 𝐺
dikatakan grup jika dalam 𝐺 terdapat operasi biner yang dinyatakan dengan "∗ ", sedemikian
sehingga menurut Herstein (1975: 28):
1. Untuk setiap 𝑎, ∈ 𝐺 mengakibatkan 𝑎 ∗ 𝑏 ∗ 𝑐 = 𝑎 ∗ 𝑏 ∗ 𝑐 (sifat assosiatif)
2. Terdapat suatu elemen 𝑒 ∈ 𝐺 sedemikian sehingga 𝑎 ∗ 𝑒 = 𝑒 ∗ 𝑎 = 𝑎 untuk setiap 𝑎 ∈
𝐺 (𝑒 adalah elemen identitas di 𝐺).
3. Untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺, terdapat suatu elemen 𝑎 -1 ∈ 𝐺 sedemikian sehingga 𝑎 ∗ 𝑎 -1 =

𝑎 -1* 𝑎 = 𝑒 (𝑎-1 adalah invers dari 𝑎 di 𝐺).

Contoh:
ℤ adalah himpunan bilangan bulat, (ℤ, +) adalah grup karena berlaku:
1. Untuk setiap 𝑎, ∈ ℤ maka (𝑎 + 𝑏) ∈ ℤ. Jadi, operasi + adalah operasi biner pada ℤ atau
dengan kata lain, operasi + tertutup di ℤ.
2. Untuk setiap 𝑎, , ∈ ℤ maka 𝑎 + 𝑏 + 𝑐 = 𝑎 + 𝑏 + 𝑐. Jadi, ℤ dengan operasi +
(penjumlahan) memenuhi sifat assosiatif.
3. Terdapat elemen identitas yaitu 0 ∈ ℤ sedemikian sehingga 𝑎 + 0 = 0 + 𝑎 = 𝑎, untuk
setiap 𝑎 ∈ ℤ.
-1
4. Untuk setiap 𝑎 ∈ ℤ terdapat 𝑎 yaitu (−𝑎) ∈ ℤ sedemikian sehingga 𝑎 + −𝑎 = −𝑎 +
𝑎 = 0 Elemen (−𝑎) adalah invers dari 𝑎. Karena himpunan ℤ dengan operasi +
(penjumlahan) memenuhi aksioma-aksioma grup, maka (ℤ, +) adalah grup.

a. Grup Simetri
 Definisi 1:

3
4

Misalkan S suatu himpunan berhingga yang banyak elemennya adalah n. suatu


pemetaan satu-satu dari S ke S sendiri disebut suatu permutasi dari elemen-elemen S.
Banyaknya elemen dari S merupakan tingkat permutasi itu sendiri.

 Definisi 2:
Misalkan A adalah suatu himpunan berhingga dan S(A) adalah himpunan semua
pemetaan bijektif dari himpunan A pada dirinya sendiri, maka komposisi pemetaan <
S(A), o > adalah merupakan grup permutasi.

 Definisi 3:
Grup dari semua permutasi dari himpunan unsur disebut Grup Simetris berderajat n
dan dinyatakan dengan (Sn, o).
Order dari Sn adalah n! dan bilan > 2 dimana n bilangan bulat positif, maka Sn tidak
komutatif.

Dalam konteks yang lebih luas, grup simetris merupakan bagian dari grup
transformai. Ketika kita mengetahui struktur matematika yang kita alami, kita dapat
mengetahui pemetaan dari struktur itu.

Contoh:
Misalkan f dan g dua permutasi yang didefinisikan sebagi berikut:
𝟏 𝟐 𝟑𝟒 𝟓 𝟔 𝟏 𝟐 𝟑𝟒 𝟓 𝟔
f=( ) dan g = ( )
𝟐 𝟏 𝟓𝟑 𝟔 𝟒 𝟑 𝟏 𝟐𝟓 𝟔 𝟒
tentukan f o g dan g o f serta tentukan orbit dan siketnya!
Penyelesaian :
𝟏 𝟐 𝟑𝟒 𝟓 𝟔
fog=( )
𝟓 𝟐 𝟏𝟔 𝟒 𝟑
Orbitnya = (1 5 4 6 3)
Sikelnya = 1
𝟏 𝟐 𝟑𝟒 𝟓 𝟔
gof=( )
𝟏 𝟑 𝟔𝟐 𝟒 𝟓
Orbitnya = (2 3 6 5 4)
Sikelnya = 1
5

Urutan baris pertama dapat diubah asal bayangan masing-masing anggota tetap, dan akan
menghasilkan permutasi (simetri yang sama)
Contoh:
𝟏 𝟐 𝟑𝟒 𝟓 𝟔 𝟏 𝟒 𝟔 𝟐 𝟑 𝟓 𝟐 𝟏 𝟒 𝟔 𝟑 𝟓
( )=( )=( )
𝟐 𝟏 𝟓𝟑 𝟔 𝟒 𝟐 𝟑 𝟒 𝟐 𝟓 𝟔 𝟏 𝟐 𝟑 𝟒 𝟓 𝟔

b. Grup Abelian (komutatif)


Grup (𝐺,∗) dikatakan abelian (komutatif) jika untuk setiap 𝑎, ∈ 𝐺 berlaku 𝑎
∗ 𝑏 = 𝑏 ∗ 𝑎 (Arifin, 2000: 36).
Contoh:
Misalkan 𝑚 sembarang bilangan bulat tertentu dan misalkan 𝐺 = {𝑚 ⋅ 𝑎 ∶ 𝑎 ∈ ℤ } adalah
himpunan semua perkalian bilangan bulat dengan bilangan bulat tertentu 𝑚. Maka 𝐺
adalah grup abelian dengan operasi + (penjumlahan). Himpunan 𝐺 dengan operasi
+ (penjumlahan) menurut Raisinghania dan Aggarwal (1980: 34-35) memenuhi :
1 . Jika 𝑚 ⋅ 𝑎 dan 𝑚 ⋅ 𝑏 adalah dua elemen sembarang dari 𝐺 maka 𝑚 ⋅ 𝑎 + 𝑚 ⋅ 𝑏 = 𝑚 ⋅
𝑎 + 𝑏 Karena 𝑎, ∈ ℤ maka (𝑎 + 𝑏) ∈ ℤ. Akibatnya 𝑚 ⋅ (𝑎 + 𝑏) = 𝑚 ⋅ 𝑎 + 𝑚 ⋅ 𝑏 adalah
perkalian bilangan bulat (𝑎 + 𝑏) dengan 𝑚, sehingga 𝑚 ⋅ 𝑎 + 𝑚 ⋅ 𝑏 ∈ 𝐺. Jadi, 𝐺 tertutup
terhadap operasi + (penjumlahan).
2 . Jika 𝑚 ⋅ 𝑎, ⋅ 𝑏, ⋅ 𝑐 ∈ 𝐺 maka:
𝑚⋅𝑎+𝑚⋅𝑏 +𝑚⋅𝑐 = 𝑚⋅ 𝑎+𝑏+𝑚⋅𝑐
=𝑚⋅𝑎+𝑏 +𝑐
= 𝑚 ⋅ 𝑎 + 𝑏 + 𝑐 [keassosiatifan penjumlahan bilangan bulat]
= 𝑚 ⋅ 𝑎 + 𝑚 ⋅ 𝑏 + 𝑐 [hukum distributive perkalian terhadap
penjumlahan]
= 𝑚 ⋅ 𝑎 + {𝑚 ⋅ 𝑏 + 𝑚 ⋅ 𝑐}
Jadi, penjumlahan assosiatif di 𝐺.
3. Terdapat 0 ∈ ℤ sedemikian sehingga 𝑚 ⋅ 0 = 0 ∈ 𝐺, untuk sembarang elemen 𝑚 ⋅ 𝑎
dari 𝐺,
 𝑚⋅0+𝑚⋅𝑎 =𝑚 0+𝑎 [hukum distributif]
=𝑚⋅𝑎 [jadi, 0 + 𝑎 = 𝑎]
 𝑚⋅𝑎+𝑚⋅0=𝑚⋅ 𝑎+0 [hukum distributif]
6

=𝑚⋅𝑎 [jadi, 0 + 𝑎 = 𝑎]
Jadi, 𝑚 ⋅ 0 + 𝑚 ⋅ 𝑎 = 𝑚 ⋅ 𝑎 + 𝑚 ⋅ 0 = 𝑚 ⋅ 𝑎, ∀𝑚 ⋅ 𝑎 ∈ 𝐺
4. Jika 𝑚 ⋅ 𝑎 adalah sembarang elemen di 𝐺, maka 𝑎 adalah bilangan bulat dan begitu
juga - 𝑎 dan oleh sebab itu 𝑚 ⋅ - 𝑎 adalah elemen 𝐺,
𝑚⋅ -𝑎 +𝑚⋅𝑎 =𝑚⋅𝑎+𝑚⋅ -𝑎 = 𝑚⋅0=0
Jadi, setiap elemen 𝑚 ⋅ 𝑎 di 𝐺 mempunyai invers penjumlahan yaitu 𝑚 ⋅ - 𝑎 di 𝐺.
5. Jika 𝑚 ⋅ 𝑎 dan 𝑚 ⋅ 𝑏 adalah dua elemen sembarang dari 𝐺 maka
 𝑚⋅𝑎+𝑚⋅𝑏 =𝑚⋅ 𝑎+𝑏 [distributif perkalian terhadap penjumlahan]
= 𝑚 ⋅ 𝑏 + 𝑎 [kekomutatifan penjumlahan bilangan bulat]
=𝑚⋅𝑏+𝑚⋅𝑎
Jadi, penjumlahan komutatif di 𝐺. Jadi, (𝐺, +) adalah grup abelian.

B. Orde Grup
Misalkan G adalah suatu Grup dan a ∈ G, a merupakan unsur atau anggota atau elemen
dari Grup. Unsur dari grup ini dapat membentuk atau membangun suatu Subgrup, jumlah dari
unsur suatu Grup atau Subgrup tersebut disebut orde.

 Definisi 1 :
Misalkan (G,*) adalah suatu Grup. Banyaknya unsur-unsur dari Grup (G,*) disebut orde
dari Grup (G,*), dilambangkan dengan |G|. (G,*) disebut Grup hingga bila |G| terhingga
(finite) dan disebut Grup tak hingga bila |G| tak hingga.

 Definisi 2:
Orde dari suatu unsur a dalam suatu Grup (G,*) adalah bilangan bulat positif terkecil n,
sedemikian hingga an = e (e = 1, untuk perkalian) dan na = e (e = 0, untuk penjumlahan).
Bila tidak ada bilangan seperti n tersebut, maka orde dari unsur tersebut tak hingga.

Contoh :
Orde dari Grup G = {0, 1, 2, 3, 4, 5} adalah 6 dan orde dari Subgrup H = {0, 2, 4} adalah 3.
7

Contoh :
Tentukan Subgrup dari Grup (Z4,+) dan tentukan orde dari masing-masing Subgrup.
Penyelesaian :
Grup Z4 = {0, 1, 2, 3}, orde dari Grup |Z4| = 4. Subgrup dari unsur-unsur Z4 adalah :
Misal n = 0, 1, 2, 3 dan Ha = {na, n ∈ Z4)
 a = 0, dan H0 = {0} sehingga |H0| = 1
 a = 1, dan H1 = {1, 2, 3, 0} , sehingga |H1| = 4
 a = 2, dan H2 = {2, 0} sehingga |H2| = 2
 a = 3, dan H3 = {3, 2, 1, 0} sehingga |H3| = 4

C. Subgrup
Sub himpunan tak-kosong 𝐻 dari suatu grup 𝐺 dikatakan subgrup dari 𝐺 jika 𝐻
membentuk grup terhadap operasi yang sama pada grup 𝐺 (Herstein, 1975:37).
Herstein (1975: 37) menyatakan dalam sebuah teorema bahwa suatu sub himpunan tak-
kosong 𝐻 dari grup 𝐺 adalah subgrup dari grup 𝐺 jika dan hanya jika menurut Herstein
(1975: 38) berlaku:
1. 𝑎, ∈ 𝐻 maka 𝑎 ∗ 𝑏 ∈ 𝐻

2. 𝑎 ∈ 𝐻 maka 𝑎−1 ∈ 𝐻

Bukti:
Untuk membuktikan teorema tersebut, perlu dibuktikan kondisi perlu dan cukup bagi
subgrup. Kondisi perlu bagi subgrup adalah jika 𝐻,∗ ≤ (𝐺,∗) maka ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐻 berlaku 𝑎

∗ 𝑏 ∈ 𝐻 dan 𝑎−1 ∈ 𝐻. Sedangkan kondisi cukup bagi subgrup adalah jika 𝐻 ⊆ 𝐺, ≠

∅ dan 𝑎 ∗ 𝑏−1 ∈ 𝐻 maka 𝐻,∗ ≤ (𝐺,∗).

Kondisi perlu:

𝐻,∗ ≤ (𝐺,∗) maka ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐻 berlaku 𝑎 ∗ 𝑏 ∈ 𝐻 dan 𝑎−1 ∈ 𝐻.


Diketahui 𝐻,∗ ≤ (𝐺,∗) maka 𝐻 adalah sebuah grup, sehingga memenuhi aksioma-
aksioma grup yaitu untuk setiap 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐻, maka berlaku sifat assosiatif, 𝐻 memuat
elemen identitas, dan 𝐻 memuat invers dari setiap elemennya. Akan ditunjukkan bahwa
8

untuk setiap 𝑎, , ∈ 𝐻 berlaku 𝑎 ∗ 𝑏 ∈ 𝐻 dan 𝑎 −1 ∈ 𝐻. Karena 𝐻 adalah grup. Karena


𝐻 grup maka berlaku sifat ketertutupan yaitu untuk setiap 𝑎, ∈ 𝐻 maka 𝑎 ∗ 𝑏 ∈ 𝐻 dan 𝐻

juga memuat invers dari setiap elemennya yaitu 𝑎 −1 , −1 ∈ 𝐻. Karena 𝑎 −1 , −1 ∈ 𝐻 maka

berlaku 𝑎 ∗ 𝑏−1 ∈ 𝐻 atau 𝑎−1 ∗ 𝑏 ∈ 𝐻 (sifat tertutup terhadap operasi " ∗ "). Jadi kondisi
perlu bagi subgrup telah terpenuhi.

Kondisi cukup:

Diketahui 𝐻 ⊆ 𝐺, ≠ ∅ dan 𝑎 ∗ 𝑏 −1 ∈ 𝐻 Akan ditunjukkan bahwa 𝐻,∗ ≤ (𝐺,∗) 𝐻 adalah


sub himpunan dari 𝐺 yang memenuhi (1) dan (2). Untuk menunjukkan bahwa 𝐻 subgrup
perlu ditunjukkan bahwa 𝑒 ∈ 𝐻 dan bahwa berlaku sifat assosiatif untuk semua elemen
dari 𝐻. Karena sifat assosiatif berlaku di 𝐺, maka hal ini juga terpenuhi untuk sub himpunan
-1 -1
dari 𝐺 yaitu 𝐻. Jika 𝑎 ∈ 𝐻, menurut (2), 𝑎 ∈ 𝐻 dan dengan (1), 𝑒 = 𝑎 ∗ 𝑎 ∈ 𝐻.
Sehingga kondisi cukup bagi subgrup terpenuhi Sehingga teorema terbukti.

Contoh :
Misal 𝐺 grup bilangan bulat terhadap operasi + (penjumlahan), 𝐻 sub himpunan yang
terdiri dari kelipatan 5. Maka 𝐻 adalah subgrup dari grup 𝐺. Subgrup yang terdiri dari
identitas saja atau semua elemen suatu grup disebut subgrup trivial. Sedangkan subgrup
selain identitas dan semua elemen suatu grup disebut subgrup sejati.
BAB III

KESIMPULAN

 Suatu Grup dikatakan Grup Komutatif atau Grup Abelian jika memenuhi syarat-syarat dari
Grup dan mempunyai sifat Komutatif.
 (H,*) dikatakan Subgrup dari Grup (G,*), bila memenuhi langkah

langkah sebagai berikut :

a. Harus ditunjukan bahwa H ⊆ G

b. Harus ditunjukan bahwa (H,*) merupakan suatu Grup Dengan kata lain, (G,*) adalah
suatu Grup dan H ⊆ G. (H,*) dikatakan Subgrup dari (G,*), jika (H,*) adalah suatu Grup
terhadap operasi yang ada dalam (G,*).

 Misalkan (G,*) adalah suatu Grup. Banyaknya unsur-unsur dari Grup (G,*) disebut orde
dari Grup (G,*), dilambangkan dengan |G|. (G,*) disebut Grup hingga bila |G| terhingga
(finite) dan disebut Grup tak hingga bila |G| tak hingga.
 Orde dari suatu unsur a dalam suatu Grup (G,*) adalah bilangan bulat positif terkecil n,
sedemikian hingga an = e (e = 1, untuk perkalian) dan na = e (e = 0, untuk penjumlahan).
Bila tidak ada bilangan seperti n tersebut, maka orde dari unsur tersebut tak hingga.

9
10

DAFTAR PUSTAKA

http://etheses.uin-malang.ac.id/7034/1/07610021.pdf

https://www.academia.edu/22549551/Aljabar_Abstrak_I_Bab

http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_1021032.pdf

https://www.slideshare.net/mobile/sholihalovessmnnclalu/grup-simetri-dan-grup-siklik

Anda mungkin juga menyukai