Uji Kandungan Bahan Organik Tanah
Uji Kandungan Bahan Organik Tanah
Kandungan bahan organic dalam tanah sangat penting perannya. Semakin tinggi kandungan bahan organiknya
maka semakin subur pula tanah tersebut. Bahan organic tanah dihasilkan dari proses biologis bagian tanaman /
mahluk hidup yang mati kemudian di urai oleh bakteri (mikroorganisme tanah) untuk menjadi unsur yang dapat di
pergunakan oleh tanaman tanpa mencermari tanah dan air. Mikroorganisme tanah inilah yang amat penting dalam
pembentukan bahan organic penyedia unsur hara utama seperti Nitrogen, Phospor, maupun Kalium dan unsur-
unsur mikro lainya. Tanah yang baik adalah tanah yang memiliki kandungan bahan organic lebih tinggi dari
anorganik.
http://gbkppontianak-serbaserbi.blogspot.com/2009/05/petani-pun-dapat-menganalisa-tanah-nya.html
Analisis tanah : tujuan analisis tanah, penelaahan dan pendekatan metode analisis tanah sebagai alat evaluasi potensi sumberdaya tanah,
pengambilan contoh tanah, berbagai metode anali¬sis tanah yang biasa digunakan (ph, kebutuhan kapur, n, p serta k, dan sebagainya),
percobaan rumah kaca, dan pengenalan alat. analisis tanaman : tujuan analisis, penetapan kadar air bahan kering, kadar abu, serta
penetapan n, p, dan k tanaman.
http://www.faperta.unpad.ac.id/akademik/mata-kuliah/ilmu-tanah/konsentrasi--ilmu-kesuburan-tanah-dan-gizi-
tanaman
Gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan
pada leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing.
Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan.
Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai
malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak
kecil yang bulat.
Usaha pengendalian penyakit blas yang sampai saat ini dianggap paling efektif adalah dengan varietas tahan.
Varietas Limboto, Way Rarem, dan Jatiluhur di beberapa tempat di Purwakarta, Subang, dan Indramayu tergolong
tahan terhadap penyakit blas leher. Patogen P. grisea sangat mudah membentuk ras baru yang lebih virulen dan
ketahanan varietas sangat ditentukan oleh dominasi ras patogen. Hal ini menyebabkan penggunaan varietas tahan
sangat dibatasi oleh waktu dan tempat. Artinya varietas yang semula tahan akan menjadi rentan setelah ditanam
beberapa musim dan varietas yang tahan di satu tempat mungkin rentan di tampat lain. Ketahanan varietas yang
hanya ditentukan oleh satu gen (monogenic resistant) mudah terpatahkan. Untuk itu pembentukan varietas tahan
yang memiliki lebih dari satu gen tahan (polygenic resistant) sangat diperlukan. Penggunaan varietas harus
disesuaikan dengan kondisi struktur populasi ras yang ada. Pergiliran varietas dengan varietas unggul lokal yang
umumnya tahan terhadap penyakit blas sangat dianjurkan. Penyakit blas merupakan penyakit yang terbawa benih
(seed borne pathogen), maka untuk mencegah penyakit blas dianjurkan tidak menggunakan benih yang berasal dari
daerah endemis penyakit blas.
http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php/in/penyakit-padi-karena-jamur/200--penyakit-blas-