Instrumen penelitian atau Alat Pengumpul Data (APD) merupakan suatu alat untuk
memperoleh data. Alat ini harus dipilih sesuai dengan jenis data yang diinginkan dalam
penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih &
digunakan oleh peneliti dalam melakukan kegiatannya untuk mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis & dipermudah olehnya.
Sedangkan menurut Ibnu Hajar, instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variabel yang berkarakter & objektif.
Adapun jenis data yang dimaksud diantaranya:
Tes – Merupakan alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-
jawaban yang diharapkan, baik secara tertulis maupun secara lisan. Hasil pengukuran ini
lebih banyak digunakan untuk data kuantitatif yang pada umumnya menggunakan alat ukur
data interval sehingga dapat Wawancara – Wawancara atau interviu merupakan salah satu
alat pengumpul data yang sangat baik untuk mengetahui pendapat, tanggapan, motivasi,
perasaan serta proyeksi seseorang terhadap masa depannya. Metode wawancara digunakan
jika data yang diperlukan sebagian besar berada dalam benak pikiran responden. Oleh
karenanya, wawancara banyak digunakan dalam studi-studi persepsi yang
bernuansa kualitatif.
Observasi – Banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Menurut Sutrisno Hadi, observasi ialah
Pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomen-fenomen yang diselidiki.
Kuesioner atau Angket – Merupakan suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang
umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dilakukan dengan jalan
mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir-formulir yang diajukan secara tertulis
kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban atau respons tertulis seperlunya.
(Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, hlm.200).
diolah dengan teknik statistika.
Skala Pengukuran – Skala merupakan alat untuk mengukur sikap, nilai, minat, bakat,
perhatian, motivasi, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai responden dan
hasilnya dalam bentuk rentangan nilai angka sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh peneliti.
Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut :a. Valid,
Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat
ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang
dengan teliti, karena meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran menjadi tidak valid jika
digunakan untuk mengukur berat.Jadi,hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan
antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti.
b. Reliable,reliable adalah konsistensi alat pengumpul data atau instrument dalam mengukur
apa saja yang diukur. Instrumen yang reliable jika digunakan beberapa kali untuk mengukur
objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.Jadi, instrument yang valid dan reliable
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable.[3]
A. Pengertian Instrumen
Pada umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data
yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis
diperoleh melalui instrumen. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-btul dirancang
dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagai datanya. Data yang
salah atau tidak menggambarkan data empiris bisa menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan
penelitian yang ditarik/dibuat oleh peneliti bisa keliru.
c) Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi
pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan.
Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti.misalnya
kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek
dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, evaluasi.
d) Peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang
telah ditetapkn dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat dari yang telah ditetapkan sebagai
item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang
diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus dibuat peneliti.
e) Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi intrumen,
misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau
perbaikan isi dan redaksi/bahasanya. Bagaimana uji coba validitas dan reliabilitas akan dibahas
lebih lanjut.[1]
Jadi untuk mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan tes tertulis (tes-pensil-kertas)
atau kuesioner atau menggunakan alat fisik lainnya seperti poligraf,dsb. Pencari-tahu-alamiah
dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpulan data.
Hal itu mungkin disebabkan oleh sukarnya mengkhususkan secara tepat pada apa yang akan
teliti. Di samping itu, orang-sebagai-instrumen memiliki senjata ”dapat-memutuskan” yang secara
luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dapat dan dapat mengambil
keputusan.[2]
Menurut Arikunto (2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok.
1. Instrumen Nontest
1. Angket atau kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner
dipandang dari bentuknya maka ada 4:
b) Kuesioner isian
d) Rating-scale yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-
tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat setuju.
Keuntungan kuesioner :
Kelemahan kuesioner :
c) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahka kadang-kadang ada yang terlalu lama
sehingga terlambat.[3]
1. Interview
Interview yang sering disebut juga dengan wawancara atau kuesioer lisan adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Interview
digunakan oleh peneliti untuk meneliti keadaan seseorang misalnya untuk mencari data tentang
variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
a) Interview bebas di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat
akan data apa yang akan dikumpulkan.
c) Interview bebas terpimpin yaitu antara kombinasi antara interview bebas dan interview
terpimpin.
a) Peneliti memiliki peluang atau kesempatan memeperoleh respon atau jawaban yang relatif
tinggi dari responden
b) Peneliti dapat memebantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden mengalami kesulitan
menjawab yang diakibatkan ketidak jelasan pertanyaan
c) Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan mengamati reaksi
atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses interview
d) Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan cara kuesioner
ataupun observasi.
1. Observasi
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi
kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba,
dan pengecap. Apa yang di katakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam
artian penelitian observasi dapat dilakuka dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman
suara.
b) Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman ebagai
instrumen pengamatan.
a) Sign system digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah
potret sesuai pengajaran. Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel. Misalnya gur
menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya kepada kelompok, guru bertanya
kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak,dsb. Setelah pengamatan dalam satu
periode tertentu misalnya5 menit, semua kejadian yang telah muncul di cek. Kejadian yang
muncul lebih ari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan
demikian akan diperoeh gambar tentang apa kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran.
b) Category system adalah sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel
misalnya pengamatan ingin mengetahui keaktivan atau partisipasi murid dalam proes belajar-
mengajar. Dalam hal ini pengamat hanya memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke
dalam kategori keaktifan atau partisipasi murid misalnya : murid bertanya, murid berdebat
dengan guru, murid membahas pertanyaan, dsb.
Dalam penelitian pendidikan, pengambilan data dengan menggunakan metode observasi dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Observasi terbuka, yaitu pada posisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di
tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden
dengan peneliti terjadi interaksi secara langsung.
b) Observasi tertutup, yaitu pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan misinya,
yaitu mengambil data dari responden, tidak diketahui responden yang bersangkutan.
c) Observasi tidak langsung, yaitu pada kondisi inipeneliti dapat melakukan pengambilan data
dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung di tengah-tengah responden.[4]
1. Dokumentasi
Dalam uraian tentang studi pendahulan, telah disinggung pula bahwa sebagai objek yang
diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita memperhatikan tiga macam sumber,
yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang (people). Dalam mengadakan
penelitian yang bersumber pada tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dsb.
a) Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari
datanya.
b) Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.dalam hal ini peneliti
tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud.[5]
1. C. Pengadaan Instrumen
Apabila sudah tersedia instrumen yang terstandar, maka peneliti boleh meminjam dan
menggunakan untuk mengumpulkan data. Beberapa instrumen yang sudah distandardisasikan
antara lain : tes intelegensi, tes minat, tes kemampuan dasar (tes bakat), tes kepribadian, dan
beberapa tes prestasi belajar.
Ada dua macam tujuan uji coba dengan persyaratan jumlah subjek yang berbeda :
1. Uji coba untuk tujuan manajerial dan substansial. Uji coba untuk tujuan pertama ini lebih
menitikberatkan pada segi teknis. Peneliti menyebutkan tujuan uji coba adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat keterpahaman instrumen, apakah responden tidak
menemui kesulitan dalam menangkap maksud peneliti.
2. Untuk mengetahui teknik paling efektif
3. Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh responden dalam mengisi
angket.
4. Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera di dalam angket sudah
memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan.
5. Uji coba untuk tujuan keandalan instrumen.
1. D. Keampuhan Instrumen
Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah kualitas instrument yang
digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha menyusun instrument agar diperoleh
instrument yang ampuh. Keampuhan instrument ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas
dan tingkat reliabilitasnya.
Validitas adalah ukuran tingkat keshahihan (keabsahan) suatu instrmen. Suatu instrument yang
valid memiliki tingkat keshahihan yang tinggi. suatu instrument dikatan valid jika instrument
tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Empat katagori yang diusulkan oleh APA (America Psychologocal Association) sebagaimana
yang dikutip Surapranata (2005:50) adalah sebagai berikut:
a) Validitas isi, yaitu suatu instrument dikatakan valid jika sesuai standar isi kurikulum yang
berlaku.
b) Validitas konstruk, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaian instrument dengan
konstruksi teoritik di mana instrument itu dibuat
c) Validitas prediktif, yaitu validitas yang didasarkan pada kemamapuan instrument tersebut
memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa-masa yang akan datang terkait dengan variable
yang diukur atau diungkap
d) Validitas konkuren, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaiannya dengan hasil
pengukuran insstrumen lain yang terkait dengan variable yang dilibatkan.
Menurut pengujiannya, validitas instrument dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
a) Validitas internal, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuainantara bagian-bagian dari
instrument terhadap instrument secara keseluruhan.
b) Validitas eksternal, yaitu validitas yang didasarkan pada data-data atau informasi lain yang
terkait dengan variabel yang diukur dan yang dihasilkan oleh instrument-instrumen lain.
1. Reliabilitas instrument
Reliabilitas adalah suatu ukuran tingkat keajagan, tingkat kehandalan, atau tingkat ketidak
percayaan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan reliabel jika instrument itu memiliki
reliabilitas yang tinggi.
Ditinjau dari cara pengujiannya, reliabilitas dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Reliabilitas internal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada hasil pencocokan
antar bagian-bagian dari hasil tes. Pengujian relibialitas ini dilakukan dengan hanya mengadakan
satu kali pengetesan atau uji coba.
b) Reliabilitas eksternal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada hasil pencocokan
terhadap hasil tes yang berbeda, baik dari instrument yang sam atau dengan instrument lainnya.
Uji reliabilitas ini dilakukan dengan hanya mengadakan satu kali pengetesa atau uji coba.
1. E. Skala Pengukuran
Faktor lain yang mempengaruhi ketepatan hasil analisis data, di samping tujuan ingin dicapai
dari analisis data, ada faktor lain yang mempengaruhi keputusan yang akan diambil kaitannya
dengan cara mengukur data tersebut. Dalam penelitian pendidikan atau social, ada empat
macam cara mengukur suatu data yang sering dijumpai. Keempat macam alat ukur tersebut jika
disebutkan dari cara yang simple atau sederhana sampai yang kompleks (lengkap) adalah: skala
nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari keempat cara mengukur ini dipilih
salah satu untuk kemudian diterapkan dalam bentuk kuesioner yang hendak dicapai dalam
mencari data dari subjek penelitian.
1. Skala nominal
Alat ukur data yang paling sederhana dalam pengukuran data adalah skala nominal. Skala ini
hanya memiliki fungsi yang terbatas yaitu mengidentifikasi dan membedakan. Contoh aplikasi
skala nominal ini, antara lain: hobi olahraga para mahasiswa semester 5 Pendidikan Bahasa
Arab IAIN SA Surabaya, maka alternative jawaban mahasiswa adalah: sepak bola, lari, renang,
bola voli, tenis meja
, bulu tangkis, atau jenis olahraga lainnya.
1. Skala ordinal
Skala ini memiliki fungsi yang lebih baik, jika dibandingkan dengan skala pengukuran nominal.
Karena skala ordinal memiliki dua fungsi, yaitu selain fungsi membedakan juga memiliki fungsi
mengurutkan. Contoh dalam suatu desa, dilakukan penelitian tentang tingkat pendidikan
penduduk, maka alternative jawaban responden diantaranya adalah: SD, SMP,SMA, S1,S2, atau
S3. Data-data ini selain dapat dibedakan juga dapat diurutkan, misalnya SD urutan ke-1, SMP
urutan ke-2, SMA urutan ke-3, S1 urutan ke-4, S2 urutan ke-5, dan S3 urutan ke-6.
Skala ordinal sering digunakan dalam kegiatan penelitian maupun anlisis kebutuhan. Contoh
yang termasuk skala ordinal misalnya, dalam kuesioner tertutup, responden disuruh memilih
empat pilihan, tidak setuju (TS), kurang setuju (KS), setuju (S) samgat setuju (SS) atau dengan
pilihan tidak puas (TP), kurang puas (KP), puas (P), sangat puas (SP).
1. Skala interval
Skala ini memiliki fungsi pengukuran yang lebih lengkap disbanding skala nominal dan ordinal.
Selain memiliki fungsi pembeda dan fungsi mengurutkan, skala interval juga memiliki fungsi
penjumlahan dan pengurangan. Sebagai contohnya ukuran derajat dalam thermometer celcius
16o+32o Celcius = 48o Celcius.contoh alat ukur data dengan skala interval adalah alat suhu
manusia, yaitu alat thermometer, baik Fahrenheit, Celcius, Kelvin, maupun Reamur.alat ukur IQ
manusia juga menggunaka alat ukur interval. Skala ini masih tetap memiliki kelemahan yang
disebabkan karena tidak memiliki titik awal 0. Sehingga data-data dalam skala ini tidak dapat
dibandingkan.
1. Skala rasio
Jika tiga skala yang diuraikan pada bagian sebelumnya, tidak bisa dibandingkan, data dengan
skala rasio dapat difungsikan sebagai data yang dapat diurutkan, dapat dijumlah, dikurangi dan
dibandingkan. Dapat dikatakan skala rasio adalah skala yang paling lengkap. Di samping itu,
skala rasio juga memiliki titik awal, yaitu titik sebagai awal pengukuran, sehingga dengan alat
ukur ini sifat-sifat perkalian, pembagian, penjumlahan, danpengurangan dapat dilakukan
terhadap data dengan skala ini. Hampir semua alat di bidng ilmu pengetahuan alam dan
teknologi menggunakan alat ukur rasio. Contoh skala pengukuran rasio adalah data yang diukur
dari alat ukur berat dengan satuan berat seperti kilo gram, ons, gram, dan semacamnya untuk
massa, kilometer, meter dan semacamnya untuk jarak, meter/detik atau km/jam untuk
kecepatan, jam , menit atau detik untuk satuan waktu, dan sebagainya.
1. F. Skala Pengukuran Sikap
Beberapa penelitian pendidikan sering menjadiakan sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran
tertentu sebagai variabel penelitian. Untuk mengukur sikap siswa tersebut diperlukan suatu
instrument yang dapat mengukur sikap siswa. Beberap model pengukuran sikap adalah sebagai
berikut:
1. Skala Likert, yaitu skala sikap yang menggunakan 5 pilihan jawaban responden. Kelima
itu adalah: Sangat setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS). Contoh angket yang menggunakan skala ini telah disajikan pada
pembahasan tentang instrument angket.
2. Skala Diferensial Semantik, yaitu skala sikap yang menggunakan pilihan-pilihan di antara
batas-batas ekstrim, seperti antara aktif dan pasif, antara mudah dan sukar, dan
sebagainya.
3. Skala Thurstone, yaitu skala butsikap yang menggunakan pembobotan butir-butir
pernyataan yang harus dipilih responden. Misalnya responden diminta memilih 5
pernyataan dari 8 pernyataan yang disediakan. Masing-masing pernyataan sudah diberi
skor atau bobot, maka setelah responden menjawab angket maka skornya sudah dapat
ditentukan dengan menjumlah skor dari 5 pilihan atau jawaban yang sudah dipilih.
4. Skala Guttman, yaitu skala sikap yang lebih tepat digunakan untuk mengukur sikap
tertentu dan tidak mengukur kombinasi dari beberapa sikap. Pada skala ini disajikan
beberap pernyataan yang diurutkan secara hirarkis, untuk melihat sikap tertentu dari
responden. Jika responden member jawaban “tidak” pada butir ke 3 misalnya, maka ia
pasti akan menyatakan lebih dari “tidak” untuk butir-butir berikutnya. Contoh tiga butir
pernyataan yang berurutan adalah sebagai berikut:
Jika siswa memberiak jawaban “tidak” pada nomor 3, maka dapat disimpulkan bahwa untuk butir
ke-2 dan ke-1 lebih dari “tidak”.
KESIMPULAN
Instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk
mengukur validitas dan reliabilitas variabel penelitian. Jumlah instrumen penelitian tergantung
pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya kita akan meneliti
tentang “Pengaruh keaktifan dosen dan minat baca terhadap prestasi mahasiswa PBA”. Maka
dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu:
Secara umum instrument penelitian dapat dipilah menjadi dua kelompok, yaitu instrumen tes dan
instrument non tes. Instrument tes dapat berupa seperangkat tes sesuai dengan kemampuan
yang ingin diukur. Sedangkan instrument non tes dapat berupa kuesioner atau angket,
observasi,interviu atau wawancara, dan dokumentasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah kualitas instrument yang
digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha menyusun instrument agar diperoleh
instrument yang ampuh. Keampuhan instrument ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas
dan tingkat reliabilitasnya.
Dalam penelitian pendidikan atau social, ada empat macam cara mengukur suatu data yang
sering dijumpai. Keempat macam alat ukur tersebut jika disebutkan dari cara yang simple atau
sederhana sampai yang kompleks (lengkap) adalah: skala nominal, skala ordinal, skala interval,
dan skala rasio. Dari keempat cara mengukur ini dipilih salah satu untuk kemudian diterapkan
dalam bentuk kuesioner yang hendak dicapai dalam mencari data dari subjek penelitian.
Sedangkan Untuk mengukur sikap diperlukan suatu instrument yang dapat mengukur sikap
siswa. Skala Likert, yaitu skala dengan menggunakan 5 pilihan jawaban responden, yakni
Sangat setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Skala Diferensial Semantik, yaitu skala sikap yang menggunakan pilihan-pilihan di antara batas-
batas ekstrim, seperti antara aktif dan pasif, antara mudah dan sukar, dan sebagainya. Skala
Thurstone, yaitu skala buat sikap yang menggunakan pembobotan butir-butir pernyataan yang
harus dipilih responden. Misalnya responden diminta memilih 5 pernyataan dari 8 pernyataan
yang disediakan yang masing-masingnya diberi bobot nilainya. Skala Guttman, yaitu skala sikap
yang lebih tepat digunakan untuk mengukur sikap tertentu dan tidak mengukur kombinasi dari
beberapa sikap.