Disusun Oleh :
1. Lilik Handika S. Kep
2. Arif Abidin S. Kep
3. Ummi Nadliroh S. Kep
4. Eni Widowati S. Kep
5. Sri Astutik S. Kep
6. Norkasih Murdiana S. Kep
7. Irawan Yudi Saktiawan S. Kep
8. Adib Prastiono S. Kep
9. Susianto S. Kep
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
KATA PENGANTAR
Dengan ucapan puji syukur kehadirat Allah SWT, Rabb Semesta Alam yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala Karunia-Nya berupa Hidayah
keIslaman dan keImanan, serta Rahmat dan Taufik-Nya yang masih terjaga sampai hari
ini sehingga kami Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Kudus dapat menyelesaikan
penyusunan laporan management ini. Laporan yang berjudul “Laporan Pengkajian
Management Keperawatan Ruang Cemppaka RSUD dr R Soetrasno Rembang” ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat laporan akhir di Stase Management Program
Studi Profesi Ners. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini mendapatkan
bimbingan, saran dan masukan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan laporan ini
dapat terselesaikan sesuai dengan yang direncanakan.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hatidan tulus ikhlas kami
menyampaikan terimakasih kepada :
1. dr. H. Agus Setiyo Hp, M. Kes. Selaku Direktur RSUD dr R Soetrasno Rembang,
yang telah memberikan ijin kepada kami untuk melakukan praktek Management di
RS ini.
2. Bapak Nurdin S. Kep M. Kes Selaku kepala Seksi Pengembangan dan Informasi
RS, Kepala Diklat RSUD dr R Soetrasno Rembang yang telah memberi ijin untuk
melakukan penyusunan laporan ini
3. dr. Laksmi Iwandari Selaku Kabid Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD dr R
Soetrasno Rembang
4. Ibu Juwariyah S. Kep Ns. Selaku Kepala Seksi Bidang Keperawatan
5. Ibu Darminah, S. SiT Selaku Koordinator Diklat RSUD dr R Soetrasno Rembang
6. dr. Swastika Juni Suryandari Selaku Kepala Instalasi Rawat Inap RSUD dr R
Soetrasno Rembang
7. Bapak Totok Aryanto S. Kep. Ns. Selaku Koordinator perawat Ruang Cempaka
RSUD dr R Soetrasno Rembang yang telah membantu dan membimbing kami
dalam penyusunan laporan ini
3
8. Bapak Rusnoto S.Kep M. Epid Selaku Direktur STIKES Muhammadiyah Kudus
9. Ibu Indanah M. Kep. Ns. Sp. An Selaku Kepala Jurusan Profesi Ners
10. Bapak Purnomo S. Kep. MH. Kes. Selaku Koordinator Stase Management
Keperawatan yang telah membimbing kami dalam penyusunan laporan ini
11. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan
laporan Management Keperawatan ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati kami berharap laporan ini bermanfaat
bagi kita semua.Aamiin Ya Robbal Alamin.
Kelompok I
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR SKEMA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Waktu Pelaksanaan
D. Cara Pengumpulan Data
E. Nama Mahasiswa Praktikam Kelompok I
\BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III HASIL PENGKAJIAN
BAB IV PELAKSANAAN DAN EVALUASI
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR SKEMA
6
DAFTAR GAMBAR
7
DAFTAR LAMPIRAN
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
9
maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan”.
10
RSUD dr R Soetrasno Rembang adalah salah satu dari sekian layanan
kesehatan milik Pemerintah Kabupaten Rembangyang berbentuk RSU, diurus
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten dan tercantum ke dalam Rumah Sakit kelas
C Layanan Kesehatan ini telah terdaftar sejak 02 Desember 2015 dengan nomor
surat ijin 445/1704/2011 dan tanggal surat ijin 02 Mei 2011 dari BUPATI
Rembang dengan sifat TETAP, dan berlaku sampai 5 tahun, sesudah
melakukan prosedur Akreditasi RS seluruh Indonesia dengan proses Akreditasi
Internasional akhirnya diberikan status tingkat Paripurna Akreditasi Rumah
Sakit.
Pelayanan kesehatan adalah pada dasarnya adalah menyelamatkan pasien
sesuai dengan yang di ucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu, yaitu
: primum non nocere atau first, do no harm. Dengan semakin tinggi
berkembangnya ilmu dan tehnologi pelayan kesehatan khususnya di Rumah
Sakit, sehingga membuat semakin kompleks prosedur pelayanan kesehatannya
dan berpotensi terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) atau adverse event
(Kemenkes RI, 2008). Mengingat pentingnya masalah keselamatan pasien yang
harus ditangani segera di RS di Indonesia maka diperlukan regulasi tentang
keselamatan pasien. Dengan diterbitkannya peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes nomor 1691 pada tahun 2011) tentang : Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit, mendorong Upaya Pelayanan Kesehatan yang aman bagi pasien.
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) juga mengembangkan standar
Akreditasi Rs yang mengadopsi Badan Akreditasi Internasional JCI (Join
Commision Internasional) sehingga lebih standar Akreditasi RS versi 2012
menggantikan Akreditasi Rumah Sakit`
Salah satu standart Rumah Sakit versi 2012 tersebut menyebutkan tentang
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang mengadopsi Internasional Patient
Safety Goal (IPSG)
Joint Commission International (JCI) adalah lembaga yang
mendedikasikan diri dalam peningkatan kualitas dan keselamatan kesehatan. JCI
memiliki misi meningkatkan kualitas kesehatan secara terus-meneurs kepada
masyrakat, dengan bekerja sama dengan para stakeholder, mengevaluasi
organisasi pelayanan kesehatan, serta memberikan inspirasi dalam peningkatan
11
penyediaan pelayanan yang aman, efektif yang paling tinggi dan bernilai
mutunya. Dari ribuan rumah sakit yang ada di Indonesia hanya beberapa saja
yang telah terakreditasi JCI.
JCI mengeluarkan 6 Goals keselamatan pasien (International Patient Safety
Goals/IPSG) yang menjadi pegangan (SPO) di hampir seluruh rumah sakit di
dunia. Berikut penerapan 6 Goals Keselamatan Pasien (International Patient
Safety Goals) yang diambil dari Standar di Rumah Sakit Universitas Airlangga,
Surabaya :
1. Identifikasi Pasien Secara Tepat/Identify Patients Correctly.
Menggunakan minimal 2 identitas pasien dengan kombinasi sebagai berikut:
Nama lengkap dan tanggal lahir, atau
Nama lengkap dan nomor medical record, atau
Nama lengkap dan alamat
2. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif / Improve Effective
Communication
Melakukan proses feedback saat menerima instruksi per telepon
Melakukan hand over saat serah terima pasien
Melakukan critical result dalam waktu 30 menit
Menggunakan singkatan yang dibakukan.
3. Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang membutuhkan
perhatian/Improve the safety of High-Alert Medications
Tidak menyimpan elektrolit konsentrasi tinggi diruang perawatan
(termasuk potassium chloride/KCL dan Sodium chloride/NaCl >0.9%)
4. Meningkatkan benar lokasi, benar pasien, benar prosedur
pembedahan/Ensure Correct-Site, Correct-Procedure, Correct-Patient
Surgery
Melakukan site marking
Menggunakan dan melengkapi surgical checklist
Melakukan time out
5. Mengurangi Risiko Infeksi/ Reduce the risk of health care-Associated
Infections
Melakukan cuci tangan
12
Sebelum kontak dengan pasien
Sebelum melakukan tindakan aseptic
Setelah kontak dengan cairan tubuh
Setelah kontak dengan pasien
Setelah kontak dengan lingkungan pasien
6. Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh/Reduce the risk of patient
harm resulting from falls
Melakukan pengkajian awal dan berkala mengenai risiko pasien jatuh.
Melakukan tindakan untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi.
Gambar 1.1
Patient Safety
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
Point ke-2 dari SKP adalah Komunikasi Efektif dalam Patient Safety :
Standar akreditasi RS 2012 SKP.2 / JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah sakit
13
menyusun cara komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dapat dipahami penerima. Hal itu untuk mengurangi kesalahan dan
menghasilkan perbaikan keselamatan pasien. Bentuk komunikasi yang rawan
kesalahan diantaranya adalah instruksi untuk penatalaksanaan pasien yang
diberikan secara lisan atau melalui telepon. Bentuk lainnya berupa pelaporan
hasil tes abnormal, misalnya petugas laboratorium menelepon ke ruang
perawatan untuk melaporkan hasil tes pasien. Rumah sakit perlu menyusun
kebijakan dan atau prosedur untuk mengatur pemberian perintah / pesan secara
lisan dan lewat telepon. Kebijakan dan atau prosedur itu harus memuat:
1. Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dicatat si penerima.
2. Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dibaca-ulang si
penerima.
3. Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi perintah atau
hasil tes .
4. Pelaksanaan yang konsisten dari verifikasi tepat-tidaknya komunikasi lisan
dan lewat telepon.
5. Alternatif yang diperbolehkan bila proses membaca-ulang tidak selalu
dimungkinkan, misalnya di ruang operasi dan dalam situasi darurat di bagian
gawat darurat atau unit perawatan intensif.
Komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien
(patient safety). Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti
dalam hubungan antar manusia. Komunikasi yang efektif yang tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan
meningkatkan keselamatan pasien.
Point ke-5 Standar SKP V Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk mengurangi resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian SasaranV :
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru
yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (a.l dari WHO Guidelines
on Patient Safety.
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
14
3. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan resiko dari infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
15
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui gambaran umum manajemen keperawatan, mahasiswa
Ners mampu mengaplikasikan kemampuan manajerial untuk meningkatkan
mutu dan kualitas pelayanan di ruang Cempaka RSUD dr R Soetrasno
Rembang melalui praktek Ners stase manajement keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kepatuhan perawat ruang Cempaka RSUD dr R
Soetrasno Rembang dalam mengaplikasikan Sasaran Keselamatan Pasien
(SKP) dalam komunikasi Efektif RSUD dr R Soetrasno Rembang.
b. Mengimplementasikan standart Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dalam
Komunikasi Efektif di Ruang Cempaka RSUD dr R Soetrasno Rembang.
c. Mengevaluasi hasil dari Implementasi yang dilakukan di Ruang Cempaka
RSUD dr R Soetrasno Rembang.
C. Waktu Pelaksanaan
Praktek Manajemen Keperawatan Profesi Ners STIKES Muhammadiyah Kudus
Kelompok I dilaksanakan mulai tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan tanggal 11
Agustus 2018 di Ruang Cempaka RSUD dr R Soetrasno Rembang.
16
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada Koordinator perawat, Perawat Primer Katim
I,II, PJS, Perawat Pelaksanan, Keluarga Pasien dan Pasien, Petugas RM,
Petugas PPI, Dokter, Supervisor untuk melengkapi data Observasi.
3. Dokumentasi
Untuk mengetahui karakteristik pasien, ketenagaan, proses keperawatan,
struktur organisasi Ruang Cempaka, pengelolaan SDM, Sarana Prasarana,
dan Inventarisasi ruangan dilakuan pencatatan dan dokumentasi
4. Kuesioner
Kuesioner untuk menilai kepuasan pasien, perawat, patient safety, meliputi :
komunikasi efektif dan pencegahan infeksi, mutu pelayanan yang di peroleh
di RSUD dr R Soetrasno Rembang.
17
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Manajement Keperawatan
Manajemen adalah Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis ménagement ,
yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Arwani (2006) manajemen
didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah (Arwani, 2006).
18
Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk
menghimpun semua sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakan adalah
proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja
secara optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan ketrampilan
yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.
Controlling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati
secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
20
Laporan tahunan dengan: data pasien:
Laporan statistik bulanan Bacaan Sensus pasien harian
Laporan staf dokter Diskusi Bagian dari sensus total
Laporan audit keprawatan Komputer pasien terdiri atas pasien
Studi kasus pasien Perbandingan statistik ditiap klinik atau
Grafik pasien Dengan statistik kelompok diagnistik
Wawancara pasien nasional dan regional. Rerata lamanya masa
inap
Timbulnya bermacam
komplikasi
Presentase permohonan
perawatan
Pengumpulan data pegawai / staf
Masukan Proses Keluaran
Data dari : Pemprosesan data Hasil dari pemprosesan
Arip personalia karyawan dengan: data :
Wawancara karyawan Bacaan Pengetahuan tentang
Evaluasi prestasi Wawancara angka senioritas
Catatan konseling Diskusi dengan pasien Latar belakang
Catatan kedisiplinan Observasi kerja pendidikan
Riwayat personali karyawan Latar belakang
Persentase kehadiran dan Konsultasi dengan pengalaman
pergantian teman sekerja Bakat keahlian
Catatan pendidikan Perbandingan statitik Catatan kehadiran
Wawancara keluar regional atau nasional Angka pergantian
Jabatan yang sama Tingkat keterampilan
Laporan kelayakan Aspirasi keahlian
Kemampuan sosial
Kepekaan terhadap :
Nilai nialai
Rasa takut
Penilakan
21
Kekuatan
Kelemahan
Kecurigaan mengenai
Faktor-faktor motivasi
Pengaruh dinamika
kelompok
Metoda pendidikan
Resiko dan hambatan kerja
22
kesehatan Tinjauan statistik staf keperawatan
kelahiran dan kematian Prestasi konseling dari
Review kelompok rekan anggota staf keperawatan
sebaya Pendisiplinan karyawan
Analisis angka yang tidak disiplin.
kelangsungan hidup, angka
penderita komplikasi,
statistik lamanya rawat
inap.
Analisis terhadap
wawancara pasien atau
tangapan tanggapan dari
kusisioner
23
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup
manajemen keperawatan terdiri dari:
1. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1.Manajemen puncak
2.Manajemen menengah
3.Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen
berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu
dimiliki oleh orang – orang tersebut agar penatalaksanaannya
berhasil. Faktor – faktor tersebut adalah
Kemampuan menerapkan pengetahuan
Ketrampilan kepemimpinan
Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu
proses keperawatan yang menggunakan konsep –
konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi.
(Agus Kuntoro, hal:4)
24
Kepemimpinan dalam konteks organisasi utamanya menekankan pada
fungsi pengarahan yang meliputi memberitahu, menunjukkan, dan memotivasi
bawahan. Fungsi manajemen ini sangat terkait dengan faktor manusia dalam
suatu organisasi, yang mencakup interaksi antar manusia dan berfokus pada
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain.
Di dalam keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan
ketrampilan seorang pemimpin ( perawat ) dalam mempengaruhi perawat -
perawat lain yang berada di bawah pengawasannya untuk pembagian tugas dan
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga
tujuan keperawatan tercapai. Setiap perawat mempunyai potensi yang berbeda
dalam kepemimpinan, namun ketrampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu
dapat diterapkan dan ditingkatkan
F. Pengorganisasian Keperawatan
organisasi adalah wadah untuk sekelompok individu berinteraksi dalam
wewenang tertentu. Secara umum, organisasi dapat diartikan sebagai sebuah
sistem yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki
sistematis dalam pembagian kerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara structural dan sistematis. Beradasarkan definisi tersebut,
organisasi memiliki beberapa batasab-batasan yang dapat di gambarkan dalam
sebuah organisasi.
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi
yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk
melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam
kapasitas mereka seagai individu
G. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah individu produktif yang bekerja
sebagai penggerak suatu organisasi, baik itu di dalam institusi maupun
perusahaan yang memiliki fungsi sebagai aset sehingga harus dilatih dan
dikembangkan kemampuannya. Pengertian sumber daya manusia makro secara
umum terdiri dari dua yaitu SDM makro yaitu jumlah penduduk dalam usia
25
produktif yang ada di sebuah wilayah, dan SDM mikro dalam arti sempit
yaitu individu yang bekerja pada sebuah institusi atau perusahaan.
Manajemen SDM diartikan sebagai suatu proses yang di lewati untuk
berbagai konflik dan permasalahan yang timbul dalam level karyawan, pegawai,
buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya yang memiliki peranan dalam
menentukan aktifitas dan produktifitas kinerja organisasi atau perusahaan demi
tercapainya tujuan dari organisasi atau perusahaan tersebut. Kegiatan
manajemen ketenagaan di rumah sakit dimulai berurutan dan bersifat holistik,
dalam tahapan penerimaan pegawai, penempatan pegawai, kompensasi kerja,
pengembangan mutu dan karier pegawai sampai dengan putusnya hubungan
kerja dengan rumah sakit terkait.
26
tanggung jawab dan tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu
layanan profesional.
2. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang
diberikan. Pada MPKP , perawat primer adalah perawat lulusan sarjana
keperawatan/Ners.
3. Pada metode keperawataan primer , hubungan professional dapat
ditingkatkan terutama dengan profesi lain.
4. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
membutuhkan jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap
PP hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi keperawatan
primer , setiap PP merawat 9-10 klien.
5. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan
yang berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan perawat primer menjadi
penting sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu
mengarahkan dan membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.
6. Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini
tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua
anggota tim, sehingga sukar menetapkan siapa yang bertanggung jawab
dan bertanggung gugat atas semua asuhan yang diberikan.
J. Efisiensi Ruangan
Komunikasi Efektif
Pencegahan Infeksi
27
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
28