Anda di halaman 1dari 102

BAB I

PENDAHULUAN

Ekologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari interaksi antar organisme


dengan lingkungan. Tanaman membutuhkan sumberdaya kehidupan dari
lingkungan dan sebaliknya lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Salah satu parameter yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman adalah cahaya. Naungan merupakan salah satu
alternatif untuk mengatasi intensitas cahaya yang terlalu tinggi. Naungan
diberikan untuk mengurangi intensitas cahaya yang berlebih, menurunkan suhu,
dan meningkatkan kelembaban udara. Respon tanaman terhadap perbedaan
perlakuan naungan setiap tanaman berbeda-beda. Pemberian perlakuan yang
berbeda pada naungan dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan
langsung. Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan membuat plot dan mengamati
morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Analisis vegetasi dapat digunakan
untuk mempelajari tingkat suksesi suatu komunitas vegetasi pada suatu kawasan
apakah pada tingkatan suksesi pioner, sekunder, atau primer pada formasi
klimaks. Suksesi ekologi adalah perkembangan komunitas yang teratur meliputi
perubahan-perubahan dalam struktur jenis tanaman. Suksesi ekologi juga dapat
diartikan sebagai penyusunan kembali formasi tumbuhan yang berakhir dengan
terbentuknya suatu tipe vegetasi yang paling sesuai dengan lingkungannya.
Tujuan dari praktikum ekologi tanaman adalah untuk mengevaluasi
pengaruh naungan terhadap pertumbuhan kacang tanah dan mempelajari
komunitas vegetasi herba rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Manfaat dari
praktikum ekologi tanaman adalah praktikan dapat mengetahui perbedaan
pertumbuhan tanaman kacang tanah dari perlakuan yang berbeda serta dapat
mempelajari komposisi komunitas vegetasi yang menyusun suatu ekosistem.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kacang Tanah (Arachis hypogea)

Kacang tanah adalah jenis tanaman palawija yang tumbuh dalam satu
musim. Klasifikasi kacang tanah adalah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogea (Pitojo, 2006).
Kacang tanah merupakan jenis tanaman yang termasuk ke dalam jenis
tanaman polong-polongan (Fabeceae). Kacang tanah termasuk dalam tanaman
dikotil. Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, akarnya
tunggang tumbuh lurus ke dalam tanah dan buahnya yang berbentuk polong
tumbuh di dalam tanah (Mashudi, 2007). Saat perkecambahan daun tanaman
kacang tanah adalah daun tunggal namun pada pertumbuhan selanjutnya menjadi
daun majemuk bersirip biasanya berjumlah genap yaitu empat helai dengan
tangkai daun yang panjang. Kacang tanah adalah salah satu tanaman yang
berfungsi sebagai penutup tanah. Kacang tanah merupakan tanaman yang tahan
terhadap naungan dan akarnya mampu mengikat nitrogen (N2) dari udara melalui
simbiosis dengan bakteri rhizobium (Buhaira, 2007).

2.2. Naungan

Cahaya matahari adalah faktor yang sangat penting bagi tanaman karena
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Cahaya yang diterima oleh satu
tanaman dengan tanaman lain akan berbeda dan responnya juga akan berbeda.
Salah satu cara untuk mengatur cahaya matahari yang diterima oleh tanaman
adalah dengan pemberian naungan. Tanaman dengan kondisi ternaungi
menyebabkan intensitas cahaya yang diterima rendah sehingga aktivitas auksin
meningkat dan akibatnya sel-sel tumbuh akan memanjang (Afandi et al., 2013).
Cahaya sangat berpengaruh pada pemanjangan batang tanaman, semakin rendah
cahaya matahari yang diterima tanaman maka tanaman akan mengalami etiolasi.
Etiolasi menyebabkan batang tanaman mengecil dan diameter batang tanaman
juga mengecil (Sucipto, 2009).
Cahaya matahari akan mempengaruhi proses metabolisme dalam tanaman.
Semakin tinggi cahaya yang diserap tanaman maka proses metabolisme tanaman
akan meningkat. Perlakuan naungan atau intensitas cahaya matahari yang rendah
memberikan hasil jumlah daun yang lebih sedikit dibanding dengan tanaman
tanpa naungan (Rosman et al., 2015). Jumlah daun tanaman yang terbentuk sangat
dipengaruhi oleh cahaya matahari yang diterima oleh tanaman. Cahaya digunakan
sebagai sumber energi bagi tanaman untuk melakukan proses fotosintesis,
semakin tinggi proses fotosintesis yang terjadi maka jumlah daun yang terbentuk
semakin banyak (Afa dan Sudarsono, 2014).
Tinggi rendahnya cahaya matahari yang diterima tanaman juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan organ-organ tanaman selain batang. Daun adalah
salah satu organ vegetatif tanaman yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh cahaya
matahari karena pertumbuhan daun ditentukan oleh proses fotosintesis pada
tanaman. Jumlah fotosintat yang tinggi berpengaruh terhadap aktivitas
metabolisme dan pertumbuhan tanaman sehingga jumlah daun dan percabangan
daun lebih banyak (Zuchri, 2007). Intensitas cahaya matahari yang rendah dapat
menyebabkan rendahnya proses fotosintesis tanaman dan menghambat
pertumbuhan pada tanaman tersebut. Tanaman dengan kondisi ternaungi dapat
menyebabkan pertumbuhannya akan terganggu sehingga jumlah cabang pangkal
daunnya sedikit (Afandi et al., 2013).
Proses fotosintesis pada tanaman dapat mempengaruhi hasil produksi atau
berat tanaman. Pemberian naungan dapat menyebabkan rendahnya intensitas
matahari yang akan diserap oleh tanaman. Tanaman yang ternaungi kurang
mendapatkan intensitas cahaya matahari sehingga proses fotosintesis rendah dan
mempengaruhi rendahnya berat basah tanaman (Jati et al., 2013). Berat basah
tanaman menunjukkan proses metabolisme yang terjadi pada tanaman. Proses
fotosintesis selain mempengaruhi berat basah tanaman juga dapat mempengaruhi
bahan kering tanaman. Penyinaran matahari yang tinggi akan digunakan tanaman
untuk melakukan proses fotosintesis sehingga mempengaruhi bobot biomassa
tanaman sehingga bahan kering tanaman akan meningkat (Fauzi et al., 2016).

2.3. Analisis Vegetasi

Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh


bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya
terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan
hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan (Ahmad et al., 2016).
Vegetasi memegang peran penting pada banyak proses yang berlangsung di
ekosistem antara lain penyimpanan dan daur nutrisi, penyimpanan karbon,
purifikasi air, keseimbangan, dan penyebaran komponen penting penyusun
ekosistem seperti detrivor, polinator, parasit, dan predator. Salah satu cara untuk
memantau perubahan struktur dan komposisi vegetasi dilakukan melalui analisis
vegetasi (Maridi et al., 2015). Nilai frekuensi mutlak berkisar antara 0 – 1,
semakin dekalt nilai frekuensi dengan angka 1 maka semakin sering tanamna
tersebut dijumpai (Syarifuddin, 2011).
Analisis vegetasi merupakan suatu cara mempelajari susunan atau
komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Satuan vegetasi yang dipelajari
dalam analisis vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi dari
semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat (Susanto, 2012). Kegiatan
analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode yaitu metode dengan
petak (kuadrat) dan metode garis atau rintisan (Ernawati et al., 2013). Keragaman
jumlah individu dapat dihitung dari jumlah terdapatnya individu tiap jenis pada
lokasi pengamatan. Semakin tinggi tingkat dominasi maka semakin besar
pengaruh penguasaan jenis tanaman tersebut terhadap jenis tanaman lain dalam
suatu ekosistem (Febriliani et al., 2013).
Tumbuhan bertambah tinggi seiring bertambahnya umur hari. Pertumbuhan
tanaman dipengaruhi oleh faktor internal yaitu gen dan hormon serta faktor
eksternal seperti, cahaya matahari, suhu, kelembaban, curah hujan, dan
lingkungan (Fatkhusana, 2008). Vegetasi terbentuk sesuai dengan kondsi
lingkungannya. Faktor yang mempengaruhi pembentukan komposisi dan struktur
vegetasi pada suatu kawasan adalah tumbuhan sekitar, habitat, iklim, tanah,
waktu, dan kesempatan tumbuh (Pitopang , 2012).
Analisis vegetasi metode kuadrat dilakukan dengan peletakan plot secara
stratified random sapling. Jumlah plot bervariasi, dengan ukuran 10 x 10 tingkat
pohon, 5 x 5 tingkat sapling, semak dan herba, serta 1 x 1 untuk tingkat rumput
dengan ulangan 6 sampai 10 kali. Setiap plot dihitung kehadiran cacah spesies
kemudian data digunakan untuk menghitung kerapatan, dominansi, frekuensi
spesies, nilai penting dan kesamaan komunitas vegetasi (Nahdi et al., 2014).
Metode rintisan garis digunakan untuk mengukur persentase tutupan semak dan
komposisi spesies kayu. Cara menghindari oversampling pusat setiap stasiun
adalah dengan menggunakan garis atau tali sepanjang 15 – 25 meter untuk
mengukur semak tutupan tajuk dan jarak sela terbuka, serta arahnya secara acak
dipilih untuk titik sampling pertama (Flanders et al., 2006).

2.3.1. Kerapatan Mutlak dan Kerapatan Relatif

Kerapatan merupakan jumlah individu dari suatu tumbuhan yang ada dalam
suatu daerah. Kerapatan dibagi menjadi dua yaitu kerapatan mutlak dan kerapatan
tidak mutlak. Kerapatan mutlak merupakan jumlah individu tumbuhan yang ada
dalam setiap luas petak yang diamati (Syawal, 2009). Kerapatan mutlak dapat
diukur dengan cara membagi antara jumlah individu tanaman yang ada di petak
yang diamati dengan luas daerah petak yang diamati (Latifah, 2005).
Kerapatan relatif dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara satu
jenis tumbuhan yang diamati dengan jumlah seluruh tumbuhan yang ada dalam
petak yang diamati (Tantra dan Santosa, 2016). Kerapatan relatif dapat dihitung
menggunakan cara dengan membagi antara kerapatan mutlak satu jenis tumbuhan
dengan total dari kerapatan seluruh jenis tumbuhan yang ada dalam petak yang
diamati dikalikan dengan 100% (Syawal, 2009).

2.3.2. Frekuensi Mutlak dan Frekuensi Relatif

Frekuensi merupakan nilai besaran yang menyatakan derajat penyebaran


jenis di dalam komunitasnya. Frekuensi dibagi menjadi dua yaitu frekuensi
mutlak dan frekuensi relatif. Frekuensi mutlak adalah hasil perbandingan antara
jumlah petak pengamatan yang memuat jenis tumbuhan yang diamati dengan
jumlah seluruh petak pengamatan (Ngawit dan Budianto, 2011). Frekuensi mutlak
dapat dihitung dengan cara membagi antara petak yang terdapat tumbuhan yang
diamati dengan jumlah seluruh petak yang diamati (Atmoko dan Sidiyasa, 2008).
Frekuensi relatif merupakan persentase dari perbandingan antara frekuensi
mutlak tumbuhan yang diamati dalam petak pengamatan dengan jumlah frekuensi
mutlak dari semua tumbuhan yang ada dalam petak pengamatan (Latifah, 2005).
Frekuensi relatif dapat dihitung dengan cara membagi antara frekuensi mutlak
tumbuhan yang kita amati dengan frekuensi mutlak seluruh tumbuhan yang
berada di dalam petak pengamatan dikali dengan 100% (Syawal, 2009).

2.3.3. Dominansi Mutlak dan Dominansi Relatif

Dominansi merupakan kemampuan suatu tumbuhan untuk bersaing


dengan tumbuhan lain dalam penguasaan wilayah tumbuhnya. Dominansi dibagi
menjadi dua, yaitu dominansi mutlak dan dominansi relatif. Dominansi mutlak
merupakan besarnya kemampuan tumbuhan untuk bisa menutupi daerah tempat
tumbuh tanaman tersebut (Ngawit dan Budianto, 2011). Besarnya dominansi
mutlak dapat di hitung dengan cara membagi antara jumlah luas petak yang
ditumbuhi tumbuhan yang diamati dengan luas total dari petak (Alik et al., 2013).
Dominansi relatif merupakan persentase perbandingan dominansi mutlak
dari jenis tumbuhan yang diamati dengan dominansi mutlak seluruh jenis
tanaman yang ada dalam petak pengamatan (Latifah, 2005). Besarnya nilai
dominansi relatif dapat dihitung dengan cara membagi antara jumlah dominansi
mutlak dari satu jenis tumbuhan dengan jumlah dominansi mutlak dari seluruh
jenis tumbuhan dikalikan dengan 100% (Atmoko dan Sidiyasa, 2008).
BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Ekologi Tanaman dengan materi Naungan dan Analisis Vegetasi


dilaksanakan pada Jumat, 23 September 2016 sampai dengan Sabtu. 26 November
2016 di Agrotechno Park, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Naungan

3.1.1. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain bambu sebagai tiang
naungan, kawat sebagai perekat antara bambu yang satu dengan bambu yang lain,
sembilan polybag volume 10 kg sebagai tempat tanaman tumbuh, paranet untuk
menaungi tanaman, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, bambu sebagai
penegak tanaman, dan cangkul untuk mengambil tanah dan pupuk kandang.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tanah tembalang sebagai
media tanam kacang tanah, dan pupuk kandang sapi.

3.1.2. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah media tanam disiapkan
dengan cara tiga polybag diisi dengan pupuk kandang dan enam polybag diisi
dengan tanah tembalang yang kemudian ditanami dua benih kacang tanah pada
masing-masing polybag. Tiga polybag dengan media tanam kotoran sapi
diletakkan pada perlakuan naungan 0% (tanpa naungan), tiga polybag dengan
media tanam tanah tembalang diletakkan pada perlakuan 35% (dilapisi dengan
satu lapis paranet), dan tiga polybag dengan media tanam tanah tembalang
diletakkan pada perlakuan 70% (dilapisi dengan dua paranet). Masing-masing
perlakuan diamati tinggi tanaman, jumlah daun dan percabangan tangkai masing-
masing tanaman dan dicatat setiap harinya. Naungan setiap harinya diukur suhu
udara dan kelembabab pada pagi hari jam 07.00, siang hari jam 12.00, dan sore
hari jam 17.00.

3.2. Analisis Vegetasi

3.2.1. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain kuadrat dari bambu
berukuran 1 x 1 m untuk petak contoh pengamatan, tali rapia untuk pembuatan
petak contoh berukuran 10 x 10 m dalam analisis vegetasi metode kuadrat dan
pembuatan contoh rintisan sepanjang 15 m dalam analisis vegetasi metode rintisan
(garis), gunting untuk memotong sampel herbarium yang ditemukan di petak
contoh pengamatan, koran untuk menyimpan sampel herbarium, kamera untuk
mendokumentasikan pengambilan sampel herbarim, dan alat tulis untuk mencatat
hasil pengamatan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain sampel
herbarium yang digunakan untuk pembuatan herbarium.

3.2.2. Metode

Metode yang dilakukan dalam analisis vegetasi metode kuadrat adalah petak
contoh kuadrat dengan ukuran 1 x 1 m dibuat dari bambu, petak contoh kuadrat
dengan ukuran 10 x 10 m dibuat dari tali rapia. Petak contoh kuadrat diletakkan
di atas vegetasi dan diamati frekuensi, kerapatan, dan dominasi masing-masing
spesies tanaman yang ditemukan. Petak contoh kuadrat 1 x 1 m diamati vegetasi
rumput yang ada dan kuadrat 10 x 10 m diamati vegetasi pohon yang ada di dalam
petak contoh. Kerapatan dihitung jumlah tanaman sebagai individu tiap petak
contoh pengamatan, frekuensi dihitung dari kemunculan tiap jenis tanaman pada
tiap petak contoh pengamatan dan dominasi dihitung dari kelindungan tiap petak
contoh pengamatan dengan rumus (d1xd2/4 dengan d1 dan d2 adalah proyeksi
tajuk). Pengamatan dilakukan sebanyak 10 kali petak contoh kuadrat dengan jarak
10 m setelah petak contoh sebelumnya.
Metode yang dilakukan dalam analisis vegetasi metode rintisan (garis)
adalah petak contoh rintisan sepanjang 15 m yang telah disiapkan diletakkan di
atas vegetasi. Jenis tumbuhan yang ditemukan sepanjang garis dicatat dan diukur
panjang per tanamannya dan diamati kerapatan, frekuensi dan dominasi vegetasi.
Kerapatan dihitung jumlah tanaman sebagai individu tiap petak contoh
pengamatan, frekuensi dihitung dari kemunculan tiap jenis tanaman pada tiap
petak contoh pengamatan dan dominasi dihitung dari jumlah panjang rintisan
yang memuat jenis tiap petak contoh pengamatan. Sampel tiap jenis tanaman
diambil untuk dibuat herbarium di laboratorium. Pengamatan dilakukan sebanyak
10 kali petak contoh rintisan dengan jarak 20 m setelah petak contoh sebelumnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Naungan

4.1.1. Pertumbuhan Tanaman

Berdasarkan praktikum Ekologi Tanaman yang telah dilaksanakan


diperoleh hasil sebagai berikut :

80
Tinggi Tanaman (cm)

70
60 Tanpa Naungan
50
Naungan 35%
40
30 Naungan 70%
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Minggu ke-

Ilustrasi 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kacang Tanah

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa tinggi tanaman


pada perlakuan naungan 70% paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan
tanpa naungan. Jumlah dan percabangan daun pada perlakuan tanpa naungan juga
lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan naungan.
Tinggi tanaman pada naungan 70% paling tinggi karena pemberian naungan dapat
mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Pemberian naungan 70%
menghambat masuknya cahaya yang akan digunakan untuk tanaman. Hal ini
sesuai dengan pendapat Afandi et al. (2013) yang menyatakan bahwa tanaman
dengan kondisi ternaungi menyebabkan intensitas cahaya yang diterima tanaman
sedikit sehingga terjadi peningkatan aktifitas auksin dan akibatnya sel-sel tumbuh
memanjang. Proses pemanjangan sel yang lebih cepat karena terhambatnya
cahaya yang masuk disebut dengan etiolasi. Etioloasi juga akan menyebabkan
perbedaan diameter batang pada tanaman yang diberi perlakuan naungan dan
tanpa naungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sucipto (2009) yang menyatakan
bahwa etiolasi akan menyebabkan batang tanaman mengecil dan berimbas pada
mengecilnya diameter batang tanaman.

200
180
160
Jumlah Daun

140
120
100 Tanpa Naungan
80
Naungan 70%
60
40 Naungan 35%
20
0
1 2 3 4 5 6
Minggu ke-

Ilustrasi 2. Pertumbuhan Jumlah Daun Kacang Tanah


Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara tanaman tanpa naungan
dengan diberi naungan. Tanaman tanpa naungan memiliki jumlah daun paling
banyak daripada perlakuan naungan 35% maupun 70%. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rosman et al. (2015) yang menyatakan bahwa perlakuan naungan atau
intensitas cahaya matahari yang rendah memberikan hasil jumlah daun yang lebih
sedikit dibanding dengan tanaman tanpa naungan. Banyaknya jumlah daun
dikarenakan pada perlakuan tanpa naungan menyebabkan tanaman mendapatkan
cahaya yang cukup untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Hal ini sesuai
dengan pendapat Afa dan Sudarsono (2014) yang menyatakan bahwa cahaya
digunakan sebagai sumber energi bagi tanaman untuk melakukan fotosintesis
sehingga semakin tinggi proses fotosintesis maka jumlah daun yang terbentuk
akan semakin banyak.
12

Percabangan Pangkal Daun


10

6 Tanpa Naungan
4 Naungan 70%

2 Naungan 35%

0
1 2 3 4 5 6
Minggu ke-

Ilustrasi 3. Pertumbuhan Percabangan Pangkal Daun Kacang Tanah

Percabangan pangkal daun tanaman pada perlakuan tanpa naungan juga


lebih banyak sama halnya dengan jumlah daun. Tanaman kacang tanah dengan
perlakuan naungan 70% memiliki jumlah daun yang lebih sedikit. Hal ini sesuai
dengan pendapat Afandi et al. (2013) yang menyatakan bahwa pada kondisi
ternaungi pertumbuhan tanaman akan terganggu sehingga jumlah cabang pangkal
daunnya sedikit. Kondisi tanaman yang mendapatkan intensitas cahaya tinggi
akan mempengaruhi proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman. Meningkatnya
proses fotosintesis dapat meningkatkan jumlah percabangan daun tanaman. Hal
ini sesuai dengan pendapat Zuchri (2007) yang menyatakan bahwa bertambahnya
produk fotosintat berperan terhadap aktivitas metabolisme dan pertumbuhan
tanaman sehingga jumlah daun dan percabangan daunnya lebih banyak.

4.1.2. Produk Tanaman

Berdasarkan praktikum Ekologi Tanaman yang telah dilaksanakan


diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Berat Basah dan Bahan Kering
Perlakuan Berat Basah (kg) Bahan Kering (%)
Naungan 70% 0,057 18
Naungan 35 % 0,16 42,8
Tanpa naungan 0,345 88
Sumber : Data Primer Primer Praktikum Ekologi Tanaman, 2016.
Berat basah tanaman kacang tanah pada perlakuan naungan 70% adalah
0,057 kg, naungan 35% adalah 0,16 kg, dan perlakuan tanpa naungan adalah
0,345 kg. Berat basah tanaman yang paling tinggi adalah pada tanaman tanpa
naungan. Berat basah berhubungan erat dengan intensitas cahaya matahari yang
diterima oleh tanaman. Rendahnya intensitas cahaya matahari yang diterima dapat
menyebabkan proses fotosintesis tanaman terganggu. Hal ini sesuai dengan
pendapat Jati el al. (2013) yang menyatakan bahwa tanaman yang ternaungi
kurang mendapatkan intensitas cahaya matahari sehingga menyebabkan proses
fotosintesis pada tanaman menjadi rendah dan mempengaruhi rendahnya berat
basah tanaman. Pemberian naungan juga dapat berpengaruh terhadap bahan
kering tanaman. Bahan kering pada tanaman kacang tanah paling tinggi yaitu pada
perlakuan tanpa naungan dengan sebesar 88%. Tanaman tanpa naungan akan
mendapatkan lebih banyak cahaya untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Hal
ini sesuai dengan pendapat Fauzi et al. (2016) yang menyatakan bahwa
penyinaran matahari yang tinggi digunakan tanaman untuk proses fotosintesis
sehingga mempengaruhi bobot biomassa tanaman dan meningkatkan bahan kering
tanaman.

4.2. Analisis Vegetasi

4.2.1. Analisis Vegetasi Metode Rintisan

Berdasarkan praktikum Ekologi Tanaman yang pernah dilaksanakan

diperoleh data sebagai berikut :


Tabel 2. Evaluasi Analisis Metode Rintisan
Jenis KM KR (%) FM FR (%) DM DR (%) NP (%) SDR (%)
Pengamatan ke-
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Ajeran 205 256 56 45 0,7 0,8 18 20 205 283 30 22 104 87 35 29
Tembelek 25 43 7 8 0,5 0,5 13 12 66 112 10 9 30 29 3 10
Krinyu 18 69 5 12 0,7 0,7 18 17 78 277 12 21 35 50 12 17
Songgo
21 39 6 7 0,6 0,6 15 15 105 174 26 13 47 35 16 12
Langit
Bandotan 18 39 5 7 0,4 0,4 10 10 44 98 7 8 22 25 7 8
Meniran 9 28 2 5 0,3 0,4 8 10 28 80 4 6 14 21 5 7
Anting-
66 92 18 16 0,7 0,7 18 17 142 275 41 21 77 54 26 18
antig
Jumlah 362 566 3,9 4,1 668 1299
Sumber : Data Primer Praktikum Ekologi Tanaman, 2016.

Keterangan : KM : Kerapatan Mutlak


KR : Kerapatan Relatif
FM : Frekuensi Mutlak
FR : Frekuensi Relatif
DM : Dominasi Mutlak
DR : Dominasi Relatif
NP : Nilai Penting
SDR : Summed Dominance Ratio

Berdasarkan praktikum analisis vegetasi dengan metode rintisan yang


telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa vegetasi yang ditemukan dalam 10 kali
ulangan menghasilkan tanaman yang relatif tetap atau tidak berbeda dengan
ulangan sebelumnya, hanya berbeda intensitas saja. Hal tersebut dipengaruhi oleh
lokasi yang sama atau lingkup yang terbatas sehingga vegetasi yang tercatat relatif
sama, jenis tanah yang sama, dan kondisi lingkungan yang sama. Menurut
pendapat Pitopang (2012) faktor yang mempengaruhi pembentukan komposisi
dan struktur vegetasi pada suatu kawasan adalah tumbuhan sekitar, habitat, iklim,
tanah, waktu, dan kesempatan tumbuh. Analisis vegetasi tersebut dilakukan dua
kali, analisis yang kedua dilakukan kurang lebih 2 bulan setelah analisis vegetasi
pertama. Hasil vegetasi yang ditemukan relatif sama namun dengan ukuran yanag
berbeda. Vegetasi mengalami pertumbuhan karena keadaaan lingkungan yang
mendukung. Vegetasi baru juga ditemukan pada beberapa ulangan saat analisis
vegetasi yang kedua. Vegetasi yang dominan menunjukkan bahwa tanaman
mengalami pertumbuhan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya
cahaya matahari, air, dan kelembaban. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Fatkhusana (2008) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi
oleh faktor internal yaitu gen dan hormon serta faktor eksternal seperti, cahaya
matahari, suhu, kelembaban, curah hujan, dan lingkungan.
Frekuensi mutlak pada pengamatan kedua lebih tinggi daripada
pengamatan pertama. Frekuensi mutlak tertinggi pada tanaman ajeran yang
menunjukkan bahwa tanaman ajeran lebih sering muncul di setiap rintisan
pengamatan daripada tanamn lainnya. Menurut Syarifuddin (2011) nilai frekuensi
mutlak berkisar antara 0 – 1, semakin dekalt nilai frekuensi dengan angka 1 maka
semakin sering tanamna tersebut dijumpai. Dominansi yang tertinggi juga pada
tanaman ajeran yaitu 205 pada pengamatan pertama dan 283 pada pengamatan
kedua. Hal tersebt menunjukkan bahwa tanaman menunjukkan penguasaan pada
lokasi tersebut. Nilai Penting (NP) yang paling tinggi adalah pada tanaman ajeran
yaitu 104% pada pengamatan pertama dan 87% pada pengamatan kedua. Nilai
penting adalah nilai yang menggambarkan peranan keberadaan suatu jenis dalam
komunitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Kainde et al. (2011) yang menyatakan
bahwa semakin besar INP suatu jenis maka semakin besar pula peranan jenis
tersebut dalam suatu komunitas, jika nilai indeks nilai pentingnya tinggi maka
jenis tersebut tersebar secara merata.

4.2.2. Analisis Vegetasi Metode Kuadrat

4.2.2.1.Metode Kuadrat 1x1

Berdasarkan praktikum Ekologi Tanaman yang pernah dilaksanakan


diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3. Evaluasi Analisis Metode Kuadrat 1x1
Jenis KM KR (%) FM FR (%) DM DR (%) NP (%) SDR (%)
Pengamatan ke-
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
A 118 223 39,5 42,1 1 1 2,7 2 28,3 42,6 10,9 16,7 53,1 60,8 17,7 20,3
B 20 63 6,7 12 0,7 0,9 1,8 1,8 70,1 39,6 27,1 15,5 35,6 29,3 11,9 9,8
C 14 15 4,7 2,8 0,5 0,5 1,3 1 2,2 0,3 0,85 0,1 6,85 3,9 2,3 1,3
D 85 93 28,4 7,6 0,6 0,7 1,5 1,4 15,5 42,7 6 16,7 35,9 25,7 12 8,6
E 31 81 10,4 15,3 0,2 0,4 0,5 0,8 10,6 9,2 4,1 3,6 15 19,7 5 6,6
F 6 29 2 5,5 0,2 0,7 0,5 1,4 70,6 70,6 27,3 27,7 29,8 34,6 9,9 11,5
G 20 19 6,7 3,6 0,5 0,4 1,3 0,8 27,5 27,5 10,6 10,8 18,6 15,2 6,2 5,1
H 5 6 1,7 1,1 0,2 0,3 0,5 0,6 34,1 22,6 13,2 8,8 15,4 10,5 5,1 3,5
Jml
Sumber : Data Primer Praktikum Ekologi Tanaman, 2016.

Keterangan : KM : Kerapatan Mutlak


KR : Kerapatan Relatif
FM : Frekuensi Mutlak
FR : Frekuensi Relatif
DM : Dominasi Mutlak
DR : Dominasi Relatif
NP : Nilai Penting
SDR : Summed Dominance Ratio

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa kerapatan mutlak


paling tinggi pada pengamatan pertama adalah pada rumput ajeran sebesar 118
ind/m2 dan kerapatan relatifnya sebesar 39,5%. Nilai kerapatan suatu jenis
menunjukkan kelimpahan jenis dalam suatu ekosistem.Kerapatan sangat
dipengaruhi oleh jumlah ditemukannya spesies dalam plot pengamatan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Ontorael et al. (2012) yang menyatakan bahwa semakin
banyak jumlah suatu spesies yang ditemukan, maka kerapatan mutlakdan
kerapatan relatifya semakin tinggi. Nilai kerapatan dapat menggambarkan bahwa
suatu individu dengan kerapatan tertinggi memiliki pola penyesuaian yang besar.
Bertambahnya jumlah spesies dari pengamatan pertama ke pengamatan kedua
disebabkan karena tempat pengamatan merupakan tempat yang cocok untuk
spesies tersebut sehingga proses penyebarannya mudah terjadi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Parpurno (2014) yang menyatakan bahwa suatu spesies yang
cocok untuk hidup di suatu tempat akan melakukan penyebaran yang sangat cepat.
Frekuensi mutlak dan frekuensi relatif yang paling tinggi adalah pada
tanaman ajeran dimana frekuensi mutlaknya adalah 1 dan kerapatan relatifnya
adalah 2,7%. Nilai Frekuensi menggambarakandistribusi dan kehidupan suatu
jenis tumbuhan yang terdapat pada suatu daerah.Frekuensi berhubungan erat
dengan pola penyebaran spesies tersebut pada lingkungannya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Restiana dan Dahlianah (2014) yang menyatakan bahwa
spesiesyang menyebar secara meratamempunyai nilai frekuensi yang
besar,sebaliknya spesies-spesies yangmempunyai nilai frekuensi kecil
akanmemiliki pola penyebaran tidakmerata. Pola penyebaran suatu tanaman
dengan tanaman yang lain berbeda-beda. Jumlah individu yang hidup di suatu
daerah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang mendukung
pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Yussa et al. (2015) yang
menyatakan bahwa perbedaan dan perubahan lingkungan dapat mempengaruhi
komposisi komunitas tanaman yang menempati suatu daerah tersebut.
Dominansi mutlak dan relatif yang paling tinggi adalah pada tanaman putri
malu dimana dominansi mutlaknya adalah sebesar 70,1 ind/m2dan kerapatan
relatifnya adalah 27,1%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis ini terdapat paling
banyak dan menempati ruang tumbuh yang baik, serta memiliki diameter yang
cukup besar sehingga luas bidang dasar yang dihasilkan pun besar. Dominansi
suatu jenis tanaman menunjukkan penguasaan suatu jenis terhadap jenis lain pada
suatu komunitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasim (2012) yang menyatakan
bahwa jenis vegetasi dengan dominansi tinggi juga bermakna bahwa jenis-jenis
ini sangat berpeluang besar untuk mendominansi jenis-jenis lainnya dalam suatu
ekosistem tertentu. Indeks Nilai Penting (INP) yang paling tinggi adalah pada
tanaman ajeran dengan INP sebesar 53,1%. INP adalah nilai yang
menggambarkan peranan keberadaan suatu jenis dalam komunitas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kainde et al. (2011) yang menyatakan bahwa semakin besar INP
suatu jenis maka semakin besar pula peranan jenis tersebut dalam suatu
komunitas, artinya jika nilai INPnya tinggi maka jenis tersebut tersebar secara
merata.

4.2.2.2.Metode Kuadrat 10x10

Berdasarkan praktikum Ekologi Tanaman yang pernah dilaksanakan


diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4. Evaluasi Analisis Metode Kuadrat 10x10


Jenis KM KR (%) FM FR (%) DM DR (%) NP (%) SDR (%)
Pengamatan ke-
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
A 6,51 110,7 16,9 28 1 1 12,8 12,8 0,2 0,6 0,3 0,8 30 41,6 10 13,9
B 16,7 13,1 4,3 33 1 1 12,8 12,8 0,4 0,5 0,6 0,6 17,7 16,7 5,9 5,6
C 1,1 1,3 0,3 0,3 0,3 0,3 3,8 3,8 0,1 0,1 0,1 0,1 4,2 4,2 1,4 1,4
D 68,3 69,4 17,8 17,6 0,9 0,9 11,5 11,5 0,1 0,1 0,1 0,1 29,3 29,4 9,8 9,8
E 8,6 15,6 2,2 3,9 0,9 0,8 11,5 10,5 0,7 1 1,1 1,3 14,8 15,4 4,9 5,1
F 216,2 177,4 56,2 45 1 1 12,8 12,8 0,3 0,3 0,5 0,4 69,5 58,2 23,2 19,4
G 2,8 0,8 0,7 0,2 0,8 0,7 10,2 9 0,2 0,2 0,3 0,3 11,2 9,5 3,7 3,1
H 4,3 4,3 1,1 1 0,6 0,6 7,7 7,7 2,5 2,5 3,9 3,2 12,7 11,9 4,2 4
I 0,2 0,5 0,1 0,1 0,5 0,4 6,4 5,1 9,7 9,8 15,1 12,8 21,6 18 7,2 6
J 1,1 1,1 0,3 0,3 0,8 0,8 10,2 10,2 50 62 78 80,7 88,5 91,2 29,5 30,4
Jml
Sumber : Data Primer Praktikum Ekologi Tanaman, 2016.

Keterangan : KM : Kerapatan Mutlak


KR : Kerapatan Relatif
FM : Frekuensi Mutlak
FR : Frekuensi Relatif
DM : Dominasi Mutlak
DR : Dominasi Relatif
NP : Nilai Penting
SDR : Summed Dominance Ratio

Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa KM tertinggi dalam


vegetasi tersebut adalah tanaman F dengan nilai sebesar 216,2. KM atau kerapatan
mutlak dapat diukur dengan menghitung jumlah individu tumbuhan yang ada di
petak pengamatan dibagi luas daerah petak pengamatan. Hal ini sesuai dengan
pendapar Latifah (2005) yang menyatakan bahwa kerapatan mutlak dapat diukur
dengan cara membagi jumlah individu tanaman yang ada di petak yang diamati
dengan luas daerah petak yang diamati. Nilai kerapatan vegetasi pada daerah
tersebut rata-rata bertambah tinggi semakin bertambahnya waktu yang dapat
diketahui dari bertambahnya jumlah individu. Hal ini diperjelas dengan pendapat
Latucosina (2013) yang menyatakan bahwa kerapatan vegetasi yang tinggi atau
yang bertambah tinggi pada suatu daerah dapat mendukung keragaman sumber
makanan dan kehadiran berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang dapat
membentuk rantai makanan lebih kompleks.
Frekuensi mutlak tertinggi dalam vegetasi tersebut adalah bernilai 1 yaitu
pada tanaman A, B, dan F. Frekuensi mutlak tanaman dalam suatu vegetasi
diperoleh dengan mmenghitung perbandingan antara jumlah petak pengamatan
dengan jumlah seluruh petak pengamatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngawit
dan Budianto (2011) yang menyatakan bahwa frekuensi mutlak adalah hasil
perbandingan antara jumlah petak pengamatan yang memuat jenis tumbuhan yang
diamati dengan jumlah seluruh petak pengamatan. Frekuensi menunjukkan
terdapat dan sering tidaknya muncul suatu jenis tanaman dari petak petak
pengamatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Afrianti et al. (2015) yang
menyatakan bahwa frekuensi dalam vegetasi menunjukkan terdapat atau tidaknya
suatu jenis tanaman pada plot-plot penelitian dari stasiun 1 sampai stasiun 10 yang
selalu ditemukan.
Dominasi mutlak dan dominasi relatif tertinggi terdapat pada tanaman J,
pada pengamatan pertama dominasi mutlak tanaman J bernilai 50 dan pada
pengamatan yang kedua bernilai 62. Sedangkan dominasi relatif pada pengamatan
pertama sebesar 78% dan pada pengamatan kedua sebesar 80,7%. Dominasi
dalam suatu vegetasi dilihat dari bagaimana tumbuhan bersaing dengan tumbuhan
lain di sekitarnya dalam penguasaan wilayah tumbuhnya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ngawit dan Budianto (2011) yang menyatakan bahwa dominansi
merupakan kemampuan suatu tumbuhan untuk bersaing dengan tumbuhan lain
dalam penguasaan wilayah tumbuhnya. Dominasi mutlak dalam vegetasi dapat
dihitung dengan membagi jumlah luas petak yang ditumbuhi tanaman dengan luas
total petak pengamatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alik et al. (2013) yang
menyatakan bahwa besarnya dominansi mutlak dapat dihitung dengan cara
membagi antara jumlah luas petak yang ditumbuhi tumbuhan yang diamati
dengan luas total dari petak.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa


pertumbuhan tanaman berupa tinggi tanaman, jumlah daun, dan percabangan
pangkal daun dengan perlakuan tanpa naungan lebih cepat daripada tanaman
dengan naungan. Tanaman dengan perlakuan tanpa naungan juga memiliki berat
basah dan bahan kering yang lebih tinggi daripada tanaman dengan naungan. Jenis
tumbuhan yang paling banyak ditemukan dalam praktikum analisis vegetasi
adalah jenis rumput-rumputan yaitu ajeran. Jenis ini banyak ditemukan karena
mampu menyesuaikan diri dengan baik di lingkungannya.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya adalah sebaiknya


tanaman yang diamati untuk perlakuan naungan dipelihara dengan baik seperti
menyiram secara teratur sehingga tanaman tidak mati. Pengamatan analisis
vegetasi juga dilakukan dengan teliti agar dapat analisisnya dapat dilakukan
dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Afa, L. O. dan W. A. Sudarsono. 2014. Pengaruh naungan terhadap pertumbuhan


dan hasil tanaman kolesom (Talinum triangule (Jacq.) Willd). Jurnal
Agriplus 24 (2) : 144 – 151.
Afandi, M., L. Marwani, dan Syukri. 2013. Respon pertumbuhan dan produksi
empat varietas kedelai (Glycine maxL.) terhadap tingkat naungan. Jurnal
Online Agroekoteknologi 1 (2) : 214 – 226.
Buhaira. 2007. Respons kacang tanah (Arachis hypogaeaL.) dan jagung (Zea
maysL.) terhadap beberapa pengaturan tanam jagung pada sistem tanam
tumpangsari. Jurnal Agronomi 11 (1) : 41 – 46.
Fauzi, R., Meiriani, dan A. Barus. 2016. Pengaruh persentase naungan terhadap
pertumbuhan bibit Mucuna bracteata D.C. asal setek dengan konsentrasi
IAA yang berbeda. Jurnal Agroekoteknologi 4 (3) : 2114 – 2126.

Jati, B., Samanhudi, dan M. Rahayu. 2013. The effect of shading and watering
stress on growth and yield of purwoceng (Pimpinella pruatjanMolk.) in
Tawangmangu. Journal of Agronomy Research 2 (5) : 53 – 64.
Kainde, R. P., S. P. Ratag, J. S. Tasirin, dan D. Faryanti. 2011. Analisis vegetasi
hutan lindung gunung tumpa. Jurnal Eugenia 17 (3) : 1 – 11.
Kasim, S. 2012. Nilai penting dan keanekaragaman hayati hutan lindung wakonti
das baubau. Jurnal Agriplus 22 : 231 – 240.
Mashudi. 2007. Bertanam Kacang Tanah dan Manfaatnya. Azka Press, Jakarta.
Ontorael R., A. S. Wantasen dan A. B. Rondonuwu. 2012. Kondisi ekologi dan
pemanfaatan sumberdaya mangrove di Desa Tarohan Selatan Kecamatan
Beo selatan kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal Ilmiah Platax1 : 7 – 11.
Paripurno, M. Y. Y. 2014. Survei kualitas rumput lapangan stadion penyelenggara
pertandingan sepakbola (stadion tempat peserta liga resmi pssi yang ada di
Jawa Timur). Jurnal Kesehatan Olahraga 2 (3) : 1 – 10.

Pitojo, S. 2006. Benih Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta.


Restiana dan I. Dahlianah. 2014. Analisis vegetasi gulma pada kebun
semangka(Citrullus lanatus) di Desa Timbangan Kecamatan Inderalaya
Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Sainmatika 11 (2) :
49 – 58.
Sucipto. 2009. Dampak pengaturan baris tanam jagung (Zea mays L.) dan
populasi kacang hijau (Phaseolus radiates L.) dalam tumpangsari terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang hijau, jagung. Jurnal Agrovigor 2 (2) : 67 –
78.
Syarifuddin, A. 2011. Identifikasi Plasma Nutfah Vegetasi Hutan Alam Resort
Trisula Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Jurnal
Gamma. 6 (2): 77 – 94.
Yussa, I. P., Chairul, dan Z. Syam. 2015. Analisis vegetasi gulma pada kebun
kopi arabika (Coffea arabica L.) di Balingka, Agam, Sumatera Barat.
Jurnal Biologi Universitas Andalas 4 (1) : 83 – 89.
Zuchri, A. 2007. Optimalisasi hasil tanaman kacang tanah dan jagung dalam
tumpangsari melalui pengaturan baris tanam dan perompesan daun jagung.
Jurnal Embryo 4 (2) : 157 – 163.

Rosman, R., Setyono., dan Suhaeni. 2015. Pengaruh naungan dan pupuk fosfor
terhadap pertumbuhan dan produksi nilam (Pogostemoncablin Benth.).
Balai Penelitian Rempah dan Obat.1 (1): 43–49.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengamatan Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Daya Kecambah, Suhu


dan Kelembaban

Pengamatan hari ke-1


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 27 30 28 69,5 65 69
Naungan 35% 26 30 27 69 65 69
Naungan 70% 26 27 27 70 68 68

Pengamatan hari ke-2


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 26 28 28,5 74 72 72
Naungan 35% 25,5 27 28 74 73 72
Naungan 70% 25 26 27 75 74 73

Pengamatan hari ke-3


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 26 30 28 70 68 69
Naungan 35% 26 29 27 73 69 70
Naungan 70% 25 28 26 74 70 72

Pengamatan hari ke-4


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 25 29 27 75 68 70
Naungan 35% 25 29 26 73 70 70
Naungan 70% 25 28 26 75 71 71
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-5


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 2 25 28 28 75,5 70 69 6
Naungan 35% 3 25 27 27 74 71 69 8
Naungan 70% 2 24 27 25 76 71 70 10

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 50 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 8
- Naungan 35% = = = 67 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 10
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 12

Pengamatan hari ke-6


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 2,5 2 25 28 28 75,5 70 69 2 6
Naungan 35% 4 2 25 27 27 74 71 69 2 8
Naungan 70% 4 2 24 27 25 76 71 70 1 11

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 50 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 8
- Naungan 35% = = = 67 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 11
- Naungan 70% = = = 92 %
Jumlah benih total 12
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-7


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 3 2 26 25 25 75 75 77 2 8
Naungan 35% 5 2 25 25 25 76 71 77 2 11
Naungan 70% 5,5 2 24 24 24 80 80 80 1 12

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 8
- Tanpa Naungan = = = 67 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 11
- Naungan 35% = = = 92 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 12

Pengamatan hari ke-8


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 4 2 26 30 27 74 64 70 2 10
Naungan 35% 5,5 2 26 29 26 75 68 70 2 12
Naungan 70% 7,5 2 25 28 25 77 69 77 1 12

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 10
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-9


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 4 2 26 30 27 74 64 70 2 10
Naungan 35% 5,5 2 26 29 26 75 68 70 2 12
Naungan 70% 7,5 2 25 28 25 77 69 77 1 12

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 12
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 12

Pengamatan hari ke-10


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 6 2 28 30 28 80 63 69 2 12
Naungan 35% 6 2 27 28 29 75 64 70 2 12
Naungan 70% 9 2 26 28 25 78 65 72 1 12

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 12
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-11


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 6,5 2 29 30 27 79 61 72 2 12
Naungan 35% 6 2 27 30 26 79 63 72 2 12
Naungan 70% 11 2 25 29 26 70 64 75 1 12

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 12
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 12

Pengamatan hari ke-12


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 6,5 3 28 29 27 78 69 72 2 12
Naungan 35% 6 2 25 28 26 79 70 72 1 12
Naungan 70% 12,5 3 24 28 25 70 71 74 1 12

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 12
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-13


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 6,5 3 28 32 29 77 64 64 2 12
Naungan 35% 7 3 27 30 28 79 65 68 2 12
Naungan 70% 14 4 25 29 26 71 66 70 1 12

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 12
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 12

Pengamatan hari ke-14


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 7 4 25 28 27 84 67 65 2 12
Naungan 35% 8 3 25 27 26 86 69 68 2 12
Naungan 70% 15 4 24 27 25 87 69 69 1 12

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 12
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Jumlah benih berkecambah 12
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 12
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-15


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 7 5 25 29 27 84 66 65 2 6
Naungan 35% 8 4 25 28 27 86 68 69 2 6
Naungan 70% 16,5 4 24 27 25 87 69 70 1 6

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-16


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 7,5 5 27 31 28 77 61 69 3 6
Naungan 35% 8 4 26 30 27 80 63 70 2 6
Naungan 70% 18 4 25 28 25 82 65 71 1 6

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-17


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 7,5 6 28 31 27 74 61 70 3 6
Naungan 35% 8 5 26 30 26 75 64 72 2 6
Naungan 70% 19 5 26 29 26 76 65 71,5 1 6

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-18


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 8 8 26 30 28 80 63 69 3 6
Naungan 35% 8,5 6 25 30 27 83 65 71 3 6
Naungan 70% 20 5 25 28 26 84 68 76 1 6

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-19


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 8 9 27 30 28 78 63 69 3 6
Naungan 35% 8,5 9 27 29 28 80 65 72 3 6
Naungan 70% 20,5 5 27 30 27 82 67 75 1 6

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-20


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 8 9 27 32 28 77 60 69,5 4 6
Naungan 35% 9 9 27 31 27 80 65 72 4 6
Naungan 70% 21 6 27 30 27 82 67 75 1 6

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-21


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 9.5 11 28 31 27 78 61 72 4 6
Naungan 35% 9,5 11 25 30 27 80 65 75 4 6
Naungan 70% 22,5 6 25 28 26 81 67 77 1 6

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Pengamatan hari ke-22
Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 9,5 11 26 30 27 80 60 71 4 6
Naungan 35% 10 12 26 29 26 82 65 74 4 6
Naungan 70% 23 6 25 28 25 83 66 77 1 6

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-23


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 9,5 12 27 31 28 74 59 70 5 6
Naungan 35% 10,5 13 26 29 27 75 63 74 4 6
Naungan 70% 24 7 26 27 26 77 65 75 1 6

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 70% = = = 100 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-24


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 10 14 26 30 29 76 60 69 5 6
Naungan 35% 11 13 26 29 28 78 67 72 4 6
Naungan 70% 25 7 25 27 26 79 68 73 1 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-25


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 10 15 27 30 26 69 67 71 5 6
Naungan 35% 12 13 26 29 25 70 68 73 4 6
Naungan 70% 26 7 26 28 26 71 69 74 1 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-26


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 10,5 17 28 30 26 67 66 70 6 6
Naungan 35% 12 17 26 28 24 68 69 73 4 6
Naungan 70% 27 7 26 28 74 68 70 73 1 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 6
- Tanpa Naungan = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-27


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 11 19 26 30 25 70 66 72 6 5
Naungan 35% 12 18 25 29 24 71 69 73 4 6
Naungan 70% 28 7 25 30 25 72 71 73 1 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-28


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 12 21 27 30 26 68 66 70 6 5
Naungan 35% 12,5 18 26 29 25 70 69 72 4 6
Naungan 70% 29 7 25 29 24 71 70 73 1 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-29


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 12 22 28 28 28 66 67 66 6 5
Naungan 35% 12,5 20 26 26 26 68 68 69 4 6
Naungan 70% 30 9 26 26 25 70 70 71 1 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-30


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 12 23 27 31 26 69 62 70 6 5
Naungan 35% 13 22 27 30 26 69 63 70 4 6
Naungan 70% 31,5 9 26 30 25 72 64 72 1 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-31


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 12,5 25 27 30 27 70 63 68 7 5
Naungan 35% 13 18 26 30 26 71 64 69 5 6
Naungan 70% 33 9 26 29 26 71 64 69 1 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-32


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 13 26 26 29 26 70 60 68 7 5
Naungan 35% 13 19 26 28 26 73 60 68 5 6
Naungan 70% 35 9 26 28 26 74 62 69 1 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 6
- Naungan 35% = = = 100 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-33


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 13 29 28 32 27 67 55 65 7 5
Naungan 35% 13 20 28 32 27 67 67 66 5 5
Naungan 70% 35 9 27 30 26 70 68 68 2 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 35% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-34


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 13,5 32 27 31 26 69 55 70 8 5
Naungan 35% 13,5 22 27 30 25 72 57 72 5 5
Naungan 70% 38 10 27 29 25 72 59 72 3 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 35% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-35


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 14 34 30 33 28 63 53 62 8 5
Naungan 35% 14 24 29 31 27 65 54 63 5 5
Naungan 70% 39 10 28 81 27 78 57 64 3 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 35% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-36


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 14 34 29 32 28 64 55 62 8 5
Naungan 35% 14 24 27 31 28 66 55 64 5 5
Naungan 70% 39 10 27 30 27 65 56 65 3 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 35% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-37


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 14 34 27 30 26 68 56 65 8 5
Naungan 35% 14 24 26 29 26 68 56 67 5 5
Naungan 70% 39 10 26 29 26 70 56 68 3 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 35% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-38


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 14 34 28 30 27 67 56 66 8 5
Naungan 35% 14 28 28 30 27 68 56 66 6 5
Naungan 70% 39 10 27 28 26 70 58 68 3 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 35% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-39


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 15 34 26 29 26 69 60 67 8 5
Naungan 35% 14 28 26 29 26 69 62 67 6 5
Naungan 70% 40 11 25 27 25 71 64 70 3 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 35% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-40


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 15 36 25 30 26 70 57 68 9 5
Naungan 35% 15 28 25 28 25 70 57 69 6 5
Naungan 70% 40,5 11 25 27 25 70 59 60 3 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 35% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 1. (lanjutan)

Pengamatan hari ke-41


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 15 36 25 31 27 70 56 69 9 5
Naungan 35% 15 28 25 31 26 72 57 69 6 5
Naungan 70% 41 11 24 29 25 72 58 69 3 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 35% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6

Pengamatan hari ke-42


Kelembaban
Suhu (pukul) Percabangan Benih
Perlakuan TT JD (pukul)
tangkai daun Berkecambah
7 12 17 7 12 15
Tanpa Naungan 15 36 24 28 25 72 66 70 9 5
Naungan 35% 15 28 24 28 24 73 68 72 6 5
Naungan 70% 41 11 24 27 24 73 68 69 3 5

Daya kecambah :
Jumlah benih berkecambah 5
- Tanpa Naungan = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 35% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Jumlah benih berkecambah 5
- Naungan 70% = = = 83 %
Jumlah benih total 6
Lampiran 2. Perhitungan Produksi Bahan Kering Kacang Tanah

berat sampel sebelum oven – berat setelah oven


KA = x 100%
berat sebelum oven
BK = 100% - KA
1. KA tanaman tanpa naungan
0,345 – 0,27
KA = x 100% = 22 %
0,345
BK = 100% - 22% = 88%
2. KA tanaman naungan 35%

0,16 – 0,0685
KA = x 100% = 57,2%
0,16
BK = 100% - 57,2% = 42,8%
3. KA tanaman naungan 70%
0,057 – 0,0105
KA = x 100% = 82%
0,057

BK = 100% - 82% = 18%


Lampiran 3. Identifikasi Jenis Vegetasi

Tabel 5. Jenis Tanaman


Kode Gambar Nama Daerah Nama Latin
A Ajeran Bidens pilosa
B Putri malu Mimosa pudica
C Nanangkaan Euphorbia Hirta
L
D Rumput bermuda Cynodon
dactylon
E Alang-alang Imperata
cylindrica
F Teki Ladang Cyperus
rotondus
G Krinyu Chromolaena
adorata
H Meniran Phyllanthus
urinaria
I
J
K Tembelek Lantana camara
L Songgo Langit Tridax
Procumbens
M Bandotan Ageratum
conyzoides
N Anting-anting Acalypha
australis
Sumber : Data Primer Praktikum Ekologi Tanaman, 2016.
Lampiran 4. Perhitungan Analisis Vegetasi Metode Rintisan

Tabel 6. Analisis Vegetasi Metode Rintisan Pengamatan 1


Jenis Nomor Petak Pengamatan (individu/dominansi) Jumlah
Frekuensi
Tumbuhan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Individu
11/ 17/ 38/ 38/ 29/ 35/ 36/
Ajeran - - - 7 205
305 483 490 494 379 460 475
1/ 10/ 7/ 3/ 4/
Tembelek - - - - - 5 25
39 395 280 120 157
2/ 1/ 5/ 3/ 4/ 2/ 1/
Krinyu - - - 7 18
137 66 320 192 260 135 61
Songgo 9/ 2/ 3/ 2/ 1/ 4/
- - - - 6 21
Langit 747 140 214 139 62 275
9/ 3/ 1/ 5/
Bandotan - - - - - - 4 18
336 111 37 188
2/ 4/ 3/
Meniran - - - - - - - 3 9
94 190 141
Anting- 11/ 14/ 8/ 12/ 9/ 7/ 5/
- - - 7 66
Anting 370 465 270 400 230 233 167
Jumlah 39 362
Sumber : Data Primer Praktikum Ekologi Tanaman, 2016.

Perhitungan Metode Rintisan Pengamatan 1


a. Ajeran
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
205
=
1
= 205
KM
KR = x 100 %
∑ KM
205
= x 100 %
362
= 56%
Frekuensi suatu jenis
FM =
jumlah seluruh petak contoh
7
=
10
= 0,7
Lampiran 4. (lanjutan)

FM
FR = x 100 %
∑ FM
0, 7
= x 100 %
3,9
= 18%
Luas bidang dasar suatu jenis
DM =
luas seluruh petak contoh
3086
=
15
= 205
DM
DR = x 100 %
∑ DM
205
= x 100 %
668
= 30%
NP = KR + FR + DR
= 56% + 18% + 30%
= 104%
NP
SDR =
3
104
=
3
= 35%

b. Tembelek
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
28
=
1
= 28
KM
KR = x 100 %
∑ KM
28
= x 100 %
362
= 7%
Lampiran 4. (lanjutan)

Frekuensi suatu jenis


FM =
jumlah seluruh petak contoh
5
=
10
= 0,5
FM
FR = x 100 %
∑ FM
0, 5
= x 100 %
3,9
= 13%
Luas bidang dasar suatu jenis
DM =
luas seluruh petak contoh
990
=
15
= 66
DM
DR = x 100 %
∑ DM
66
= x 100 %
668
= 10%
NP = KR + FR + DR
= 5% + 13% + 10%
= 30%
NP
SDR =
3
30
=
3
= 3%

c. Krinyu
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
18
=
1
= 18
Lampiran 4. (lanjutan)

KM
KR = x 100 %
∑ KM

18
= x 100 %
362
= 5%
Frekuensi suatu jenis
FM =
jumlah seluruh petak contoh
7
=
10
= 0,7
FM
FR = x 100 %
∑ FM
0, 7
= x 100 %
3,9
= 18%
Luas bidang dasar suatu jenis
DM =
luas seluruh petak contoh
1170
=
15
= 78
DM
DR = x 100 %
∑ DM
78
= x 100 %
668
= 12%
NP = KR + FR + DR
= 5% + 18% + 12%
= 35%
NP
SDR =
3
35
=
3
= 12%
Lampiran 4. (lanjutan)

d. Songgo Langit
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
21
=
1
= 21
KM
KR = x 100 %
∑ KM
21
= x 100 %
362
= 6%
Frekuensi suatu jenis
FM =
jumlah seluruh petak contoh
6
=
10
= 0,6
FM
FR = x 100 %
∑ FM
0, 6
= x 100 %
3,9
= 15%
Luas bidang dasar suatu jenis
DM =
luas seluruh petak contoh
1575
=
15
= 105
DM
DR = x 100 %
∑ DM
105
= x 100 %
668
= 26%
NP = KR + FR + DR
= 6% + 15% + 26%
= 47%
Lampiran 4. (lanjutan)

NP
SDR =
3
47
=
3
= 16%

e. Bandotan
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
18
=
1
= 18
KM
KR = x 100 %
∑ KM
18
= x 100 %
362
= 5%
Frekuensi suatu jenis
FM =
jumlah seluruh petak contoh
4
=
10
= 0,4
FM
FR = x 100 %
∑ FM
0,4
= x 100 %
3,9
= 10%
Luas bidang dasar suatu jenis
DM =
luas seluruh petak contoh
660
=
15
= 44
DM
DR = x 100 %
∑ DM
44
= x 100 %
668
= 7%
Lampiran 4. (lanjutan)

NP = KR + FR + DR
= 5% + 10% + 7%
= 22%
NP
SDR =
3
22
=
3
= 7
f. Meniran
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
9
=
1
=9
KM
KR = x 100 %
∑ KM
9
= x 100 %
362
= 2%
Frekuensi suatu jenis
FM =
jumlah seluruh petak contoh
3
=
10
= 0,3
FM
FR = x 100 %
∑ FM
0,3
= x 100 %
3,9
= 8%
Luas bidang dasar suatu jenis
DM =
luas seluruh petak contoh
420
=
15
= 28
Lampiran 4. (lanjutan)

DM
DR = x 100 %
∑ DM
28
= x 100 %
668
= 4%
NP = KR + FR + DR
= 2% + 8% + 4%
= 14%
NP
SDR =
3
14
=
3
= 5%
g. Anting-Anting
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
66
=
1
= 66
KM
KR = x 100 %
∑ KM
66
= x 100 %
362
= 18%
Frekuensi suatu jenis
FM =
jumlah seluruh petak contoh
7
=
10
= 0,7
FM
FR = x 100 %
∑ FM
0,7
= x 100 %
3,9
= 18%
Lampiran 4. (lanjutan)

Luas bidang dasar suatu jenis


DM =
luas seluruh petak contoh
2130
=
15
= 142
DM
DR = x 100 %
∑ DM
142
= x 100 %
668
= 41%
NP = KR + FR + DR
= 18% + 18% + 41%
= 77%
NP
SDR =
3
77
=
3
= 26%
Lampiran 4. (lanjutan)

Tabel 7. Analisis Metode Rintisan Pengamatan 2


Jenis Nomor Petak Pengamatan (individu/dominansi) Jumlah
Frekuensi
Tumbuhan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Individu
23/ 2/ 21/ 46/ 42/ 37/ 39/ 41/
Ajeran - - 8 256
615 89 570 611 550 500 541 770
3/ 17/ 13/ 5/ 5/
Tembelek - - - - - 5 43
112 665 510 200 200
6/ 7/ 7/ 7/ 8/ 8/ 6/
Krinyu - - - 7 69
430 600 610 605 710 801 400
Songgo 11/ 5/ 8/ 5/ 3/ 7/
- - - - 6 39
Langit 761 341 546 350 200 415
18/ 7/ 6/ 8/
Bandotan - - - - - - 4 39
667 256 231 320
2/ 4/ 17/ 5/
Meniran - - - - - - 4 28
16 35 910 239
Anting- 13/ 21/ 13/ 19/ 10/ 9/ 7/
- - - 7 92
Anting 431 931 630 600 310 560 667
Jumlah 41 566
Sumber : Data Primer Praktikum Ekologi Tanaman, 2016.

a. Krinyu
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
256
=
1
= 256

KM
KR = x 100 %
∑ KM
256
= x 100 %
566
= 45%
Frekuensi suatu jenis
FM =
jumlah seluruh petak contoh
8
=
10
= 0,8
Lampiran 4. (lanjutan)

FM
FR = x 100 %
∑ FM
0,8
= x 100 %
4,1
= 20%
Luas bidang dasar suatu jenis
DM =
luas seluruh petak contoh
4245
=
15
= 283
DM
DR = x 100 %
∑ DM
283
= x 100 %
1299
= 22%
NP = KR + FR + DR
= 45% + 20% + 22%
= 87%
NP
SDR =
3
87
=
3
= 29%

b. Tembelek
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
28
=
1
= 28
KM
KR = x 100 %
∑ KM
28
= x 100 %
566
= 8%
Lampiran 4. (lanjutan)

Frekuensi suatu jenis


FM =
jumlah seluruh petak contoh
5
=
10
= 0,5
FM
FR = x 100 %
∑ FM
0,5
= x 100 %
4,1
= 12%
Luas bidang dasar suatu jenis
DM =
luas seluruh petak contoh
1680
=
15
= 112
DM
DR = x 100 %
∑ DM
112
= x 100 %
1299
= 9%
NP = KR + FR + DR
= 8% + 12% + 29%
= 29%
NP
SDR =
3
29
=
3
= 10

c. Krinyu
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
69
=
1
= 69
Lampiran 4. (lanjutan)

KM
KR = x 100 %
∑ KM
69
= x 100 %
566
= 12%
Frekuensi suatu jenis
FM =
jumlah seluruh petak contoh
7
=
10
= 0,7
FM
FR = x 100 %
∑ FM
0,7
= x 100 %
4,1
= 17%
Luas bidang dasar suatu jenis
DM =
luas seluruh petak contoh
4155
=
15
= 277
DM
DR = x 100 %
∑ DM
277
= x 100 %
1299
= 21%
NP = KR + FR + DR
= 12% + 17% + 21%
= 50%
NP
SDR =
3
50
=
3
= 17%
Lampiran 4. (lanjutan)

d. Songgo Langit
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
39
=
1
= 39
KM
KR = x 100 %
∑ KM
39
= x 100 %
566
= 7%
Frekuensi suatu jenis
FM =
jumlah seluruh petak contoh
6
=
10
= 0,6
FM
FR = x 100 %
∑ FM
0,6
= x 100 %
4,1
= 15%
Luas bidang dasar suatu jenis
DM =
luas seluruh petak contoh
2610
=
15
= 174
DM
DR = x 100 %
∑ DM
174
= x 100 %
1299
= 13%
NP = KR + FR + DR
= 7% + 15% + 13%
= 35%
Lampiran 4. (lanjutan)

NP
SDR =
3
35
=
3
= 12

e. Bandotan
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
39
=
1
= 39
KM
KR = x 100 %
∑ KM
39
= x 100 %
566
= 7%
Frekuensi suatu jenis
FM =
jumlah seluruh petak contoh
4
=
10
= 0,4
FM
FR = x 100 %
∑ FM
0,4
= x 100 %
4,1
= 10%
Luas bidang dasar suatu jenis
DM =
luas seluruh petak contoh
1470
=
15
= 98
DM
DR = x 100 %
∑ DM
98
= x 100 %
1299
= 98%
Lampiran 4. (lanjutan)

NP = KR + FR + DR
= 7% + 10% + 8%
= 25%
NP
SDR =
3
25
=
3
= 8%

f. Meniran
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
28
=
1
= 28
KM
KR = x 100 %
∑ KM
28
= x 100 %
566
= 5%
Frekuensi suatu jenis
FM =
jumlah seluruh petak contoh
4
=
10
= 0,4
FM
FR = x 100 %
∑ FM
0,4
= x 100 %
4,1
= 10%
Lampiran 4. (lanjutan)

Luas bidang dasar suatu jenis


DM =
luas seluruh petak contoh
1200
=
15
= 80
DM
DR = x 100 %
∑ DM
80
= x 100 %
1299
= 6%
NP = KR + FR + DR
= 5% + 10% + 6%
= 21%
NP
SDR =
3
21
=
3
= 7%

g. Anting-Anting
Jumlah individu
KM =
luas petak contoh
92
=
1
= 92
KM
KR = x 100 %
∑ KM
92
= x 100 %
566
= 16%
Frekuensi suatu jenis
FM =
jumlah seluruh petak contoh
7
=
10
= 0,7
Lampiran 4. (lanjutan)

FM
FR = x 100 %
∑ FM
0,7
= x 100 %
4,1
= 17%
Luas bidang dasar suatu jenis
DM =
luas seluruh petak contoh
4125
=
15
= 275
DM
DR = x 100 %
∑ DM
275
= x 100 %
1299
= 21%
NP = KR + FR + DR
= 16% + 17% + 21%
= 54%
NP
SDR =
3
54
=
3
= 18%
Lampiran 5. Perhitungan Analisis Vegetasi Metode Kuadrat

1. Metode kuadrat 1x1

Tabel 8. Pengamatan 1 Kerapatan dan Frekuensi Metode Kuadrat


Jenis Nomor Petak Pengamatan Jumlah
Frekuensi
Tumbuhan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Individu
Ajeran 17 4 13 16 9 10 20 11 8 9 118 10

Putri malu 3 - 3 - 1 3 3 2 3 2 20 7
Nanangka
1 3 4 - 3 - 1 - - 2 14 5
an
Rumput
35 33 2 4 - 3 7 - 1 - 85 6
bermuda
Alang-
- - - - - - - 4 20 7 31 2
alang
Teki
- 1 - - 2 - - 3 - - 6 2
ladang

Krinyu - 2 3 5 - 3 5 - - 2 20 5

Meniran - - - - - - 2 - 3 - 5 2

Jumlah 299 39
Sumber : Data Primer Praktikum Ekologi Tanaman, 2016.
Lampiran 5. (lanjutan)

Tabel 9. Pengamatan 1 Dominasi Lindungan Vegetasi Kuadrat


Nomor Petak Pengamatan Rata -
Jenis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
Tumbuhan d1/ d1/ d1/ d1/ d1/ d1/ d1/ d1/ d1/ d1/
d1/ d2
d2 d2 d2 d2 d2 d2 d2 d2 d2 d2
27/ 5/ 25/ 53/ 30/ 35/ 34/ 30/ 15/ 10/
Ajeran 30/ 24
20 19 17 27 24 30 27 19 20 7
50/ 38/ 50/ 37/ 28/ 12/ 24/
Putri malu - - 12/ 8 38/ 47
60 47 36 33 31 8 15
Nanangkaan 2/ 1 3/ 1 7/ 3 - - - 5/ 3 - - 2/ 3 5/ 3
Rumput 37/ 37/ 30/ 28/ 12/ 21/ 18/
- - - 18/ 22
bermuda 30 33 25 31 8 7 22
18/ 20/ 17/
Alang-alang - - - - - - - 18/ 15
15 16 12
50/ 31/
Teki ladang - - - 15/ 8 - - - - 50/ 36
36 28
23/2 18/ 28/ 21/ 23/ 19/
Krinyu - - - - 28/ 25
5 21 25 18 19 24
31/ 27/
Meniran - - - - - - - - 31/ 28
28 21
Sumber : Data Primer Praktikum Ekologi Tanaman, 2016.
Lampiran 5. (lanjutan)

Tabel 10. Pengamatan 2 Kerapatan dan Frekuensi Metode Kuadrat


Jenis Nomor Petak Pengamatan Jumlah
Frekuensi
Tumbuhan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Individu
Ajeran 29 7 25 35 23 14 22 27 19 22 223 10

Putri malu 2 - 9 2 3 6 11 6 11 13 63 9
Nanangka
2 3 4 - 1 - - - - 5 15 5
an
Rumput
24 35 6 - 3 9 13 3 - - 93 7
bermuda
Alang-
18 - 3 - - - - - 33 27 81 4
alang
Teki
- 8 2 - 2 5 6 4 2 - 29 7
ladang

Krinyu - - 4 - - - 7 - - 3 19 4

Meniran - - 1 - - 1 - - 4 - 6 3

Jumlah 529 49
Sumber : Data Primer Praktikum Ekologi Tanaman, 2016.
Lampiran 5. (lanjutan)

Tabel 11. Pengamatan 2 Dominasi Lindungan Vegetasi Kuadrat


Nomor Petak Pengamatan Rata -
Jenis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 rata
Tumbuhan d1/ d1/ d1/ d1/ d1/ d1/ d1/ d1/ d1/ d1/ d1/
d2 d2 d2 d2 d2 d2 d2 d2 d2 d2 d2
35/ 12/ 23/ 55/ 32/ 37/ 37/ 32/ 35/ 15/ 35/
Ajeran
31 18 9 29 27 33 29 20 20 9 31
Putri 36/ 41/ 21/ 15/ 55/ 45/ 35/ 32/ 29/ 36/
-
malu 28 49 28 11 38 37 32 31 16 28
Nanangk
4/2 5/ 3 8/ 4 - - - - - - 9/ 7 4/ 2
aan
Rumput 34/ 41/ 31/ 17/ 25/ 34/
- 15/ 9 - - -
bermuda 32 31 26 9 24 32
Alang- 13/ 19/ 23/ 23/ 13/
- - - - - -
alang 18 16 16 13 18
Teki 55/ 21/ 27/ 35/ 33/ 55/
- - - 19/ 7 -
ladang 37 18 13 29 29 37
21/ 25/ 27/ 25/ 21/
Krinyu - - - - - -
23 21 21 25 18
24/ 27/ 31/ 27/
Meniran - - - - - - -
26 25 22 21
Sumber : Data Primer Praktikum Ekologi Tanaman, 2016.

 Tanaman A
Jumlah tanaman
KM 1 =
Luas petak
118
=
1
= 118
Jumlah tanaman
KM 2 =
Luas petak
223
=
1
= 223
Lampiran 5. (lanjutan)

KM
KR 1 = x 100%
Total KM
118
= x 100%
299
= 39,5%
KM
KR 2 = x 100%
Total KM
223
= x 100%
259
= 42,1%
Jumlah petak yang ditemukan tanaman
FM 1 =
Jumlah petak pengamatan
10
=
10
=1
Jumlah petak yang ditemukan tanaman
FM 2 =
Jumlah petak pengamatan
10
=
10
=1
FM
FR 1 = x 100%
Total FM
1
= x 100%
39
= 2,7%
FM
FR 2 = x 100%
Total FM
1
= x 100%
49
= 2%
Lampiran 5. (lanjutan)

d1 x d2 π
x
4 2
DM 1 =
Luas petak x 10
30 x 24
4
x 1,57
=
1 x 10
= 28,3

d1 x d2 π
x
4 2
DM 2 =
Luas petak x 10
35 x 21
x 1,57
4
=
1 x 10
= 70,1
DM
DR 1 = x 100%
Total DM
28,3
= x 100%
258,9
= 10,9%
DM
DR 2 = x 100%
Total DM
70,1
= x 100%
255,1
= 16,7%
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1
= 39,5% + 2,7% + 10,9%
= 53,1%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2
= 42,1% + 2% + 16,7%
= 60,8%
Lampiran 5. (lanjutan)

NP1
SDR 1 =
3
53,1%
=
3
= 17,7%
NP2
SDR 2 =
3
60,8%
=
3
= 20,3%

 Tanaman B
Jumlah tanaman
KM 1 =
Luas petak
20
=
1
= 20
Jumlah tanaman
KM 2 =
Luas petak
63
=
1
= 63
KM
KR 1 = x 100%
Total KM
20
= x 100%
299
= 6,7%
KM
KR 2 = x 100%
Total KM
63
= x 100%
529
= 12%
Lampiran 5. (lanjutan)

Jumlah petak yang ditemukan tanaman


FM 1 =
Jumlah petak pengamatan
7
=
10
= 0,7
Jumlah petak yang ditemukan tanaman
FM 2 =
Jumlah petak pengamatan
9
=
10
= 0,9

FM
FR 1 = x 100%
Total FM
0,7
= x 100%
39
= 1,8%
FM
FR 2 = x 100%
Total FM
0,9
= x 100%
49
= 1,8%
d1 x d2 π
4
x2
DM 1 =
Luas petak x 10
38 x 47
4
x 1,57
=
1 x 10
= 70,1
Lampiran 5. (lanjutan)

d1 x d2 π
x
4 2
DM 2 =
Luas petak x 10
36 x 28
4
x 1,57
=
1 x 10
= 39,6
DM
DR 1 = x 100%
Total DM
70,1
= x 100%
258,9
= 27,1%
DM
DR 2 = x 100%
Total DM
39,6
= x 100%
255,1
= 15,5%
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1
= 6,7% + 1,8% + 27,1%
= 35,6%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2
= 12% + 1,8% + 15,5%
= 29,3%
NP1
SDR 1 =
3
35,6%
=
3
= 171,9%
Lampiran 5. (lanjutan)

NP1
SDR 2 =
3
29,3%
=
3
= 9,8%
 Tanaman C
Jumlah tanaman
KM 1 =
Luas petak
14
=
1
= 14
Jumlah tanaman
KM 2 =
Luas petak
15
=
1
= 15
KM
KR 1 = x 100%
Total KM
14
= x 100%
299
= 4,7%
KM
KR 2 = x 100%
Total KM
15
= x 100%
529
= 2,8%
Jumlah petak yang ditemukan tanaman
FM 1 =
Jumlah petak pengamatan
5
=
10
= 0,5
Lampiran 5. (lanjutan)

Jumlah petak yang ditemukan tanaman


FM 2 =
Jumlah petak pengamatan
5
=
10
= 0,5
FM
FR 1 = x 100%
Total FM
0,5
= x 100%
39
= 1,3%
FM
FR 2 = x 100%
Total FM
0,5
= x 100%
49
= 1%
d1 x d2 π
4
x2
DM 1 =
Luas petak x 10
5x3
4
x 1,57
=
1 x 10
= 2,2

d1 x d2 π
4
x2
DM 2 =
Luas petak x 10
4x2
4
x 1,57
=
1 x 10
= 0,3
Lampiran 5. (lanjutan)

DM
DR 1 = x 100%
Total DM
2,2
= x 100%
258,9
= 0,85%
DM
DR 2 = x 100%
Total DM
0,3
= x 100%
255,1
= 0,1%
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1
= 4,7% + 1,3% + 0,85%
= 6,85%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2
= 2,8% + 1% + 0,1%
= 3,9%
NP1
SDR 1 =
3
6,85%
=
3
= 2,3%
NP1
SDR 2 =
3
3,9%
=
3
= 1,3%
Lampiran 5. (lanjutan)

 Tanaman D
Jumlah tanaman
KM 1 =
Luas petak
85
=
1
= 85
Jumlah tanaman
KM 2 =
Luas petak
93
=
1
= 93
KM
KR 1 = x 100%
Total KM
85
= x 100%
299
= 28,4%
KM
KR 2 = x 100%
Total KM
93
= x 100%
529
= 7,6%
Jumlah petak yang ditemukan tanaman
FM 1 =
Jumlah petak pengamatan
6
=
10
= 0,6
Jumlah petak yang ditemukan tanaman
FM 2 =
Jumlah petak pengamatan
7
=
10
= 0,7
Lampiran 5. (lanjutan)

FM
FR 1 = x 100%
Total FM
0,6
= x 100%
39
= 1,5%
FM
FR 2 = x 100%
Total FM
0,7
= x 100%
49
= 1,4%
d1 x d2 π
4
x2
DM 1 =
Luas petak x 10
8 x 22
4
x 1,57
=
1 x 10
= 15,5
d1 x d2 π
4
x2
DM 2 =
Luas petak x 10
34 x 32
4
x 1,57
=
1 x 10
= 42,7
DM
DR 1 = x 100%
Total DM
15,5
= x 100%
258,9
= 6%
DM
DR 2 = x 100%
Total DM
42,7
= x 100%
255,1
= 16,7%
Lampiran 5. (lanjutan)

NP 1 = KR1 + FR1 + DR1


= 28,4% + 15,5% + 6%
= 35,9%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2
= 7,6% + 1,4% + 16,7%
= 25,9%
NP1
SDR 1 =
3
35,9%
=
3
= 12%
NP1
SDR 2 =
3
25,9%
=
3
= 8,6%

 Tanaman E
Jumlah tanaman
KM 1 =
Luas petak
31
=
1
= 31
Jumlah tanaman
KM 2 =
Luas petak
81
=
1
= 81
Lampiran 5. (lanjutan)

KM
KR 1 = x 100%
Total KM
31
= x 100%
299
= 10,4%
KM
KR 2 = x 100%
Total KM
81
= x 100%
529
= 15,3%
Jumlah petak yang ditemukan tanaman
FM 1 =
Jumlah petak pengamatan
2
=
10
= 0,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman
FM 2 =
Jumlah petak pengamatan
4
=
10
= 0,4
FM
FR 1 = x 100%
Total FM
0,2
= x 100%
39
= 0,5%
FM
FR 2 = x 100%
Total FM
0,4
= x 100%
49
= 0,8%
Lampiran 5. (lanjutan)

d1 x d2 π
x
4 2
DM 1 =
Luas petak x 10
18 x 15
4
x 1,57
=
1 x 10
= 10,6

d1 x d2 π
x
4 2
DM 2 =
Luas petak x 10
13 x 18
x 1,57
4
=
1 x 10
= 9,2
DM
DR 1 = x 100%
Total DM
10,6
= x 100%
258,9
= 4,1%
DM
DR 2 = x 100%
Total DM
9,2
= x 100%
255,1
= 3,6%
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1
= 10,4% + 0,5% + 4,1% = 15%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2
= 15,3% + 0,8% + 3,6% = 19,7%
Lampiran 5. (lanjutan)

NP1
SDR 1 =
3
15%
=
3
= 5%
NP1
SDR 2 =
3
19,7%
=
3
= 6,6%

 Tanaman F
Jumlah tanaman
KM 1 =
Luas petak
6
=
1
=6
Jumlah tanaman
KM 2 =
Luas petak
29
=
1
= 29
KM
KR 1 = x 100%
Total KM
6
= x 100%
299
= 2%
KM
KR 2 = x 100%
Total KM
29
= x 100%
529
= 5,5%
Lampiran 5. (lanjutan)

Jumlah petak yang ditemukan tanaman


FM 1 =
Jumlah petak pengamatan
2
=
10
= 0,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman
FM 2 =
Jumlah petak pengamatan
7
=
10
= 0,7

FM
FR 1 = x 100%
Total FM
0,2
= x 100%
39
= 0,5%
FM
FR 2 = x 100%
Total FM
0,7
= x 100%
49
= 1,4%
d1 x d2 π
4
x2
DM 1 =
Luas petak x 10
50 x 36
4
x 1,57
=
1 x 10
= 70,6
Lampiran 5. (lanjutan)

d1 x d2 π
x
4 2
DM 2 =
Luas petak x 10
55 x 37
4
x 1,57
=
1 x 10
= 70,6
DM
DR 1 = x 100%
Total DM
70,6
= x 100%
258,9
= 27,3%
DM
DR 2 = x 100%
Total DM
70,6
= x 100%
255,1
= 27,7%
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1
= 2% + 0,5% + 27,3%
= 29,8%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2
= 5,5% + 1,4% + 27,7%
= 34,5%
NP1
SDR 1 =
3
29,8%
=
3
= 9,9%
Lampiran 5. (lanjutan)

NP1
SDR 2 =
3
34,5%
=
3
= 11,5%

 Tanaman G
Jumlah tanaman
KM 1 =
Luas petak
20
=
1
= 20
Jumlah tanaman
KM 2 =
Luas petak
19
=
1
= 19
KM
KR 1 = x 100%
Total KM
20
= x 100%
299
= 6,7%
KM
KR 2 = x 100%
Total KM
19
= x 100%
529
= 3,6%
Lampiran 5. (lanjutan)

Jumlah petak yang ditemukan tanaman


FM 1 =
Jumlah petak pengamatan
5
=
10
= 0,5
Jumlah petak yang ditemukan tanaman
FM 2 =
Jumlah petak pengamatan
4
=
10
= 0,4
FM
FR 1 = x 100%
Total FM
0,5
= x 100%
39
= 1,3%
FM
FR 2 = x 100%
Total FM
0,4
= x 100%
49
= 0,8%
d1 x d2 π
4
x2
DM 1 =
Luas petak x 10
28 x 25
4
x 1,57
=
1 x 10
= 27,5
d1 x d2 π
4
x2
DM 2 =
Luas petak x 10
21 x 18
x 1,57
4
=
1 x 10
= 27,5
Lampiran 5. (lanjutan)

DM
DR 1 = x 100%
Total DM
27,5
= x 100%
258,9
= 10,6%
DM
DR 2 = x 100%
Total DM
27,5
= x 100% = 10,8%
255,1
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1
= 6,7% + 1,3% + 10,6%
= 18,6%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2
= 3,6% + 0,8% + 10,8%
= 15,2%
NP1
SDR 1 =
3
18,6%
=
3
= 6,2%
NP1
SDR 2 =
3
15,2%
=
3
= 5,1%
Lampiran 5. (lanjutan)

 Tanaman H
Jumlah tanaman
KM 1 =
Luas petak
5
=
1
=5
Jumlah tanaman
KM 2 =
Luas petak
6
=
1
=6
KM
KR 1 = x 100%
Total KM
5
= x 100%
299
= 1,7%
KM
KR 2 = x 100%
Total KM
6
= x 100%
529
= 1,1%
Jumlah petak yang ditemukan tanaman
FM 1 =
Jumlah petak pengamatan
2
=
10
= 0,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman
FM 2 =
Jumlah petak pengamatan
3
=
10
= 0,3
Lampiran 5. (lanjutan)

FM
FR 1 = x 100%
Total FM
0,2
= x 100%
39
= 0,5%
FM
FR 2 = x 100%
Total FM
0,3
= x 100%
49
= 0,6%
d1 x d2 π
4
x2
DM 1 =
Luas petak x 10
31 x 28
4
x 1,57
=
1 x 10
= 34,1
d1 x d2 π
4
x2
DM 2 =
Luas petak x 10
27 x 21
4
x 1,57
=
1 x 10
= 22,6
DM
DR 1 = x 100%
Total DM
34,1
= x 100%
258,9
= 13,2%
DM
DR 2 = x 100%
Total DM
22,6
= x 100%
255,1
= 8,8%
Lampiran 5. (lanjutan)

NP 1 = KR1 + FR1 + DR1


= 1,7% + 0,5% + 13,2%
= 15,4%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2
= 1,1% + 0,6% + 8,8%
= 10,5%
NP1
SDR 1 =
3
15,4%
=
3
= 5,1%
NP1
SDR 2 =
3
10,5%
=
3
= 3,5%
Lampiran 5. (lanjutan)

2. Metode kuadrat 10x10

Tabel 1. Pengamatan 1 Kerapatan dan Frekuensi Metode Kuadrat


Jenis Nomor Petak Pengamatan Jumlah
Frekuensi
Tumbuhan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Individu
Ajeran 3954 280 334 291 173 165 221 540 440 111 6509 10

Putri malu 240 80 137 233 143 116 90 312 210 110 1673 10
Nanangka
- - - 34 34 - - - 40 - 108 3
an
Rumput 23
1400 821 2127 197 - 1851 79 85 41 6831 9
bermuda 0
Alang-
- 175 230 107 77 65 70 45 30 60 859 9
alang

Teki 100 4250 4112 3611 3404 55 4200 200 90 1600 21622 10

Meniran - 2 - 30 38 20 15 60 45 70 280 8

Singkong 117 - - 56 - 48 108 64 42 - 435 6

Pisang - 7 3 - 4 - - 3 - 2 17 5

Mahoni 4 11 16 25 42 10 2 - - 4 114 8

Jumlah 78
Sumber : Data Primer Praktikum Ekologi Tanaman,2016.
Tabel 1. Pengamatan 2 Kerapatan dan Frekuensi Metode Kuadrat
Jenis Nomor Petak Pengamatan Jumlah
Frekuensi
Tumbuhan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Individu
Ajeran 4150 109 211 114 250 850 445 4140 685 120 11074 10

Putri malu 202 18 143 181 91 72 78 127 198 200 1310 10


Nanangka
- - - 50 41 - - - 44 - 135 3
an
Rumput
1350 850 2017 200 - 205 2141 47 101 33 6944 9
bermuda
Alang-
- 243 340 85 250 128 241 232 - 45 1564 8
alang

Teki 244 1922 4831 2316 3150 31 3121 108 173 1850 17745 10

Meniran - 3 - 5 19 6 5 - 14 28 80 7

Singkong 117 - - 56 - 48 108 64 42 - 435 6

Pisang - 12 5 - 18 - - - 16 2 53 4

Mahoni 4 11 16 25 42 10 2 - - 4 114 8

Jumlah 75
Sumber : Data Primer Praktikum Ekologi Tanaman,2016.

 Tanaman A
Jumlah tanaman 6509
KM 1 = = = 65,1
Luas petak 100
Jumlah tanaman 11074
KM 2 = = = 110,7
Luas petak 100
KM 65,1
KR 1 = x 100% = x 100% = 16,9%
Total KM 384,4
KM 110,7
KR 2 = x 100% = x 100% = 28%
Total KM 394,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 10
FM 1 = = =1
Jumlah petak pengamatan 10
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 10
FM 2 = = =1
Jumlah petak pengamatan 10
FM 1
FR 1 = x 100% = x 100% = 12,8%
Total FM 7,8
FM 1
FR 2 = x 100% = x 100% = 12,8%
Total FM 7,8
d1 x d2 π 25 x 31
4
x2 4
x 1,57
DM 1 = = = 0,2
Luas petak x 10 100 x 10
d1 x d2 π 34 x 42
4
x2 4
x 1,57
DM 2 = = = 0,6
Luas petak x 10 100 x 10
DM 0,2
DR 1 = x 100% = x 100% = 0,3%
Total DM 64,1
DM 0,6
DR 2 = x 100% = x 100% = 0,8%
Total DM 76,8
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1 = 16,9% + 12,8% + 0,3% = 30%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2 = 28% + 12,8% + 0,8% = 41,6%
NP1 30%
SDR 1 = = = 10%
3 3
NP2 41,6%
SDR 2 = = = 13,9%
3 3
 Tanaman B
Jumlah tanaman 1673
KM 1 = = = 16,7
Luas petak 100
Jumlah tanaman 1310
KM 2 = = = 13,1
Luas petak 100
KM 16,7
KR 1 = x 100% = x 100% = 4,3%
Total KM 384,4
KM 13,1
KR 2 = x 100% = x 100% = 3,3%
Total KM 394,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 10
FM 1 = = =1
Jumlah petak pengamatan 10
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 10
FM 2 = = =1
Jumlah petak pengamatan 10
FM 1
FR 1 = x 100% = x 100% = 12,8%
Total FM 7,8
FM 1
FR 2 = x 100% = x 100% = 12,8%
Total FM 7,8
d1 x d2 π 40 x 29
4
x2 4
x 1,57
DM 1 = = = 0,4
Luas petak x 10 100 x 10
d1 x d2 π 33 x 36
4
x2 4
x 1,57
DM 2 = = = 0,5
Luas petak x 10 100 x 10
DM 0,4
DR 1 = x 100% = x 100% = 0,6%
Total DM 64,1
DM 0,5
DR 2 = x 100% = x 100% = 0,6%
Total DM 76,8
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1 = 4,3% + 12,8% + 0,6% = 17,7%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2 = 1,3% + 3,8% + 0,1% = 4,2%
NP1 17,7%
SDR 1 = = = 5,9%
3 3
NP2 4,2%
SDR 2 = = = 1,4%
3 3

 Tanaman C
Jumlah tanaman 118
KM 1 = = = 1,1
Luas petak 100
Jumlah tanaman 135
KM 2 = = = 1,3
Luas petak 100
KM 1,1
KR 1 = x 100% = x 100% = 0,3%
Total KM 384,4
KM 1,3
KR 2 = x 100% = x 100% = 0,3%
Total KM 394,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 3
FM 1 = = = 0,3
Jumlah petak pengamatan 10
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 3
FM 2 = = = 0,3
Jumlah petak pengamatan 10
FM 0,3
FR 1 = x 100% = x 100% = 3,8%
Total FM 7,8
FM 0.3
FR 2 = x 100% = x 100% = 3,8%
Total FM 7,8
d1 x d2 π 20 x 14
4
x2 4
x 1,57
DM 1 = = = 0,1
Luas petak x 10 100 x 10
d1 x d2 π 21 x 18
4
x2 4
x 1,57
DM 2 = = = 0,1
Luas petak x 10 100 x 10
DM 0,1
DR 1 = x 100% = x 100% = 0,1%
Total DM 64,1
DM 0,1
DR 2 = x 100% = x 100% = 0,1%
Total DM 76,8
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1 = 0,3% + 3,8% + 0,1% = 4,2%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2 = 0,3% + 3,8% + 0,1% = 4,2%
NP1 4,2%
SDR 1 = = = 1,4%
3 3
NP2 4,2%
SDR 2 = = = 1,4%
3 3

 Tanaman D
Jumlah tanaman 6831
KM 1 = = = 68,3
Luas petak 100
Jumlah tanaman 6944
KM 2 = = = 69,4
Luas petak 100
KM 68,3
KR 1 = x 100% = x 100% = 17,8%
Total KM 384,4
KM 69,4
KR 2 = x 100% = x 100% = 17,6%
Total KM 394,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 9
FM 1 = = = 0,9
Jumlah petak pengamatan 10
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 9
FM 2 = = = 0,9
Jumlah petak pengamatan 10
FM 0,9
FR 1 = x 100% = x 100% = 11,5%
Total FM 7,8
FM 0,9
FR 2 = x 100% = x 100% = 11,5%
Total FM 7,8
d1 x d2 π 8x5
4
x2 4
x 1,57
DM 1 = = = 0,01
Luas petak x 10 100 x 10
d1 x d2 π 9x6
4
x2 4
x 1,57
DM 2 = = = 0,02
Luas petak x 10 100 x 10
DM 0,1
DR 1 = x 100% = x 100% = 0,01%
Total DM 64,1
DM 0,2
DR 2 = x 100% = x 100% = 0,03%
Total DM 76,8
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1 = 17,8% + 11,5% + 0,01% = 29,3%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2 = 17,6% + 11,8% + 0,03% = 29,4%
NP1 29,3%
SDR 1 = = = 9,8%
3 3
NP2 29,4%
SDR 2 = = = 9,8%
3 3

 Tanaman E
Jumlah tanaman 859
KM 1 = = = 8,59
Luas petak 100
Jumlah tanaman 1564
KM 2 = = = 15,6
Luas petak 100
KM 8,6
KR 1 = x 100% = x 100% = 2,2%
Total KM 384,4
KM 15,6
KR 2 = x 100% = x 100% = 3,9%
Total KM 394,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 9
FM 1 = = = 0,9
Jumlah petak pengamatan 10
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 8
FM 2 = = = 0,8
Jumlah petak pengamatan 10
FM 0,9
FR 1 = x 100% = x 100% = 11,5%
Total FM 7,8
FM 0,8
FR 2 = x 100% = x 100% = 10,2%
Total FM 7,8
d1 x d2 π 44 x 41
4
x2 4
x 1,57
DM 1 = = = 0,7
Luas petak x 10 100 x 10
d1 x d2 π 53 x 49
4
x2 4
x 1,57
DM 2 = = =1
Luas petak x 10 100 x 10
DM 0,7
DR 1 = x 100% = x 100% = 1,1%
Total DM 64,1
DM 1
DR 2 = x 100% = x 100% = 1,3%
Total DM 76,8
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1 = 2,2% + 11,5% + 1,1% = 14,8%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2 = 3,9% + 10,2% + 1,3% = 15,4%
NP1 14,8%
SDR 1 = = = 4,9%
3 3
NP2 15,4%
SDR 2 = = = 5,1%
3 3

 Tanaman F
Jumlah tanaman 21622
KM 1 = = = 216,2
Luas petak 100
Jumlah tanaman 17745
KM 2 = = = 177,4
Luas petak 100
KM 216,2
KR 1 = x 100% = x 100% = 56,2%
Total KM 384,4
KM 177,4
KR 2 = x 100% = x 100% = 45%
Total KM 394,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 10
FM 1 = = =1
Jumlah petak pengamatan 10
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 10
FM 2 = = =1
Jumlah petak pengamatan 10
FM 1
FR 1 = x 100% = x 100% = 12,8%
Total FM 7,8
FM 1
FR 2 = x 100% = x 100% = 12,8%
Total FM 7,8
d1 x d2 π 29 x 27
4
x2 4
x 1,57
DM 1 = = = 0,3
Luas petak x 10 100 x 10
d1 x d2 π 30 x 29
4
x2 4
x 1,57
DM 2 = = = 0,3
Luas petak x 10 100 x 10
DM 0,3
DR 1 = x 100% = x 100% = 0,5%
Total DM 64,1
DM 0,3
DR 2 = x 100% = x 100% = 0,4%
Total DM 76,8
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1 = 56,2% + 12,8% + 0,5% = 69,5%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2 = 45% + 12,8% + 0,4% = 58,2%
NP1 69,5%
SDR 1 = = = 23,2%
3 3
NP2 58,2%
SDR 2 = = = 19,4%
3 3

 Tanaman G
Jumlah tanaman 280
KM 1 = = = 2,8
Luas petak 100
Jumlah tanaman 80
KM 2 = = = 0,8
Luas petak 100
KM 2,8
KR 1 = x 100% = x 100% = 0,7%
Total KM 384,4
KM 0,8
KR 2 = x 100% = x 100% = 0,2%
Total KM 394,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 8
FM 1 = = = 0,8
Jumlah petak pengamatan 10
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 7
FM 2 = = = 0,7
Jumlah petak pengamatan 10
FM 0,8
FR 1 = x 100% = x 100% = 10,2%
Total FM 7,8
FM 0,7
FR 2 = x 100% = x 100% = 9%
Total FM 7,8
d1 x d2 π 21 x 25
4
x2 4
x 1,57
DM 1 = = = 0,2
Luas petak x 10 100 x 10
d1 x d2 π 24 x 23
4
x2 4
x 1,57
DM 2 = = = 0,2
Luas petak x 10 100 x 10
DM 0,2
DR 1 = x 100% = x 100% = 0,3%
Total DM 64,1
DM 0,2
DR 2 = x 100% = x 100% = 0,3%
Total DM 76,8
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1 = 0,7% + 10,2% + 0,3% = 11,2%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2 = 0,2% + 9% + 0,3% = 9,5%
NP1 11,2%
SDR 1 = = = 3,7%
3 3
NP2 9,5%
SDR 2 = = = 3,2%
3 3

 Tanaman H
Jumlah tanaman 435
KM 1 = = = 4,3
Luas petak 100
Jumlah tanaman 435
KM 2 = = = 4,3
Luas petak 100
KM 4,3
KR 1 = x 100% = x 100% = 1,1%
Total KM 384,4
KM 4,3
KR 2 = x 100% = x 100% = 1,1%
Total KM 394,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 6
FM 1 = = = 0,6
Jumlah petak pengamatan 10
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 6
FM 2 = = = 0,6
Jumlah petak pengamatan 10
FM 0,6
FR 1 = x 100% = x 100% = 7,7%
Total FM 7,8
FM 0,6
FR 2 = x 100% = x 100% = 7,7%
Total FM 7,8
d1 x d2 π 78 x 81
4
x2 4
x 1,57
DM 1 = = = 2,5
Luas petak x 10 100 x 10
d1 x d2 π 80 x 79
4
x2 4
x 1,57
DM 2 = = = 2,5
Luas petak x 10 100 x 10
DM 2,5
DR 1 = x 100% = x 100% = 3,9%
Total DM 64,1
DM 2,5
DR 2 = x 100% = x 100% = 3,2%
Total DM 76,8
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1 = 1,1% + 7,7% + 3,9% = 12,7%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2 = 1,1% + 7,7% + 3,2% = 11,9%
NP1 12,7%
SDR 1 = = = 4,2%
3 3
NP2 11,9%
SDR 2 = = = 3,9%
3 3

 Tanaman I
Jumlah tanaman 17
KM 1 = = = 0,2
Luas petak 100
Jumlah tanaman 53
KM 2 = = = 0,5
Luas petak 100
KM 0,2
KR 1 = x 100% = x 100% = 0,1%
Total KM 384,4
KM 0,5
KR 2 = x 100% = x 100% = 0,1%
Total KM 394,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 5
FM 1 = = = 0,5
Jumlah petak pengamatan 10
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 4
FM 2 = = = 0,4
Jumlah petak pengamatan 10
FM 0,5
FR 1 = x 100% = x 100% = 6,4%
Total FM 7,8
FM 0,4
FR 2 = x 100% = x 100% = 5,1%
Total FM 7,8
d1 x d2 π 154 x 160
4
x2 4
x 1,57
DM 1 = = = 9,7
Luas petak x 10 100 x 10
d1 x d2 π 165 x 151
4
x2 4
x 1,57
DM 2 = = = 9,8
Luas petak x 10 100 x 10
DM 9,7
DR 1 = x 100% = x 100% = 5,1%
Total DM 64,1
DM 9,8
DR 2 = x 100% = x 100% = 12,8%
Total DM 76,8
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1 = 0,1% + 6,4% + 15,1% = 21,6%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2 = 0,1% + 5,1% + 12,8% = 18%
NP1 21,6%
SDR 1 = = = 7,2%
3 3
NP2 18%
SDR 2 = = = 6%
3 3

 Tanaman J
Jumlah tanaman 114
KM 1 = = = 1,1
Luas petak 100
Jumlah tanaman 114
KM 2 = = = 1,1
Luas petak 100
KM 1,1
KR 1 = x 100% = x 100% = 0,3%
Total KM 384,4
KM 1,1
KR 2 = x 100% = x 100% = 0,3%
Total KM 394,2
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 8
FM 1 = = = 0,8
Jumlah petak pengamatan 10
Jumlah petak yang ditemukan tanaman 8
FM 2 = = = 0,8
Jumlah petak pengamatan 10
FM 0,8
FR 1 = x 100% = x 100% = 10,2%
Total FM 7,8
FM 0,8
FR 2 = x 100% = x 100% = 10,2%
Total FM 7,8
d1 x d2 π 364 x 350
4
x2 4
x 1,57
DM 1 = = = 50
Luas petak x 10 100 x 10
d1 x d2 π 405 x 390
4
x2 4
x 1,57
DM 2 = = = 62
Luas petak x 10 100 x 10
DM 50
DR 1 = x 100% = x 100% = 78%
Total DM 64,1
DM 62
DR 2 = x 100% = x 100% = 80,7%
Total DM 76,8
NP 1 = KR1 + FR1 + DR1 = 0,3% + 10,2% + 78% = 88,5%
NP 2 = KR2 + FR2 + DR2 = 0,3% + 10,2% + 80,7% = 91,2%
NP1 88,5%
SDR 1 = = = 29,5%
3 3
NP2 91,2%
SDR 2 = = = 30,4%
3 3

Anda mungkin juga menyukai