Anda di halaman 1dari 80

ISSN 1693-4849

JURNAL PENDIDIKAN
SERAMBI ILMU
(Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)

VOLUME 20 NOMOR 1 MARET 2015

 Peningkatan Kemampuan Mengelola Dana BOS Melalui Penyusunan RKAS Forum KKKS Gugus III SDN 28
Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin (Hal 1-8)

 Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian Hambatan Seri-Paralel Arus Searah Melalui Talking Stick Siswa
Kelas XII TGB SMK Negeri 1 Bireuen
Bima Albert (Hal 9-16)

 Meningkatkan Hasil Belajar Energi Mekanik Melalui Snowball Throwing Siswa Kelas X TAV SMK
Negeri 1 Bireuen
Fatimah Abubakar (Hal 17-23)

 Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan Melalui Model Examples Non Examples
Pada Siswa Kelas IV di SD Negeri 14 Banda Aceh
Ruhadi (Hal 24-36)

 Peningkatan Hasil Belajar melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Siswa Kelas X Teknik Permesinan
SMK Negeri 1 Bireuen
Fauziah (Hal 37-43)

 Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima Beraturan Melalui CTL Belajar Mandiri
Kelas X TSP SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs (Hal 44-55)

 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Picture And Student Active pada
Materi Masyarakat Pra Sejarah Indonesia di Kelas X.A.3 SMA Negeri 8 Banda Aceh
Nurliza (Hal 56-61)

 Peningkatan Hasil Balajar Siswa dengan Penerapan Metode Demontrasi dan Penugasan pada Materi Gerbang
Logika Kelas X Teknik Audio Vedeio (TAV) SMK Negeri 1 Bireuen
Yusniar (Hal 62-73)

 Peningkatan Prestasi Siswa Menyimpulkan Berbagai Paragraf Deduktif dan Induktif dengan Model Discovery
Learning Kelas XII IPA I SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen
Welni (Hal 74-79)

Diterbit Oleh
FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Jurnal Banda Aceh


Hal
Pendidikan Volume 20 Nomor 1 Maret
1-79
Serambi Ilmu 2015

Publikasi Online: jurnal.serambimekkah.ac.id/jurnal-fkip/


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGELOLA DANA BOS MELALUI PENYUSUNAN


RKAS FORUM KKKS GUGUS III SDN 28 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN

Oleh
Zainuddin*

Abstrak
Pengelolaan dana/keuangan sekolah secara akuntabel, transparan, dan efisien akan
menciptakan suasana sekolah yang kondusif bagi peningkatan kualitas sekolah, membuat
guru, siswa, dan orang tua serta seluruh stakeholder sekolah dapat memberikan dukungan
dengan penuh kesungguhan melaksanakan tugas dan kewajibannya yang mengarah kepada
upaya meningkatkan prestasi siswa tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, atau
golongan. Dengan tujuan untuk mengetahui cara membina kemampuan kepala sekolah
dalam menyusun RKAS yang sesuai petunjuk tehnis penggunaan dan pertanggungjawaban
keuangan dana BOS tahun 2013, secara akuntabel, transparan, dan efisien, dan untuk
mencapai efektifitas forum KKKS. Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
(RKAS) tahun 2013, berpedoman pada Permendikbud Nomor 76 Tahun 2012, di Gugus III
SDN 28 Peusangan Kabupaten Bireuen dengan 7 sekolah binaan, memanfaatkan kelompok
kerja kepala sekolah KKKS dengan hasil meningkatnya kemampuan kepala sekolah dalam
mengelola dana BOS yaitu dengan melakukan pembinaan yang terukur menyusun RKAS
tahun 2013, penggunaan dana sekolah secara akuntabel, transparan, dan efisien,
memanfaatkan forum KKKS Gugus III SDN 28 Peusangan Kabupaten Bireuen dengan
menyusun RKAS yang berkualitas, dan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam
menyusun RKAS pada kegiatan pra tindakan, angka kemampuan kepala sekolah 62,72
(katagori C), tindakan I angka kemampuan meningkat menjadi 73,44 (katagori B), dan
setelah tindakan II meningkat lagi menjadi 81,00 (katagori B).

Kata kunci : Kepala Sekolah dan Mengelola Dana BOS

Pengelolaan dana/keuangan sekolah Indonesia untuk dapat mengembangkan


secara akuntabel, transparan, dan efisien akan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri
menciptakan suasana sekolah yang kondusif didalam masyarakat atau melanjutkan
bagi peningkatan kualitas sekolah, membuat pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
guru, siswa, dan orang tua serta seluruh Kepala sekolah bersama dengan stakeholder
stakeholder sekolah dapat memberikan lainnya di sekolah mempunyai peran yang
dukungan dengan penuh kesungguhan sangat strategis dalam mengelola dana sekolah
melaksanakan tugas dan kewajibannya yang agar dapat mencapai sasaran.
mengarah kepada upaya meningkatkan prestasi BOS (Bantuan Operasional Sekolah)
siswa tanpa membedakan jenis kelamin, suku, adalah program pemerintah yang pada
agama, atau golongan. Dengan demikian, dasarnya penyediaan pendanaan biaya operasi
kepercayaan orang tua dan masyarakat pada non personalia bagi satuan pendidikan dasar
sekolah akan semakin meningkat, dukungan sebagai pelaksana program wajib belajar.
dana BOS dari pemerintah supaya dapat Dengan tujuan membebaskan pungutan
direncanakan secara tepat, digunakan secara seluruh siswa pada pendidikan dasar dari
baik, serta dapat dipertanggungjawabkan. seluruh pungutan dalam bentuk apapun baik di
Kepala Sekolah memiliki peran yang sekolah negeri maupun swasta, dengan tujuan
sangat strategis dalam mengembangkan pemerataan dan perluasan akses, peningkatan
sumber daya dan kualitas siswa memperoleh mutu, relevansi, daya saing serta untuk tata
kesempatan belajar serta memiliki kemampuan kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.
dalam pengembangan kualitas hasil belajarnya. Kepala sekolah bersama dewan guru
Wajib belajar bertujuan memberikan dan masyarakat sekolah lainnya serta para
pendidikan minimal bagi warga Negara orang tua yang diwakili oleh komite sekolah

Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin, Peningkatan Kemampuan Mengelola Dana BOS 2

menggunakan dana bantuan operasional Memenuhi kebutuhan dan


sekolah itu sesuai dengan petunjuk tehnis kesempurnaan ini, maka selaku pengawas
penggunaan dan pertanggungjawaban sekolah membina kepala sekolah binaan agar
keuangan dana bantuan operasional sekolah, mengikuti bimbingan dan latihan pada
dengan kegiatan merencanakan, melaksanakan kelompok kerja kepala sekolah (KKKS),
dan menilai sesuai program kerja yang perlu merencanakan penggunaan dana Bos yang
dibiayai (sesuai data) dengan menggunakan sesuai aturan. Melalui kegiatan KKKS ini,
dana BOS. semua kepala sekolah binaan dapat
Menyangkut manajemen keuangan berkonsentrasi, mendapat bimbingan, latihan
sekolah yang dikelola sekolah, Rencana Kerja menyusun RKAS yang dapat menjadi dasar
Tahunan yang dibiayai dana BOS tahun 2013, penggunaan dana untuk berbagai kegiatan yang
diatur penggunaannya oleh sekolah dengan sesuai aturan dan petunjuk tehnik
menyusun rencana kerja anggaran sekolah penggunaannya. Untuk memenuhi dan
(RKAS) yang disusun setiap tahun pelajaran, menyelesikan masalah diatas dan upaya
dengan aktifitas kerja dalam bentuk triwulan, meningkatkan efisiensi dan efektifitas
sesuai anggaran yang dialokasi ke sekolah, penggunaan dana BOS
sesuai dengan 8 (delapan) standar nasional
pendidikan perencanaannya diatur berdasarkan
data (EDS) yang setiap saat direvisi TINJAUAN PUSTAKA
berdasarkan keadaan riil dan analisis hasil A. Pengertian Dana BOS
evaluasi diri sekolah. BOS merupakan singkatan dari bantuan
Adapun alasan melakukan pembinaan operasional sekolah adalah program
kepada kepala sekolah dalam merencanakan pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk
dana BOS ini, karena pada umumnya kepala penyediaan pendanaan biaya operasi
sekolah belum maksimal dalam melakukan nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar
perencanaan dan dalam memanfaatkan dana sebagai pelaksana program wajib belajar, yang
sesuai rencana, dan kesalahan yang sangat bertujuan meringankan beban terhadap
menonjol yaitu dalam kegiatan menyusun pembiayaan pendidikan dalam mencapai wajib
Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS) dan belajar.
dalam mengunakan dana sekolah Menurut PP 48 Tahun 2008 Tentang
(pelaksanaannya), sesuai dengan 13 alokasi Pendanaan Pendidikan, biaya nonpersonalia
dana yang sesuai dengan SNP, penyusunan adalah biaya untuk bahan atau perlatan
RKAS belum berbasis data, belum semua pendidikan habis pakai dan biaya tak langsung
sekolah dapat mengalokasikan dana BOS berupa daya, air, jasa komunikasi,
(menyusun RKAS) jumlah dana untuk pos-pos pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
tertentu, mungkin belum ada dukungan data lembur, transportasi, konsumsi, pajak dan lain-
akurat, kegiatan remedial, bagaimana lain.
merencanakan dana sesuai kebutuhan siswa
dan pengembangan profesi guru. B. Dasar Hukum Penyaluran Dana BOS
Bagaimana upaya pengaturan biaya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
sekolah sangat tergantung kepada manajemen tentang Sistem Pendidikan Nasional
kepada sekolah dalam memfungsikan para mengamanatkan bahwa setiap warga Negara
pemangku kepentingan mengelola dana sesuai yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti
petunjuk tehnisnya, dan memenuhi 8 SNP, pendidikan dasar. Dalam hal ini pemerintah
pengembangan profesi guru, pembinaan siswa, dan pemerintah daerah mempunyai kewajiban
pembiayaan untuk sarana fisik, yang sering menyelenggarakan pendidikan bagi warganya
kali tidak berimbang dengan kebutuhan tanda memungut biaya khususnya bagi siswa
lainnya di sekolah, bagaimana menyusun SD dan SMP.
RKAS dengan poin inti dan bagian-bagiannya, Dasar hukum penyaluran dana BOS
bagaimana mengaktifkan peran guru, kegiatan adalah sebagai berikut ;
siswa, dan mengangkat peran aktif komite 1. UU No. 17 tahun 2003, tentang
sekolah, perlu mendapat bimbingan, keuangan Negara.
pembinaan kepada kepala sekolah. 2. UU No. 20 tahun 2003, tentang system
pendidikan nasional.

Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 3

3. UU No. 32 tahun 2004, tentang C. Tujuan Pemberian Dana BOS.


pemerintahan daerah. Pemberian dana bantuan operasional
4. UU No. 33 tahun 2004, tentang sekolah yang disebut dengan dana BOS yang
perimbangan keuangan antara disalurkan ke sekolah-sekolah sampai ke
pemerintah pusat dengan pemerintah jenjang Sekolah Menengah Pertama di seluruh
daerah. propinsi di Indonesia, alhamdulillah dapat
5. UU No. 10 tahun 2010, tentang APBN meringankan beban masyarakat dalam
tahun anggaran 2011. membiayai pendidikan anak-anak mereka di
6. PP No. 19 tahun 2005, tentang standar seluruh persada tanah air. Pemberian dana
nasional pendidikan. bantuan ini menjadi sangat penting dalam
7. PP No. 6 tahun 2006, tentang membiayai pendidikan anak-anak bangsa
pengelolaan barang milik dalam rangka wajib belajar 9 tahun, dengan
Negara/daerah. penddikan yang bermutu.
8. PP No. 3 tahun 2007, tentang laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah D. Sasaran Program dan Besar Bantuan
kepada pemerintah, laporan keterangan Sasaran program BOS adalah semua
kepala daerah kepada DPRD, dn sekolah SD/SDLB dan SMP/SMPLB/SMPT,
informasi laporan penyelenggaraan termasuk SD-SMP Satu Atap dan Tempat
pemerintahan daerah kepada Kegiatan Belajar Mandiri (TKB Mandiri) yang
masyarakat. diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri
9. PP No. 38 tahun 2007, tentang maupun swasta di seluruh propinsi di
pembagian urusan pemerintahan antara Indonesia.
pemerintah, pemerintahan propinsi dan Besar biaya satuan yang diterima oleh
pemerintahan daerah kabupaten/kota. sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa
10. PP No. 41 tahun 2007, tentang dengan ketentuan :
organisasi perangkat daerah. 1. SD/SDLB : Rp 580.000,-/siswa/tahun.
11. PP No. 47 tahun 2008, tenang wajib 2. SMP/SMPLB/SMPT/
belajar. SATAP : Rp 710.000,- /siswa/tahun
12. PP No. 48 tahun 2008, tentang
pendanaan pendidikan. E. Rancana Penggunaan Dana BOS
13. PP No. 17 tahun 2010, tentang Manajemen sekolah terdiri dari kepala
pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah, dewan guru dan komite sekolah, maka
pendidikan. penggunaan dana Bos ini harus didasarkan
14. Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010, kepada kesepakatan antara dewan guru, komite
tentang kedudukan, tugas, dan fungsi sekolah dan kepala sekolah, maka keputusan
kementerian Negara serta susunan bersama itu merupakan hal yang amat penting
organisasi, tugas dan fungsi esalon I sebagai pertimbangan dalam mengelola dana
kementerian negara. (Perpres No. 67 Bos tersebut. Dana Bos harus didaftar sebagai
tahun 2010, Perpres No. 24 tahun salah satu sumber penerimaan yang dirancang
2010). dengan perencanaan yang jelas dalam
15. Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010, RKAS/RAPBS, dengan memperhitungkan
tentang rencana pembangunan jangka masukan dari seluruh komponen manajemen
menengah nasional tahun 2010-2014. sekolah yang terdiri atas, dewan guru, kepala
16. Peraturan Presiden No. 29 tahun 2010, sekolah dan komite sekolah.
tentang rencana kerja pemerintah tahun Dana BOS yang diterima oleh sekolah,
2011. dapat digunakan untuk membiayai komponen
17. Keputusan Presiden No. 84/P tahun kegiatan-kegiatan berikut ;
2009, tentang embentukan cabinet 1. Pengembangan Perpustakaan
Indonesia Bersatu II. 2. Kegiatan dalam rangka penerimaan
18. Permendiknas No. 76 tahun 2012, siswa baru.
petunjuk Tehnik Penggunaan dan 3. Kegiatan pembelajaran dan ekstra
Pertanggungjawaban Keuangan Dana kurikuler siswa
Bantuan Operasional Sekolah. 4. Kegiatan Ulangan dan ujian
5. Pembelian bahan habis pakai.

Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin, Peningkatan Kemampuan Mengelola Dana BOS 4

6. Langganan daya dan jasa. (Peraturan Mendiknas Nomor 2 tahun


7. Perawatan sekolah. 2008 pasal 11).
8. Pembayaran honorarium bulanan guru
honorer dan tenaga kependidikan G. Monitoring, Pengawasan dan Pelaporan
honorer. 1. Monitoring.
9. Pengembangan profesi guru. Penyaluran dana ke sekolah
10. Membantu siswa miskin. diharapkan dapat bermanfaat untuk
11. Pembiayaan pengelolaan BOS. meningkatkan kemampuan siswa dalam
12. Pembelian perangkat komputer. menempuh proses pembelajarannya di kelas,
13. Biaya lainnya jika komponen 1 s.d 12 dan mampu mengangkat kredibilitas sekolah
telah terpenuhi pendanaannya dari dalam menerapkan proses pembelajaran yang
BOS. bermutu, sebagai bentuk pelayanan pendidikan
kepada peserta didik dalam mengangkat
F. Peraturan Mengelola Dana BOS derajat kemampuannya dalam belajar, hal ini
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menjadi harapan siswa, orang tua dan
Nasional Republik Indonesia mengeluarkan masyarakat sekaligus menjadi harapan sekolah
sejumlah aturan yang tertuang dalam itu sendiri, oleh karena itu sekolah diharapkan
Permendiknas nomor 76 tahun 2012, tentang bisa menjawab tuntutan ini dengan berupaya
Petunjuk Tehnik Penggunaan dan mengelola dana Bos ini dengan jujur, adil,
Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan transparan dan dapat dipertanggung jawabkan
Operasional Sekolah Tahun 2013, tanggal 14 secara moral.
Desember 2012, bahwa ketentuan mengelola Monitoring dapat dilakukan secara
dana Bos diatur dengan baik di tingkat tim internal ataupun eksternal, yang penting
manajemen BOS pusat, tim manajemen BOS manajemen Bos di tingkat sekolah dapat
propinsi, tim manajemen BOS kabupaten/kota memanfaatkan dana Bos ini secara baik, efektif
dan tingkat sekolah. dan efisien, baik dalam bentuk pengawasan
Khususnya bagi sekolah penyelenggara terpadu maupun monitoring dalam bentuk
pendidikan, manajemen Bos situ terdiri atas pengawasan yang dilakukan oleh pengawas
kepala sekolah, dewan guru dan komite sekolah dengan supervisi klinik, dengan tujuan
sekolah. Ada beberapa aturan dan tata tertib pengawasan yang dilakukan secara rutin dan
yang berlaku di sekolah, pengelolaan dana Bos dilakukan pembinaan seperlunya kepada
diatur sebagai berikut ; kepala sekolah, bendahara, dan seluruh
1. Tidak diperkenankan melakukan personil sekolah, termasuk siswa, orang tua
manipulasi data jumlah siswa. dan masyarakat.
2. Mengelola dana Bos secara transparan Didalam kegiatan monitoring ini yang
dan bertanggung jawab. lebih diutamakan adalah penyaluran dan
3. Mengumumkan hasil pembelian barang penyerapan dana Bos di sekolah, baik saat
dan harga yang dilakukan oleh sekolah persiapan penyaluran dana, saat penyaluran
di papan pegumuman sekolah yang dana dan pasca penyaluran dana. Bos di
harus ditandatangani oleh komite sekolah, penggunaan dana di sekolah,
sekolah. monitoring ini dilakukan secara terpadu oleh
4. Menginformasikan secara tertulis tim Bos kabupaten/kota, dan dilakukan secara
rekapitulasi penerimaan dan terintergarasi dengan monitoring sekolah yang
penggunaan dana Bos kepada orang tua dilakukan oleh pengawas sekolah.
siswa setiap semester bersamaan
dengan pertemuan orang tua siswa dan 2. Pengawasan.
sekolah pada saat penerimaan raport. Penggunaan dan pengelolaan dana
5. Bersedia diaudit oleh lembaga yang sekolah perlu diawasi oleh piak tertentu agar
berwenang terhadap seluruh dana yang pengeluaran dan penggunaannya dapat
dikelola oleh sekolah, baik yang berasal terkontrol dengan baik dan dapat mengawasi
dari dana Bos maupun sumber lain. agar tidak salah dalam menggunakannya,
6. Dilarang bertindak menjadi distributor pengawasan juga dapat berfungsi untuk
atau pengecer bukukepada peserta didik menghindari pengyalahgunaan wewenang,
di sekolah yang bersangkutan

Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 5

kebocoran, dan pemborosan keuangan negara Rencana kegiatan dan anggaran sekolah
pugutan liar dan penyelewengan lainnya. (RKAS) yang memenuhi 13 item yang
Beberapa macam bentuk pengawasan digunakan untuk membiayai komponen
program Bos yaitu pengawasan melekat, kegiatan, sebagai berikut ;
pengawasan fungsional, dan pengawasan 1. Pengembangan perpustakaan.
masyarakat. Pengawasan dana Bos ditingkat 2. Kegiatan dalam rangka penerimaan
sekolah ini yang terpenting dilakukan oleh siswa baru.
jajaran pendidikan kabupaten/kota kepada 3. Kegiatan pembelajaran dan ekstra
sekolah penyelenggara bos. kurikuler siswa
Pengawasan dapat dilakukan oleh 4. Kegiatan ulangan dan ujian
lembaga tertentu, baik inspektorat dalam 5. Pembelian bahan habis pakai
melakukan audit sesuai dengan kebutuhan, 6. Langganan daya dan jasa
badan pengawas keuangan dan pembangunan 7. Perawatan sekolah
(BPKP) yang bertanggung jawab dalam 8. Pembayaran honorarium bulanan guru
melakukan audit, maupun pengawasan yang honorer dan tenaga kependidikan
dilaksanakan oleh masyarakat walaupun tidak honorer
melakukan audit, namun apabila ada indikasi 9. Pengembangan profesi guru
penyimpangan dalam pengelolaan dana bos 10. Membantu siswa miskin
dapat langsung dilapor kepada instansi 11. Pembiayaan pengelolaan Bos
fungsional. Disamping itu dapat juga 12. Pembelian perangkat komputer
dilakukan pemeriksaan oleh badan 13. Biaya lainnya jika seluruh komponen 1
pemeriksaan keuangan (BPK). s.d 12 telah terpenuhi pendanaannya
dari Bos.
3. Pelaporan. Penggunaan dana Bos didasari pada
Sekolah dapat mempertanggung semua komponen sesuai petunjuk tehnis
jawabkan penggunaan dana Bos ini di tingkat disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan
sekolah dengan baik, laporan sekolah yang 8 (delapan) standar nasional pendidikan, serta
ditujukan kepada manajemen Bos di tingkat disesusaikan juga dengan kebutuhan sebagai
kabupaten/kota meliputi berkas-berkas sebagai tuntutan data hasil EDS, kemudian
berikut ; disosialisasikan kepada semua pemangku
1. Nama-nama siswa miskin yang kepentingan dan usaha peningkatan mutu
dibebaskan dari pungutan. pendidikan, aktifitas siswa dan peningkatan
2. Jumlah dana yang dikelola sekolah dan kualitas guru.
catatan penggunaan dana.
3. Lembar pencatatan pertanyaan/kritik/ I. Forum KKKS
saran. a. Prinsip Kerja Kelompok.
4. Lembar pencatatan pengaduan. 1. KKKS singkatan dari kelompok
Dalam hal pembelian buku, sekolah kerja kepala sekolah, merupakan
melaporkan daftar buku yang dibeli oleh lembaga yang mandiri dan tidak
sekolah, dan rekapitulasi buku yang mempunyai struktur organisasi yang
dibeli oleh sekolah. hirakis, birokratis dan saling
bergantungan tetapi merupakan
H. Penyusunan RKAS wadah perkumpulan kepala sekolah.
Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah 2. Dinamikanya berlangsung secara
(RKAS) disusun sebagai bagian dari Rencana alamiah sesuai dengan kondisi dan
Kegiatan Tahunan (RKT), secara operasional kebutuhan.
dana Bos dirancang dalam rencana kegiatan 3. Mempunyai visi dan misi yang
dan anggaran, dirancang dan digunakan strategis yaitu mengembangkan
sekolah berdasarkan pada kesepakatan dan profesionalisme kepala sekolah,
keputusan bersama antara tim Manajemen Bos wawasan dan pengetahuan serta
Sekolah, dewan guru dan komite sekolah, hasil memberikan pelayanan pendidikan
kesepakatan sekolah dituangkan secara tertulis yang diharapkan oleh masyarakat.
dalam bentuk berita acara rapat, dana ini 4. Inovatif terhadap upaya
dirancang dan direncanakan sesuai dengan pengembangan mutu pendidikan.

Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin, Peningkatan Kemampuan Mengelola Dana BOS 6

b. Tujuan dan Fungsi KKKS dalam a. Mengidentifikasi masalah penyusunan


konteks Manajemen Sekolah RKAS tahun 2013 (Rencana Kerja
1. Sebagai wahana komunikasi Anggaran Sekolah).
profesional para kepala sekolah. b. Mengidentifikasi hasil dan analisis data
2. Memfasilitas pengembangan EDS.
profesionalisme kepala sekolah. c. Menganalisis kelemahan kepala sekolah
3. Sarana mengembangkan inisiatif dan dalam mengalokasi dana sekolah.
inovasi dalam rangka peningkatan d. Mendiskusikan kebutuhan RKAS yang
mutu pembelajaran melalui cara, berkualitas.
seperti diskusi,seminar lokakarya dan e. Melakukan kolaborasi peneliti dengan
sebagainya. kepala sekolah sebagai penanggung
4. Mengembangkan manajemen jawab dana sekolah dalam
pendidikan, pengembangan strategi pengalokasian dana.
pembelajaran dengan berbagai model
pembelajaran yang efektif. Kegiatan inti yang dilakukan peneliti
5. Mengembangkan peningkatan adalah ;
kualifikasi guru. 1. Melakukan tindakan.
6. Memperluas wawasan dan a. Menetapkan tehnik pembinaan kepala
pengetahuan kepala sekolah dalam sekolah.
berbagai hal, khususnya penguasaan b. Menetapkan jadwal kegiatan dan materi
subtansi manajemen sekolah. binaan
7. Mengembangkan mutu c. Menetapkan tehnik pengumpulan data
profesionalisme Kepala Sekolah dengan observasi.
8. Mewujudkan pembelajaran yang d. Menetapkan tehnis perancangan dan
efektif dalam melahirkan potensi mutu rencana anggaran sekolah.
dan mengembangkan potensi prestasi e. Menetapkan siklus I, (penyusunan
sekolah. RKAS/mengelola dana).
9. Menumbuh kembangkan budaya mutu f. Menetapkan siklus II, (penyusunan
melalui berbagai macam cara seperti RKAS/mengelola dana).
diskusi, seminar, simposium dan
kegiatan keilmuan lainnya. Kegiatan akhir yang dilakukan peneliti
10. Membahas konsep inovasi adalah ;
pembelajaran, diantara quantum 1. Melakukan jalinan kerja dengan kepala
learning contextual learning, brain sekolah dan bendahara serta unsur
baset learning, collaborative learning lainnya yang saling terkait .
contruvtiveisme learning,revolution 2. Menindaklanjuti hasil penelitian.
learning, accelerative learning,sciense 3. Menyusun RKAS untuk periode tahun
technology sociaty approach, problem 2013.
solvingapproach, peer teaching dll.
11. Classroom reform dilakukan dengan B. Prosedur Penelitian.
manajmen sekolah yang efektif. a. Perencanaan.
Untuk memudahkan penulis dalam
melakukan tindakan penelitian maka ;
METODA PENELITIAN - Diadakan Tes awal mengenai
A. Rancangan penelitian pengetahuan kepala sekolah tentang
Penelitian tindakan sekolah ini Permendikbud Nomor 76 tahun 2012.
dirancang dengan tindakan secara (siklus) - Wawancara kepala sekolah dalam
berulang sebanyak dua kali, dengan prosedure menyusun RKAS tahun 2013.
penelitian, yaitu perencanaan, tindakan, - Evaluasi RKAS yang dimiliki kepala
observasi, dan refleksi, dengan rincian sekolah
kegiatan sebagai berikut ; - Merencanakan tindakan penelitian yaitu
Kegiatan awal yang dilakukan mengarahkan kepala sekolah dalam
peneliti adalah ; menyusun RKAS,

Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 7

- Pemahaman kepala sekolah tentang HASIL DAN PEMBAHASAN


Permendikbud Nomor 76 tahun 2012. Kegiatan kerja Kepala sekolah
b. Pelaksanaan. dalam forum KKKS melakukan perbaikan dan
Peneliti menemukan kelemahan kepala revisi RKAS tahun 2013 yang akan digunakan
sekolah dalam ; dalam memanfaatkan dana Bos tahun 2013,
- Analisis hasil EDS tahun 2012. maka tindakan merefleksi RKAS yang sudah
- Menganalisis Permendikbud Nomor 76 dirumuskan, secara individu dan kelompok,
tahun 2012 diobservasi dan evaluasi terhadap hasil kerja
- Menentukan poin-poin dalam petunjuk menyusun rancangan RKAS dalam forum
tehnis penggunaan dana BOS KKKS dalam kegiatan lanjutan tindakan.
- Menentukan jumlah dana perpoin Penulis memberikan masukan melalu diskusi,
kebutuhan. membandingkan, dan pendalaman kepada
- Menyediakan format kegiatan dan jumlah kepala sekolah terhadap kelemahannya dan
anggaran setiap unit kegiatan yang mengarahkan agar memperbaiki kualitas
diperlukan RKAS, melihat data dan kebutuhan, kondisi,
- Menyusun RKAS untuk kebutuhan tahun siswa, guru, mapel, kelas, dan masukan
2013. program para guru kelas dan wakil kepala
- Mengambil contoh RKAS tahun lalu, sekolah, serta melakukan adaptasi terhadap
sebagai bahan revisi. kebutuhan akan adanya peningkatan kualaitas
c. Observasi. guru, perangkat pembelajaran dan penggunaan
Observasi dilakukan bersamaan dengan media yang mendukung meningkatnya
kegiatan menyusun RKAS dengan cara ; pencapaian mutu.
- Melakukan wawancara terhadap rumusan Peningkatan kemampuan kepala
RKAS tahun 2013 yang sedang disusun. sekolah dalam menyusun RKAS pada kegiatan
- Observasi kepala sekolah dalam pra tindakan, angka kemampuan kepala
menentukan aspek kegiatan. sekolah 62,72 (katagori C), tindakan I angka
- Mengamati kerja kepala sekolah dalam kemampuan meningkat menjadi 73,44
menyusun RKAS (katagori B), dan setelah tindakan II meningkat
- Observasi kepala sekolah dalam lagi menjadi 81,00 (katagori B).
menyusun/mengalokasikan jumlah dana Fokus pembahasan hasil penelitian ini
pada setiap poin kegiatan dalam RKAS adalah, bahwa ;
- Observasi dilakukan secara individu 1. Kepala sekolah menyadari benar
kepala sekolah bahwa penggunaan dana BOS yaitu
- Menilai kualitas poin yang dimunculkan melalui perencanaan yang baik dengan
dan dibiayai dalam kegiatan RKAS menyusun RKAS yang sesuai
- Menilai kerja sama kepala sekolah dalam petunjuk tehnis, permendikbud Nomor
menyusun RKAS 76 tahun 2012.
- Observasi hasil kerja kepala sekolah 2. Peningkatan kemampuan kepala
dalam menyusun RKAS sekolah dalam menyusun RKAS
d. Refleksi. merupakan sebuah tuntutan kebutuhan
Aktifitas kerja kepala sekolah dalam yang mamiliki dasar hukum yang kuat
menyusun RKAS di dalam kegiatan demi meningkatkan kualitas
kelompok KKKS, diambil kesimpulan dari pendidikan ditingkat unit kerja
tindakan yang dilakukan, kesimpulan masing-masing kepala sekolah.
ditindaklanjuti dengan melakukan 3. Meningkatkan kemampuan kepala
perencanaan pada siklus berikutnya. sekolah dalam menggunakan dana
sekolah yang bersumber BOS tahun
C. Alat Pengumpulan Data 2013, sesuai dengan perencanaan,
Alat yang digunakan dalam penyusunan RKAS, realiasi
mengumpulkan data penelitian ini adalah tes, penggunaan yang efektif dan efisien,
wawacara, tugas dan observasi. mementingkan kepentingan sekolah,
siswa, guru, mapel, dan program
kegiatan lainnya yang sesuai juknis.

Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin, Peningkatan Kemampuan Mengelola Dana BOS
8

4. Dibawah ini disodorkan tabel hasil Dirjen Dikdas. 2013. Permendikbud RI. Nomor
pembinaan kepala sekolah dalam 76 Tahun 2012. Petunjuk Tehnis
menyusun RKAS tahun 2013, yang Penggunaan dan Pertanggung-jawaban
sesuai petunjuk tehnis penggunaan Keuangan Dana Bantuan Operasional
dan pertanggungjwaban keuangan Sekolah. Jakarta : Kemdikbud.
dana bantuan operasional sekolah
Depdiknas. 2004. Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah. Jakarta: Dirjen
SIMPULAN Dikdasmen.
Penggunaan dan pertanggungjawaban
keuangan dana Bantuan Operasional Sekolah E Mulyasa. 2003. Manajemen Berbasis
(BOS) yang sesuai petunjuk tehnis Sekolah. Konsep, Strategi, dan
Permendikbud Nomor 76 Tahun 2012, Implementasi. Bandung : Remaja
pengawas sekolah melakukan pembinaan para rosdakarya.
kepala sekolah selama 3 bulan sejak awal tahun
anggaran 2013, dengan hasil pembinaan yang ________. 2003. Kurikulum Berbasis
baik, disimpulkan sebagai berikut ; Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan
1. Meningkatnya kemampuan kepala Implementasi. Bandung: Remaja
sekolah dalam mengelola dana BOS yaitu Rosdakarya.
dengan melakukan pembinaan yang
terukur menyusun (perencanaan) RKAS Edward. 1982. Upaya Mencapai Tujuan
yang sesuai petunjuk tehnis penggunaan Persekolahan. : Jakarta:Diklesepora.
dan pertanggungjawaban keuangan dana
BOS tahun 2013. Jaelani, Timur. 1998. Program Pembinaan
2. Membina kemampuan kepala sekolah Pendidikan. Jakarta : Depdikbud.
dalam penggunaan dana sekolah yang
bersumber dari dana BOS tahun 2013 Nadine Manondang. 1996. Partisipasi
dapat dimanfaatkan secara akuntabel, Masyarakat Dalam Pendidikan. Jakarta :
transparan, dan efisien. Depdikbud
3. Pembinaan kepala sekolah dalam
penggunaan dan pertanggungjawaban Permendikbud Nomor 76 tahun 2012. Petunjuk
keuangan dana bantuan operasional Tehnis Penggunaan Dana Bantuan
sekolah tahun 2013 dilakukan Operasional Sekolah (BOS) Tahun
memanfaatkan forum KKKS Gugus III Anggaran 2012. Jakarta : Dirjen Dikdas.
SDN 28 Peusangan Kabupaten Bireuen
dengan menyusun RKAS yang Sutrisno, Damastuti. 2001. Peningkatan Mutu
berkualitas. Pendidikan Di Sekolah Dasar. Jakarta :
4. Peningkatan kemampuan kepala sekolah Depdiknas
dalam menyusun RKAS pada kegiatan
pra tindakan, angka kemampuan kepala Thabrany, Hasbullah. 2003. Rahasia Belajar
sekolah 62,72 (katagori C), tindakan I Sukses. Jakarta: Srigunting.
angka kemampuan meningkat menjadi
73,44 (katagori B), dan setelah tindakan UURI No. 20. 2003. Sistem Pendidikan
II meningkat lagi menjadi 81,00 (katagori Nasional. Bandung: Citra Umbara.
B).

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan.
Bandung : Pustaka Setia.

Depdiknas. 2001. Partisipasi Masyarakat.


Jakata:Depdiknas.

Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 9

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANGKAIAN HAMBATAN SERI-PARALEL ARUS


SEARAH MELALUI TALKING STICK SISWA KELAS XII TGB SMK NEGERI 1 BIREUEN

Oleh
Bima Albert

Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk meningkatkan hasil belajar rangkaian hambatan
seri-paralel arus searah melalui Talking Stick siswa kelas XII TGB SMK Negri 1 Bireuen,
adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara, efektifitas dan tingkat
keberhasilan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada siswa kelas XII
TGB SMK Negri 1 Bireuen. Penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan adanya siklus,
adapun dalam penelitian ini terdiri dari pra siklus (kondisi awal) dan 2 siklus. Setiap siklus
terdiri perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisa data dan refleksi.
Data yang terkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis
kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase, nilai minimum
dan maksimum, ketuntasan dan persentase pada setiap siklus. Sedangkan untuk analisis
kualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan nilai dan KKM dengan tes tertulis,
terdiri atas 2 soal uraian rangkaian hambatan seri-paralel arus searah, sedangkan
mengobservasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan mengunakan skor total
aspek, skor setiap indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap siklus. Salah satu
alternatif pembelajaran fisika yang inovatif dan kreaktif adalah dengan mengunakan model
pembelajaran Talking Stick (Tongkat Berbicara), model ini dipakai sebagai tanda seseorang
mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran dan bergantian dengan
bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan. Dalam hal ini
model pembelajaran Talking Stick mempunyai permainan dalam pembelajaran, dengan
adanya penerapan model pembelajaran Talking Stick ( Tongkat Berbicara), siswa dapat
percaya diri dan mampu mengeluarkan pendapatnya dengan gagasan-gagasan yang positif,
sehingga mendorong minat belajar yang tinggi. Pendekatan dengan metode Talking Stick
dapat membuat siswa dan guru memperbaiki cara proses pembelajaran dari yang jenuh
kedalam arah permainan yang menyenangkan, baik dalam menerapkan konsep materi
pembelajaran, mengelola kelas yang tepat, terjadinya interaksi guru dengan siswa, interaksi
siswa dengan teman sekelasnya yang baik dan tenang dalam diskusi kelompok, siswa
berperan aktif dalam belajar sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai sesuai harapan.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Rangkaian Hambatan Seri-Paralel, Talking Stick

Banyak hal yang perlu diamati dalam tindakan (pra siklus) rata-rata skor nilai 53
proses pembelajaran, baik tentang persiapan dengan kualifikasi kurang aktif (C).
interaksi guru dengan siswa, perangkat Mengingat pembelajaran fisika pada
pembelajaran, minat belajar siswa , daya pikir siswa jurusan Teknik Gambar Bangunan
siswa yang berbeda serta cara guru mengelola (TGB) pada proses pembelajaran konsep
kelas yang baik sehingga tercapai tujuan rangkaian hambatan seri-paralel arus searah
pembelajaran dalam proses pembelajaran. hasil belajar tidak memenuhi target yang
Setelah diadakan penilaian akhir pembelajaran diharapkan, hal ini perlu perbaikan yang
Fisika tepatnya materi rangkaian hambatan terarah baik dalam perangkat pembelajaran,
seri-paralel arus searah pada kelas XII TGB model pembelajaran yang cocok dan
dari 25 siswa hanya 4 siswa (16%) memperoleh pengelolaan kelas yang baik. Hal ini dapat
baik , 6 siswa (24%) memperoleh nilai cukup membangkitan motivasi belajar dan percaya
dan 15 siswa (60%) lagi memperoleh nilai diri dalam belajar.
kurang dan observasi keaktifan siswa sebelum Solusinya adalah guru mempunyai suatu
upaya untuk memperbaiki cara mengajar

Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian Hambatan Seri-Paralel 10

dalam proses pembelajaran, baik dalam hal kemampuan daya pikir yang beda,
menerapkan suatu model pembelajaran, lingkungan, kejenuhan belajar dan metode
mengelola kelas yang tepat dan pembelajaran yang kurang minat diterima oleh
menyenangkan, interaksi guru dan siswa yang siswa. Selanjutnya Hamalik (1992: 173)
baik dan interaksi siswa dengan teman menyatakan bahwa: “Suatu masalah didalam
sekelasnya yang baik dan tenang, sehingga kelas, motivasi adalah proses membangkitkan,
hasil belajar siswa dapat tercapai dengan apa mempertahankan dan mengontrol minat-
yang diharapkan. Salah satu alternatif minat”, Dalam hal ini peran guru disini mampu
pembelajaran fisika yang inovatif dan kreaktif pendekatan moral dan membimbing siswa
adalah dengan mengunakan model secara kekeluargaan, serta guru mampu
pembelajaran Talking Stick (Tongkat mengkaitkan pengetahuan kedalam
Berbicara), model ini dipakai sebagai tanda perkembangan anak didik, mengetahui tentang
seseorang mempunyai hak suara (berbicara) minat belajar siswa dan dapat mengambil
yang diberikan secara bergiliran dan bergantian solusi yang tepat sehingga siswa dapat motivasi
dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang dan kreatif dalam proses pembelajaran.
tongkat wajib menjawab pertanyaan, dalam hal Interaksi dalam proses pembelajaran
ini model pembelajaran Talking Stick sangat penngaruh dalam perkembangan hasil
mempunyai permainan dalam pembelajaran. belajar siswa. Nasution (2006 : 360)
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyatakan: “Hasil belajar adalah hasil dari
sangat tertarik untuk mengadakan penelitian suatu interaksi tindak belajar mengajar dan
dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang
Rangkaian Hambatan Seri-Paralel Arus diberikan guru”, hal ini interaksi guru dengan
Searah Melalui Talking Stick Siswa Kelas XII siswa, siswa dengan teman sekelasnya maupun
TGB SMK Negeri 1 Bireuen”. sebaiknya perlu diterapkan dalam proses
pembelajaran untuk membangkitkan rasa
percaya diri dan prestasi belajar siswa,
TINJAUAN PUSTAKA sehingga hasil evaluasi dapat menghasilkan
Hasil belajar merupakan bagian sesuai dengan harapan.
terpenting dalam proses pembelajaran, karena Belajar akan mendapat prestasi yang
keberhasilan guru dalam proses pembelajaran baik apabila belajar tersebut dilakukan dengan
dapat diukur dari hasil belajar, menurut adanya dukungan, sarana dan prasarana
Hamalik (2006: 30): “Hasil belajar adalah bila pengajaran, dengan demikian dapat
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan mendorong motivasi belajar siswa dalam
tingkah laku pada orang tersebut”, sedangkan meningkat prestasi belajar. Motivasi belajar
Sudjana (2005: 22) mendifinisikan: “Hasil untuk prestasi juga dikemukakan oleh
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang Mangkunegara (2001:103) adalah: “Motivasi
dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami berprestasi dapat diartikan sebagai suatu
pengalaman belajar ”. Jadi hasil belajar dorongan dalam diri seseorang untuk
merupakan terjadi proses perubahan dalam diri melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan
seseorang setelah belajar. atau tugas dengan sebaik-baiknya guna
Persiapan guru dalam pembelajaran mencapai prestasi dengan prediket terpuji”
merupakan salah satu faktor mempengaruhi Dalam hal ini prestasi yang telah dicapai dari
hasil belajar siswa. Menurut Slameto (1991: serangkayan kegiatan yang dilakukan secara
84) menyatakan bahwa “Mengajar adalah sadar oleh siswa yang mengakibatkan
kegiatan mengorganisasi yang bertujuan untuk perubahan pengetahuan atau kemahiran yang
membantu dan menggairahkan siswa belajar”, ada didalam dirinya yang dicapai oleh masing-
dalam hal ini bukan saja ilmu yang ada perlu masing individu siswa berbeda satu sama
disiapkan namun perlu juga perangkat lainnya. Prestasi belajar juga dapat disebut
pembelajaran yang terarah dan terprogram, sebagai tingkat keberhasilan siswa didalam
pengelolaan kelas yang aman, tertib dan proses pembelajaran.
menyenangkan serta mampu membimbing Talking Stick termasuk salah satu tipe
siswa dalam proses pembelajaran. model pembelajaran kooperatif, menurut
Minat belajar siswa sangat dominan Sugiyanto (2008:41) menyatakan:
mempengaruhi hasil belajar siswa, baik dalam “Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa

Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 11

keuntungan diantaranya memungkinkan para Stick Adapun kelebihan dan kekurangan pada
siswa saling belajar mengenai sikap, Talking Stick adalah sebagai berikut:
ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan
pandangan-pandangan”,hal ini sejalan dengan Kelebihan Talking Stick.
Mulyana (2005: 4) menyatakan: “Pembelajaran a. Menciptakan suasana interaksi guru
kooperatif adalah suatu sikap atau prilaku dengan siswa dan interaksi siswa dengan
bersama dalam bekerja atau membantu diantara siswa yang baik. .
sesama dalam stuktur kerja sama yang teratur b. Mendorong siswa untuk lebih aktif dan
dalam kelompok”. kreatif dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif tipe Talking c. Melatih percaya diri siswa dalam
Stick dilakukan dengan menggunakan bantuan mengemukakan pendapat dalam proses
tongkat yang panjangnya 20 cm, siswa yang pembelajaran.
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan d. Meningkatkan hasil belajar siswa baik
dari guru setelah siswa mempelajari dan secara individu maupun kelompok.
memahami konsep maupun latihan soal-soal e. Meningkatkan efesiensi guru dalam
rangkaian hambatan seri-paralel arus searah. mengelola kelas yang kreatif, dan
Dalam hal ini guru menjelaskan materi menyenangkan sehingga tujuan
pembelajaran dan menyelesaikan beberapa pembelajaran diharapkan tercapai.
bentuk soal-soal rangkaian dan siswapun harus
mempunyai buku/modul rangkaian hambatan Kekurangan Talking Stick.
seri-paralel arus searah sehingga penjelasan a. Memerlukan alokasi jam pertemuan yang
guru berstruktur dan terarah. Suprijono (2010: beberapa kali pertemuan pembelajaran.
109) menyatakan bahwa: “Model pembelajaran b. Memerlukan kesiapan mental siswa disaat
talking stick adalah model pembelajaran yang menerima tongkat untuk menjawab
mendorong peserta didik untuk berani pertanyaan yang diberikan guru.
mengukapkan pendapat”, hal ini disamping
kerja individu maupun kelompok juga melatih Rangkaian hambatan seri-paralel arus
siswa untuk melatih berbicara (pendapat) serta searah merupakan materi pelajaran fisika yang
menciptakan suasana interaksi yang diajar pada kelas XII TGB semester 1 untuk
menyenangkan dan membuat siswa aktif dalam kurikulum KTSP di SMK Negeri 1 Bireuen.
proses pembelajaran. Pada materi ini siswa mampu memahami
Menurut Suherman (2006: 84) sintaks konsep rangkaian seri dan mampu
model pembelajaran Talking Stick adalah menyelesaikan soal-soal perhitungan dalam
sebagai berikut : rangkaian hambatan seri, siswa mampu
a. Guru menyiapkan tongkat. memahami konsep rangkaian paralel dan
b. Guru menyajikan materi. mampu menyelesaikan soal-soal perhitungan
c. Siswa membaca materi lengkap pada dalam rangkaian hambatan paralel dan siswa
wacana mampu memahami konsep rangkaian seri-
d. Guru mengambil tongkat dan memberikan paralel dan mampu menyelesaikan soal-soal
tongkat kepada siswa dan siswa yang perhitungan dalam rangkaian hambatan seri-
kebagian tongkat menjawab pertanyaan paralel (gabungan).
dari guru. Peningkatan keberhasilan belajar siswa
e. Tongkat diberikan kepada siswa lain dan terhadap materi pelajaran fisika khususnya
guru memberikan pertanyaan lagi dan rangkaian hambatan seri-pararel arus searah
seterusnya. dengan menggunakan model pembelajaran
f. Guru membimbing siswa. talking stick yang relevan. Penggunaan model
g. Guru dan siswa mengambil kesimpulan. pembelajaran yang terprogam dan terarah dapat
h. Guru melakukan refleksi proses meningkatkan motivasi siswa untuk belajar
pembelajaran. lebih aktif, sehingga tingkat keberhasilan
i. Siswa diberikan evaluasi. belajar siswa akan tercapai sesuai dengan
Sudah tentu dalam pelaksanaan setiap harapan.
model pembelajaran mempunyai kelebihan dan
kekurangannya, begitu juga dengan Talking

Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian Hambatan Seri-Paralel 12

METODA PENELITIAN siswa dalam proses pembelajaran dengan


Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengunakan skor total aspek, skor setiap
merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap
atau “Classroom Action Reserh”, lokasi siklus.
penelitian dilaksanakan adalah Kelas XII TGB Indikator keberhasilan proses tindakan
SMK Negeri 1 Bireuen jalan Taman Siswa adalah apabila kemampuan siswa kelas XII
no.2, Telp. (0644)21558, Fax.(0644)21358, TGB memenuhi nilai kriteria ketuntasan
Kode Pos 24251 desa Geulanggang Baro minimal (KKM) sebesar 76 (C), Observasi
Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen keaktifan siswa belajar dalam setiap siklus
Provinsi Aceh dengan waktu penelitian perlu dilakukan sebagai perbandingan dalam
dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari keberhasilan pembelajaran yang akan
tanggal 7 Agustus sampai dengan 30 Oktober menghasilkan hasil belajar sesuai harapan.
2014 dan subjek penelitian ini adalah siswa Observasi dilaksanakan oleh dua teman sejawat
kelas XII TGB SMK Negeri 1 Bireuen dalam pembelajaran setiap siklus.
semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 yang
berjumlah 25 orang siswa, dimana terdiri dari
21 orang siswa laki-laki dan 4 orang siswa HASIL DAN PEMBAHASAN
perempuan.Penelitian tindakan kelas ini Hasil penelitian, berdasarkan hasil tes
ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam pra siklus dengan hasil tes siklus I dapat dilihat
penelitian ini terdiri dari pra siklus (kondisi adanya pengurangan jumlah siswa yang masih
awal) dan 2 siklus. Setiap siklus terdiri di bawah KKM. Pada pra siklus dibawah KKM
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, sebanyak 15 siswa dan pada akhir siklus I
observasi, analisa data dan refleksi. Data yang berkurang menjadi 8 siswa. Nilai rata-rata
terkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan kelas meningkat dari 67,5 menjadi 77,5.
analisis kualitatif. Untuk analisis kuantitatif Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar
digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata- mengalami peningkatan jika dibandingkan
rata dan persentase, nilai minimum dan dengan siklus I, seperti terlihat dalam diagram
maksimum, ketuntasan dan persentase pada berikut ini:
setiap siklus. Sedangkan untuk analisis
kualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan
rentangan nilai dan KKM dengan tes tertulis,
terdiri atas 2 soal uraian rangkaian hambatan
seri-paralel arus searah, sedangkan
mengobservasi keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dengan mengunakan skor total
aspek, skor setiap indikator, rata-rata dan
kualifikasi pada setiap siklus.
Teknik pengumpulan data diambil dari
tes hasil belajar setiap siklus, data tentang
keaktifan siswa diambil dengan menggunakan Gambar 1. Diagram Ketuntasan Pra Siklus dan
Siklus I
lembar observasi. Alat pengumpulan data pada
penelitian ini meliputi tes tertulis, terdiri atas 2
Menurut gambaran yang ada , bahwa
soal uraian rangkaian hambatan seri-paralel dan
hasil observasi dan dokumen. Data yang keberhasilan belajar pada siklus I lebih baik
terkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan dari pra siklus , namun demikian hasil
analisis kualitatif. Untuk analisis kuantitatif pembelajaran belum semaksimal mungkin yang
sesuai dengan harapan. Dengan memperhatikan
digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-
hasil observasi keaktifan masih ada siswa yang
rata dan persentase, nilai minimum dan
kurang aktif dalam proses pembelajaran, oleh
maksimum, ketuntasan dan persentase pada
setiap siklus. Sedangkan untuk analisis karena itu diperlukan perbaikan pada
kualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan pembelajaran siklus II. Data yang diperoleh
rentangan nilai dan KKM, Data hasil observasi dari hasil tes dan data hasil observasi pada
siklus II Hasil siklus II setelah diadakan
(pengamatan) yang dibantu oleh dua teman
penilaian akhir pembelajaran Fisika tepatnya
sejawat guru yang mengobservasi keaktifan
materi rangkaian hambatan seri-paralel arus

Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 13

searah pada kelas XII TGB dari 25 siswa (Aktif) dengan skor nilai rata-rata 81,13 . Hal
hanya 10 siswa (39%) memperoleh baik , 15 ini dapat dilihat pada diagram berikut ini :
siswa (61%) memperoleh nilai cukup , hal ini
dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram Hasil Tes Siklus II Gambar 4. Diagram Keaktifan Siswa Siklus I
dan Siklus II
Berdasarkan hasil siklus I dengan hasil
Menurut gambaran yang ada , bahwa
tes siklus II dapat dilihat adanya pengurangan
keberhasilan belajar pada siklus II lebih baik
jumlah siswa yang masih di bawah KKM. Pada
siklus I dibawah KKM sebanyak 8 siswa dan dari siklus I maupun pada pra siklus , dengan
pada akhir siklus II semua lulus sesuai dengan demikian hasil pembelajaran sudah
semaksimal mungkin yang sesuai dengan
nilai KKM. Nilai rata-rata kelas meningkat
harapan.
dari 77,5 menjadi 82. Jumlah siswa yang
Pembahasan hasil penelitian,
mencapai ketuntasan belajar mengalami
permasalahan yang menjadi hasil kondisi awal
peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I,
seperti terlihat dalam diagram berikut ini: (pra siklus) dengan menggunakan
pembelajaran konvensional (biasa) , dari 25
siswa keaktifan belajar siswa skor rata-rata 53
kualifikasi kurang aktif (C) meningkat pada
siklus I skor rata-rata 66,38 kualifikasi aktif (B)
dan siklus II skor rata-rata 81,13 kualifikasi
aktif (B) dimana keaktifan siswa mempunyai
peningkatan sebesar 19,99 % dengan
mengunakan pembelajaran model Talking Stick
pada siklus I dan II, berikut data dan diagram
observasi keaktifan siswa mulai dari pra siklus,
siklus I dan siklus II.
Gambar 3. Diagram Ketuntasan Siklus I dan
Siklus II
Tabel 1. Observasi keaktifan siswa
Keaktifan Pra Siklus Siklus
Disamping hasil tes pada siklus II
Siswa Siklus I II
sangat memuaskan, juga keberhasilan
a . Skor rata-
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran 53 66,38 81,13
rata
sisklus II ada peningkatan dibandingankan
dengan proses pembelajaran pada siklus I, dari Kurang Aktif Aktif
b. Kualifikasi
kualifikasi B (Aktif ) dengan skor nilai rata- aktif (C) (B) (B)
rata 66,38 pada siklus I meningkat menjadi
B.

Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian Hambatan Seri-Paralel 14

Gambar 5. Diagram observasi keaktifan siswa

Nilai rata-rata siswa meningkat 13,50 Tabel 2. Hasil belajar berdasarkan nilai siswa
% dari nilai rata-rata 67,7 pada pra siklus No Keterangan Pra Siklus Siklus
menjadi 77,5 pada siklus I , dan meningkat Siklus I II
5,64 % dari nilai rata-rata 77,5 pada siklus I Nilai
menjadi 82 pada siklus II. Selain itu dapat 1 85 85 88
tertinggi
dilihat pada data dan diagram nilai rata-rata, Nilai
nilai tertinggi dan nilai terendah pada setiap 2 50 70 76
Terendah
siklus dibawah ini : Nilai Rata-rata 67,7 77,5 82

Gambar 6. Diagram hasil belajar berdasarkan nilai siswa

Dari hasil belajar sejumlah 25 siswa sebanyak 17 siswa (68%) dan tidak tuntas 8
mencapai ketuntasan berdasarkan nilai KKM siswa (32%) serta pada siklus II semua siswa
76, pada pra siklus 10 siswa (40%) tuntas dan berjumlah 25 siswa (100%) tuntas, berikut
15 siswa (60%) tidak tuntas, sedangkan pada data dan diagram ketuntasan pada pra siklus,
siklus I siswa mencapai ketuntasan belajar siklus I dan siklus II sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil belajar siswa berdasarkan KKM


Pra Siklus Siklus I Siklus II
Ketuntasan
No Jlh. Jlh. Jlh.
Belajar Persen Persen Persen
Siswa Siswa Siswa
1. Tuntas 10 40% 17 68% 25 100%
Belum
2. 15 60% 8 32% 0 0%
Tuntas
Jumlah 25 100% 25 100% 25 100%

Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 15

Gambar 7. Diagram hasil belajar siswa berdasarkan KKM

Dari hasil penelitian dan pembahasan


yang ada , dapatlah dikatakan bahwa dengan 1. Saran-saran
menerapkan model pembelajaran Talking Stick Berkaitan dengan kesimpulan hasil
pada pembelajaran fisika dalam materi penelitian di atas, maka dikemukakan saran
rangkaian hambatan seri-paralel arus searah, bahwa guru hendaknya menerapkan model
siswa XII TGB SMK Negeri 1 Bireuen dapat Talking Stick sesuai dengan materi yang
meningkatkan hasil belajarnya sesuai dengan diajarkan, untuk meningkatkan hasil belajar
harapan. siswa yang baik , kreatif dan berprestasi sesuai
harapan yang dicita-citakan.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penelitian ini dapat DAFTAR PUSTAKA
disimpulkan bahwa: Ari Kunto, Suharsimi. 2008, Penelitian
1. Melalui Talking Stick dapat Tindakan Kelas, cet VI. Jakarta : PT
meningkatkan hasil belajar rangkaian Bumi Aksara.
hambatan seri-paralel arus searah siswa
kelas XII TGB SMK Negeri 1 Bireuen ”. Deden. 2010, Model Pembelajaran Talking
Penelitian ini dilaksanakan pada semester Stick (dedenbilaode.blogspot.com)
ganjil tahun pembelajaran 2014/2015 Diakses : Tanggal 25 Juli 2014.
kelas XII TGB dalam proses
pembelajaran fisika untuk materi Mangkunegara, AA, Anwar Prabu. 2001,
rangkaian hambatan seri-paralel arus Manajemen Sumber Daya Perusahaan.
searah, dimana hasil belajar pada siklus I Bandung : PT Remeja Rosdakarya
siswa mencapai ketuntasan belajar Offset.
sebanyak 17 siswa (68%) dan tidak tuntas
8 siswa (32%) sedangkan pada siklus II M. Suratman, S.Pd. 2001, Buku Fisika 2 SMK.
semua siswa berjumlah 25 siswa (100%) Bandung: Armico
tuntas .
2. Dengan adanya efektifitas dari model Mulyana, Etin Solihatin. 2005, Menjadi Guru
Talking Stick, keaktifan siswa dalam Profesional, Memciptakan
Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian Hambatan S
proses pembelajaran meningkat hal ini Pembelajaran Kreatif dan
dapat diamati lewat lembar observasi. Menyenangkan. Bandung : PT Remeja
Pada siklus I keaktifan siswa dalam Rosdakarya Offset
belajar mencapai skor 66,38 dengan
kualifikasi nilai B ( Aktif ) dan pada Nasution. 2006, Berbagai Pendekatan Dalam
siklus II kualifikasi nilai B ( Aktif ) Proses Belajar & Mengajar. Bandung:
dengan skor 81,13 dimana keaktifan PT Bumi Aksara
siswa mepunyai peningkatan sebesar
19,99 %.

Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
16

Oemar, Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan


Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Oemar, Hamalik. 2006. Proses Belajar


Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Slameto. 1991, Proses Belajar Mengajar


Dalam Sistem Kredit Semester (SKS).
Jakarta : Bumi Aksara

Sudjana, Nana. 2005, Penilaian Hasil Proses


Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito

Suharjono. 2009, Penelitian Tindakan. Malang


: LP3UM

Suherman, Eman. 2006, Strategi Mengajar


Belajar Matematika. Malang: UMN

Sugiyanto, 2008. Model-model Pembelajaran


Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi
Guru Rayon 13.

Suprijono, Agus. 2010, Cooperative Learning


Teori & Apilkasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Meningkatkan
Fatimah Abubakar, Ilmu, Edisi Maret 2015
Hasil Volume
Belajar 20 Nomor
Energi 1
Mekanik 17

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ENERGI MEKANIK MELALUI SNOWBALL


THROWING SISWA KELAS X TAV SMK NEGERI 1 BIREUEN

Oleh
Fatimah Abubakar

Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk meningkatkan hasil belajar energi mekanik
melalui Snowball Throwing siswa kelas X TAV SMK Negri 1 Bireuen, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui cara, efektifitas dan tingkat keberhasilan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada siswa kelas X TAV SMK
Negri 1 Bireuen. Penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam
penelitian ini terdiri dari pra siklus (kondisi awal) dan 2 siklus. Setiap siklus terdiri
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisa data dan refleksi. Data yang
terkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis kuantitatif
digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase, nilai minimum dan
maksimum, ketuntasan dan persentase pada setiap siklus. Sedangkan untuk analisis
kualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan nilai dan KKM dengan tes tertulis,
terdiri atas 6 soal pilihan ganda materi energi mekanik, sedangkan mengobservasi keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran dengan mengunakan skor total aspek, skor setiap
indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap siklus. Salah satu alternatif pembelajaran
fisika yang inovatif dan kreaktif adalah dengan mengunakan model pembelajaran Snowball
Throwing (Melempar Bola Salju) termasuk salah satu tipe model pembelajaran kooperatif,
Snowball Throwing dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang
sulit kepada siswa dalam hal ini materi energi mekanik serta untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan dan kemampuan dalam menguasai materi energi mekanik, disamping kerja
individu maupun kelompok juga melatih siswa untuk melatih untuk memberi pendapat serta
menciptakan suasana interaksi yang menyenangkan dan membuat siswa aktif dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran ini menggali potensi kepemimpinan siswa dalam
kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang di padukan melalui
permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju ,siswa dapat berperan aktif
dalam belajar sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai sesuai harapan.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Energi Mekanik, Snowball Throwing

Dari proses pembelajaran masih banyak Mengingat hasil belajar tidak


juga kendala guru dalam meningkatkan hasil memenuhi target yang sesuai harapan , perlu
belajar siswa, tidak minatnya siswa belajar, adanya perbaikan yang terarah baik dalam
pengelolaan kelas yang tidak tepat dan perangkat pembelajaran, model pembelajaran
kemauan siswa untuk belajar , apa lagi daya yang sesuai dan pengelolaan kelas yang baik.
pikir siswa yang berbeda sehingga hasil belajar Hal ini dapat membangkitan motivasi belajar
siswa tidak memenuhi target yang sesuai dan percaya diri siswa dalam belajar.
dengan harapan. Hal ini terjadi pada penilaian Solusinya adalah guru mempunyai
akhir pembelajaran hasil belajar materi energi suatu upaya untuk memperbaiki cara
mekanik pelajaran fisika kelas X Teknik mengajar dalam proses pembelajaran, baik
Audio Video (TAV) SMK Negeri 1 Bireuen dalam menerapkan suatu model pembelajaran,
dari 22 siswa hanya 1 siswa (4,6%) mengelola kelas yang tepat, metode belajar
memperoleh baik , 7 siswa (31,8%) yang mempunyai permainan yang
memperoleh nilai cukup dan 14 siswa (63,6%) menyenangkan dalam belajar, interaksi guru
lagi memperoleh nilai belum lulus, ini berarti dan siswa yang baik dan interaksi siswa
siswa tidak tuntas belajar 64 % dari siswa dengan teman sekelasnya yang baik dan
yang jumlahnya 22 orang.

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Fatimah Abubakar, Meningkatkan Hasil Belajar Energi Mekanik 18

tenang, sehingga hasil belajar siswa dapat mengontrol minat-minat” Membangkitkan


tercapai sesuai dengan harapan. motivasi siswa merupakan tugas seorang guru
Model pembelajaran Snowball dalam proses pembelajaran baik dari segi
Throwing (melempar bola salju) termasuk perangkat sarana pembelajaran, metode
salah satu tipe model pembelajaran kooperatif, pembelajaran, pendekatan moral,
Snowball Throwing dapat digunakan untuk mengembangkan dan mengontrol minat siswa
memberikan konsep pemahaman materi yang yang ada, sehingga menghasilkan
sulit kepada siswa dalam hal ini materi energi pembelajaran yang sesuai harapan.
mekanik serta untuk mengetahui sejauh mana Menurut Moh User Usman (2002: 26)
pengetahuan dan kemampuan dalam cara yang dapat dilakukan guru untuk
menguasai materi energi mekanik, disamping memperbaiki keterlibatan siswa antara lain
kerja individu maupun kelompok juga melatih sebagai berikut :
siswa untuk melatih untuk memberi pendapat 1) Tingkatkan persepsi siswa secara aktif
serta menciptakan suasana interaksi yang dalam kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan dan membuat siswa aktif membuat respon yang aktif dari siswa
dalam proses pembelajaran. 2) Masa transisi antara kegiatan dalam
Model pembelajaran ini menggali mengajar hendaknya dilakukan secara
potensi kepemimpinan murid dalam kelompok cepat dan luwes
dan keterampilan membuat-menjawab 3) Berikan pengajaran yang jelas dan tepat
pertanyaan yang di padukan melalui sesuai dengan tujuan mengajar yang akan
permainan imajinatif membentuk dan dicapai.
melempar bola salju , dengan adanya uraian 4) Usahakan agar pengajaran dapat lebih
yang ada, peneliti sangat tertarik untuk memacu minat siswa.
mengadakan penelitian dengan judul : “
Meningkatkan Hasil Belajar Energi Mekanik Dalam hal ini peran guru disini mampu
Melalui Snowball Throwing Siswa Kelas X pendekatan moral dan membimbing siswa
TAV SMK Negeri 1 Bireuen”. secara kekeluargaan, serta guru mampu
mengkaitkan pengetahuan kedalam
perkembangan anak didik, mengambil solusi
TINJAUAN PUSTAKA yang tepat sehingga siswa dapat aktif dan
Hasil belajar sangat penting dalam kreatif dalam proses pembelajaran.
proses pembelajaran, menurut Sudjana (2009: Motivasi dan keaktifan siswa dalam
3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran baru lengkap jikalau
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku adanya interaksi dalam proses pembelajaran.,
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang menurut Nasution (2006 : 360) menyatakan:
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif “Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi
dan psikomotorik. Dalam hal ini bahwa hasil tindak belajar mengajar dan biasanya
belajar siswa mempunyai tiga aspek yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan
perlu diterapkan yaitu pengetahuan, sikap dan guru”, hal ini interaksi guru dengan siswa,
keterampilan, sedangkan Nasution (2006: 36) siswa dengan teman sekelasnya maupun
mendifinisikan: “Hasil belajar adalah hasil dari sebaliknya perlu diterapkan dalam proses
suatu interaksi tindak belajar mengajar dan pembelajaran untuk membangkitkan rasa
biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang percaya diri dan prestasi belajar siswa,
diberikan guru”. Jadi hasil belajar merupakan sehingga hasil belajar dapat menghasilkan
hal yang terpenting dalam proses pembelajaran sesuai dengan harapan.
sehingga terjadi proses perubahan dalam diri Prestasi belajar siswa akan tercapai bila
seseorang siswa setelah mendapat nilai belajar pembelajaran tersebut dilakukan dengan
yang sesuai harapannya. adanya dukungan, sarana dan prasarana
Motivasi belajar sangat mempengaruhi pengajaran, dengan demikian dapat
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, mendorong siswa dalam meningkatkan
menurut Hamalik (1992: 173) menyebutkan prestasi belajar , menurut Saifuddin Azwar
tentang motivasi bahwa “Suatu masalah (1998: 45) adalah: “Prestasi merupakan hasil
didalam kelas, motivasi adalah proses yang telah dicapai dari apa yang telah
membangkitkan, mempertahankan dan dilakukan dan dikerjakan secara optimal”.

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 19

Dalam hal ini prestasi yang telah dicapai dari Menurut Suprijono (2010: 128)
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara langkah-langkah model pembelajaran
sadar oleh siswa yang mengakibatkan Snowball Throwing sebagai berikut :
perubahan pengetahuan yang ada didalam 1. Guru menyampaikan materi yang akan
dirinya yang dicapai oleh masing-masing disajikan
individu siswa berbeda satu sama lainnya. 2. Guru membentuk kelompok-kelompok
Prestasi belajar juga dapat disebut sebagai dan memanggil masing-masing ketua
tingkat keberhasilan siswa didalam proses kelompok untuk memberikan penjelasan
pembelajaran. tentang materi
Snowball Throwing termasuk salah 3. Masing-masing ketua kelompok kembali
satu tipe model pembelajaran kooperatif, kekelompoknya masing-masing,
menurut Mulyana (2005: 4) menyatakan: kemudian menjelaskan materi yang
“Pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap disampaikan oleh guru kepada temannya
atau prilaku bersama dalam bekerja atau 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan
membantu diantara sesama dalam stuktur kerja satu lembar kertas kerja, untuk
sama yang teratur dalam kelompok”, menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
sedangkan menurut Sugiyanto (2008: 41) menyangkut materi yang sudah di jelaskan
menyatakan:“Pembelajaran kooperatif oleh ketua kelompok
mempunyai beberapa keuntungan diantaranya 5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti
memungkinkan para siswa saling belajar bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa
mengenai sikap, ketrampilan, informasi, yang lain selama ± 15 menit
perilaku sosial dan pandangan-pandangan”, 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu
pada model pembelajaran Snowball Throwing pertanyaan diberikan kesempatan kepada
(melempar bola salju) ini dilakukan dengan siswa untuk menjawab pertanyaan yang
membuat seperti bola dari lembaran kertas tertulis dalam kertas berbentuk bola
lembaran pertanyaan , siswa yang menangkap tersebut secara bergantian
bola salju terbuat dari lembaran-lembaran 7. Mengadakan evaluasi dan penilaian
pertanyaan tersebut wajib menjawab 8. Penutup
pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari dan memahami konsep maupun Sudah tentu dalam pelaksanaan setiap
latihan soal-soal energi mekanik, dalam hal ini model pembelajaran mempunyai kelebihan
terlebih dahulu guru menjelaskan materi dan kekurangannya, begitu juga dengan
pembelajaran dan menyelesaikan beberapa Snowball Throwing Adapun kelebihan dan
bentuk soal-soal energi mekanik dan siswapun kekurangan pada Snowball Throwing adalah
harus mempunyai LKS energi mekanik sebagai berikut:
sehingga penjelasan guru berstruktur dan Kelebihan Snowball Throwing.
terarah. a. Meningkatkan efesiensi guru dalam
Snowball Throwing dapat digunakan mengelola kelas yang kreatif, dan
untuk memberikan konsep pemahaman materi menyenangkan sehingga tujuan
yang sulit kepada siswa dalam hal ini materi pembelajaran diharapkan tercapai
energi mekanik serta untuk mengetahui sejauh b. Melatih kepemimpinan siswa dalam
mana pengetahuan dan kemampuan dalam kelompok
menguasai materi energi mekanik, disamping c. Melatih percaya diri siswa dalam
kerja individu maupun kelompok juga melatih mengemukakan pendapat dalam proses
siswa untuk melatih untuk memberi pendapat pembelajaran.
serta menciptakan suasana interaksi yang d. Mendorong siswa untuk lebih aktif dan
menyenangkan dan membuat siswa aktif kreatif dalam pembelajaran.
dalam proses pembelajaran. Model e. Menciptakan suasana interaksi guru
pembelajaran ini menggali potensi dengan siswa dan interaksi siswa dengan
kepemimpinan murid dalam kelompok dan siswa yang baik. .
keterampilan membuat-menjawab pertanyaan f. Meningkatkan hasil belajar siswa baik
yang di padukan melalui permainan imajinatif secara individu maupun kelompok.
membentuk dan melempar bola salju .

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Fatimah Abubakar, Meningkatkan Hasil Belajar Energi Mekanik 20

Kekurangan Snowball Throwing 2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
a. Memerlukan pengelolaan waktu dan kelas X TAV SMK Negeri 1 Bireuen semester ganjil
yang tepat tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 22
b. Memerlukan persiapan LKS pelajaran orang siswa, dimana terdiri dari 21 orang
fisika untuk materi energi mekanik. siswa laki-laki dan 1 orang siswa perempuan.
c. Memerlukan kesiapan mental siswa disaat Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa
menerima bola kertas untuk menjawab sebagai subyek penelitian. Data dari hasil tes
pertanyaan . tertulis. Tes tertulis dengan materi energi
mekanik dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
Energi mekanik merupakan materi Selain siswa sebagai sumber data, penulis juga
pelajaran fisika yang diajarkan pada kelas X menggunakan dua teman sejawat sesama guru
Teknik Audio Visual (TAV) SMK Negeri 1 kelas sebagai sumber data dalam
Bireuen pada semester ganjil tahun mengobservasi keaktifan siswa dalam
pembelajaran 2014/2015, dalam hal ini siswa pembelajaran setiap siklus.
harus mampu memahami konsep energi Teknik pengumpul data meliputi data
mekanik dan mampu mengerjakan bentuk- mengenai peningkatan penguasaan materi
bentuk soal perhitungan energi mekanik yang diambil dari tes hasil belajar setiap siklus dan
sesuai dengan hukum kekekalan energi data tentang keaktifan siswa diambil dengan
mekanik. menggunakan lembar observasi, alat
Suatu sistem atau benda dikatakan pengumpul data meliputi tes tertulis, terdiri
mempunyai energi apabila sistem atau benda atas 6 soal pilihan ganda materi energi
itu mempunyai kemampuan melakukan usaha mekanik serta lembar observasi dan dokumen.
jadi energi mekanik adalah suatu energi Data yang terkumpul mengunakan analisis
mempunyai gerakan yang disebab oleh energi kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk
potensial dan energi kinetik sesuatu benda, analisis kuantitatif digunakan analisis
maka besarnya usaha yang dilakukan gaya deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase,
berat benda adalah selisih dari energi potensial nilai minimum dan maksimum, ketuntasan dan
benda itu. persentase pada setiap siklus.
Peningkatan keberhasilan belajar siswa Sedangkan untuk analisis kualitatif
terhadap pembelajaran fisika khususnya materi dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan
energi mekanik dengan menggunakan model nilai dan KKM, data hasil observasi
pembelajaran Snowball Throwing yang (pengamatan) yang dibantu oleh dua teman
relevan. Penggunaan model pembelajaran yang sejawat guru yang mengobservasi keaktifan
terprogam dan terarah dapat meningkatkan siswa dalam proses pembelajaran dengan
motivasi siswa untuk belajar lebih aktif, mengunakan skor total aspek, skor setiap
sehingga tingkat keberhasilan belajar siswa indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap
akan tercapai sesuai dengan harapan siklus. Observasi keaktifan siswa belajar
dalam setiap siklus perlu dilakukan sebagai
perbandingan dalam keberhasilan
METODA PENELITIAN pembelajaran. Observasi dilaksanakan oleh
Penelitian ini merupakan penelitian dua teman sejawat dalam pembelajaran setiap
tindakan kelas yang ditandai dengan adanya siklus.
siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas
2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, HASIL DAN PEMBAHASAN
observasi,analisa data dan refleksi , lokasi Hasil penelitian, dengan adanya kondisi
penelitian dilaksanakan adalah Kelas X Teknik awal (pra siklus) setelah diadakan penilaian
Audio Video (TAV) SMK Negeri 1 Bireuen akhir pembelajaran Fisika tepatnya materi
jalan Taman Siswa no.2, Telp. (0644)21558, energi mekanik pada kelas X TAV dari 22
Fax.(0644)21358, Kode Pos 24251 desa siswa hanya 1 siswa (4,6%) memperoleh baik ,
Geulanggang Baro Kecamatan Kota Juang 7 siswa (31,8%) memperoleh nilai cukup dan
Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Penelitian 14 siswa (63,6%) lagi memperoleh nilai belum
dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari lulus, ini berarti siswa tidak tuntas belajar 64
tanggal 6 Agustus sampai dengan 29 Oktober % dari siswa yang jumlahnya 22 orang,

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 21

Berdasarkan hasil tes pra siklus yang tidak Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
sesuai dengan harapan dengan ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika
belajar dari 22 siswa hanya 8 siswa yang dibandingkan dengan siklus I, disamping hasil
tuntas (36%) dan belum tuntas 14 siswa (64%) tes pada siklus II sangat memuaskan, juga
serta nilai rata-rata 67,5 masih dibawah nilai keberhasilan keaktifan siswa dalam proses
KKM , dipadukan lagi dengan hasil observasi pembelajaran sisklus II ada peningkatan
pra siklus dengan kualifikasi kurang aktif (C). dibandingankan dengan proses pembelajaran
Maka perlu tindakkan untuk perbaikan agar pada siklus I, dari kualifikasi B (Aktif )
siswa lebih aktif lagi dalam pembelajaran. dengan skor nilai rata-rata 60,5 pada siklus I
Data yang diperoleh dari hasil tes dan meningkat menjadi B (Aktif) dengan skor
data hasil observasi pada siklus I.Hasil siklus I nilai rata-rata 70,3 Hal ini dapat dilihat pada
setelah diadakan penilaian akhir pembelajaran diagram berikut ini :
Fisika tepatnya materi energi mekanik pada
kelas X TAV dari 22 siswa hanya 7 siswa
(32%) memperoleh baik , 9 siswa (41%)
memperoleh nilai cukup dan 6 siswa (27%)
lagi memperoleh nilai belum lulus. Dari hasil
tes siklus I sebagian besar siswa berhasil
mencapai ketuntasan belajar 68 % dan hanya
sebagian kecil yang tidak mencapai ketuntasan
belajar 32 % Pada pra siklus dibawah KKM
sebanyak 14 siswa dan pada akhir siklus I Gambar 1. Diagram Keaktifan Siswa Siklus I
berkurang menjadi 6 siswa. Nilai rata-rata dan Siklus II
kelas meningkat dari 74 menjadi 79. Jumlah
siswa yang mencapai ketuntasan belajar Pembahasan hasil penelitian, dengan
mengalami peningkatan jika dibandingkan melihat perbandingan hasil tes pra siklus
dengan siklus I. Menurut gambaran yang ada , (kondisi awal) , siklus I dan siklus II ada
bahwa keberhasilan belajar pada siklus I lebih peningkatan yang cukup signifikan, baik
baik dari pra siklus , namun demikian hasil dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil
pembelajaran belum semaksimal mungkin perolehan nilai rata- rata siswa meningkat 6,54
yang sesuai dengan harapan. Dengan % dari nilai rata-rata 74 pada pra siklus
memperhatikan hasil observasi keaktifan menjadi 79 pada siklus I , dan meningkat 4,94
masih ada siswa yang kurang aktif dalam % dari nilai rata-rata 79 pada siklus I menjadi
proses pembelajaran, oleh karena itu 83 pada siklus II. Selain itu dapat dilihat pada
diperlukan perbaikan pada pembelajaran siklus data dan diagram nilai rata-rata, nilai tertinggi
II. dan nilai terendah pada setiap siklus dibawah
Data yang diperoleh dari hasil tes dan ini :
data hasil observasi pada siklus II Hasil siklus
II setelah diadakan penilaian akhir Tabel 1. Hasil Belajar Berdasarkan Nilai
pembelajaran Fisika tepatnya materi energi Siswa
mekanik pada kelas X TAV dari 22 siswa No Keterangan Pra Siklus Siklus
hanya 10 siswa (45%) memperoleh baik , 12 Siklus I II
siswa (55%) memperoleh nilai cukup. Refleksi Nilai
1 86 88 90
dalam tahap ini, membandingkan hasil belajar tertinggi
pada siklus I dengan siklus II dimana peneliti Nilai
2 62 70 76
mengharapkan siswa dapat meningkatkan hasil Terendah
belajar energi mekanik melalui Snowball Nilai Rata-rata 74 79 83
Throwing sesuai dengan harapan. Berdasarkan
hasil siklus I dengan hasil tes siklus II dapat
dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang
masih di bawah KKM. Pada siklus I dibawah
KKM sebanyak 6 siswa dan pada akhir siklus
II semua lulus sesuai dengan nilai KKM. Nilai
rata-rata kelas meningkat dari 79 menjadi 83.

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Fatimah Abubakar, Meningkatkan Hasil Belajar Energi Mekanik 22

Dari hasil belajar sejumlah 22 siswa


mencapai ketuntasan berdasarkan nilai KKM
76 (2,66), pada pra siklus 8 siswa (36%) tuntas
dan 14 siswa (64%) tidak tuntas, sedangkan
pada siklus I siswa mencapai ketuntasan
belajar sebanyak 16 siswa (73%) dan tidak
tuntas 6 siswa (27%) serta pada siklus II
semua siswa berjumlah 22 siswa (100%)
tuntas, berikut data dan diagram ketuntasan
Gambar 2 Diagram hasil belajar berdasarkan pada pra siklus, siklus I dan siklus II sebagai
nilai siswa berikut :

Tabel 2 Hasil belajar siswa berdasarkan KKM


Pra Siklus Siklus I Siklus II
Ketuntasan
No. Jlh. Jlh. Jlh.
Belajar Persen Persen Persen
Siswa Siswa Siswa
1. Tuntas 8 36% 17 73% 22 100%
Belum
2. 14 64% 8 27% 0 0%
Tuntas
Jumlah 22 100% 22 100% 22 100%

Tabel 3. Observasi keaktifan siswa


Keaktifan Pra Siklus Siklus
Siswa Siklus I II
a . Skor rata-
46,3 60,5 70,3
rata
Kurang Aktif Aktif
b. Kualifikasi
aktif (C) (B) (B)

Gambar 3 Diagram hasil belajar siswa


berdasarkan KKM

Keaktifan siswa dalam proses


pembelajaran juga mengalami peningkatan,
dimana keaktifan siswa mempunyai
peningkatan sebesar 26,6 % dari keaktifan
siswa pada pra siklus ke siklus I dan 14,98 %
dari siklus I ke siklus II, sehingga mendukung
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Gambar 4. Diagram observasi keaktifan siswa
Berikut data dan diagram observasi keaktifan
siswa mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus Dari hasil penelitian dan pembahasan
II. yang ada , dapatlah dikatakan bahwa dengan
menerapkan model pembelajaran Snowball
Throwing pada pembelajaran fisika dalam
materi energi mekanik, siswa X TAV SMK
Negeri 1 Bireuen dapat meningkatkan hasil
belajarnya sesuai dengan harapan.

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 23

SIMPULAN DAN SARAN Moh User Usman, 2002. Menjadi Guru


Dari penelitian dan pembahasan yang Profesional. Bandung: Remaja
ada dapat disimpulkan bahwa: Rosdakarya
1. Melalui Snowball Throwing dapat
meningkatkan hasil belajar energi Nasution. 2006, Berbagai Pendekatan Dalam
mekanik siswa kelas X TAV SMK Proses Belajar & Mengajar. Bandung:
Negeri 1 Bireuen ”. Penelitian ini PT Bumi Aksara
dilaksanakan pada semester ganjil tahun
pembelajaran 2014/2015, dalam proses Oemar, Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan
pembelajaran fisika untuk materi energi Mengajar. Bandung: Sinar Baru
mekanik, dimana hasil belajar pada siklus
I siswa mencapai ketuntasan belajar Saifudin Azwar, 1998. Tes Prestasi II.
sebanyak 17 siswa (73%) dan tidak tuntas Yogyakarta: Pustaka Pelajar
8 siswa (27%) sedangkan pada siklus II
semua siswa berjumlah 22 siswa (100%) Sudjana, Nana. 2009, Belajar dan Faktor-
tuntas . Faktor yang Mempengaruhinya.
2. Dengan adanya efektifitas dari model Jakarta: Rineka Cipta
Snowball Throwing, keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran juga Suharjono. 2009, Penelitian Tindakan. Malang
mengalami peningkatan, dimana : LP3UM
keaktifan siswa mempunyai peningkatan
sebesar 26,6 % dari keaktifan siswa pada Sugiyanto, 2008. Model-Model Pembelajaran
pra siklus ke siklus I dan 14,98 % dari Inovatif. Surakarta: PSG Rayon 13
siklus I ke siklus II, sehingga mendukung
keberhasilan siswa dalam proses Suprijono, Agus. 2010, Cooperative Learning
pembelajaran. Teori & Apilkasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
1. Saran-saran
Berdasarkan dengan kesimpulan hasil
penelitian di atas, maka dikemukakan saran
bahwa guru hendaknya menerapkan model
Snowball Throwing sesuai dengan materi yang
diajarkan, model pembelajaran ini menggali
potensi kepemimpinan murid dalam kelompok
dan keterampilan membuat-menjawab
pertanyaan yang di padukan melalui
permainan imajinatif, hal ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa sesuai
harapan.

DAFTAR PUSTAKA
Ari Kunto, Suharsimi. 2008, Penelitian
Tindakan Kelas, cet VI. Jakarta : PT
Bumi Aksara.

M. Suratman, S.Pd. 2000, Buku Fisika 1 SMK.


Bandung: Armico

Mulyana, Etin Solihatin. 2005, Menjadi Guru


Profesional, Memciptakan
Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung : PT Remeja
Rosdakarya Offset

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 24

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN


MELALUI MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS IV DI SD
NEGERI 14 BANDA ACEH

Oleh
Ruhadi*

Abstrak
Pembelajaran model examples non examples merupakan salah satu tipe pelajaran kooperatif
yang menekankan pada peningkatan hasil belajar siswa di kelas. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah aktivitas guru dan siswa dalam meningkatkan hasil
belajar dengan menggunakan model examples non examples pada materi perubahan
lingkungan pada siswa kelas IV di SDN 14 Banda Aceh? (2) Apakah model examples non
examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perubahan lingkungan pada
siswa kelas IV di SDN 14 Banda Aceh?. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran model examples non examples pada materi
perubahan lingkungan kelas IV di SDN 14 Banda Aceh. (2) Untuk mengetahui hasil
peningkatan belajar siswa pada materi perubahan lingkungan melalui model examples non
examples pada siswa kelas IV di SDN 14 Banda Aceh. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas IV SD Negeri 14 Banda Aceh yang jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 16
orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes, lembar observasi guru serta
siswa. Dari hasil penelitian dianalisis menggunakan rumus presentase. Berdasarkan nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari sekolah untuk pelajaran IPA yaitu 62 dinyatakan
tuntas jika hasil belajar siswa di bawah 62 dinyatakan tidak tuntas. Hasil penelitian
diperoleh: (1) Aktivitas guru yang meningkat dari 92,85% pada siklus I menjadi 96,4%
pada siklus II menjadi 96,4 % pada siklus III. (2) Aktivitas siswa secara keseluruhan
meningkat dari 82,1% siklus I dan 92,85% pada siklus ke II menjadi 100% pada siklus III.
(3) Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 65% dan 85% pada siklus II
menjadi 95% pada siklus III dengan demikian dapat dijelaskan bahwa penggunaan model
examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri 14
Banda Aceh.

Kata Kunci: Belajar Perubahan Lingkungan dan hasil.

Proses belajar mengajar merupakan (menghubungkan dengan pelajaran yang lalu)


interaksi antara tenaga pendidik dengan anak dan membahas pekerjaan rumah.
didik seperti yang terjadi di sekolah baik yang Banyak model pembelajaran yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau sekolah- digunakan guru sesuai dengan tujuan
sekolah lainnya. Materi pelajaran pendidikan pembelajaran yang ingin dicapai, tetapi
diberikan berdasarkan kurikulum yang disusun terdapat beberapa sekolah yang masih ada guru
secara sistematis berdasarkan kelas yang belum menggunakan model pembelajaran yang
dibuka dengan acuan Kurikulum Tingkat tepat dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal
Satuan Pendidikan (KTSP) (Mulyasa, tersebut memberikan pengaruh terhadap siswa,
2007:50). sehingga siswa belum mampu menguasai
Sehubung dengan pelaksanaan materi pelajaran dengan baik, sehingga hasil
pembelajaran Arikunto (2006:117) belajar siswa pun menurun. Salah satu model
mengemukakan interaksi belajar mengajar pembelajaran adalah examples non examples
meliputi: persiapan, kegiatan pokok belajar dan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
penyelesaian, menurutnya persiapan itu Examples Non Examples adalah
meliputi: pengelolaan kelas, menyiapkan model belajar yang menggunakan contoh-
perlengkapan mengajar, apersepsi contoh. Contoh-contoh dapat dari

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Ruhadi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan 25

kasus/gambar yang relevan dengan materi yang Berdasarkan latar belakang masalah di
sesuai dalam pelajaran di sekolah. Adapun atas, maka penulis tertarik untuk membuat
langkah-langkah pelaksanaannya adalah (1) suatu penelitian dengan judul “ Peningkatan
guru dapat mempersiapkan gambar-gambar Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan
sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) guru Lingkungan Melalui Model Examples Non
menempelkan gambar di papan atau Examples Pada Siswa Kelas IV Di SD Negeri
ditayangkan lewat OHP, (3) guru memberi 14 Banda Aceh”. Sehingga dengan adanya
petunjuk dan memberi kesempatan kepada penelitian ini, diharapkan dapat menambah
siswa untuk memperhatikan/menganalisis wawasan ilmu pengetahuan mengenai model
gambar, (4) melalui diskusi kelompok 2-3 pembelajaran, agar hasil belajar siswa lebih
orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar efektif.
tersebut dicatat pada kertas, (5) tiap kelompok
diberi kesempatan membacakan hasil
diskusinya, (6) mulai dari komentar/hasil KAJIAN PUSTAKA
diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi A. Pengertian Belajar
sesuai tujuan yang ingin dicapai, dan (7) Berhasil tidaknya pencapaian tujuan
kesimpulan (Istarani, 2012:9). pendidikan banyak bergantung kepada proses
Salah satu materi yang pelajaran yang belajar yang dialami siswa sebagai anak didik.
paling cocok dengan menggunkaan model Adapun proses belajar yang dilakukan
pembelajaran examples non examples adalah seseorang, tergantung dari pandangannya
perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan tentang aktivitas belajar
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Menurut Slameto (2001:31) belajar
Perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup merupakan suatu proses perubahan yaitu
manusia menyebabkan adanya ganguan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
terhadap keseimbangan karena sebagian dari dengan lingkungannya dalam memenuhi
komponen lingkungan menjadi berkurang kebutuhan hidupnya. Degeng (dalam Riyanto,
fungsinya. Perubahan lingkungan dapat terjadi 2012:5) menyatakan bahwa belajar merupakan
karena campur tangan manusia dan dapat juga pengingat pengetahuan baru pada struktur
karena faktor alami. Dampak dari kognitif yang sudah dimiliki si belajar.
perubahannya belum tentu sama, namun Abdillah (2002:35) dalam
akhirnya manusia juga yang mesti bertanggung Aunurrahman, mengemukakan belajar adalah
jawab serta mengatasinya. suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu
Materi pelajaran perubahan dalam perubahan tingkah laku baik melalui
lingkungan dapat diajarkan oleh guru dengan latihan dan pengalaman yang menyangkut
menampilkan gambar-gambar tentang aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
perubahan lingkungan seperti gambar erosi, untuk memperoleh tujuan tertentu.
gambar longsor dan sebagainya. Melalui Semua perubahan tingkah laku akan
penampilan gambar-gambar, daya ingat siswa tampak dari penguasaan pola-pola respon baru
semakin meningkat, karena gambar tersebut terhadap lingkungan, keterampilan maupun
mengilustrasikan kejadian alam dapat dalam hal sikap. Segala bentuk pengalaman
digambarkan sebagaimana yang terjadi yang dimanifestasikan tersebut merupakan
sebenarnya, sehingga siswa secara tidak akibat dari perubahan perbuatan belajar yang
langsung dapat meningkatkan hasil belajar dilakukannya. Perubahan-perubahan itulah
pada materi tersebut dengan mudah. yang akan menjadi sasaran penilaian.
Nilai KKM yang ditetapkan pada mata Perbuatan belajar yang ada di sekolah-sekolah
pelajaran sains di SD Negeri 14 Banda Aceh secara formal senantiasa dikaitkan dengan
yaitu 62 (Enam puluh dua), sebagian besar tujuan-tujuan yang dirumuskan sesuai jenjang
siswa rata-rata mendapatkan nilai 60 dari hasil sekolah itu sendiri, berdasarkan tujuan inilah
belajar sains dan ada juga siswa yang mendapat penilaian di lakukan.
nilai hasil belajar di bawah 60, sehingga dapat
dikatakan siswa kebanyakan gagal dalam B. Pengertian Hasil Belajar
mencapai hasil belajar pada pelajaran sains di Dalam proses belajar mengajar
sekolah. dikenal adanya tujuan instruksional.
Maksudnya ialah tentang tingkah laku atau

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 26

kemampuan-kemampuan yang kita harapkan melakukan kegiatan mempelajari meteri-materi


dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka pelajaran.
mengikuti pelajaran-pelajaran yang kita
berikan. Sehingga dapat di ukur (dinilai) dan D. Model Pembelajaran Examples non
dapat di ketahui dari hasil belajar yang telah Examples
dicapai siswa dalam bentuk angka (skor) Meskipun berbagai prinsip
sehingga hasil belajar sering disebut sebagai pembelajaran tidak berubah, ada empat model
prestasi. Dalam hal ini hasil belajar dapat pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan
disebut sebagai keberhasilan ataupun oleh guru. Salah satu model tersebut adalah
pencapaian seseorang setelah melakukan suatu model pembelajaran examples non examples.
kegiatan belajar baik di lingkungan sekolah Menurut Istarani (2012:9), “Model
maupun masyarakat. pembelajaran examples non examples yaitu
suatu rangkaian penyampaian materi ajar
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kepada siswa dengan menunjukan gambar-
Belajar gambar yang relevan yang telah dipersiapkan
Menurut Slameto (2001:33) ada 2 dan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor menganalisisnya bersama teman dalam
intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah kelompok yang kemudian dimintai hasil
faktor yang ada dalam diri individu yang diskusi yang dilakukannya
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah Adapun langkah-langkah melakukan
faktor yang ada di luar individu. model pembelajaran examples non examples
Faktor intern meliputi: faktor menurut Istarani (2012:9) adalah sebagai
jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor berikut.
jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat 1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok,
tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi masing-masing kelompok terdiri 3-5 orang
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, siswa.
kematangan dan kelelahan. 2. Guru mempersiapkan gambar-gambar
Faktor ekstern yang berpengaruh sesuai dengan tujuan pembelajaran/KD.
dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor 3. Guru menempelkan gambar pada papan
sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor tulis, ditayangkan melalui OHP atau LCD
keluarga dapat meliputi cara orang tua proyektor melalui computer atau laptop.
mendidik, relasi antar anggota keluarga, 4. Guru memberi petunjuk dan memberi
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, kesempatan kepada para siswa untuk
pengertian orang tua dan latarbelakang memperhatikan dan menganalisi gambar.
kebudayaan. Faktor sekolah yang 5. Melalui diskusi kelompok 3-5 orang siswa,
mempengaruhi belajar meliputi metode hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
mengajar, kurikulum. Relasi guru dengan dicatat pada kertas/lembar kerja siswa.
siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, 6. Tiap kelompok diberi kesempatan
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, membacakan lembar kerja/hasil
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas diskusinya.
rumah. Faktor masyarakat dapat berupa 7. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa,
kegiatan siswa dalam masyarakat, teman guru mulai menjelaskan materi sesuai
bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan yang ingin dicapai.
dan media massa. 8. Mengambil kesimpulan.
Muhibbudinsyah (2002:34) membagi
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar § Kelebihan dari model examples non
menjadi 3 macam, yaitu: 1) faktor internal, examples menurut Istarani (2012:10)
yang meliputi keadaan jasmani dan rohani adalah sebagai berikut:
siswa, 2) faktor eksternal yang merupakan 1. Pembelajaran lebih menarik, sebab
kondisi lingkungan di sekitar siswa, 3) faktor gambar dapat meningkatkan perhatian
pendekatan belajar yang merupakan jenis anak untuk mengikuti proses belajar
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan mengajar.
metode yang digunakan siswa untuk

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Ruhadi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan 27

2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar pembangunan pemukiman, dan penerapan
karena guru menunjukkan gambar- intensifikasi pertanian.
gambar dari materi yang ada. Penebangan hutan yang liar
3. Dapat meningkatkan daya nalar atau pikir mengurangi fungsi hutan sebagaii penahan air.
siswa sebab ia disuruh guru menganalisa Akibatnya, daya dukung hutan menjadi
gambar yang ada. berkurang. Selain itu, pengundulan hutan dapat
4. Dapat meningkatkan kerjasama antara menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat
siswa sebab siswa diberikan kesempatan lain adalah munculnya harimau, babi hutan,
untuk berdiskusi dalam menganalisis dan ular di tengah pemukiman masyarakat
gambar yang ada. karena semakin sempitnya habitat hewan-
5. Dapat meningkatkan tanggung jawab hewan tersebut. Pembangunan pemukiman
siswa sebab guru mempertanyakan alasan pada daerah-daerah yang subur merupakan
siswa mengurutkan gambar. salah satu tuntutan kebutuhan akan papan.
6. Pembelajaran lebih berkesan sebab siswa Semakin padat populasi manusia, lahan yang
dapat secara langsung mengamati gambar semula produktif menjadi tidak atau kurang
yang telah dipersiapkan oleh guru. produktif.

§ Adapun kekurangan dari model examples Erosi


non examples menurut Istarani (2012:11) Di hutan yang sangat lebat, air hujan
adalah sebagai berikut: sulit jatuh ke tanah. Air hujan banyak jatuh di
1. Sulit menemukan gambar-gambar yang dedaunan dan merambat ke dahan-dahan.
bagus atau berkualitas. Dengan demikian, air hujan sampai di tanah
2. Sulit menemukan gambar yang sesuai sangat lambat. Selain itu, akar tumbuhan akan
dengan daya nalar atau kompetensi siswa lebih mengikat dan menahan tanah dengan
yang telah dimilikinya. baik. Oleh karena itu penyerapan air pun dapat
3. Baik guru maupun siswa kurang terbiasa berlangsung dengan baik.
dalam menggunakan gambar sebagai Selain itu, tumbuhan dapat
bahan utamanya dalam membahas suatu memperlambat kecepatan angin yang
materi pembelajaran. berhembus. Hal tersebut sangat bermanfaat
4. Waktu yang tersedia adakalanya kurang karena pengikisan permukaan tanah oleh angin
efektif sebab seringkali dalam berdiskusi menjadi berkurang. Sementara itu jika hutan
menggunakan waktu relatif cukup lama. gundul, tidak ada daun-daun tumbuhan yang
5. Tidak tersedianya dana khusus untuk menahan jatuhnya air ke atas tanah dan
menemukan atau mengadakan gambar- menahan hembusan angin. Air hujan jatuh
gambar yang diinginkan. langsung ke atas tanah dan membawa butiran
tanah bersama aliran air.
E. Bentuk-Bentuk Perubahan Lingkungan Proses pengikisan dan pembawaan
Perubahan lingkungan mempengaruhi butiran tanah ini dinamakan erosi. Dampak
berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang lebih lanjur dari erosi adalah tanah menjadi
terjadi pada lingkungan hidup manusia tandus dan tidak subur. Hal tersebut terjadi
menyebabkan adanya ganguan terhadap karena lapisan tanah yang subur ikut terkikis
keseimbangan karena sebagai dari komponen air.
lingkungan menjadi berkurang fungsinya. Pencegahan yang dapat dilakukan
Perubahan lingkungan dapat terjadi karena untuk mencegah erosi adalah melakukan
campur tangan manusia dan dapat pula karena reboisasi dan penghijauan. Selain itu, dapat
faktor alami. Dampak dari perubahannya juga dilakukan dengan pencegahan penebangan
belum tentu sama, namun akhirnya manusia secara liar dan berlebih. Reboisasi adalah
juga mesti memikul serta mengatasinya. menanami kembali hutan-gutan gundul dengan
tumbuhan yang sesuai. Penghijauan adalah
Perubahan lingkungan karena campur menanami daerah-daerah kosongan tidak
tangan manusia termanfaatkan. Dengan cara tersebut kamu
Perubahan lingkungan karena campur dapat mencegah dan mengurangi erosi tanah.
tangan manusia contohnya penebangan hutan,

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 28

Abrasi Longsor
Gelombang laut atau ombak laut dapat Longsor adalah meluncurnya tanah
kalian liat di pantai. Kadang kala gelombang akibat tanah tersebut tidak dapat lagi
laut tampak lebih besar. Kadang kala menampung air dalam tanah. Biasanya longsor
gelombang laut tampak kecil. Jika terjadi hujan terjadi pada tanah yang miring atau tebing yang
disertai angin kencang, gelombang laut bisa curam. Apakah faktor yang menyebabkan
menjadi amat besar. tanah menjadi longsor?
Gelombang laut di pantai menjadi
ppemandangan yang menarik. Berbagai tempat Tanah miring dan tidak terdapat
menjadi objek wisata karena mempunyai pantai tanaman sangat rentan terhadap longsor.
dengan gelombang yang indah, misalnya pantai Mengapa demikian? Hal itu terjadi karena tidak
Anyer, Carita, Parangtritis, Sanur, Kuta, dan ada akar tumbuhan yang dapat menahan tanah
Losari. Selain enak di pandang, gelombang laut tersebut.
dimanfaatkan orang untuk melakukan olahraga Akar-akar tumbuhan yang menjalar di
berselancar. dalam tanah akan saling mengikat dan
Gelombang laut yang sangat besar mengkait sehingga permukaan tanah pun akan
menyulitkan kapal atau perahu yang sedang cukup kuat. Selain itu, air yang ada di dalam
berlayar. Gelombang laut dapat tanah terus di serap oleh tuumbuhan sehingga
menghempaskan apa saja yang ada di untuk kandungan air dalam tanah tidak
permukaan laut. Tidak sedikit kapal tenggelam berlebih.
atau karam akibat di terjang gelombang laut.
Gelombang laut yang menerjang
pantai dapat mengakibatkan pengikisan pantai. METODA PENELITIAN
Banyak sebagaian pantai telah rusak dan A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
terkikis. Pengikisan daratan oleh air laut Pendekatan yang digunakan dalam
dinamakan abrasi. Hal itu terjadi akibat penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
kuatnya ombak yang menghantam daratan. (Arikunto, 2010:30) menjelaskan bahwa:
Penelitian kualitatif adalah data yang
Banjir dinyatakan dalam bentuk bukan angka.
Mungkin ada diantara kalian yang Sedangkan jenis penelitian yang
senang jika hujan turun. Anak-anak memang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
menyukai hujan. Hujan digunakan sebagai (PTK). Menurut Arikunto (2008:3), “Penelitian
sarana untuk bermain. Genangan air tindakan kelas adalah suatu pencermatan
dimanfaatkan untuk menjalankan mainan air, terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
seperti perahu dan bebek yang bergerak di air. tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
Akan tetapi kamu tidak boleh terlalu lama main dalam sebuah kelas bersama”. PTK dilakukan
hujan-hujanan. Jika terlalu lama, tubuhmu akan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
kedinginan dan menjadi sakit. pembelajaran di kelas. PTK berfokus dikelas
Banjir adalah proses meluapnya air atau pada proses belajar mengajar yang terjadi
akibat sungai dan danau tidak dapat di kelas, harus tertuju atau mengenai hal-hal
menampung air. Banjir merupakan salah satu yang terjadi didalam kelas. Didalam kelas hasil
dampak dari perbuatan manusia yang tidak penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk
menyayangi lingkungannya. Beberapa digeneralisasikan. Oleh karena itu, penelitian
perbuatan yang dapat menyebabkan banjir tindakan kelas ini digolongkan sebagai
adalah sebagai berikut. pendekatan kualitatif.
a. Membuang sampah sembarangan ke Menurut Moleong, 1998 (dalam
sungai. Arikunto 2010:22) sumber data penelitian
b. Pembangunan jalan raya atau rumah tanpa kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-
menyediakan lahan resapan air di kata lisan atau tertulis yang di cermati oleh
dekatnya. peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai
c. Penebangan pohon secara besar-besaran detailnya agar dapat ditangkap makna yang
yang mengakibatkan lahan gundul. tersirat dalam dokumen atau bendanya. Sumber
data tersebut seharusnya asli, namun apabila
yang asli susah di dapat, fotocopi atau tiruan

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Ruhadi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan 29

tidak terlalu menjadi masalah, selama dapat E. Teknik Analisis Data


diperoleh bukti pengesahan yang kuat a. Analisis Data Hasil Belajar Siswa
kedudukannya. Sumber data penelitian Setelah data terkumpul dari kegiatan
kualitatif yang sudah disebutkan tersebut secara penelitian, maka data hasil belajar siswa
garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dianalisis dengan menggunakan rumus
manusia atau orang dan yang bukan manusia. persentase sederhana yang dikemukan oleh
Siapa manusia dan apa sumber data yang bukan Sudjana (2002:239) yaitu:
manusia dipilih sesuai dengan kepentingan 血
鶏 噺 抜 などど"ガ
penelitian. 軽
Keterangan:
B. Setting penelitian P = Persentase
Penelitian ini dilaksanakan pada f = Jumlah jawaban siswa
tanggal 02 Januari s/d 02 Maret 2015. Sekolah N = Jumlah siswa
yang dijadikan sebagai tempat penelitian 100%= Bilangan tetap
adalah SD Negeri 14 Banda Aceh terletak di
Jl.Utama Pango Raya Kec. Ulee Kareng Banda b. Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa
Aceh. Adapun permasalahan yang diteliti Data aktivitas guru dan siswa dalam
adalah penggunaan model pembelajaran kegiatan pembelajaran dianalisis dengan
examples non examples pada pelajaran sains menggunakan statistik deskriptif dengan
materi perubahan lingkungan di kelas IV SD presentase. Menurut Mukhlis (2004:43) untuk
Negeri 14 Banda Aceh. mengetahui reabilitas instrumen ini digunakan
statistik persentase sebagai berikut:
C. Subjek Penelitian 血
鶏 噺 抜 などどガ
Subjek dalam penelitian ini adalah 軽
siswa kelas IV SD Negeri 14 Banda Aceh yang Keterangan:
terdiri dari jumlah siswa 20 orang yang terdiri P = Persentase
dari 16 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. f = Frekuensi
N = Jumlah banyak sampel
100 %= Bilangan tetap
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendukung proses Sedangkan untuk menganalisis data
penyelesaian penulisan karya ilmiah ini, maka yang telah ditabulasikan, maka penulis
penulis melakukan pengumpulan data. Menurut menganalisis dengan menggunakan teknik
Nazir (2001:127) “Pengumpulan data adalah analisis induktif-deduktif, yaitu suatu teknik
prosedur yang sistematik dan standar untuk pembahasan yang dimulai dengan sifat umum
memperoleh data yang diperlukan. “Sesuai kepada sifat khusus.
dengan pendapat tersebut untuk mendapatkan
data dan informasi yang akurat dan bersifat F. Indikator Keberhasilan
sistematik dalam penelitian ini, maka penulis Dalam pelaksanaan Penelitian
menggunkan beberapa teknik, yaitu: indikator keberhasilan yang diharapakan yaitu :
1. Teknik Observasi 1. Dapat meningkatkan hasil belajar
Observasi dalam penelitian ini aktivitas guru dan siswa dalam
dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa menggunakan model examples non
dan guru selama proses pembelajaran untuk examples pada materi perubahan
setiap kali pertemuan. Pengisian lembar lingkungan terjadi peningkatan dari siklus
pengamatan dilakukan dengan memberikan I sampai siklus III .
tanda chek-list dalam kolom yang telah 2. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
disediakan. pada materi perubahan lingkungan dengan
2. Teknik Tes model examples non examples terjadi
Tes yang digunakan adalah berupa peningkatan dari siklus I sampai siklus
soal dalam bentuk pilihan ganda dan isian III.
sesuai dengan materi perubahan lingkungan.
Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang
hasil belajar siswa.

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 30

HASIL DAN PEMBAHASAN kemampuan tinggi, sedang, dan rendah


Dalam penerapan model examples non sehingga mereka dapat saling membantu
examples pada materi perubahan lingkungan di dalam proses pembelajaran. Jumlah
kelas IV SD Negeri 14 Banda Aceh di bagi ke kelompok yang digunakan terdiri atas 4
dalam 3 siklus. Pada setiap siklus dilengkapi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5
dengan masing-masing satu rencana orang.
pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai f. Menyusun instrument berupa soal-soal
perangkat dalam proses belajar mengajar yaitu yang akan dikerjakan oleh setiap siswa
RPP-1, RPP-2 dan RPP-3. Pada saat kegiatan yang terdiri dari 10 butir soal, serta
belajar mengajar berlangsung diamati oleh satu lembar observasi aktivitas guru dan siswa
orang pengamat yaitu guru kelas IV untuk untuk mengetahui penerapan model
pengamat aktivitas guru dan peneliti untuk examples non examples pada materi
pengamatan aktivitas siswa. Pengamatan perubahan lingkungan.
dilakukan pada saat peneliti sedang mengajar 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
di kelas pada tiap-tiap pertemuan, siklus I Kegiatan pembelajaran menggunakan
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 model examples non examples dilaksanakan
Februari 2015 untuk siklus ke II dilaksanakan pada hari Senin 16 Januari 2015 pukul 10.00-
pada hari Senin tanggal 23 Februari 2015 dan 11.30 WIB di kelas IV pada SD Negeri 14
siklus ke III dilaksanakan pada hari Senin Banda Aceh yang berjumlah 20 siswa pada
tanggal 2 Maret 2015. materi perubahan lingkungan. Pembelajaran
Dalam pengamatan setiap siklus ada dilakukan sesuai dengan RPP yang telah
tujuh kategori yang diamati, yaitu apersepsi disusun. Pada saat kegiatan pembelajaran
dimana guru menyampaikan tujuan berlangsung juga dilakukan pengamatan
pembelajaran dan memotivasi siswa. terhadap proses pembelajaran (aktivitas guru
Menjelaskan materi pelajaran dengan dan siswa) oleh satu orang guru yaitu, guru
menggunakan model examples non examples. kelas IV untuk pengamat aktivitas guru dan
Kemudian guru membagikan siswa ke dalam 4 guru yang sedang melakukan peneliti untuk
kelompok dan membimbing kegiatan pengamat aktivitas siswa, dengan tujuan
kelompok. Mengamati kegiatan siswa dan hal mengetahui latak keberhasilan dan kekurangan
tidak terlepas dari pengamatan guru pada siswa yang terjadi di dalam kelas guna perbaikan
yang melakukan kegiatan tersebut. Untuk hasil yang lebih baik.
melihat kemampuan dan pemahaman siswa, Hasil observasi yang dilakukan
guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa pengamat, maka pelaksanaan pembelajaran
dan memberikan umpan balik. Setiap ke tujuh dengan model examples non examples pada
pengamat tersebut berlangsung kemudian siklus I dapat disimpulkan:
menjelang akhir pelajaran guru membimbing a. Penyampaian materi perubahan
siswa untuk menyimpulkan pelajaran dan lingkungan dengan model examples non
memberikan latihan/ tugas kepada siswa untuk examples oleh guru dapat dipahami oleh
melihat sejauh mana pengetahuan siswa pada siswa, sehingga pelaksanaan
pertemuan tersebut. pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
b. Keaktifan siswa terlihat dari kerjasama
A. Siklus I siswa dalam kelompoknya saat
1) Tahap Perencanaan melakukan pengamatan terhadap media
Adapun tahap-tahap perencanaan pada gambar dan pada LKS.
siklus I, yaitu: c. Siswa yang kurang mengerti dalam
a. Menentukan kelas yang akan diteliti, yaitu melakukan pengamatan diberi
kelas IV kesempatan untuk menanyakan hal-hal
b. Menetapkan materi yang akan diajarkan. yang kurang dimengerti.
c. Menyusun rencana pelaksanaan Setelah guru melaksanakan semua
pembelajaran (RPP) pertemuan pertama rencana tindakan selama siklus I di kelas IV
dan menyusun skenario penelitian. pada SD Negeri 14 Banda Aceh dengan
d. Membuat materi LKS untuk 4 kelompok. menggunakan model examples non examples
e. Membagi siswa dalam 4 kelompok. Setiap pada materi perubahan lingkungan. Hasil
kelompok terdapat siswa yang memiliki

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Ruhadi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan 31

pengamatan pengamat pada siklus I yaitu b. Siswa merasa senang dalam belajar.
menggunakan rumus sebagai berikut: Namun, sebagian siswa masih ada yang
態滞 kurang aktif karena mereka masih takut-
鶏 噺 抜 などどガ 噺 ひに ぱのガ
態腿
takut dalam menjawab pertanyaan
Pada siklus I diperoleh adalah 26 atau
permasalahan materi yang diberikan guru.
92,85% dari skor ideal 28 dengan nilai rata-rata
Hal ini terlihat dari observasi siswa
26,00.
dengan presentase 82,1%.
a. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
c. Hasil penilaian pada siklus I, yang tuntas
Pada tabel 4.2 menunjukan bahwa skor
belajar hanya 65% siswa.
yang diperoleh untuk minat siswa yaitu
d. Masih ada kelompok yang belum bisa
menggunakan rumus sebagai berikutt:
にぬ menyelesaikan LKS sesuai dengan waktu
鶏噺 抜 などどガ 噺 ぱに なガ yang ditentukan. Hal ini terjadi karena
にぱ masih ada kelompok yang kurang
Pada siklus I diperoleh aktivitas siswa
adalah 23 atau 82,1% dari skor ideal 28 dengan mengerti dalam mengidentifikasi gambar
nilai rata-rata 23,00. pada materi perubahan lingkungan.
b. Hasil Test Belajar Siswa Untuk memperbaiki kelemahan dan
Berdasarkan hasil belajar siswa, mempertahankan keberhasilan yang telah
banyaknya siswa yang tuntas belajar melalui dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan
penilaian siklus I dengan menggunakan model siklus II dapat di buat rencana sebagai berikut:
examples non examples adalah 13 siswa a. Memberi motivasi kepada siswa agar
dengan rumus sebagai berikut: lebih aktif lagi dalam mengamati gambar
なぬ pada model examples non examples.
鶏噺 抜 などどガ 噺 はのガ b. Lebih intensif lagi dalam memberikan
にど bimbingan kepada kelompok yang
Sedangkan banyak siswa yang tidak
tuntas adalah 7 siswa dengan rumus sebagai mengalami kesulitan memahami LKS.
berikut: c. Menegaskan siswa untuk lebih
ば bekerjasama dalam kelompoknya masing-
鶏噺 抜 などどガ 噺 ぬのガ masing.
にど

Hasil belajar siswa menunjukkan B. Siklus II


bahwa ketuntasan klasikal belajar siswa pada 1) Tahap Perencanaan
siklus I dengan menggunakan model examples Perencanaan siklus II berdasarkan siklus I,
non examples adalah 65% dan siswa yang tidak yaitu:
tuntas sebesar 35% siswa dari 20 siswa. Dari a. Memberi motivasi kepada siswa agar
data tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih aktif lagi dalam mengamati gambar
ketuntasan klasikal belajar siswa dengan pada model examples non examples.
menggunakan model examples non examples b. Lebih intensif lagi dalam memberikan
pada siklus I adalah tidak tuntas. bimbingan kepada kelompok yang
3) Tahap Refleksi mengalami kesulitan memahami LKS.
Adapun refleksi yang diperoleh pada c. Menegaskan siswa untuk lebih
siklus I adalah sebagai berikut: bekerjasama dalam kelompoknya masing-
a. Guru sudah dapat menciptakan suasana masing.
pembelajaran yang mengarah pada d. Menyusun RPP untuk siklus II
pembelajaran dengan model examples non 2) Tahap Pelaksanaan tindakan
examples. Hal ini terlihat dari observasi Kegiatan pembelajaran dengan
terhadap aktivitas guru selama dalam menggunkan model examples non examples
proses belajar mengajar dengan dilaksanakan pada hari Senin 23 Februari 2015
presentase 92,85%. Namun, perlu pukul 10.00-11.30 di kelas IV pada SD Negeri
diperbaiki dalam mengajar dan 14 Banda Aceh yang berjumlah 20 siswa dan
mengarahkan siswa untuk lebih teliti masih dengan materi yang sama perubahan
dalam mengidentifikasi media gambar lingkungan. Pembelajaran dilakukan sesuai
yang telah disajikan di depan kelas agar dengan RPP untuk siklus II yang telah disusun.
dapat meningkatkan aktivitas belajar Pada saat pembelajaran berlangsung juga
siswa. dilakukan pengamatan terhadap proses

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1

32

pembelajaran (aktivitas guru dan siswa) oleh Nilai test hasil belajar siswa dalam
satu orang yaitu guru kelas IV untuk pangamat penerapan model examples non examples pada
aktivitas guru dan peneliti pengamat aktivitas siklus II.
siswa, dengan tujuan mengetahui letak Hasil belajar siswa, banyaknya siswa
keberhasilan dan kekurangan yang terjadi di yang tuntas belajar melalui penilaian siklus II
dalam kelas guna perbaikan hasil yang lebih dengan menggunakan model examples non
baik. examples adalah 17 siswa dengan rumus
Hasil observasi yang dilakukan oleh sebagai berikut:
pengamat, maka pelaksanaan pembelajaran なば
鶏噺 抜 などどガ 噺 ぱのガ
dengan model examples non examples pada にど
siklus II dapat disimpulkan bahwa: Sedangkan banyak siswa yang tidak
a. Penyampaian materi dengan menggunakan tuntas adalah 3 siswa dengan rumus sebagai
model examples non examples oleh guru berikut:
dilakukan dengan baik dan siswa lebih ぬ
鶏噺 抜 などどガ 噺 なのガ
mudah memahaminya. Disamping itu, cara にど
belajar dengan menggunakan model ini
telah dijelaskan sebelumnya pada siklus I, Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa
sehingga mudah bagi siswa untuk ketuntasan klasikal belajar siswa pada siklus II
meningkatkan pembelajaran dengan model dengan menggunakan model examples non
examples non examples. examples adalah 85% dan siswa yang tidak
b. Keaktifan siswa lebih meningkat. Hal ini tuntas sebesar 15% siswa dari 20 siswa. Dari
terlihat dari kerjasama siswa dalam data tersebut dapat disimpulkan bahwa
kelompoknya untuk saling berdiskusi. ketuntasan klasikal belajar siswa dengan
c. Suasana pembelajaran yang efektif dan menggunakan model examples non examples
menyenangkan telah tercipta. pada siklus II adalah sudah tuntas.
3) Tahap Pengamatan 4) Tahap Refleksi
a. Hasil Observasi Aktivitas Guru Refleksi yang diperoleh pada siklus II
adalah:
Setelah guru melaksanakan semua a. Meningkatkan aktivitas siswa yang terlihat
rencana tindakan selama siklus II di kelas IV dari kerjasama siswa dalam kelompoknya
pada SD Negeri 14 Banda Aceh dengan dalam menyelesaikan LKS serta saling
menggunakan model examples non examples membantu untuk menguasai materi
pada materi perubahan lingkungan. Hasil pelajaran yang sedang berlangsung, hal ini
pengamatan pengamat pada siklus II yaitu dapat dilihat dari hasil observasi siswa.
menggunakan rumus sebagai berikut: Presentase aktivitas siswa meningkat dari
にば 82,1% pada siklus ke I menjadi 92,85%
鶏噺 抜 などどガ 噺 ひは ねガ pada siklus II.
にぱ
Pada siklus II yang diperoleh adalah b. Peningkatan aktivitas siswa dalam proses
27 atau 96,4% dari skor ideal 28 dengan nilai pembelajaran di dukung dengan
rata-rata 27,00. meningkatnya kemampuan guru dalam
b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa meningkatkan suasana belajar. Guru sangat
Hasil observasi aktivitas siswa pada ekstra membimbing siswa saat mengalami
siklus II saat proses pembelajaran kesulitan dalam proses pembelajaran. Di
menggunakan model examples non examples. samping itu guru juga mampu
Menunjukan bahwa skor yang diperoleh mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi
untuk minat siswa yaitu menggunakan rumus serta mengamati gambar perubahan
sebagai berikut: lingkungan dengan baik. Hal ini dapat
には dilihat dari hasil observasi aktivitas guru
鶏噺 抜 などどガ 噺 ひに ぱのガ
にぱ yang meningkat dari 92,85% pada siklus I
Pada siklus II diperoleh aktivitas dan 96,4% pada siklus II.
siswa adalah 26 atau 92,85% dari skor ideal 28 c. Meningkatkan aktivitas siswa
dengan nilai rata-rata 27,00. mengakibatkan peningkatan pada nilai
c. Hasil Test Belajar Siswa siswa. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi
siswa yang dilakukan melalui penilaian

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Ruhadi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan 33

hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa 3) Tahap Pengamatan


pada siklus I yaitu 65% meningkat menjadi a. Hasil Observasi Aktivitas Guru
85% pada siklus II.
Setelah guru melaksanakan semua
C. Siklus III rencana tindakan selama siklus III di kelas IV
1) Tahap Perencanaan pada SD Negeri 14 Banda Aceh dengan
Perencanaan siklus III berdasarkan siklus menggunakan model examples non examples
II, yaitu: pada materi perubahan lingkungan. Hasil
a. Memberi motivasi kepada siswa agar pengamatan pengamat pada siklus III yaitu
lebih aktif lagi dalam belajar. menggunakan rumus sebagai berikut:
b. Lebih intensif lagi bimbingan kepada にぱ
鶏噺 抜 などどガ 噺 などどガ
kelompok yang mengalami kesulitan. にぱ
c. Siswa sudah mampu bekerjasama dalam Pada siklus III yang diperoleh adalah
kelompoknya masing-masing. 28 atau 100% dari skor ideal 28 dengan nilai
d. Menyusun RPP untuk siklus III rata-rata 28,00.
2) Tahap Pelaksanaan tindakan b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Kegiatan pembelajaran dengan Keterangan:
menggunkan model examples non examples 1. Kurang
dilaksanakan pada hari Senin 02 Maret 2015 2. Cukup
pukul 08.00-19.45 di kelas IV pada SD Negeri 3. Baik
14 Banda Aceh yang berjumlah 20 siswa dan 4. Sangat Baik
masih dengan materi yang sama perubahan
lingkungan. Pembelajaran dilakukan sesuai Menunjukan bahwa skor yang diperoleh
dengan RPP untuk siklus III yang telah untuk aktivitas siswa yaitu menggunakan
disusun. Pada saat pembelajaran berlangsung rumus sebagai berikut:
juga dilakukan pengamatan terhadap proses にば
鶏噺 抜 などどガ 噺 ひは ねガ
pembelajaran (aktivitas guru dan siswa) oleh にぱ
satu orang yaitu guru kelas IV untuk pangamat Pada siklus III diperoleh aktivitas
aktivitas guru dan peneliti pengamat aktivitas siswa adalah 27 atau 96,4% dari skor ideal 28
siswa, dengan tujuan mengetahui letak dengan nilai rata-rata 27,00.
keberhasilan dan kekurangan yang terjadi di
dalam kelas guna perbaikan hasil yang lebih c. Hasil Test Belajar Siswa
baik. Berdasarkan hasil belajar siswa,
Hasil observasi yang dilakukan oleh banyaknya siswa yang tuntas belajar melalui
pengamat, maka pelaksanaan pembelajaran penilaian siklus III dengan menggunakan
dengan model examples non examples pada model examples non examples adalah 19 siswa
siklus III dapat disimpulkan bahwa: dengan rumus sebagai berikut:
a. Penyampaian materi dengan なひ
鶏噺 抜 などどガ 噺 ひのガ
menggunakan model examples non にど
examples oleh guru dilakukan dengan Sedangkan banyak siswa yang tidak
baik dan siswa lebih mudah tuntas adalah 1 siswa dengan rumus sebagai
memahaminya. Disamping itu, cara berikut:
belajar dengan menggunakan model ini な
鶏噺 抜 などどガ 噺 のガ
telah dijelaskan sebelumnya pada siklus にど
II, sehingga mudah bagi siswa untuk Dari tabel hasil belajar siswa, maka
meningkatkan pembelajaran dengan dapatlah di buat grafik presentase perbedaan
model examples non examples. antara siswa yang tuntas dan tidak tuntas
b. Keaktifan siswa lebih meningkat. Hal ini sebagai berikut:
terlihat dari kerjasama siswa dalam
kelompoknya untuk saling berdiskusi. Hasil belajar siswa menunjukkan
c. Suasana pembelajaran yang efektif dan bahwa ketuntasan klasikal belajar siswa pada
menyenangkan telah tercipta. siklus III dengan menggunakan model
examples non examples adalah 95% dan siswa
yang tidak tuntas sebesar 5% siswa dari 20

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 34

siswa. Dari data tersebut dapat disimpulkan menentukan efektif atau tidaknya suatu
bahwa ketuntasan klasikal belajar siswa dengan pembelajaran.
menggunakan model examples non examples Dari data hasil observasi aktivitas guru
pada siklus III adalah sudah tuntas. pada ketiga siklus pada saat proses belajar
d. Tahap Refleksi mengajar dengan menggunakan model
Refleksi yang diperoleh pada siklus III examples non examples pada materi perubahan
adalah: lingkungan seluruh aktivitas guru yang tercapai
a. Meningkatkan aktivitas siswa yang dari RPP-1, RPP-2, dan RPP-3 dalam kegiatan
terlihat dari kerjasama siswa dalam belajar mengajar sesuai dengan yang
kelompoknya dalam menyelesaikan LKS diharapkan. Pada siklus I dari RPP-1 guru
serta saling membantu untuk menguasai dalam kegiatan belajar mengajar belum begitu
materi pelajaran yang sedang baik yaitu 92,85% dari perolehan skor rata-rata
berlangsung, hal ini dapat dilihat dari pengamat pertama adalah 26 poin sedangkan
hasil observasi siswa. Presentase aktivitas skor ideal 28 poin. Namun demikian, dalam
siswa secara keseluruhan meningkat dari penjelasan materi pelajaran, mengoptimalkan
82,1% siklus I dan 92,85% pada siklus ke interaksi siswa dalam bekerja, dan memberikan
II menjadi 100% pada siklus III. penilaian terhadap hasil presentasi kelompok
b. Peningkatan aktivitas siswa dalam proses masih dianggap kurang baik. Hal ini
pembelajaran di dukung dengan dikarenakan waktu yang dipergunakan guru
meningkatnya kemampuan guru dalam dalam menjelaskan materi sangat terbatas dan
meningkatkan suasana belajar. Guru guru kurang memberikan pengarahan kepada
sangat ekstra membimbing siswa saat siswa dalam proses pembelajaran.
mengalami kesulitan dalam proses Pada siklus II RPP-2 sudah ada
pembelajaran. Di samping itu guru juga perubahan dan peningkatan dari siklus I yaitu
mampu mengarahkan siswa untuk 96,4% dan memperoleh skor rata-rata 27 poin,
mengidentifikasi serta mengamati gambar sedangkan idealnya 28 poin. Pada siklus III dan
perubahan lingkungan dengan baik. Hal RPP-3, guru sudah adanya peningkatan dalam
ini dapat dilihat dari hasil observasi menjelaskan materi pelajaran, mengoptimalkan
aktivitas guru yang meningkat dari siswa dalam bekerjasama, tanya jawab dan
92,85% pada siklus I menjadi 96,4% memberikan umpan balik serta penilaian
pada siklus II menjadi 96,4 % pada siklus terhadap hasil presentasi kelompok sudah
III. sangat baik yaitu 100% dari perolehan skor
c. Meningkatkan aktivitas siswa rata-rata 28 poin dan skor idealnya 28 poin.
mengakibatkan peningkatan pada nilai Hal ini dikarenakan waktu yang
siswa. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi dipergunakan guru dalam menjelaskan materi
siswa yang dilakukan melalui penilaian sudah mampu mempergunakan waktu dengan
hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa baik dan guru dapat memberikan pengarahan
pada siklus I yaitu 65% dan 85% pada kepada siswa dalam proses pembelajaran.
siklus II menjadi 95% pada siklus III. Namun hal ini menunjukkan adanya
peningkatan signifikan disebabkan siswa sudah
D. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam lebih mengetahui langkah-langkah dalam
Menerapkan Model Examples Non Examples proses pembelajaran dengan menggunakan
Dari hasil penelitian terhadap model examples non examples sehingga siswa
pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran.
dalam penerapan model examples non Dengan demikian, aktivitas siswa sudah
examples dengan presentasi. Pengamatan mencerminkan dengan penggunaan model
aktivitas guru dan siswa dengan menggunakan examples non examples pada materi perubahan
instrument yang dilakukan oleh satu orang lingkungan
pengamat, yaitu guru kelas IV untuk Persentase seluruh aktivitas siswa
mengamati aktifitas guru dan peneliti sebagai dari RPP-1, RPP-2 dan RPP-3 di peroleh
guru yang menerapkan model examples non aktivitas siswa dalam siklus I sebanyak 82,1%
examples untuk pengamat aktivitas siswa. dari perolehan skor rata-rata 23 poin sedangkan
Aktivitas guru dalam pembelajaran merupakan skor idealnya 28 poin. Sedangkan siswa belum
salah satu unsur yang paling penting dalam terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Ruhadi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan 35

model examples non examples, sehingga 1. Penggunaan model examples non


dianggap masih kurang. Pada siklus II dari examples dapat meningkatkan hasil
RPP-2, aktivitas dalam kegiatan belajar belajar siswa pada materi perubahan
mengajar sudah adanya peningkatan yaitu lingkungan, hal ini sesuai dengan hasil
92,85% dari perolehan skor rata-rata 26 poin analisis data yang diperoleh pada tiap-tiap
dan skor idealnya 28 poin. Sedangkan pada siklus terjadi peningkatan yaitu dari 65%
siklus III dari RPP-3 hasil belajar presentasi pada siklus I dan siklus ke II 85% menjadi
sudah sangat baik yaitu meningkat menjadi 95% pada siklus ke III.
96,4% dari perolehan skor rata-rata 27 poin 2. Aktivitas guru pada setiap siklus
sedangkan skor idealnya 28 poin. mengalami peningkatan yang sangat baik
dalam proses pembelajaran sebesar
E. Hasil Tes 92,85% pada siklus I dan siklus II 96,4%
Hasil penelitian terhadap hasil tes menjadi 100% pada siklus III.
siswa yang diolah dengan menggunakan rumus 3. Aktivitas siswa meningkat sebesar 82,1%
presentase. Data diperoleh dari hasil tes pada siklus I dan siklus II 92,85%
ulangan yang diberikan pada setiap siklus yang menjadi 96,4% pada siklus III setelah
terdiri dari tiga siklus dengan masing-masing menerapkan model examples non
satu RPP. Hasil tes yang tercapai pada tiap-tiap examples.
tes dilakukan analisis belajar baik secara
individual maupun klasikal. Nilai Kriteria 1. Saran-saran
Ketuntasan Minimal (KKM) untuk materi Berdasarkan hasil penelitian yang
perubahan lingkungan yang telah ditentukan telah disimpulkan di atas, dalam upaya
yaitu 62. Apabila nilai skor yang diperoleh meningkatkan mutu pendidikan perlu
telah memenuhi KKM standar sekolah, secara dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
individual mencapai 75% atau secara klasikal 1. Dalam pemilihan model mengajar, model
mencapai 85% maka pelajaran tersebut examples non examples merupakan salah
dikategorikan telah tuntas. satu model yang dapat digunakan oleh
Menunjukan bahwa penggunaan guru untuk meningkatkan hasil belajar
model examples non examples dapat serta minat siswa dalam belajar.
meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai 2. Diharapkan kepada guru agar bisa
dengan peningkatan hasil tes di setiap siklus. memanfaatkan waktu sebisa mungkin
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan agar pelajaran bisa berjalan dengan
menggunakan persentase menunjukan bahwa lancar.
penerapan model examples non examples pada 3. Dalam upaya mencapai kualitas proses
materi perubahan lingkungan dapat dan kualitas hasil belajar mengajar
meningkatkan hasil belajar siswa. Baik di lihat diharapkan kepada guru untuk melatih
dari tes siswa maupun pada kegiatan aktivitas keterampilan proses pada siswa dengan
guru dan siswa. memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berperan lebih dominan dalam
aktivitas belajar, sedangkan guru sebagai
SIMPULAN DAN SARAN fasilitator.
Berdasarkan hasil penelitian 4. Diharapkan kepada siswa untuk dapat
penggunaan model examples non examples mengikuti pelajaran dengan baik dan
pada materi perubahan lingkungan dapat harus lebih aktif dalam proses
meningkatkan prestasi belajar siswa, hal itu pembelajaran.
dapat dilihat dari peningkatan aktivitas guru 5. Diharapkan kepada sekolah untuk
dan siswa serta hasil belajar siswa yang sudah meningkatkan kemampuan guru disekolah
dilewati dari siklus I, siklus II dan siklus III di dalam pengembangan model-model
kelas IV SD Negeri 14 Banda Aceh. Adapun pembelajaran terutama pada penggunaan
peningkatan prestasi belajar dalam model examples non examples
menggunakan model examples non examples
pada materi perubahan lingkungan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 36

DAFTAR PUSTAKA Syah, Muhibbudin. (2003). Psikologi


Arikunto, Suharsimi. (2006). Pengelolaan Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Kelas. Jakarta: Rineka Cipta. Bandung: PT. Rosdakarya.

. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Tukiran, dkk. (2012). Model-Model


Jakarta: Bumi Aksara. Pembelajaran Inovatif. Bandung:
Alfabeta.
. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Wagiati,Ed. (2009). Ilmu Pengetahuan Alam
Cipta. Kelas IV. Jakarta: Direktorat.

As’ari, Abdurrahman. (2003). Jigsaw


Pembelajaran Struktur Aljabar 1
dengan Cooperative Learning Model.
Yogyakarta: UGM.

Aunurrahman. (2011). Belajar dan


Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Haryanto. (2012). Sains Untuk Sekolah Dasar


Kelas IV. Jakarta: Erlangga.

Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran


Inovatif. Medan: Media Persada.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Nasution. (2006). Berbagai Pendekatan dalam


Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Bina Aksara.

Purwanto, M.Ngalim. (2006). Psikologi


Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Riyanto, Yatim. (2012). Paradigma Baru


Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Rumtumanan, T.G. (2004). Belajar dan


Pembelajaran. Jakarta: Unesa
University Press.

Slameto. (2001). Belajar dan Faktor-Faktor


yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Bina Aksara.

Sudjana, Nana. (2005). Model Statistika.


Bandung: Tarsito.

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar


Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.

Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 37

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY


LEARNING SISWA KELAS X TEKNIK PERMESINAN SMK NEGERI 1 BIREUEN

Oleh
Fauziah

Absrtak
Alat ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah prestasi belajar yang
merupakan perolehan nilai hasil belajar siswa sesuai dengan materi yang dipelajari guru
merupakan ujung tombak keberhasilan siswa , dalam hal membina karakter, membimbing,
mengarahkan memberi motivasi, agar siswa dapat bepikir aktif dan kreatif dalam
menemukan sesuatu masalah sesuai dengan yang dipelajarinya dapat dipergunakan dalam
kehipunan sehari-hari.Merasa senang atas hasil yang didapat sendiri setelah dipelajari dan
dapat memahami konsep, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan. Setelah mengamati, timbul pertanyaan untuk ingin tahu, eksperimen, mengumpul
informai hasil bacaan, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi. Berpikir secara logis, sistimtis, aktif dan kreatif, generalisasi tersebut siswa
akan mendapatkan sendiri pengetahuan baru tentang alternatif pemecahan masalah,
altenatif penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis, sistimtis dan kreatif.
Pengetahuan, ketrampilan diperoleh melalui pendidikan, pengalaman kerja sebagai
pemantapan unsur pengetahuan dan ketrampilan kerja, kompetensi yang telah di peroleh
dari pendidikan.

Kata kunci : Hasil Belajar, Discovery Learning, Teknik Permesinan

Sebagai mana telah diketahui salah karena itu perlu tindak lanjut agar kompetensi
satu tugas guru adalah mencerdaskan siswa siswa mencapai target seperti yang diharapkan
pendidikan formal menciptakan kesempatan setelah uji kompetensi.
yang seluas-luasnya untuk siswa atau individu, Sementara harapannya setelah proses
untuk mengembang dirinya sesuai dengan belajar mengajar siswa diharapkan dapat
kompetensi yang dimilikinya. Dalam mengaplikasikan pada mata diklat produktif
melaksanakan proses pembelajaran harus dan juga dapat dipergunakan dalam kehidupan
didukung oleh tersedia sarana dan prasarana sehari-hari, karena tamatan SMK harus
yang memadai serta kecapakan guru dalam mampu berwira usaha, trampil hidup ( life
membimbing dan juga ilmu pengetahuan yang skill ) untuk mengembangkan diri sesuai ilmu
dimilikinya, karena guru merupakan ujung pengetahuan , ketrampilan dengan standar
tombak keberhasilan siswa. Temuan saya kompetensi yang mareka peroleh dari
sebagai guru mata diklat matematika kondisi pendidikan yang berguna didunia wirausaha
kelas siswa kurang menanggapi, kurang dan industri. Selain itu diharapkan agar siswa
menyenangkan ada beberapa orang siswa yang dapat mengikuti ujian nasional dengan
kurang respon terhadap matematika mendapat hasil ujian yang maxsimal atau amat
menganggap matematika itu sukar untuk baik.
dipelajari dan malah menjadi momoh bagi Solusinya, tak ada jalan lain guru juga
mareka. Siswa nilai matematika perlu tinggi harus memiliki standar kompetensi yang
tanpa belajar dengan maksimal ini sudah memadai diartikan sebagai pengetahuan ,
menjadi kenyataan dan sering terjadi hanya ketrampilan nilai- nilai dasar yang bisa
mengharap nilai bagus malas belajar, tetapi direpleksikan dalam kebiasaan berpikir ,
bagi siswa yang senang dengan matematika bertindak dengan semangat tinggi
hal ini tidak tejadi,siswa yang kreatif hasil membimbing, mengarahkan, memberi
lebih puas dengan hasil usaha sendiri. Oleh motivasi,dengan sabar, ikhlas, jujur, ramah

Dra. Fauziah* adalah Guru Matematika SMK Negeri 1 Bireuen


Fauziah, Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Discovery 38

dengan senang hati agar siswa senang dan C. Discovery Learning


tertarik dengan matematika. Karena dalam 1. Definisi
kenyataannya banyak siswa menganggap Metode Discovery Learning adalah teori
matematika itu sukar,sulit untuk dipahami dan belajar yang didefinisikan sebagai proses
dimengerti oleh siswa karena hal tersebut pembelajaran yang terjadi bila tidak disajikan
dalam proses belajar mengajar, penulis dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
mencoba membuat penelitian tindakan kelas mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be
Perbandingan Trigonometri Melalui Model defined as the learning that takes place when the
Pembelajaran Discovery Learning Siswa Kelas student is not presented with subject:103). Yang
X Teknik Permesinan SMK Negeri 1 Bireuen” menjadikan dasar ide Bruner ialah pendapat dari
Piaget yang menyatakan bahwa anak matter in
the final form, but rather is required to organize
TINJAUAN PUSTAKA it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986
A. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Hasil harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Belajar Bruner memakai metode yang disebutnya
Dalam hal ini terlebih dahulu guru Discovery Learning, dimana siswa
harus mencari dan mengenal imformasi mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan
tentang diri pribadi siswa agar dapat suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Metode
digunakan sebagai pertimbangan dalam Discovery Learning adalah memahami konsep,
membimbing siswa sesuai dengan latar arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk
belakang dan karakter yang berbeda-beda yang akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
dimiliki siswa, antara lain : menyangkut (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila
pribadi siswa, daya serap atau kemampuan individu terlibat, terutama dalam penggunaan
berpikir, kesehatan, keadaan ekonomi orang proses mentalnya untuk menemukan beberapa
tua, sifat-sifat pribadi (watak), cita-cita dan konsep dan prinsip. Discovery dilakukan
lain sebagainya. melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut
B. Kemauan terhadap matematika dalam disebut cognitive process sedangkan discovery
Pembelajaran Matematika. itu sendiri adalah the mental process of
Pengalaman dalam proses pembelajaran assimilating concepts and principles in the mind
matematika biasanya berkaitan erat dengan (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
prestasi siswa dalam pembelajaran matematika Sebagai strategi belajar, Discovery
siswa yang senang dengan matematika belajar Learning mempunyai prinsip yang sama dengan
lebih efektif dan dan kreatif menyukai inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada
matematika dengan apa yang dipelajarinya dan perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini,
mendapat hasil lebih baik sesuai yang pada Discovery Learning lebih menekankan
dipelajarinya, guru harus lebih perhatian yang pada ditemukannya konsep atau prinsip yang
kontunue terhadap siswa tersebut, sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya
mengarahkan, memberi motivasi, mendorong, dengan discovery ialah bahwa pada discovery
dengan semangat yang tinggi agar siswa dapat masalah yang diberikan kepada siswa semacam
menkontruksikan apa yang dipelajari sesuai masalah yang direkayasa oleh guru.
dengan keinginan. Melalui pembelajaran Sedangkan pada inkuiri masalahnya
perbandingan trigonometri siswa memperoleh bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus
pengalaman belajar dapat menemukan konsep mengerahkan seluruh pikiran dan
perbandingan trogonometri pemecahan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-
masalah yang otentik, berkolaborasi ,masalah temuan di dalam masalah itu melalui proses
aktual dengan pola interaksi sosial, kultur penelitian, sedangkan Problem Solving lebih
berpikir tingkat tinggi, berpikir kritis kreatif memberi tekanan pada kemampuan
dalam menyelidiki dan mengaplikasikan menyelesaikan masalah. Akan tetapi prinsip
konsep trigonometri dalam memecahkan belajar yang nampak jelas dalam Discovery
masalah otentik. Learning adalah materi atau bahan pelajaran
yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam
bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta

Dra. Fauziah* adalah Guru Matematika SMK Negeri 1 Bireuen


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 39

didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal
ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau Untuk menunjang proses belajar perlu
membentuk (konstruktif) apa yang mereka lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa
ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini
akhir. dinamakan Discovery Learning Environment,
Dengan mengaplikasikan metode yaitu lingkungan dimana siswa dapat
Discovery Learning secara berulang-ulang dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan
meningkatkan kemampuan penemuan diri baru yang belum dikenal atau pengertian yang
individu yang bersangkutan. Penggunaan model mirip dengan yang sudah diketahui.
pembeljaran Discovery Learning, ingin merubah Lingkungan seperti ini bertujuan agar
kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan siswa dalam proses belajar dapat berjalan
kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher dengan baik dan lebih kreatif. Untuk
oriented ke student oriented. Merubah modus memfasilitasi proses belajar yang baik dan
Ekspository siswa hanya menerima informasi kreatif harus berdasarkan pada bahan
secara keseluruhan dari guru ke modus pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan
Discovery siswa menemukan informasi sendiri, kognitif siswa. Bahan pelajaran bertujuan
siswa mengarahkan kegiatan belajarnya untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam
sendiri dengan melibatkan akalnya dan berfikir (merepresentasikan apa yang
motivasi sendiri. dipahami) sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
2. Koncep Menurut Bruner perkembangan kognitif
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
metode Discovery Learning merupakan ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan,
pembentukan kategori-kategori atau konsep- yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap
konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya enaktive, seseorang melakukan aktivitas-
generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang aktivitas dalam upaya untuk memahami
kategorisasi yang nampak dalam Discovery, lingkungan sekitarnya, artinya, dalam
bahwa Discovery adalah pembentukan memahami dunia sekitarnya anak
kategori-kategori, atau lebih sering disebut menggunakan pengetahuan motorik, misalnya
sistem-sistem coding. Pembentukan kategori- melalui gigitan, sentuhan, pergeseran,
kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan pegangan, dan sebagainya.
demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & Tahap iconic, seseorang memahami
difference) yang terjadi diantara obyek-obyek objek-objek atau dunianya melalui gambar-
dan kejadian-kejadian (events). gambar dan visualisasi verbal. Tahap
Bruner memandang bahwa suatu symbolic, seseorang telah mampu memiliki
konsep atau kategorisasi memiliki lima ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang
unsur, dan siswa dikatakan memahami suatu sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
konsep apabila mengetahui semua unsur dari berbahasa dan logika. Komunikasinya
konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh- dilakukan dengan menggunakan banyak
contoh baik yang positif maupun yang simbol. Semakin matang seseorang dalam
negative; 3) Karakteristik, baik yang pokok proses berpikirnya, semakin dominan sistem
maupun tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5) simbolnya. Dalam mengaplikasikan metode
Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner Discovery Learning guru berperan sebagai
menjelaskan bahwa pembentukan konsep pembimbing dengan memberikan kesempatan
merupakan dua kegiatan mengkategori yang kepada siswa untuk belajar secara aktif,
berbeda yang menuntut proses berfikir yang sebagaimana pendapat guru harus dapat
berbeda pula. membimbing dan mengarahkan kegiatan
Seluruh kegiatan mengkategori belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman,
meliputi mengidentifikasi dan menempatkan 2005:145).
contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa- Kondisi seperti ini ingin merubah
peristiwa) ke dalam kelas dengan kegiatan belajar mengajar yang teacher
menggunakan dasar kriteria tertentu. Di dalam oriented menjadi student oriented. Hal yang
proses belajar, Bruner mementingkan menarik dalam pendapat Bruner yang

Dra. Fauziah* adalah Guru Matematika SMK Negeri 1 Bireuen


Fauziah, Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Discovery 40

menyebutkan: hendaknya guru harus § Melakukan identifikasi karakteristik


memberikan kesempatan muridnya untuk siswa (kemampuan awal, minat, gaya
menjadi seorang problem solver, seorang belajar, dan sebagainya)
scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam § Memilih materi pelajaran.
metode Discovery Learning bahan ajar tidak § Menentukan topik-topik yang harus
disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut dipelajari siswa
untuk melakukan berbagai kegiatan § Mengatur topik-topik pelajaran dari
menghimpun informasi, membandingkan, yang sederhana ke secara induktif
mengkategorikan, menganalisis, (dari contoh-contoh generalisasi)
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan § Mengembangkan bahan-bahan belajar
serta membuat kesimpulan-kesimpulan, yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa tugas dan sebagainya untuk dipelajari
yang dimengerti mereka. siswa
Dengan demikian seorang guru dalam § Kompleks, dari yang konkret ke
aplikasi metode Discovery Learning harus abstrak, atau dari tahap enaktif,
dapat menempatkan siswa pada kesempatan- ikonik sampai ke simbolik
kesempatan dalam belajar yang lebih mandiri. § Melakukan penilaian proses dan hasil
Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan belajar siswa
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk 2. Prosedur Aplikasi Metode Discovery
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau Learning
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia Menurut Syah (2004:244) dalam
jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, mengaplikasikan metode Discovery
2005:41). Learning di kelas, ada beberapa
Pada akhirnya yang menjadi tujuan prosedur yang harus dilaksanakan
dalam metode Discovery Learning menurut dalam kegiatan belajar mengajar secara
Bruner adalah hendaklah guru memberikan umum sebagai berikut:
kesempatan kepada siswa untuk menjadi
seorang problem solver, seorang scientist, a. Stimulation (stimulasi/pemberian
historin, atau ahli matematika. Dan melalui rangsangan)
kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, Pemualaan siswa diberikan kegiatan
menerapkan, serta menemukan hal-hal yang pada sesuatu yang menimbulkan
bermanfaat bagi dirinya. pemikiran, kebingungannya, kemudian
Karakteristik yang paling jelas dilanjutkan untuk tidak memberi
mengenai Discovery sebagai metode mengajar generalisasi, agar timbul keinginan cari
ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial tahu menyelidiki sendiri. Disamping itu
(pemulaan) mengajar, bimbingan guru guru dapat memulai kegiatan PBM
hendaklah lebih berkurang dari pada metode- dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti membaca buku, dan aktivitas belajar
bahwa guru menghentikan untuk memberikan lainnya yang mengarah pada persiapan
suatu bimbingan setelah problema disajikan pemecahan masalah. Stimulasi pada
kepada siswa. Tetapi bimbingan yang tahap ini berfungsi untuk menyediakan
diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya kondisi interaksi belajar yang dapat
melainkan siswa diberi responsibilitas yang mengembangkan dan membantu siswa
lebih tinggi untuk belajar sendiri. dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal
ini Bruner memberikan stimulation
3. Model discovery learning dengan menggunakan teknik bertanya
Langkah-langkah dalam yaitu dengan mengajukan pertanyaan-
mengaplikasikan model discovery learning di pertanyaan yang dapat menimbul
kelas adalah sebagai berikut: pemikiran siswa pada kondisi internal
1. Langkah Persiapan Metode Discovery yang mendorong eksplorasi. Dengan
Learning demikian seorang Guru harus menguasai
§ Menentukan tujuan pembelajaran teknik-teknik dalam memberi stimulus
kepada siswa agar dapat mengaktifkan

Dra. Fauziah* adalah Guru Matematika SMK Negeri 1 Bireuen


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 41

siswa untuk mengeksplorasi cepat diperoleh siswa baik melalui wawancara,


tercapai. observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
b. Problem statement (pernyataan/ wawancara, observasi, dan sebagainya,
identifikasi masalah) semuanya diolah, diacak,
Setelah dilakukan stimulation diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
langkah selanjutya adalah guru memberi perlu dihitung dengan cara tertentu serta
kesempatan kepada siswa untuk ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
mengidentifikasi sebanyak mungkin tertentu (Djamarah, 2002:22). Data
agenda-agenda masalah yang relevan processing disebut juga dengan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah pengkodean coding/ kategorisasi yang
satunya dipilih dan dirumuskan dalam berfungsi sebagai pembentukan konsep
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas dan generalisasi. Dari generalisasi
pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). tersebut siswa akan mendapatkan
Sedangkan menurut permasalahan yang pengetahuan baru tentang alternatif
dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan jawaban, altenatif penyelesaian yang
dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, perlu mendapat pembuktian secara logis.
yakni pernyataan (statement) sebagai
jawaban sementara atas pertanyaan yang e. Verification (pembuktian)
diajukan. Memberikan kesempatan siswa Pada tahap ini siswa melakukan
untuk mengidentifikasi dan menganalisa pemeriksaan secara cermat untuk
permasalahan yang mereka hadapi, membuktikan benar atau tidaknya
merupakan teknik yang berguna dalam hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
membangun karakter siswa agar mereka temuan alternatif, dihubungkan dengan
terbiasa untuk menemukan suatu hasil data processing (Syah, 2004:244).
permasalahan. Verification menurut Bruner, bertujuan
agar proses belajar akan berjalan dengan
c. Data collection (pengumpulan data). baik dan kreatif jika guru memberikan
Ketika eksplorasi berlangsung guru kesempatan kepada siswa menemukan
juga memberi kesempatan kepada siswa suatu konsep, teori, aturan atau
untuk mengumpulkan informasi pemahaman melalui contoh-contoh yang
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk ia jumpai dalam kehidupannya.
membuktikan benar atau tidaknya Berdasarkan hasil pengolahan dan
hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap tafsiran, atau informasi yang ada,
ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan pernyataan atau hipotesis yang telah
atau membuktikan benar tidaknya dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek
hipotesis, dengan demikian siswa diberi kebenarannya.
kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang f. Generalization (menarik kesimpulan
relevan, membaca literatur, mengamati /generalisasi)
objek, wawancara dengan guru, Tahap generalisasi/ menarik
melakukan uji coba sendiri dan kesimpulan adalah proses menarik
sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan
adalah siswa belajar secara aktif untuk prinsip umum dan berlaku untuk semua
menemukan sesuatu yang berhubungan kejadian atau masalah yang sama, dengan
dengan permasalahan yang dihadapi, memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
dengan demikian secara tidak disengaja 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi
siswa menghubungkan masalah dengan maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
pengetahuan yang telah dimiliki. mendasari generalisasi. Setelah menarik
kesimpulan siswa harus memperhatikan
d. Data processing (pengolahan data) proses generalisasi yang menekankan
Menurut Syah (2004:244) pentingnya penguasaan pelajaran atas
pengolahan data merupakan kegiatan makna dan kaidah atau prinsip-prinsip
mengolah data dari informasi yang telah yang luas yang mendasari pengalaman

Dra. Fauziah* adalah Guru Matematika SMK Negeri 1 Bireuen


Fauziah, Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Discovery 42

seseorang, serta pentingnya proses § Proses belajar meliputi sesama


pengaturan dan generalisasi dari aspeknya siswa menuju pada
pengalaman-pengalaman itu. pembentukan manusia seutuhnya;
§ Meningkatkan tingkat penghargaan
3. Kelebihan Penerapan Discovery pada siswa;
Learning § Kemungkinan siswa belajar dengan
§ Membantu siswa untuk memperbaiki memanfaatkan berbagai jenis sumber ;
dan meningkatkan keterampilan- § Dapat mengembangkan bakat dan
keterampilan dan proses-proses kecakapan individu.
kognitif. Usaha penemuan merupakan
kunci dalam proses ini, seseorang 4. Kelemahan Penerapan Discovery
tergantung bagaimana cara belajarnya. Learning
§ Pengetahuan yang diperoleh melalui § Metode ini menimbulkan asumsi
metode ini sangat pribadi dan ampuh bahwa banyak pemikiran untuk
karena menguatkan pengertian, ingatan belajar, bagi siswa yang kurang daya
dan transfer. serap, akan mengalami kesulitan
§ Menimbulkan rasa senang pada diri abstrak atau berfikir atau
siswa, karena tumbuhnya rasa mengungkapkan hubungan antara
menyelidiki dan berhasil. konsep-konsep, yang tertulis atau
§ Metode ini memungkinkan siswa lisan, sehingga pada gilirannya akan
berkembang dengan cepat dan sesuai menimbulkan frustasi.
dengan kecepatannya sendiri. § Metode ini tidak efisien untuk
§ Menyebabkan siswa mengarahkan mengajar jumlah siswa yang banyak,
kegiatan belajarnya sendiri dengan karena
melibatkan akalnya dan motivasi § membutuhkan waktu yang lama
sendiri. untuk membimbing mereka
§ Metode ini dapat membantu siswa menemukan teori atau pemecahan
memperkuat konsep dirinya, karena masalah lainnya.
memperoleh kepercayaan bekerja sama § Harapan-harapan yang terkandung
dengan yang lainnya. dalam metode ini dapat buyar jika
§ Berpusat pada siswa dan guru berperan berhadapan dengan siswa dan guru
sama-sama aktif mengeluarkan yang telah terbiasa dengan cara-cara
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun belajar yang lama.
dapat bertindak sebagai siswa, dan § Pengajaran Discovery Learning lebih
sebagai peneliti di dalam situasi cocok untuk mengembangkan
diskusi. pemahaman, sedangkan
§ Membantu siswa menghilangkan mengembangkan aspek konsep,
skeptisme (keragu-raguan) karena ketrampilan dan emosi secara
mengarah pada kebenaran yang final keseluruhan kurang mendapat
dan tertentu atau pasti. perhatian.
§ Siswa akan mengerti konsep dasar dan
ide-ide lebih baik;
§ Membantu dan mengembangkan HASIL DAN PEMBAHASAN
ingatan dan transfer kepada situasi Kondisi Awal proses belajar mengajar
proses belajar yang baru; pada kelas X Teknik Permesinan pada awal
§ Mendorong siswa berfikir dan bekerja semister siswa sedikit kurang respon dan
atas inisiatif sendiri; malas tidak aktif karena baru libur semester
§ Mendorong siswa berfikir intuisi dan sudah merasa enak dengan tidak ada beban
merumuskan hipotesis sendiri; dan tugas, berbagai cara guru memotivasi agar
§ Memberikan keputusan yang bersifat siswa kembali bersemangat lagi untuk belajar
intrinsik; matematika. Walaupun demikian situasi
§ Situasi proses belajar menjadi lebih kondisi siswa proses belajar mengajar tetap
terangsang; berlansung akhirnya siswa juga tidak bisa
mengelak sadar dirinya perlu pendidikan.

Dra. Fauziah* adalah Guru Matematika SMK Negeri 1 Bireuen


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 43

Guru sambil membimbing siswa sesuai dengan topik yang diajarkan. Apapun
belajar, mengamati situasi konsisi kelas metoda yang kita gunakan pada akhir proses
sedemikian rupa memberi imformasi tentang belajar mengajar jangan lupa pesanan untuk
kelulusan, ketuntasan standar kompetensi yang siswa harus banyak belajar dirumah karena
dipelajari harus mencapai KKM yang telah belajar di sekolah waktu sangat terbatas.
ditetapkan oleh sekolah yaitu: 80,00 atau indek
3,00.
Berdasarkan hasil penelitian dapat DAFTAR PUSTAKA
dinyatakan bahwa proses belajar mengajar Coutinho, M., &Malouf, D.
dengan penugasan secara kelompok dapat (1993).Performance Assessment and
meningkatkan prestasi matematika siswa Children with Disabilities: Issues and
kelas X Teknik Permesinan SMK Negeri 1 Possibilities. Teaching Exceptional
Bireuen . Tapi guru harus kerja semaksimal Children, 25(4), 63–67.
mungkin membimbing, mendorong,
mengawasi, membentuk karakter siswa agar Cumming, J. J., & Maxwell, G. S.
mau belajar agar tidak ada kesempatan untuk (1999).Contextualizing Authentic
cabut sekolah atau keluar kampus pada saat Assessment. Assessment in Education,
jam belajar. Karena dalam pengamatan siswa 6(2), 177–194.
kelas X Teknik Permesinan mareka itu malas
belajar , tapi nilai matematika harus tinggi, Gatlin, L.,& Jacob, S. (2002). Standards-
oleh karenanya guru tidak boleh lalai harus Based Digital Portfolios: A Component
memaksa siswa untuk mau belajar agar of Authentic Assessment for Preservice
kompetensi tercapai seperti yang diharapkan. Teachers. Action in Teacher Education,
23(4), 28–34.

SIMPULAN DAN SARAN Grisham-Brown, J., Hallam, R., & Brookshire,


Berdasarkan penelitian dapat penulis R. (2006).Using Authentic Assessment
ambil kesimpulan bahwa: to Evidence Children's Progress
1. Penerapan Model Pembelajaran Diskovery Toward Early Learning Standards.
Learning dapat meningkatkan hasil belajar Early Childhood Education Journal,
perbandingan trigonometri siswa kelas X 34(1), 45–51.
Teknik Permesinan SMK Negeri 1
Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen
Bireuen, hal ini kelihatan pada tiap siklus
Berkelanjutan: Konsep Dasar,
prestasi belajar terus meningkat.
Tahapan Pengembangan dan Contoh.
2. Pada siklus 1 siswa dapat mencapai tuntas
Surabaya: UNESA University Press
belarjar 17 orang siswa atau 56,67 %
Anggota IKAPI
dengan nilai tertinggi 90,00 , yang belum
tuntas 13 orang siswaatau 43,33% nilai Salvia, J., & Ysseldyke, J. E.
rata-rata siklus 1 adalah; 76,17. Siklus 2 (2004).Assessment in Special and
mencapai nilai rata-rata 84,14 nilai Inclusive Education (9th ed.). New
tertinggi 93 jumlah siswa pada siklus 28 York: Houghton Mifflin.
orang semuanya semuanya laki-laki, tuntas
100% pada materi perbadingan Wiggins, G. (1993). Assessment: Authenticity,
trigonometri. Dengan kata lain Context and Validity. Phi Delta
pembelajaran matematika apapun metode Kappan, 75(3), 200–214.
yang digunakan guru harus disiplin dan
tegas membina siswa karena guru
merupakan ujung tombak keberhasilan
siswa.

1. Saran-saran
Dari kesimpulan hasil penelitian di
atas, maka disarankan gunakan model
pembelajaran sesuai standar kompetensi atau

Dra. Fauziah* adalah Guru Matematika SMK Negeri 1 Bireuen


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 44

MENINGKATKAN KETRAMPILAN SISWA DALAM MENGGAMBAR SEGILIMA


BERATURAN MELALUI CTL BELAJAR MANDIRI KELAS X
TSP SMK NEGERI 1 BIREUEN

Oleh
Nurdin Hs.

Abstrak
Berdasarkan uji kemampuan pada siswa kelas X TSP SMK Negeri 1 Bireuen, terutama
pada pelajaran Gambar Teknik Bangunan, ternyata masih banyak siswa yang kesulitan
dalam menggambar segilima beraturan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu
penulis merasa perlu melakukan suatu penelitian untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
yang dialami oleh peserta didik dalam menggambar. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2
siklus dan setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, melakukan tindakan, observasi
serta refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X TSP SMK Negeri 1 Bireuen
sebanyak 28 siswa. Penelitian ini ternyata mampu meningkatan ketrampilan siswa dalam
menggambar segilima beraturan dengan menentukan lingkaran luar pada akhir setiap siklus.
Data untuk pengambilan nilai bagi setiap siswa penulis rangkum melalui buku gambar
siswa serta nilai praktik langsung di papan tulis. Observasi dengan alat pengumpul data
yang digunakan butir soal test dan lembar instumen aktivitas siswa dan guru peneliti.
Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pada kondisi awal, hasil siklus I, dan
hasil siklus II. Pada kondisi awal atau pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa
adalah 61,23% dengan ketuntasan belajar 14,28%. Sedangkan pada siklus II nilai rata-
ratanya 83,79 dengan ketuntasan belajar 92%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan Media Elektronik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk
mengajarkan kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menggambar segi lima beraturan dengan cara diketahui salah satu sisinya dan dalam
lingkaran.

Kata Kunci : Metode Pembelajaran, Belajar mandiri, Ketrampilam siswa

Dalam melaksanakan proses mampu menggambar dengan baik dan benar


pembelajaran menggambar teknik dasar sesuai kriteria yang ditetapkan. Siswa yang
khususnya pada materi menggambar segilima dikatakan tuntas dalam mencapai tujuan
beraturan dengan menentukan lingkaran luar, pembelajaran apabila siswa sudah mencapai
peneliti sebagai guru mata pelajaran tersebut nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) .
masih menemukan kondisi kelas yang kurang Nilai KKM yang ditetapkan sekolah adalah 76
berhasil, setelah dievaluasi dari 28 orang siswa atau (2,67). Jadi seorang siswa dikatakan tuntas
yang ada dalam kelas tersebut, ternyata hanya 4 secara indipidu apabila telah mencapai nilai
orang siswa yang mendapat nilai ≥76 atau minimal 80. Untuk ketuntasan secara klasikal
2,67 ( 14,29%), dan yang lainnya mendapat adalah 85 % dari jumlah siswa telah mencapai
nilai < 76 atau (85,71%). Dari hasil perolehan nilai KKM. Sehingga siswa benar-benar telah
nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa menguasai materi yang telah diajarkan guru.
pembelajaran materi menggambar segilima Dan setelah mereka menamatkan
beraturan belum mencapai hasil yang pendidikannya nanti dapat menerapkannya di
diharapkan. Maka oleh sebab itu masih lapangan kerja masing-masing.
diperlukan untuk melaksaksanakan latihan dan Untuk menindaklanjuti hasil perolehan
bimbingan agar siswa dapat memperoleh nilai nilai siswa sebagaimana yang tersebut di atas,
setara minimal setara KKM. maka dalam penelitian ini penulis
Salah satu Kompetensi Dasar yang menggunakan metode CTL Belajar Mandiri
harus dicapai dalam pembelajaran gambar dalam menggambar segilima beraturan dengan
teknik di kelas X TSP semester ganjil adalah

Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs., Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima 45

menentukan lingkaran luar Kelas X TSP SMK siku-siku, pensil gambar, karet
Negeri 1 Bireuen. penghapus, sapu tangan sebagai alat
Adapun rumusan masalah dalam bantu membersihkan gambar jika
penelitian tindakan ini adalah : (1) Bagaimana terkena debu.
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
menggambar segilima beraturan dengan B. Model pembelajaran
menentukan lingkaran luar Kelas X TSP SMK Pendekatan Konstruktivisme dalam
Negeri 1 Bireuen?, dan (2) Apakah penerapan pembelajaran dikenal dengan nama Student
CTL Belajar mandiri dapat meningkatkan hasil Centered Learning (CTL), belajar yang
belajar siswa dalam materi menggambar berorientasi pada siswa. Jadi dalam hal ini
segilima bertauran dengan menentukan siswa menjadi fokus utama, sementara guru
lingkaran luar pada kelas X TSP SMK Negeri 1 berperan sebagai fasilitator atau bersama-sama
Bireuen. dengan siswa terlibat dalam peroses belajar,
Tujuan penelitian adalah (1) untuk proses konstruksi pengetahuan.
mengetahui cara melakukan peningkatan hasil Salah satu model atau bentuk
belajar siswa pada materi menggambar pembelajaran dilaksanakan dalam penelitian ini
segilima beraturan dengan menentukan adalah model Belajar Mandiri. Mandiri tidak
lingkaran luar siswa Kelas X TSP SMK Negeri sama dengan pengajaran individu. Pembejaran
1 Bireuen, dan (2) untuk mengetahui efektifitas berbantuan komputer merupakan contoh
CTL Belajar mandiri dalam peningkatakan pengajaran individu, tapi bukan belajar
hasil belajar siswa pada materi mengambar segi mandiri. Walaupun demikian pengajaran
lima beraturan dengan menentukan lingkaran individu merupakan salah satu metode yang
luar kelas X TSP SMK Negeri 1 Bireuen. dapat digunakan untuk mengembangkan dan
meningkatkan belajar mandiri siswa.
Ciri utama belajar mandiri adalah
TINJAUAN PUSTAKA mengembangkan dan meningkatkan
A. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Hasil ketrampilan serta kemampuan siswa untuk
Belajar melakukan proses belajar secara mandiri, tidak
Dalam pelaksanaaan proses belajar tergantung pada guru, kegiatan kelas, teman
mengajar di kelas, terutama pada penyajian dan lain-lain. Peran guru dalam belajar mandiri
materi pembelajaran dan pencapaian hasil akhir adalah sebagai konsultan dan fasilitator.
pembelajaran siswa ini sangat dipengaruhi Yang perlu diperhatikan oleh guru
oleh: adalah tugas-tugas hendaknya direncanakan
a) Suasana ruangan kelas agar tidak terlalu mudah atau terlalu sukar
Guru harus dapat mendesain tempat tetapi mampu menantang kreativitas dan daya
duduk siswa agar terasa nyaman dan pikir siswa untuk belajar. Aplikasi belajar
aman dalam belajar, cukup penerangan mandiri dalam kegiatan pembelajaran di kelas
dan ventilasi udara yang memadai serta adalah harus dipilih bentuk-bentuk kegiatan
kebersihan ruangan kelas. yang dapat memberikan kesempatan kepada
b) Peran guru dalam menyajikan materi siswa untuk belajar mandiri secara individu
pembelajaran di kelas terutama pada proyek gambar bangunan, studi
Guru harus menguasai materi literature, dan seminar.
pembelajaran yang akan disajikan Menurut Brooks & Brooks (1993)
kepada siswa. seperti yang dikutip oleh Pannen, perbedaan
c) Fasilitas pendukung dalam kelas pembelajaran konstruktivisme dan pembeajaran
Ruangan kelas harus mempunyai daya tradosional adalah sebagai berikut:
listrik, agar guru dapat menayangkan a. Pembelajaran tradisional
materi atau gambar yang dipelajari Ø Ruang lingkup pembelajaran disajikan
dengan menggunakan infokus, dan secara terpisah, bagian per bagian,
papan tulis berserta perangkatnya. dengan penekanan pada pencapaian
d) Kelengkapan peralatan sekolah ketrampilan dasar.
Siswa secara individu harus membawa Ø Kurikulum harus diikuti secara habis
perlengkapan menggambar yang
diperlukan, seperti: Sepasang segitiga

Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 46

Ø Kegiatan pemelajaran hanya mau menggambar bila tidak mempelajari awal


berdasarkan buku teks yang sudah tentang alat gambar teknik.
ditentukan a. Menggambar Segilima Beraturan dengan
Ø Siswa dilihat sebagai tempat untuk menentukan lingkaran luar
menuangkan semua pengetahuan guru Segi Lima Beraturan biasanya banyak
Ø Guru mengajar dan menyebarkan terdapat pada logo-logo daerah, logo-logo
informasi keilmuan kepada siswa departemen, logo-logo parpol dan
Ø Penilaian terhadap proses belajar siswa sebagainya.
merupakan bagian terpisah dari Langkah-langkah menggambar segi lima
pembelajaran, dan dilakukan dalam beraturan dengan menentukan lingkaran
bentuk tes/ujian luar adalah sebagai berikut:
b. Pembelajaran konstruktivisme 1) Buatlah lingkaran dengan jari-jari R
Ø Ruang lingkup pembelajaran disajikan sembarang
secara utuh dengan penjelasan tentang 2) Buatlah gris-garis AB dan CD yang
keterkaitan antar bagian, dengan saling tegak lurus di pusat lingkaran M.
penekanan pada konsep utama 3) Tentukan titik E di tengah-tengan BM
Ø Pernyataan siswa dan konstruksi 4) Buatlah busur lingkaran dengan jari-jari
jawaban adalah penting EC dan E sebagai titik pusatnya. Busur
Ø Kegiatan pembekajaran beralndaskan lingkaran ini memotong garis AB di F.
beragam sumber informasi primer dan 5) Dari titik C buatlah busur lingkaran
materi-materi yang dapat dimanipuasi dengan jari-jari CF dan memotong
langsung oleh siswa lingkaran luar di G dan H. Demikian
Ø Siswa dilihat sebagai pemikir yang pula dari titik G dan H buatlah busur
mampu menghasilkan teori tentang dengan jari-jari yang sama, memotong
dunia dan kehidupan lingkaran luar di I dan J.
Ø Guru bersikap interaktif dalam 6) Maka terbentuklah segilima beraturan
pembelajaran, menjadi fasilitatator dan C-H-I-J-G.
mediator bagi siswa dalam proses
belajar C
Ø Guru mencoba mengerti persepsi siswa
agar dapat melihat pola piker siswa dan R2
apa yang sudah diperoleh siswa untuk
pembelajaran berikut G
Ø Penilaian terhadap proses belajar H
merupakan bagian intrgral dalam R1
A B
pembelajaran. Dilakukan melalui M E
F
observasi terhadap hasil kerja siswa
melalui karya siswa.

C. Materi Pembelajaran
Mata pelajaran Gambar Teknik Dasar
mencakup tentang dasar-dasar penggambaran. I J
Adapun penggambaran tersebut meliputi D
gambar garis, gambar bentuk bidang, gambar
bentuk tiga dimensi, proyeksi benda, Gambar 1. Segilima Beraturan
konstruksi dinding dan lantai, konstruksi kusen
pintu/jenela dan daun pintu/jendela, konstruksi b. Kerangka Berpikir
tangga, konstruksi langit-langit, konstruksi Pada kondisi awal kebanyakan guru masih
pondasi, konstruksi pelat, balok dan kolom belum menggunakan pendekatan secara
beton betulang, konstruksi atap, mengatur tata konvensional sehingga membuat hasil
letak gambar, dan menggambar dengan belajar siswa masih rendah khususnya pada
perangkat lunak. Perkembangan dalam mata pelajaran Gambar Teknik Dasar dari
pembangunan dan konstruksi, bagaimana anda hasil pembelajaran pada kondisi awal
tersebut, maka guru mencoba melakukan
tindakan dengan menerapkan strategi

Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs., Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima 47

pembelajaran melalui CTL Belajar mandiri Ø Kegiatan Penutup : Membuat kesimpulan-


pada materi Menggambar Segilima kesimpulan pembelajaran berdasarkan
Beraturan dengan menentukan lingkaran konfirmasi, memberikan pesan-pesan
luar. Guru berharap pada kondisi akhir moral kepada siswa dalam karakter
pembelajaran melalui model CTL Belajar bangsa, memberikan rencana tindak lanjut
mandiri ini, terdapat perubahan pada diri pembelajaran / pemberian tugas (PR).
siswa terutama pada ketrampilan c) Observasi
mengambar, sikap dan tingkah lakunya. Observasi dilakukan oleh pengamat
Dengan demikian akan mendapatkan nilai terhadap siswa dalam proses pembelajaran dan
yang memuaskan. terhadap peneliti yang melaksanakan
pembelajaran. Hasil observasi akan direkam
dalam lembar observasi dalam format lembar
METODA PENELITIAN observasi yang telah disiapkan sebelumnya dan
A. Setting Penelitian hasil observasi itu akan dideskripsikan oleh
Lokasi dalam penelitian ini adalah SMK pengamat yang akan dikonfirmasikan kepada
Negeri 1 Bireuen, Jln. Taman Siswa No. 2 guru peneliti, hasil konfirmasi tersebut adalah
Telepon (0644) 21558. Fax (0644) 21358 tentang keberhasilan pembelajaran dan
Bireuen 24251. E-mail: kegagalan dalam pembelajaran.
smknegeri1bireuen@yahoo.co.id. Website: d) Refleksi
www.smkn1bireuen.org Geulanggang Baro Refleksi dilakukan atas dasar konfirmasi
Bireuen. antara observer dengan guru peneliti sehingga
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 mendapat kesepakatan tentang keberhasilan
bulan, sejak tgl 2 September s.d. 4 November dan kegagalan dalam pembelajaran.
2014. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan Keberhasilan dalam melaksanakan
pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal pembelajaran akan dipertahankan dan
jam pelajaran peneliti. ditingkatkan pada masa-masa mendatang,
sedangkan kegagalan yang terjadi dalam
B. Subyek Penelitian melaksanakan pembelajaran akan
Subyek penelitian siswa kelas X TSP ditindaklanjuti guna untuk diperbaiki dan
SMK Negeri 1 Bireuen dengan jumlah siswa disempurnakan.
kelas X TSP adalah 28 siswa, terdiri dari 23 Agar proses pembelajaran berjalan
orang laki-laki dan 5 orang perempuan. dengan baik, maka setiap individu baik siswa
ataupun guru yang mengajar selalu
C. Prosedur Penelitian mempersiapkan diri dan alat yang akan
a) Perencanaan digunakan dalam pembelajaran. Kegagalan
Penulis melaksanakan perencanaan dalam pada pembelajaran yang pertama akan
tindakan dengan membuat Rencana diperbaiki dan ditindaklanjuti melalui
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada
silabus, membuat lembar observasi, membuat pembelajaran berikutnya, dengan demikian
program tahunan, membuat program semester, refleksi merupakan cerminan keberhasilan dan
membuat instrumen soal, membuat bahan ajar kegagalan pembelajaran dari pelaksanaan
yang sesuai. pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti.
b) Tindakan
Tindakan pembelajaran dilakukan sesuai D. Sumber Data
dengan standar proses, yaitu : Data yang diperoleh pada penelitian ini
Ø Kegiatan Pendahuluan : Memberi salam, diambil dari siswa kelas X TSP SMK Negeri 1
membaca doa, apersepsi, mengabsen Bireuen tahun 2014/2015.
siswa, mengelola kelas dengan baik,
memberi motivassi, membuat E. Alat Pengumpulan Data
pembelajaran menyenangkan, menulis Adapun alat pengumpulan data yang
indikator pembelajaran. digunakan dalam penelitian ini berupa:
Ø Kegiatan Inti : Kegiatan inti harus dimulai 1. Observasi kelas untuk melihat
dengan kegiatan ekplorasi lalu elaborasi keseriusan siswa dalam mengerjakan
dan konfirmasi. tugas gambar yang diberikan.

Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 48

2. Tes tertulis tentang materi yang sedang H. Indikator Kinerja


diajarkan berupa choise dan essai Adapun indikator keberhasilan yang
3. Memberikan Lembar Kerja Siswa diharapkan dalam penelitian tindakan kelas ini
(LKS) kepada setiap individu siswa antara lain :
untuk menggambar Segilima Beraturan. 1. Meningkatnya ketrampilan menggambar
4. Tes demonstarsi langsung setiap siswa siswa secara klasikal hingga 85 %.
untuk menggambar segilima beraturan 2. Meningkatnya motivasi belajar siswa dari
di papan tulis. proses pembelajaran pertama (1) ke
proses pembelajaran berikutnya dan dari
F. Validasi Data siklus pertama (1) ke siklus berikutnya.
Validasi data meliputi validasi hasil belajar Meningkatnya proses pembelajaran yang
dan validasi proses pembelajaran. dilakukan oleh guru sehingga siswa termotivasi
1. Validasi hasil belajar untuk belajar
Validasi hasil belajar dikenakan pada
instrumen penelitian yang berupa tes. I. Prosedur Penelitian
Validasi ini meliputi validasi teoretis dan Penelitian ini dilakukan dengan
validasi empiris.Validasi teoretis artinya menggunakan metode Penelitian Tindakan
mengadakan analisis instrumen yang terdiri Kelas (PTK) yang terdiri dari dua (2) siklus,
atas face validity (tampilan tes), content setiap siklus melaksanakan satu (1) kali
validity (validitas isi) dan construct validity pembelajaran, dan setiap pembelajaran
(validitas kostruksi). Berdasarkan KD dan menggunakan satu (1) rencana pelaksanaan
indikator yang ingin dicapai ,tes ini pembelajaran (RPP) dan pada setiap akhir
diberikan pada akhir pembelajaran. pembelajaran melakukan suatu proses ngan
Validitas empiris artinya analisis terhadap lebih baik.
butir-butir tes, yang dimulai dari pembuatan
kisi-kisi soal, penulisan butir-butir soal,
kunci jawaban dan kriteria pemberian skor. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Validasi proses pembelajaran A. Deskripsi Kondisi Awal
Validasi proses pembelajaran dilakukan Dalam pembelajaran awal pada kelas X
dengan teknik triangulasi yang meliputi TSP SMK Negeri 1 Bireuen atau sebelum
yaitu triangulasi sumber dan triangulasi dilakukan Penelitian Tindakan Kelas, penulis
metode. Triangulasi sumber dilakukan masih menerapkan metode pembelajaran
dengan observasi terhadap subyek konvensional tanpa adanya alat bantu
penelitian yaitu siswa kelas X TSP SMK pembelajaran atau media penunjang lainnya.
Negeri 1 Bireuen, guru dan kolaborasi Dalam pembelajaran seperti ini motivasi
dengan guru teman sejawat. Model belajar siswa kelihatannya masih rendah. Pada
pembelajaran dilakukan melalui metode kondisi awal suasana pembelajaran terlihat
CTL Belajar mandiri seta data pendukung agak monoton dan kurang dinamis. Peran siswa
yang diperlukan dalam proses pembelajaran sangat kecil dalam proses pembelajaran yaitu
Pendidikan Gambar Dasar Bangunan. hanya di saat penulis memberikan tugas untuk
dikerjakan. Peran penulis terlihat lebih
G. Analisis Data dominan dalam memberikan penjelasan dan
Analisis data yang digunakan adalah berbagai informasi kepada siswa mengenai
analisis deskriptif yang terdiri dari : materi yang penulis ajarkan. Berdasarkan hasil
1. Motivasi belajar, dengan menggunakan pengamatan nilai belajar pada pra siklus maka
analisis deskriptif komparatif yaitu dengan dapat dianalisa sebagai berikut :
membandingkan nilai test antar siklus. 1. Nilai Rata-rata kelas sebesar 77 atau 2,46
2. Observasi dengan analisis deskriptif (lihat tabel 4.1) dengan pencapaian
berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa ketuntasan 14,29% atau sebanyak 4 (empat)
dan observasi PBM guru serta refleksi. orang siswa yang mendapat nilai di atas
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu
≥76. Sedangkan sebanyak 24 siswa (
85,71% ) belum mampu mencapai nilai
KKM. (lampiran kondisi awal ).

Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs., Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima 49

Tabel 4.1 Ketuntasan belajar siswa hasil 2. Pelaksanaan


evaluasi pada kondisi awal Pada siklus I penulis memberikan ujian
Ketuntasan
Pra Siklus tentang materi menggambar segilima beraturan
No Jumlah Persentase siswa dengan menentukan lingkaran luar selama 2
Belajar
Siswa (%) jam pelajaran. Kemudian memberikan
1. Tuntas 4 14,29 lembaran kerja untuk atau (Job Sheet) sebagai
2. Belum Tuntas 24 85,71 pedoman bagi siswa untuk menggambar dalam
Jumlah 28 100% 2 jam berikutnya. Menggambar kembali
dilanjtkan pada minggu berikutnya dalam 2
2. Pada kondisi awal belum ada siswa yang jam pelajaran, dan mengadakan evaluasi pada 2
mendapat nilai sangat baik atau pun nilai jam berkutnya. Setelah selesai menggambar di
dengan kategori baik, sebagian besar siswa buku gambar masing-masing, maka tahap
memperoleh nilai sangat kurang dan hanya berikutnya setiap siswa menggambar segilima
beberapa orang siswa memperoleh nilai beraturan di papan tulis. Kesemua tindakan
dengan kategori cukup. tersebut diambil nilai sesuai kemampuan siswa.
3. Secara klasikal siswa belum mencapai nilai Pada pertemuan ini penulis
85 atau 3,00 sesuai tuntutan Kriteria menyediakan lembar soal dan lembar kerja
Ketuntasan Minimal (KKM). (Job sheet) sebagai pedoman siswa dalam
menggambar. Dan juga Rencana Pelaksanaan
B. Deskripsi Hasil Siklus I Pembelajaran (RPP) sesuai materi yang
1. Perencanaan Tindakan diajarkan dengan berpedoman kepada metode
Materi yang dipilih dalam penelitian ini CTL Belajar mandiri.
adalah Menggambar Segilima Beraturan 3. Observasi
dengan menentukan lingkaran luar. a. Aktivitas Siswa
Berdasarkan materi yang dipilih tersebut, Penilaian pengamatan aktivitas siswa
kemudian disusun kedalam Rencana dilakukan oleh guru yang mengajar dan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Masing- guru pengamat, dengan skor
masing RPP diberikan alokasi waktu sebanyak pengamatan untuk setiap aspek
4 x 45 menit, artinya setiap RPP disampaikan digambarkan dalam Tabel 4.2 berikut
dalam 1 kali tatap muka. Pada siklus I terjadi ini.
satu kali pertemuan atau satu kali tatap muka.

Tabel 4.2 Aktivitas Siswa Siklus I pada pertemuan pertama


Skor
N
Aspek Pengamatan Pengamatan
o
Pert. 1
1. Memperhatikan penjelasan guru 3 60
2. Keaktifan dalam bertanya tentang materi 2 40
3. Siswa dapat mengkondisikan dirinya dalam kelompok yang telah dibentuk 1 20
4. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar 2 40
5. Keberanian untuk bertanya pada teman 2 40
6. Kemauan untuk saling membantu/bekerjasama dalam kelompok 1 20
7. Partisipasi setiap siswa dalam diskusi kelompok 3 60
8. Kemauan mempresentasikan hasil diskusi kelompok 1 20
9. Kemauan memberikan tanggapan, bertanya atau menyanggah yang dipresentasikan 2 40
10 Menyimpulkan hasil diskusi 2 40
11. Respon terhadap penghargaan yang diberikan guru kepada kelompok 3 60
Skor rata-rata dan Persentasi skor rata-rata ( % ) 2,00 40%
Sumber : Hasil penelitian
Keterangan : 1 = Sangat kurang ; 2 = Kurang ; 3 = Cukup ; 4 = Baik 5 = Sangat baik

Berdasarkan tabel diatas menyatakan aktivitas siswa siklus I dengan skor rata-rata
bahwa aktifitas siswa pada siklus I dalam adalah 2. Nilai atau skor tertinggi yang
menjalani dan melakukan keseluruhan berbagai diperoleh pada siklus I ini adalah 2 dan
jenis aspek pengamatan seperti tertera dalam terendah 1.
tabel, hanya 40% skor yang diperoleh pada

Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 50

b. Aktivitas Guru langkah-langkah RPP pada siklus I


Berdasarkan hasil observasi selama adalah sebagai berikut (lihat tabel 4.3).
Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM )
kegiatan guru dalam melaksanakan

Tabel 4.3 Aktivitas Guru pada Siklus I


Skor
N
Aspek yang Diamati Pengamatan
o
Pert. 1
A. Pendahuluan
1. Melakukan apersepsi 3 60
2. Memberikan motivasi 4 80
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan suara keras dan pandangan guru ditujukan pada
2 40
seluruh siswa
4. Menjelaskan langkah-langkah PBM 4 80
B. Kegiatan Inti
5. Mengorganisir siswa kedalam kelompok dan memberi tugas kepada masing-masing kelompok 3 60
6. Mengamati jalannya diskusi (dengan berkeliling, dari depan dan belakang kelas) 3 60
7. Menanyakan kesulitan dalam kelompok 2 40
8. Membimbing siswa/kelompok yang bertanya pada guru 3 60
9. Menuntun siswa yang melakukan presentasi. 2 40
10 Menuntun siswa yang menanggapi, atau menyanggah hasil presentasi. 2 40
11 Membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui diskusi 2 40
12 Melakukan pengembangan materi / penguatan 4 80
13 Memberi penghargaan kepada kelompok yang dinilai berhasil 2 40
14 Memberi motivasi kepada kelompok yang belum berhasil 5 100
C. Penutup
15 Memberi tugas / PR. 5 100
16 Melaksanakan tes / kuis secara individu. 3 60
Rata-rata Skor dan Persentasi Nilai atau Skor Guru ( % ) 3 61,23%
Sumber : Tabulasi data hasil penelitian Oktober 2014
Keterangan : 1 = Sangat kurang ; 2 = Kurang ; 3 = Cukup ; 4 = Baik ; 5 = Sangat baik

Aktivitas kegiatan guru ini di nilai Berdasarkan hasil evaluasi siswa


atau diamati oleh guru pengamat (observer). yang telah dilakukan seperti terlihat dalam
Berdasarkan hasil berbagai aspek pengamatan tabel 4.4 di atas: Dari sebanyak 28 orang
dalam penelitian ini (Tabel 4.3) menyatakan siswa, 17 orang siswa atau (60,71%)
bahwa rata-rata skor yang diperoleh guru dinyatakan tuntas dalam mengerjakan soal
masih kurang , hanya memperoleh skor rata- pengetahuan dan ketrampilan dengan
rata 3 (61,23%), skor tertinggi yang diperoleh mendapatkan nilai kategori baik. Selanjutnya
guru pada siklus I ini adalah 5 dan terendah 11 orang siswa atau (39,29%) belum berhasil
adalah 2. memperoleh nilai standar KKM. Lihat Daftar
Nilai Ujian pada Sikus I (Lampiran 1).
c. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa ini merupakan 4. Refleksi
hasil evaluasi di akhir siklus I yang dilakukan Berdasarkan hasil evaluasi yang
dua kali tes atau pertemuan. Adapun hasil dilakukan pada siklus I dapat dilihat adanya
evaluasi rata-rata dapat digambarkan dalam pengurangan jumlah siswa yang masih di
tabel 4.4 di bawah ini. bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Pada
kondisi awal jumlah siswa yang mendapat
Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I nilai dibawah KKM sebanyak 24 siswa dan
KKM 70 pada siklus I jumlah siswa yang berada di
No Ketuntasan
Jumlah Persentase (%)
bawah KKM sebanyak 11 orang siswa dari
1. Tuntas 17 60,71
2. Tidak Tuntas 11 39,29
total siswa 28 siswa. Nilai rata-rata kelas juga
Jumlah Siswa 28 meningkat pada siklus I sebesar 80,50 atau
Nilai Rata-Rata 80,50 atau (2,71) (2,71) dibandingkan kondisi awal sebesar 77
Sumber : Tabulasi data hasil penelitian November atau (2,46). Jumlah siswa yang mencapai
2014 ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika

Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs., Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima 51

dibandingkan dengan siklus I, seperti terlihat untuk 1 kali pertemuan. Kepada siswa juga
dalam tabel berikut ini. diawali dengan evaluasi dan dilanjutkan
dengan kegiatan menggambar sesuai
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil nilai evaluasi dengan ketentuan sebagaimana pada siklus
kondisi awal pada Siklus I I.
KKM 76
Persentasi siswa 2. Pelaksanaan Tindakan
Jumlah siswa
No Ketuntasan (%)
Pelaksanaan tindakan siklus II dapat
Kondisi Siklus Kondisi Siklus
awal I awal II dideksripsikan sebagai berikut :
1. Tuntas 4 17 14,29 60,71 a. Pelaksanaan tatap muka
2. Tidak Tuntas 24 11 85,71 39,29 Pada tahap awal pertemuan siklus II atau
Jlh total siswa 28 pada 2 jam pelajaran pertama guru
Nilai rata-rata kelas pada pra siklus 77 atau 2,46 mengadakan evaluasi untuk mengetahui
80,50 atau sejauh mana siswa telah dapat menyerap
Nilai rata-rata kelas pada siklus I
2,71
pelajaran yang diajarkan pada minggu
Sumber : Tabulasi data hasil penelitian
sebelumnya. Setelah itu 2 jam pelajaran
November 2014
berikutnya guru menjelaskan tentang
materi yang akan diajarkan kemudian
Berdasarkan data pada tabel di atas
memberikan lembaran kerja (Job Sheet)
dapat disimpulkan bahwa: Sebelum dilakukan
kepada setiap siswa sebagai pedoman
proses penelitian tindalan kelas, ternyata hanya
untuk menggambar segilima beraturan
ada 4 orang siswa yang berhasil mencapai nilai
dengan menentukan lingkaran luar.
≥76 atau 2,4 (14,29%). Kemudian setelah
Menggambar dilanjutkan pada minggu
dilakukan tindakan pada siklus I, maka siswa
berikutnya, dan setelah selesai
yang berhasil bertambah menjadi 17 orang
menggambar, semua tugas siswa
atau 60,71%. Hal ini menunjukkan bahwa
dikumpulkan untuk di evaluasi. Tahap
telah terjadi peningkatan perolehan nilai siswa
berikutnya bagi yang belum berhasil
dari sebelum dilakukan tindakan. Peningkatan
memperoleh nilai sebagaimana yang
ini terjadi dikarenakan adanya perubahan
ditetapkan KKM, di suruh untuk
strategi guru yang mengajar dari metode
mendemonstasikan di papan tulis. Hal ini
konvensional ke metode CTL Belajar madiri.
untuk mengetahui kemampuan individual
peserta didik serta untuk melatih mental
C. Deskripsi Hasil Siklus II
spiritual siswa. Metode yang digunakan
Bertolak dari hasil refleksi pada siklus I
pada oetrtemuan ini juga metode CTL
sebelumnya, maka pelaksanaan tindakan pada
Belajar Mandiri dengan paduan modul
siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut.
gambar teknik dasar bangunan.
1. Perencanaan Tindakan
Materi yang diajarkan dalam penelitian ini
3. Observasi
adalah pengulangan pada materi siklus I,
a. Kreativitas Siswa
yaitu menggambar segi lima beraturan
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada
dengan menentukan lingkaran luar. Materi
siklus II dapat digambarkan dalam tabel 4.6 di
pembelajaran tersebut diajarkan sesuai
bawah ini.
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan alokasi waktu 4 x 45 menit

Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 52

Tabel 4.6 Aktivitas Siswa pada Siklus II


No. Skor Pengamatan
Aspek Pengamatan
Pert. 2
1. Memperhatikan penjelasan guru 5 100
2. Keaktifan dalam bertanya tentang materi 4 80
3. Siswa dapat mengkondisikan dirinya dalam kelas 3 60
4. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar 4 80
5. Keberanian untuk bertanya pada teman 5 100
6. Kemauan untuk saling membantu/bekerjasama dalam kelas 4 80
7. Partisipasi setiap siswa dalam belajar 5 100
8. Kemauan mempresentasikan hasil yang dicapai 5 100
9. Kemauan memberikan tanggapan, bertanya atau menyanggah yang dipresentasikan 4 80
10 Menyimpulkan hasil yang dicapai 3 60
11. Respon terhadap penghargaan yang diberikan guru kepada setiap siswa 5 100
Rata-rata dan Persentasi Aktivitas Siswa ( % ) 4,3 85%
Sumber : Tabulasi data hasil penelitian November 2014
Keterangan : 1 = Sangat kurang ; 2 = Kurang ; 3 = Cukup ; 4 = Baik ; 5 = Sangat baik.

Berdasarkan hasil penelitian seperti sebesar 85% tertera pada persentase aktivitas
tersebut dalam tabel 4.6 di atas, aktivitas siswa siswa.
pada siklus II meningkat menjadi kategori baik b. Aktivitas Guru
dari sebelumnya pada siklus I memperoleh Aktivitas Guru yang di amati oleh guru
hasil kategori rata-rata kurang. Pada siklus II pengamat (observer) berdasarkan hasil
siswa mulai lebih aktif dalam proses belajar observasi selama Kegiatan Belajar Mengajar (
kelompok bertanya dan memberikan KBM ) kegiatan guru dalam melaksanakan
tanggapan. Hasil pengamatan mengatakan skor langkah-langkah yang tertera di dalam RPP
rata-rata yang diperoleh siswa adalah 4.3 pada siklus II adalah sebagai berikut (lihat
(baik) dengan persentase untuk 11 aspek tabel 4.7).
pengamatan seperti tertera dalam tabel yaitu

Tabel 4.7 Aktivitas Guru pada Siklus II


N Skor Pengamatan
Aspek yang diamati
o Pert. 2
A. Pendahuluan
1. Melakukan apersepsi 4 80
2. Memberikan motivasi 4 80
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan suara keras dan pandangan guru
2 40
ditujukan pada seluruh siswa
4. Menjelaskan langkah-langkah PBM 4 80
B. Kegiatan Inti
5. Mengorganisir siswa dan memberi tugas kepada masing-masing individu 4 80
6. Mengamati jalannya pembelajaran (dengan berkeliling, dari depan dan belakang
3 60
kelas)
7. Menanyakan kesulitan yang dialami siswa 3 60
8. Membimbing siswa yang bertanya pada guru 5 100
9. Menuntun siswa yang melakukan presentasi. 4 80
10 Menuntun siswa yang menanggapi, atau menyanggah hasil presentasi. 4 80
11 Membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pemecahan masalah 5 100
12 Melakukan pengembangan materi / penguatan 4 80
13 Memberi penghargaan kepada siswa yang dinilai berhasil 4 80
14 Memberi motivasi kepada siswa yang belum berhasil 5 100
C. Penutup
15 Memberi tugas / PR. 5 100
16 Melaksanakan tes / kuis secara individu. 4 80
Rata-rata Skor dan Persentase Aktivitas Guru ( % ) 4 80%
Sumber : Tabulasi data hasil penelitian November 2014
Keterangan : 1 = Sangat kurang ; 2 = Kurang ; 3 = Cukup ; 4 = Baik ; 5 = Sangat baik

Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs., Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima 53

Berdasarkan hasil pengamatan pada klasikal yaitu 85%. Untuk lebih jelasnya dapat
siklus I seperti termuat dalam tabel 4.7 di atas dilihat tabel 4.9 berikut:
guru lebih aktif dalam proses belajar mengajar
dibandingkan sebelumnya pada siklus I. Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Nilai evaluasi
Perolehan skor pada pertemuan kedua pada Siklus I dan Siklus II
siklus II menjadi baik yaitu 4, dengan KKM 70
persentase aktivitas terhadap ke 16 aspek Persentasi siswa
Kategori Jumlah siswa
No (%)
pengamatan diperoleh 80% pada aktivitas Ketuntasan
guru. Skor tertinggi yang diperoleh adalah 5 Siklus Siklus
Siklus I Siklus II
I II
dan terendah adalah 2. 1. Tuntas 17 25 60,71 89,29
2. Tidak Tuntas 11 3 39,29 10,71
c. Hasil Belajar Siswa Jlh total siswa 28
Hasil belajar siswa ini merupakan hasil Nilai rata-rata kelas siklus I 80,50 atau (2,71)
tes di akhir siklus II yang diambil nilai rata- Nilai rata-rata kelas siklus II 85,00 atau 3.00
rata hasil evaluasi pertemuan kedua. Untuk Sumber : Tabulasi data hasil penelitian
lebih jelasnya hasil belajar siswa tersebut November 2014
dapat digambarkan dalam tabel 4.8 berikut.
Dari tabel 4.9 di atas telihat bahwa pada
Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus II siklus II persentasi siswa yang tuntas, yakni
KKM 76 memperoleh nilai diatas KKM yaitu sebesar
No Ketuntasan Jumlah Persentase 89,29% yang pada awalnya (siklus I) hanya
siswa (%) 60,71% siswa yang tuntas. Begitu juga nilai
1. Tuntas 25 89,29 rata-rata kelas yang diperoleh siswa sesuai
2. Tidak Tuntas 3 10,71 hasil tes di akhir masing-masing siklus
Jumlah total siswa 28 meningkat dari 80,50 atau 2,71 pada siklus I
Nilai Rata-Rata 85,00 atau 3,00 menjadi 85,00 atau 3.00 pada siklus II. Pada
Sumber : Tabulasi data hasil penelitian November 2014 prinsipnya ada peningkatan nilai perolehan
siswa setelah diadakan penelitian ini.
Dari data tabel 4.8 di atas dapat
disimpulkan bahwa: Dari 28 orang siswa yang D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar
terdapat dalam kelas tersebut, sebanyak 25 Siklus
orang atau 89,29% berhasil memperoleh nilai Berdasarkan hasil pengamatan pada
≥76 atau 2,67, Sedangakan 3 orang siswa siklus I dan siklus II jika dibandingkan dengan
lainnya atau 10,71% belum berhasil kondisi awal serta hasil refleksi pada siklus I
memperoleh nilai stara KKM. Hal ini dan siklus II, adalah sebagai berikut:
dikarenakan siswa tersebut tidak hadir pada 1. Siklus I
proses belajar mengajar atau karena memang a. Proses Pembelajaran
ketrampilannya yang masih kurang. (Lampiran Proses belajar mengajar pada siklus I
Siklus II). terlihat sangat berbeda dari kondisi awal
atau dari kondisi sebelum dilakukan
4. Refleksi tindakan kelas Dengan memanfaatkan
Berdasarkan hasil perolehan nilai siswa model pembelajaran CTL Belajar
dalam evaluasi siklus I dan II dapat dikatakan mandiri. dalam proses pembelajaran ini,
bahwa: Telah terjadi peningkatan ketrampilan siswa terlihat lebih aktif dalam
dan pemahaman pada diri siswa dalam mempelajari materi gambar yang
pelaksananan proses belajar mengajar. Terlihat diajarkan oleh guru. Motivasi dan
bahwa selum tindakan dilakukan hanya ada 4 semangat untuk mengikuti proses
oarang siswa yang mendapat nilai ≥76 atau pembelajaran mengalami peningkatan,
2,67. Kemuadian dalam evaluasi pada siklus I hal ini tercermin dari sikap siswa yang
terjadi penambahan siswa yang berhasil serius mengerjakan tugas-tugas dan
memperoleh nilai ≥76 atau 2,67. Dan pada suasana kelas terlihat aman dan tentram.
evaluasi siklus II terjadi lagi penambahan
siswa yang berhasil mencapai nilai standar
KKM menjadi 25 orang siswa atau 89,29%
berada diatas ketentuan yang ditetapkan secara

Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1
54

b. Hasil Pembelajaran ketidak hadiran siswa tersebut pada


Pada siklus I hasil pembelajaran siswa pertemuan pada siklus II.
meningkat secara signifikan dari kondisi Dengan demikian keberhasilan siswa
sebelumnya atau kondisi awal. dalam proses belajar mengajar sangat
Ketuntasan siswa pada siklus I mencapai dipengaruhi oleh metode yang digunakan
60,71% dibandingkan dengan kondisi guru. Seperti terlihat dari keadaan awal
awal yang hanya mencapai 14,29%. yang masih menggunakan metode
Peningkatan juga terjadi pada nilai rata- konvensional ternyata dari hasil evaluasi
rata yang diperoleh siswa pada siklus I yang dilakukan mendapat nilai yang
yaitu sebesar 80,50 atau 2,71 dari sangat jelek dengan hanya 14,29% siswa
sebelumnya pada kondisi awal nilai rata- yang berhasil. Tetapi dengan
rata siswa 77 atau 2,46 atau sebesar menggunakan metode CTL Belajar
14,29%. Selain itu pada siklus I terlihat mandiri ternyata telah berhasil
siswa sudah mengalami perubahan dalam meningkatkan pengetahuan dan
proses pembelajaran dan juga sudah ketrampilan siswa kelas X TSP SMK
memperlihatkan keseriusan dalam Negeri 1 Bireuen tentang materi
mengerjakan tugas yang diberikan guru. menggambar segilima beraturan dengan
menentukan lingkaran luar. Walaupun
2. Siklus II masih belum seluruh siswa kelas X TSP
a. Proses Pembelajaran tuntas dalam belajarnya namun terjadi
Kemampuan siswa dalam proses peningkatan yang sangat signifikan
pembelajaran pada siklus II hampir terhadap keseluruhan siswa tersebut
menyerupai siklus I. Akan tetapi pada dalam proses pembelajaran.
siklus II siswa terlihat lebih aktif dalam
menggambar segi lima beraturan dengan
menentukan lingkaran luar. Kemauan SIMPULAN DAN SARAN
belajar menggambar ini meningkat dari Berdasarkan penelitian ini dapat
proses pembelajaran sebelumnya. disimpulkan bahwa:
Dengan demikian siswa terlihat 1. dengan memanfaatkan Model CTL
termotivasi dalam belajar dan semua Belajar Mandiri dapat meningkatkan
siswa asyik dengan tugasnya masing- motivasi belajar mata pelajaran Gambar
masing. Proses pembelajaran dengan Teknik Dasar Bangunan khususnya
model CTL Belajar mandiri lebih kompetensi Menggambar Segilima
meningkat pada siklus II dan peran atau Beraturan dengan menentukan lingkaran
keterlibatan siswa lebih terlihat secara luar bagi siswa kelas X TSP SMK Negeri
menyeluruh. 1 Bireuen.
b. Hasil Pembelajaran 2. Dalam evaluasi yang dilakukan pada
Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus I, siswa yang mencapai
pembelajaran siklus II terdapat ketuntasan belajar sebanyak 17 orang
peningkatan yang signifikan jika siswa atau (60,71%), dan siswa yang
dibandingkan dengan hasil yang belum tuntas sebanyak 11 orang siswa
diperoleh siswa pada siklus I. Jika atau (39,29%), sedangkan dalam evaluasi
perolehan nilai dari hasil evaluasi pada pada akhir siklus II siswa yang telah
siklus I terdapat nilai rata-rata hanya tuntas dalam pembelajaran berjumlah 25
80,50 atau 2,71 atau dengan persentase orang atau (89,29%), dan yang masih
60,71%. Sedangkan hasil perolehan nilai perlu remedial berjumlah 3 orang siswa
rata-rata pada pembelajaran di siklus II atau (10,71%). Nilai rata-rata pada akhir
adalah 85,00 atau 3 dengan persentase siklus I adalah 80,50 atau 2,71,
ketuntasan 89,29%. sedangkan nilai rata-rata pada akhr siklus
Dari data tersebut terdapat 3 orang siswa II mencapai 85,00 atau 3,00. Ini terjadi
yang belum berhasil mendongkrak nilai peningkatan yang sangat signifikan pada
setara dengan Kriteria Ketuntasan diri siswa yang mengikuti pembelajaran
Minimal (KKM), hal ini disebabkan dengan mengunakan metode CTL Belajar
mandiri.

Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs., Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima 55

1. Saran-saran Ronal Green, 1984, Pedoman Arsitek dalam


Untuk meningkatkan ketrampilan Menjalankan tugas , Bandung :
menggambar bagi siswa dapat menggunakan Intermata.
model pembelajaran CTL Belajar mandiri.
Dengan metode ini siswa lebih percaya diri Sardiman A.M, 1989, Interaksi dan Motivasi
dan dapat mengembangkan bakatnya untuk Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali
belajar lebih giat lagi. Press.
Bagi guru yang mengajar menggambar
teknik dasar diharapkan dapat Seels and Richey, 1994, Instructional
mengembangkan model pembelajaran yang Technology, New York : Ashton
sesuai dengan pelajaran yang diajarkan, Scholastic Pty Limited.
sehingga dapat menambah variasi
pembelajaran dan dapat terciptanya Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rhineka Cipta.

Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi


DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Handi Chandra, 2000, Belajar sendiri
Persada.
Menggambar 3D dengan Auto CAD
2000. Jakarta: PT Alex Media
Komputindo Suparno, 2008, Teknik
Gambar Bangunan, Bandung:
Direktorat Pembina SekolahMenengah
Kejuruan.

JP. Chaplin. 1992. Psikologi Pengajaran.


Jakarta : Pustaka Jaya.

Mochtar Buchari. 1986. Dasar-dasar


Kependidikan. Bandung : Tarsito.

Mudhoffir. 1990. Proses Kegiatan Belajar


Mengajar di Sekolah Formal. Surabaya
: Usaha Nasional.

Muhibbin Syah, 1995, Psikologi Pendidikan


dengan Pendekatan Baru, Bandung :
Remaja Rosda Karya.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999,


Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Nana Sudjana, 1996, Dasar-dasar Proses


Belajar Mengajar, Bandung : Sinar
Baru.

Prawoto. 1998. Gambar Teknik Bagunan.


Bandung: Angkasa.

Pr. Soedibyo, 1980. Ilmu Bangunan Gedung 3.


Jakarta : Direktorat Pendidikan
Menegangah Kejuruan.

Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 56

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN


METODE PICTURE AND STUDENT ACTIVE PADA MATERI MASYARAKAT PRA
SEJARAH INDONESIA DI KELAS X.A.3 SMA NEGERI 8 BANDA ACEH

Oleh
Nurliza

Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang penerapan metode PaSA (Pictures and Student Active)
pada materi masyarakat prasejarah Indonesia di SMA Negeri 8 Banda Aceh pada Kelas
X.A.3 dengan jumlah siswa adalah 30 orang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan ranah kognitif dan afektif peserta didik.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan metode PaSA, dilakukan penilaian
kognitif dan afektif. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil pembelajaran dengan
metodePaSA dapat meningkatkan proses dan hasil belajar. Pada Siklus I Kelas X.A.3 yang
berjumlah 30 siswa, yang tuntas belajar adalah 21 siswa (70%), sedangkan yang tidak
tuntas 9siswa (30%).Pada Siklus II terjadi peningkatan yang signifikan yaitu siswa tuntas
100 %. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode PaSAdi
SMA Negeri 8 Banda Aceh pada Kelas X.A.3 dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi masyarakat prasejarah Indonesia.

Kata Kunci : Picture and Student Active, Masyarakat Pra Sejarah

Suatu pernyataan yang sangat pembelajaran cenderung didominasi oleh


fenomenal dari Presiden Sukarno adalah ceramah, (4) ketidakseimbangan jumlah jam
”bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu tatap muka dengan materi yang ada, (5)
menghargai sejarah perjuangan bangsanya”. kurikulum yang selalu berubah-ubah, (6) siswa
Ungkapan yang begitu bijaksana apabila dikaji kurang berminat membaca cerita sejarah, (7)
secara mendalam, mengandung pengertian tidak memadainya sumber-sumber tertulis
Verstehen dan Erleben (Kartodirjo, 1993) yaitu maupun tidak tertulis, dan (8) sejarah adalah
menyelami dalam membuka tabir kebenaran ilmu sosial selalu dipandang sebelah mata
masa silam. Jastifikasi sejarah dalam sebagai mata pelajaran kelas dua setelah
perjalanan suatu bangsa dengan sendirinya eksakta.
akan membentuk karakter dan kepribadian Kurangnya minat siswa terhadap
yang sesuai dengan jiwa jaman tersebut. pembelajaran sejarah, dalam hal ini siswa SMA
Sejak siswa berada di bangku SD, Negeri 8 Banda Aceh salah satunya,
pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang dilatarbelakangi oleh faktor kurang kreatifnya
membosankan. Pada masa itu,siswa akan guru, juga tidak tersedianya sarana dan
bertanya, “Mengapa kita belajar sejarah? prasarana pendukung. Kurikulum terbaru 2013
Mengapa kita harus mempelajari masa lalu?” memberikan strategi kepada pengajar
Bahkan sampai pernyataan ekstrim, yaitu,“Apa bagaimana supaya siswa lebih aktif dan giat
gunanya kita belajar sejarah? Masa lampau memacu dirinya untuk lebih kreatif dan
yang sudah lewat, tidak perlu diteliti atau inovatif, begitu pula pendekatan yang
dipelajari”. dilakukan dalam strategi belajar mengajar
Perlu diuraikan kendala-kendala sehingga hasil belajar siswa ranah kognitif,
umum dalam pembelajaran sejarah yaitu; (1) dan afektif dapat sesuai dengan kompetensi
doktrin patent pembelajaran sejarah sejak kita yang diharapkan.
di bangku SD sampai dengan SMA tidak Secara umum dimanapun
terlepas dari 4 W + 1 H (why, when, where, pembelajaran sejarah hanya bersumber pada
who dan how), (2) materi masa lampau yang buku paket untuk dibaca atau LKS untuk
sangat luas meliputi seluruh aspek kehidupan dikerjakan secara naratif tanpa diberikan bukti
penting manusia di dunia, (3) metode konkrit visual berupa gambar, foto, dan peta.

Nurliza, S.Pd* adalah Guru SMA Negeri 8 Banda Aceh


Nurliza, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa 57

Sehingga pemahaman sejarah hanya sebatas B. Subjek Penelitian


ingatan tanpa bisa menyelami peristiwanya; Subjek penelitian ini adalah siswa
sebagai contoh pada tahun 1944 Jepang Kelas X.A.3 SMA Negeri 8 Banda
melakukan praktek romusha terhadap rakyat Acehdengan jumlah 30 siswa.
Indonesia, siswa hanya memahami bahwa
romusha adalah kerja paksa tetapi tidak C. Sumber Data
mengetahui bentuk kerja paksa yang Data yang dikumpulkan dalam
bagaimana? Seperti apa paksaan itu? penelitian ini meliputi : (1) lembar kerja siswa,
Pemahaman ini menjadi bias jika tidak ada gambar peta persebaran manusia dan
visualisasi, siswa hanya menjadi imajiner- kebudayaan masyarakat prasejarah, (2) LKS
founding (Notosusanto, 1985). cerita gambar yang tersusun dari hasil analisis
Dalam rangka peningkatan hasil kelompok dan individu dalam berbagai versi,
belajar sejarah dengan pendekatan (3) hasil pengamatan proses belajar mengajar,
pembelajaran efektif, efisien dan terpadu diskusi kelompok, presentasi lisan dan diskusi
disesuaikan dengan proses dan kemampuan kelas, (4) catatan lapangan, dan (5)
siswa diantaranya dengan mengadopsi model dokumentasi. Sumber data adalah siswa Kelas
Picture to Picture dan Examples on Examples X.A.3 SMA Negeri 8 Banda Aceh tahun
namun peneliti mencoba untuk menampilkan pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 30
model pembelajaran dengan gaya Pictures and siswa.
StudentActive (PaSA) On Board Stories and
Pictures Stories. D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam metode Pictures and Teknik pengumpulan data pada
StudentActive, diharapkan siswa dapat penelitian ini adalah dengan melakukan
menkonstruk secara kognitif, dan afektif observasi dan catatan lapangan. Aspek-aspek
dengan daya kreasi serta menganalisis secara dalam pengamatan meliputi: perilaku siswa
kritis terhadap visualisasi. Konsep utama dari waktu belajar, kegiatan diskusi siswa,
Picture and Student Activeadalah Know How to partisipasi siswa dalam presentasi dan diskusi.
Know (mengetahui bagaimana harus Sehingga dapat diketahui secara jelas
mengetahui). Dengan demikian muncul suatu bagaimana aktivitas siswa selama proses
pernyataan bahwa, “siswa akan lebih mudah pembelajaran. Catatan lapangan dalam
memahami gambar peristiwa sejarah daripada pembelajaran bertujuan untuk memperoleh data
membaca, tetapi tanpa membaca akan sulit yang akurat dan obyektif apa adanya, sehingga
untuk mendeskripsikan gambar”. hal-hal yang tidak terekam dalam observasi
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dilakukan dengan catatan lapangan
tersebut, peneliti ingin membuat penelitian sebagai bahan pertimbangan perbaikan dan
dengan judul "Upaya Peningkatan Hasil follow up tindakan selanjutnya.
Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode
Picture and Student Active pada Materi E. Tahap-Tahap Penelitian
Masyarakat Prasejarah Indonesia di Kelas Adapun tahapan penelitian ini adalah
X.A.3 SMA Negeri 8 Banda Aceh". sebagai berikut.
1. Menentukan kelas yang akan
digunakan untuk penelitian.
METODAPENELITIAN 2. Menentukan dan menyusun rencana
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan pembelajaran.
Penelitian 3. Menentukan topik pembelajaran yang
Penelitian dilaksanakan di Kelas X.A.3 sesuai dengan metode Picture and
SMA Negeri 8 Banda Aceh Semester I (ganjil) Student Active serta untuk lebih fokus
tahun pelajaran 2013/2014. Peneliti bertugas lagi menentukan kelas mana yang
sebagai guru pengajar di kelas tersebut. akan dijadikan obyek penelitian.
Penelitian berlangsung selama 3 bulan (23 4. Menyusun visualisasi materi dengan
September 2013 sampai dengan 25 November proyeksi gambar-gambar apa saja
2013). yang relevan dengan tujuan
pembelajaran ranah kognitif, dan
afektif.

Nurliza, S.Pd* adalah Guru SMA Negeri 8 Banda Aceh


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 58

1. Perencanaan pada Siklus I b. Mengumpulkan gambar-gambar peta


Penelitian dilaksanakan pada bulan sebagai alat evaluasi dalam mengukur
Septemper minggu ke-4 tahun 2013. sejauhmana peningkatan ranah
Tahap perencanaan meliputi : kognitif siswa.
a. Rencana Persiapan Pembelajaran c. Pada saat pembelajaran ini guru
(RPP) sejarah. menggunakan penilaian individual dan
b. Kelas yang digunakan untuk kelompok yang mengacu pada ranah
penelitian adalah Kelas X.A.3 dengan afektif serta ranah kognitif.
jumlah 30 siswa. d. Semua kegiatan PTK di Kelas X.A.3
c. Pokok bahasan adalah Masyarakat baik observasi, analisis serta evaluasi
Prasejarah Indonesia dengan sub direkam oleh peneliti sebagai follow
pokok bahasan jaman Paleolithikum, up untuk mendapatkan gambaran hasil
Mesolithikum, Neolithikum, tindakan dan juga sebagai bahan
Megalithikum, jaman Besi dan releksi Siklus I.
Perunggu serta persebaran manusia Hasil refleksi Siklus I digunakan untuk
purba Indonesia. membuat perencanaan Siklus II.
Model PaSA adalah model yang
mengoptimalkan peran siswa sebagai 2. Perencanaan pada Siklus II
individu dalam kelompok diskusi lewat Penelitian dilaksanakan pada bulan
media gambar atau visual.Kegiatannya Oktober minggu ke 2 tahun 2013.
adalah sebagai berikut : Tahap perencanaan meliputi :
1. Kelas X.A.3 dibagi ke dalam 5 a. Rencana Persiapan Pembelajaran
kelompok heterogen (setiap kelompok (RPP) sejarah.
6 siswa). Sub pokok bahasan adalah b. Kelas yang dipergunakan untuk
persebaran kebudayaan masa penelitian adalah Kelas X.A.3 (30
prasejarah (jaman batu) di Indonesia. siswa)
Kelompok 1 : Mesolithikum, c. Pokok bahasan adalah Tradisi
Kelompok 2: Neolithikum, Kelompok Prasejarah Masyarakat Indonesia
3 : Megalithikum, Kelompok 4 : Besi dengan kegiatan sebagai berikut :
dan Perunggu jaman serta kelompok 5 1. Kelas X.A.3 dibagi ke dalam
: Budaya Zaman Logam. kelompok yang lebih kecil namun
2. Setiap kelompok mendeskripsikan tetap heterogen (setiap kelompok
gambar peta berdasarkan referensi berjumlah 4-5 siswa). Sub pokok
bukuAtlas. Kemudian membuat bahasan adalah Tradisi Prasejarah
deskripsi utuh mengenai sub pokok masyarakat Indonesia meliputi hasil
bahasan tersebut. budaya dari jaman peleolithikum
3. Pada saat pembelajaran, masing- sampai dengan jaman logam.
masing anggota kelompok saling 2. Setiap kelompok mendeskripsikan
mempelajari l (satu) gambar peta dan suatu cerita bergambar Tradisi
menunjukan hasil-hasil persebaran Prasejarah masyarakat Indonesia
budaya dengan menempelkan tanda- meliputi hasil budaya dari jaman
tanda tertentu di peta. peleolithikum sampai dengan jaman
4. Tanda tanda tersebut dijelaskan pada logam.
saat presentasi di depan kelas. 3. Kemudian membuat deskripsi utuh
5. Peneliti memandu jalannya diskusi, mengenai cerita bergambar tersebut.
sementara siswa lain dapat 4. Pada saat pembelajaran, masing-
mengajukan pertanyaan, atau masing anggota kelompok saling
mengomentari kelompok presentasi mempelajari satu gambar dan
dengan membuat rekaan interpretasi membuat kesimpulan dari cerita
permasalahan melalui analisisnya. tersebut kemudian mendiskusikan
Pada tahap evaluasi meliputi : hasilnya.
a. Mengevaluasi kognitif siswa dengan 5. Setelah mendeskripsikan alur cerita,
cara memberikan post test dalam kemudian mempresentasikan di depan
bentuk pertanyaan quiz. kelas.

Nurliza, S.Pd* adalah Guru SMA Negeri 8 Banda Aceh


Nurliza, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa 59

6. Peneliti memandu jalannya diskusi 2. Hasil observasi dan penyelesaian soal,


sementara siswa lain dapat dengan rumus sebagai berikut :
mengajukan pertanyaan, atau jumlah skor yang diperoleh
mengomentari kelompok presentasi Ketuntasan perorangan = x 100%
jumlah skor maksimal
dengan membuat rekaan interpretasi
permasalahan melalui analisisnya. jumlah siswa tuntas
Ketuntasan klasikal = x 100%
Pada tahap evaluasi meliputi : jumlah siswa keseluruhan
a. Mengevaluasi kognitif siswa dengan
cara memberikan post test dalam
bentuk pertanyaan quiz. 3. Analisis nilai persiswa setiap akhir
b. Mencari kata-kata kunci historis, siklus, menurut Arikunto (1996:250)
aspek kemanusian dan pengalaman perlu dilakukan analisis secara
hidup dalam cerita bergambar tersebut perorangan, yaitu membandingkan
sebagai alat evaluasi dalam mengukur dengan nilai sebelumnya apakah
sejauhmana peningkatan ranah afektif nilainya naik atau menurun atau tetap.
siswa. Meskipun siswa belum mencapai skor
c. Pada saat pembelajaran ini guru 65, tetapi sudah ada peningkatan nilai
menggunakan penilaian individual dan maka pemberian tindakan sudah
kelompok yang mengacu pada ranah menunjukkan hasil yang positif.
afektif serta ranah kognitif. Berdasarkan pendapat ini maka standar
d. Semua kegiatan PTK di Kelas X.A.3 yang peneliti pakai adalah 65.
direkam oleh peneliti sebagai follow
up untuk mendapatkan gambaran hasil
tindakan dan releksi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Siklus I PTK dengan model
F. Alat Pengumpul Data PaSA (Pictures and Student Active)
Alat pengumpul data dalam penelitian mengembangkan pola berfikir kreatif untuk
ini adalah dengan dilakukannya tes baik dalam mencari jejak-jejak masa lampau dengan
bentuk lisan, tulisan maupun perbuatan Picture on Board (gambar di papan tulis),
(tindakan), post tes, dan lembar penilaian disamping itu interaksi sosial antar teman
proses belajar. sejawat dalam diskusi. Pola berpikir ini terlihat
ketika siswa melakukan debat diskusi
G. Analisis Data terjadinya manusia purba yang dihubungkan
Analisis data yang digunakan dalam dengan teori evolusi. Antusias siswa semakin
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif besar ketika muncul pertanyaan mengapa
yang meliputi : manusia berasal dari simpanze. Siklus I
1. Analisis Deskriptif Komparatif, hasil walaupun semangat belajar dirasakan tidak
belajar dengan cara membandingkan hasil sebesar Siklus II hal ini disebabkan oleh
belajar pada SMA Negeri, II dan kurangnya referensi dan sumber belajar yang
membandingkan hasil belajar dengan memadai seperti peta Indonesia dan gambar-
indikator pada SMA Negeri, II . gambar.
2. Analisis Deskriptif Kualitatif, hasil Siklus II menggunakan pola Picture
observasi dengan cara membandingkan Stories (cerita bergambar). Suasana
hasil observasi dan refleksi pada SMA pembelajaran di Siklus II semakin antusias,
Negeri, II . karena siswa ditantang untuk menguraikan
Analisis data dilakukan dalam hal cerita bergambar, siswa semakin siap dan aktif
sebagai berikut: dalam merekontruksi sejarah. Hal ini
1. Aktivitas siswa selama pembelajaran. disebabkan sumber belajar sudah mulai
Menurut Arikunto (1996: 65) analisis dipersiapkan sejak dini. Jika dilihat dari format
data dilakukan mencari rata-rata : hasil penilaian belajar Siklus I walaupun masih
ada yang tidak tuntas namun secara umum
Persentasi siswa aktif =
jumlah siswa aktif
x 100%
model pembelajaran PaSA sedikit banyak telah
jumlah siswa keseluruhan berhasil untuk mendongkrak dominasi guru
sebagai central class. Pendekatan CTL dengan
mencoba menggali kemampuan siswa terutama

Nurliza, S.Pd* adalah Guru SMA Negeri 8 Banda Aceh


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 60

pada model pembelajaran Picture and Student Setelah refleksi pada Siklus I, terjadi
Active telah mampu membuka semangat belajar perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran
di kelas. membuahkan hasil yang diharapkan, siswa
Siklus I siswa belum merasa menjadi lebih faham dalam menelaah
tertantang untuk menggali informasi, walaupun sejarah.Siklus I siswa cenderung tidak dapat
pada kenyataannya di lapangan banyak siswa bebas mengemukakan pendapat karena
yang senang dengan model PaSA. Dalam keterbatasan buku dan referensi. Dalam
perkembangan penelitian tindakan kelas ini, kelompok yang minimal sumber buku, maka
utamanya adalah mencari solusi untuk mereka kesulitan untuk menterjemahkan
meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Pada simbol-simbol penemuan budaya.
Siklus I setiap siswa dituntut untuk berani Sedangkan pada Siklus II siswa bebas
tampil mendeskripsikan temuannya, ini dapat berekspresi dengan cerita bergambar. Hal ini
kita lihat ketika kelompok 1 menjelaskan peta dibuktikan dengan adanya ekspresi cerita,
temuan masa Paleolithikum, banyak pertanyaan narasi pemikiran dari apa yang mereka lihat. Di
yang dikemukakan bagaimana Indonesia dapat dalam format gambar ada benda budaya,
menjadi menjadi tempat ditemukannya manusia purba dan peta, sehingga keragaman
manusia purba, dengan demikian siswa dituntut materi ini membuat siswa tertantang untuk
untuk melakukan analisis mendalam bukan mendalami materi.Metode PaSA siswa tidak
hanya kaitan dengan sejarah tetapi juga faktor- lagi sebagai penerima ilmu tetapi sebagai
faktor lain yang mendukung seperti geografi, penerjemah ilmu, mereka melakukan
geologi dan antropologi. Selain itu pada Siklus rekonstruksi masa lampau dengan bekal
I kerjasama kelompok dalam mengidentifikasi imajinasi dan rekayasa kreasi berdasarkan buku
tempat temuan budaya dengan menempelkan teks sejarah dan referensi lainnya.
lambang tertentu dibutuhkan ketelitian. Hasil evaluasi pada Siklus I belum
Pokok bahasan Siklus I dan Siklus II maksimal kemudian diperbaiki pada Siklus II.
pada prinsipnya adalah mata rantai pokok Siswa diberikan pertanyaan secara langsung
bahasan yang terintegrasi dimana Siklus I berupa pertanyaan quiz dengan tujuannya
siswa mencoba menjelaskan, untuk mengetahui hasil belajar secara langsung
mengiterpretasikan dan menganalisis peta dan untuk mengembangkan metode
penemuan benda-benda kebudayaan masa pembelajaran yang dapat mempengaruhi
prasejarah Indonesia, sedangkan pada Siklus II peningkatan hasil belajar siswa. Sementara
siswa dituntut untuk membuat urutan cerita pada Siklus II juga siswa diberikan pertanyaan
sejarah berdasarkan kronologis waktu yaitu quiz secara langsung dan ternyata hasilnya
pada masa paleolithikum, mesolithikum, memuaskan karena adanya peningkatan hasil
neolithikum, megalithukum dan jaman logam. belajar. Dengan hasil yang signifikan antara
Ketrampilan meletakkan simbol-simbol pada Siklus I dan Siklus II, peneliti di masa yang
peta Indonesia untuk menunjukan tempat atau akan datang akan mencoba menggabungkan
daerah penemuan kebudayaan menjadi bagian model-model pembelajaran dengan rangkaian
terpenting dalam penilaian afektif karena tanpa model PaSA, harapannya adalah mencari titik
kerjasama dari kelompok akan sulit untuk temu yang vaid metode pembelajaran yang
mendeskripsikan masa lampau apalagi yang paling efektif untuk pelajaran sejarah.
dibahas adalah perkembangan masyarakat Peneliti dengan pendekatan CTL
prasejarah. model PaSA mencoba menghilangkan
Debat diskusi yang menarik terjadi dominasi guru sejarah sebagai pusat transfer
pada Siklus II, karena siswa bukan berhadapan ilmu. Siswa semakin kritis dan aktif, sebagai
pada teks buku tetapi berhadapan pada gambar- ilustrasi pada Siklus II, ketika mencoba
gambat prasejarah yang harus mereka tata mendeskripsikan gambar manusia purba yang
ulang urutan ceritanya menjadi kisah yang dihubungkan dengan hasil budaya, setiap
menarik. Banyak siswa yang menyampaikan kelompok memiliki argumen masing-masing,
ceritanya dengan berbagai versi serta saling mempertahankan pendapatnya.
kemampuan. Tentunya disini pembelajaran Pada pembahasan cerita gambar
sejarah semakin menarik dan tidak sampai pada peralihan jaman batu besar
membosakan. (Megalithikum) ke jaman logam, kelas semakin
ramai dengan berbagai argumen.

Nurliza, S.Pd* adalah Guru SMA Negeri 8 Banda Aceh


Nurliza, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa 61

Model PaSA yang mengadopsi model Kemmis, S & MC Taggart R. 1988. The Action
pembelajaran Picture on Picture ternyata Research Planner. Victoria : Deakin
mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas University Press.
pembelajaran Kelas X.A.3 SMA Negeri 8
Banda Aceh. Suatu saat model ini diharapkan Moleong, L. J. 1994. Metodologi Penelitian
menjadi Historical Comprehensif Method Kuantitatif. Bandung : PT Remaja
Teaching and Learning, sehingga siswa tetap Rosdakarya.
semangat dan tidak jenuh.
Notosusanto, N. 1985. Sejarah Nasional
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
SIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penelitian ini Suryabrata, S. 1992. Metodologi Penelitian.
antara lain: Jakarta : CV Rajawali.
1. Penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
menggunakan model pembelajaran
Pictures and Student Active dengan tujuan
mendapatkan strategi pembelajaran, dapat
meningkatkan kualitas ranah kognitif
pada hasil belajar siswa.
2. Penerapan metode Pictures and Student
Active juga dapat meningkatkan ranah
afektif siswa.
3. Ternyata siswa sangat berminat dengan
metode Pictures and Student Active
karena dengan metode ini belajar Sejarah
jadi lebih menyenangkan.
4. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan
hasil pembelajaran sejarah di Kelas
X.A.3 yang berjumlah 30 siswa yaitu
evaluasi pada Siklus I, terdapat 21 siswa
(70%) yang tuntas belajar, sedangkan
yang tidak tuntas 9 adalah siswa (30%).
Sedangkan evaluasi pada Siklus II, hasil
belajar tuntas 100%.

DAFTAR PUSTAKA
----------. 1988. Garis-garis Besar Haluan
Negara. Jakarta:Sekretaris Negara.

Hariyono. 1998. Memahami Sejarah dalam


Pembelajaran. Malang : IKIP Malang.

Kartodirdjo, S. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial


dalam Metodologi Sejarah. Jakarta :
PT.Gramedia.

Kasbollah, Kasihani. 1999. Penelitian


Tindakan Kelas untuk Guru
Sains.Malang : RUT VI LIPI.

Nurliza, S.Pd* adalah Guru SMA Negeri 8 Banda Aceh


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 62

PENINGKATAN HASIL BALAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN METODE


DEMONTRASI DAN PENUGASAN PADA MATERI GERBANG LOGIKA
KELAS X TEKNIK AUDIO VEDEIO (TAV) SMK NEGERI 1 BIREUEN

Oleh
Yusniar*

Abstrak
Rendahnya kemampuan siswa dalam mengenal bermacam bentuk rangkaian gerbang
logika, disebabkan karena kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru dan jarang
melibatkan anak secara langsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. mengetahui cara
meningkatkan hasil belajar Teknik Digit pada Materi Gerbang Logika siswa Kelas X TAV
SMK Negeri I Bireuen. 2. Untuk mengetahui efektifitas penerapan metode demontrasi dan
penugasan dalam peningkatan hasil belajar Teknik Digit pada Materi Gerbang Logika siswa
Kelas X TAV SMK Negeri I Bireuen. 3. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa
setelah penerapan metode demontrasi dan penugasan pada materi gerbang logika siswa
Kelas X TAV SMK Negeri I Bireuen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
rancangan penelitian tindakan kelas dengan proses bersiklus. Dalam setiap siklus ada
beberapa tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil kegiatan
seluruh komponen pada siklus 1 dibandingkan dengan prasiklus menunjukkan peningkatan
jumlah anak yang mengenal bentuk-bentuk rangkaian gerbang logika yang diambil dari
hasil tugas yang diberikan dari 8 orang anak 36.36% yang dapat mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai B (2,73-3,00) menjadi 22 orang 100%, mengalami
peningkatan 63,64%. Artinya anak mampu mengenal bentuk rangkaian gerbang logika dan
sekaligus dapat melaksanakan praktek mengamati serta merangkai bermacam rangkaian
gerbang logika, pada siklus 1 masih ada anak yang belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan, maka siklus 1 dikatakan belum tuntas dengan
dilanjutkan perbaikan pada siklus 2. Peningkatan pengetahuan anak pada siklus 2 mencapai
nilai rata-rata 3,21 untuk pengetahuan dan 3,22 untuk nilai keterampilan dengan kelulusan
100%, telah memahami bentuk rangkaian gerbang logika walaupun hanya 11 orang siswa
50,00% lulus dengan predikat B dengan rentang nilai 2,73-3,00, 7 orang siswa 31,82%
yang mendapat nilai dengan predikat B+, dengan rentang nilai 3,06-3,33 dan 4 orang siswa
mendapat nilai A- yaitu dengan rentang nilai 3,40-3,66. Disimpulkan bahwa dengan
menerapkan metode demontrasi dan penugasan secara bertahap dapat meningkatkan
terhadap kemampuan mengenal bentuk rangkaian gerbang logika dan sekaligus dapat
melaksanakan praktek mengamati serta merangkai bermacam rangkaian gerbang logika.
Dengan menerapkan metode demontrasi dan penugasan dapat merubah kegiatan belajar
yang dulu berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa.

Kata kunci : Hasil Belajar, Metode Demontrasi, Penugasan, Gerbang Logika

Dalam melaksanakan proses yang akan dilakukan guru, hasil belajar siswa
pembelajaran teknik digital khususnya pada gerbang logika akan meningkat, untuk itu guru
materi gerbang logika, temuan saya sebagai perlu memperbaiki proses pembelajaran
guru mata pelajaran, kondisi kelas yang kurang dengan modefikasi pembelajaran ceramah
berhasil, setelah dievaluasi ternyata dari 22 menjadi pembelajaran yang lebih mandiri atas
orang siswa yang ada ternyata 8 orang siswa inisiatif siswa.
tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal Berdasarkan uraian di atas nampak
(KKM). adanya kesenjangan antara kondisi nyata
Kenyataan hasil belajarsiswa dalam dengan harapan guru masih menyampaikan
materi gerbang logika yang rendah tersebut, materi dengan metode ceramah sedangkan
perlu diperbaiki dengan nilai minimum kondisi akhir menggunakan metode demontrasi
ketuntasan belajar 81 (2,73). Melalui tindakan yang disertai dengan penugasan (resitasi). Jadi

Yusniar, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen


Yusniar, Peningkatan Hasil Balajar Siswa dengan Penerapan Metode Demontrasi 63

upaya untuk memecahkan masalah dari selama murid menjalani pengalaman-


kesenjangan yang terjadi, guru perlu pengalaman edukatif untuk mencapai suatu
menerapkan metode demontrasi. tujuan. Yang diperhatikan adalah pola-pola
Dalam kerangka pemikiran bahwa perubahan tingkah laku selama pengalaman
rendahnya nilai siswa dikarenakan siswa belajar itu berlangsung. Karena itulah
kurang memahami konsep gerbang logika yang ditekankan pula daya-daya yang mendinamisir
selama ini hanya diajarkan guru melalui proses itu. Perubahan tingkah laku yang terjadi
metode ceramah. Salah satu cara untuk sebagai akibat dari sesuatu yang dikuasai baik
mengatasi hal tersebut adalah pelaksanaan berupa pengetahuan, kemampuan, atau
kegiatan tindak lanjut berupa pengajaran kecakapan yang sifatnya relatif lama.
dengan menerapkan metode demontrasi dengan Apabila siswa benar-benar merasa tahu
pratikum secara indifidu. gunanya belajar, merasa butuh belajar, merasa
Adapun yang menjadi permasalahan dapat belajar, dan merasa senang belajar maka
dalam penelitian ini adalah bagaimana dari siswa tersebut akan timbul motivasi diri
meningkatkan hasil belajar teknik digit pada yang kuat untuk melakukan kegiatan belajar
materi gerbang logika siswa kelas X TAV secara mandiri.
SMK Negeri I Bireuen, apakah melalui metode Gagne,1970 (dalam Karim, Abdul.
demontrasi dan penugasan dapat meningkatkan 2007) menyatakan bahwa media adalah
hasil belajar teknik digit pada materi gerbang berbagai jenis komponen yang dapat
logika siswa kelas X TAV SMK Negeri I merangsang siswa untuk belajar. Berarti media
Bireuen dan bagaimana tingkat hasil belajar adalah berbagai jenis komponen dalam
siswa setelah penerapan metode demontrasi lingkungan siswa yang dapat mendorong siswa
dan penugasan pada Materi Gerbang Logika untuk belajar. Pengertian tersebut
siswa Kelas X TAV SMK Negeri I Bireuen, menggambarkan suatu perantara, dalam
dengan tujuan untuk mengetahui cara menyampaikan informasi dari suatu sumber
meningkatkan hasil belajar teknik digital pada kepada penerima. Dalam perjalanan waktu
materi gerbang logika siswa kelas X TAV telah semakin banyak bukti bahwa hasil yang
SMK Negeri I Bireuen, untuk mengetahui positif dalam belajar akan didapat apabila
efektifitas penerapan metode demontrasi dan media direncanakan dengan baik dalam
penugasan dalam peningkatan hasil belajar penggunaan di kelas. Oleh karena itulah
teknik digital pada materi gerbang logika siswa penelitian mencoba menghadirkan media asli
kelas X TAV SMK Negeri I Bireuen dan untuk batu bata dengan metode demontrasi dan
mengetahui tingkat hasil belajar siswa setelah penugasan yang di harapkan mampu
penerapan metode demontrasi dan penugasan mengembamgkan potensi siswa secara optimal
pada Materi Gerbang Logika siswa Kelas X dan menjadikan proses belajar mengajar
TAV SMK Negeri I Bireuen. menjadi lebih optimal.
Menurut Karim, Abdul (2007) yang
dimaksud dengan media pembelajaran adalah
TINJAUAN PUSTAKA alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam
Menurut Slameto, (1998:6) belajar rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan
adalah suatu proses yang dilakukan individu interaksi antara guru dan siswa dalam proses
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah penndidikan dan pembelajaran di sekolah.
laku yang baru secara keseluruhan sebagai Dijabarkan juga oleh Djamarah (1995 : 136),
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam Media adalah alat bantu apa saja yang dapat
berinteraksi dengan lingkungan dijadikan sebagai penyalur pesan guna
Pengertian belajar seperti yang mencapai “Tujuan Pembelajaran”.
dikemukakan oleh Ahmadi (1978 : 36) Belajar Media pembelajaranmemiliki pengertian
adalah perubahan murid dari usahanya sendiri non fisik yang dikenal sebagai perangkat
dalam bidang material, formil, serta fungsionil lunak, yaitu kandungan pesan yang terdapat
pada umumnya dan pada bidang-bidang intelek dalam perangkat keras yang merupakan isi
khususnya. Singkatnya belajar adalah berusaha yang ingin disampaikan kepada siswa . Media
mengadakan perubahan situasi dalam proses pengajaran berupa hard ware dan bisa dilihat
perkembangan dirinya mencapai tujuan. serta didengar dan juga bisa membantu guru
Belajar dapat dipandang sebagai proses untuk memperlancar dalam proses belajar
dimana guru terutama melihat apa yang terjadi mengajar sehingga terjadi komunikasi interaksi

Yusniar, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 64

edukatif, dan mempermudah siswa dalam pada gilirannya diharapkan dapat


memahami pesan yang disampaikan oleh guru. mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Setelah memahami pengertian media Ada beberapa alasan, mengapa media
pengajaran secara jelas kita harus memahami pengajaran dapat mempertinggi proses belajar
pula istilah-istilah yang memiliki pengertian siswa. Alasan pertama berkenaan dengan
hampir sama dengan media pengajaran yaitu manfaat media pengajaran dalam proses belajar
alat pengajaran dan alat peraga. Hal ini sesuai siswa antara lain:
dengan ungkapan dari B. Suryo Subroto a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian
(1997:46) yang menyebutkan bahwa terdapat 3 siswa sehingga dapat menumbuhkan
macam sarana pendidikan yaitu alat pelajaran, motivasi belajar;
alat peraga, dan media pengajaran. b. Bahan pengajaran akan lebih jelas
Ada beberapa ciri-ciri umum yang maknanya sehingga dapat lebih dipahami
dapat dikemukakan atau yang terkandung oleh para siswa, dan memungkinkan siswa
dalam media pengajaran, antara lain : menguasai tujuan pengajaran lebih baik;
a. Media pembelajaran memiliki c. Metode mengajar akan lebih bervariasi,
pengertian fisik yang dewasa ini dikenal tidak semata-mata komunikasi verbal
sebagai perangkat keras, yaitu sesuatu yang melalui penuturan kata-kata oleh guru,
dapat dilihat, didengar atau diraba dengan sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
panca indera. kehabisan tenaga, apalagi bila guru
b. Media pembelajaran memiliki pengertian mengajar untuk setiap jam pelajaran;
non fisik yang dikenal sebagai perangkat d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan
lunak, yaitu kandungan pesan yang terdapat belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
dalam perangkat keras yang merupakan isi uraian guru, tetapi aktivitas lain seperti
yang ingin disampaikan kepada siswa. mengamati, melakukan,
c. Penekanan media pembelajaran terdapat mendemonstrasikan dan lain-lain.
pada visual dan audio. Penggunaan media pengajaran dapat
d. Media mempertinggi proses dan hasil pengajaran,
pembelajaran memiliki pengertian alat berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf
bantu pada proses belajar baik dalam kelas berpikir manusia mengikuti tahap
maupun di luar kelas. perkembangan dimulai dari berpikir kongkret
e. Media pembelajaran digunakan dalam menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari
rangka komunikasi dan interaksi guru dan berpikir sederhana menuju berpikir kompleks.
siswa dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya
f. Media pembelajaran dapat digunakan secara dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui
massa (misalnya : radio, televisi ) kelompok media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat
besar dan kelompok kecil (misalnya : slide, dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks
video, OHP) atau perorangan (misalnya : dapat disederhanakan.
modul, computer, radio, tepe/kaset, video Ada beberapa jenis media pengajaran
recorder). yang biasa digunakan dalam proses pengajaran.
Jadi dari batasan-batasan dan ciri-ciri Pertama, media grafis seperti gambar, foto,
umum di atas media pengajaran berupa grafik, bagan atau diagram, poster, kartun,
perangkat keras dan bisa dilihat serta didengar komik dan lain-lain. Media grafis sering juga
dan juga bisa membantu guru untuk disebut media dua dimensi, yakni media yang
memperlancar dalam proses belajar mengajar mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua,
sehingga terjadi komunikasi interaksi edukatif, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model
dan mempermudah siswa dalam memahami seperti model padat (solid model), model
pesan yang disampaikan oleh guru. penampang, model susun, model kerja, mock
Dalam metodologi pengajaran ada dua up, diorama dan lain-lain. Ketiga, media
aspek yang paling menonjol yakni metode proyeksi seperti slide, film strips, film,
mengajar dan media pengajaran sebagai alat penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat,
bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah penggunaan lingkungan sebagai media
alat untuk mengukur atau menentukan taraf pengajaran.
tercapai-tidaknya tujuan pengajaran. a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran;
Media pengajaran dapat mempertinggi artinya media pengajaran dipilih atas dasar
proses belajar siswa dalam pengajaran yang tujuan-tujuan instruksional yang telah

Yusniar, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen


Yusniar, Peningkatan Hasil Balajar Siswa dengan Penerapan Metode Demontrasi 65

ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yakni mempermudah guru dalam menjelaskan


yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, bahan pengajaran. Oleh sebab itu media bukan
analisis lebih memungkinkan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika
digunakannya media pengajaran. dipandang perlu untuk mempertingggi kualitas
b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; belajar mengajar.
artinya bahan pelajaran yang sifatnya Pengajaran sebagai upaya terencana
fakta, prinsip, konsep dan generalisasi dalam membina pengetahuan sikap dan ilmu
sangat memerlukan bantuan media agar pengetahuan para siswa melalui interaksi siswa
lebih mudah dipahami siswa. dengan lingkungan belajar yang diatur guru
c. Kemudahan memperoleh media; artinya pada hakekatnya mempelajari lambang-
media yang diperlukan mudah diperoleh, lambang verbal dan visual, agar diperoleh
setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru makna yang terkandung di dalamnya.
pada waktu mengajar. Media grafis Lambang-lambang tersebut dicerna, disimak
umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya oleh para siswa sebagai penerima pesan yang
yang mahal, di samping sederhana dan disampaikan guru. Oleh karena itu pengajaran
praktis penggunaannya. dikatakan efektif apabila penerima pesan
d. Pemahaman guru dalam menggunakannya; (siswa) dapat memahami makna yang
apa pun jenisnya media yang diperlukan dipesankan oleh guru sebagai lingkungan
syarat utama adalah guru dapat belajarnya.
menggunakannya dalam proses Menurut Mochtar Buchari (1986 : 94),
pengajaran. Nilai dan manfaat yang hasil belajar adalah hasil yang dicapai atau
diharapkan bukan pada medianya, tetapi ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya,
dampak dari penggunaan oleh guru pada baik berupa angka atau huruf serta tindakannya
saat terjadinya interaksi belajar siswa yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai
dengan lingkungannya. Ada OHP, masing-masing anak dalam periode tertentu.
proyektor film, komputer, dan alat-alat Dengan selesainya proses belajar mengajar
canggih lainnya, tidak mempunyai arti pada umumnya dilanjutkan dengan adanya
apa-apa, bila guru tidak dapat suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini
menggunakannya dalam pengajaran untuk mengandung maksud untuk mengetahui
mempertinggi kualitas pengajaran. kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau
e. Tersedia waktu untuk menggunakannya; terhadap materi yang diberikan oleh guru.
sehingga media tersebut dapat bermanfaat Dari hasil evaluasi ini akan dapat
bagi siswa selama pengajaran berlangsung. diketahui hasil belajar siswa yang biasanya
f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa; dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.
memilih media untuk pendidikan dan Dengan demikian hasil belajar merupakan
pengajaran harus sesuai dengan taraf suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari
berpikir siswa, sehingga makna yang aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif
terkandung di dalamnya dapat dkonstruksi sebagai perubahan dalam pengetahuan,
batuhami oleh para siswa. Menyajikan pemahaman keterampilan dan nilai sikap
grafik yang berisi data dan angka atau menurut kemampuan anak dalam perubahan
proporsi dalam bentuk persen bagi siswa baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik
Sekolah Dasar kelas-kelas rendah tidak merupakan masalah utama karena anak
ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat didiklah yang diharapkan dapat menyerap
dalam bentuk gambar atau poster. seluruh materi pelajaran yang diprogramkan
Demikian juga diagram yang menjelaskan didalam kurikulum.
alur hubungan suatu konsep atau prinsip Belajar dan mengajar merupakan
hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar
memiliki kadar berpikir yang tinggi. merujuk pada apa yang harus dilakukan
Dengan kriteria pemilihan media di atas, seseorang sebagai subyek dalam belajar.
guru dapat lebih mudah menggunakan media Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang
mana yang dianggap tepat untuk membantu seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai
mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang
pengajar. Kehadiran media dalam proses dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam
pengajaran jangan dilaksanaksakan bila satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi
mempersulit tugas guru, tetapi harus sebaliknya interaksi dengan guru. Kemampuan yang

Yusniar, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 66

dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja Kelebihan metode ceramah antara lain
harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui adalah : guru mudah menguasai kelas, guru
kreatifitas seseorang itu tanpa adanya mudah menerangkan bahan pelajaran, dapat
intervensi orang lain sebagai pengajar. diikuti siswa dalam jumlah besar, mudah
Salah satu komponen pendidikan yang dilaksanakan. Sedangkan beberapa kelemahan
sangat perlu dipahami oleh guru agar proses metode ceramah diantaranya : membosankan,
pembelajaran di kelas dapat berlangsung menjadi verbalisme (pengertian kata-kata),
dengan baik yaitu metode pembelajaran. merugikan siswa yang gaya belajar secara
Karena dengan memiliki pengetahuan yang visual, membuat siswa pasif, mengandung
luas tentang metode, guru dapat memilih unsur paksaan.
metode yang tepat untuk suatu materi Menurut Ramayulis, (2010:195),
(kompetensi) yang akan dipelajari atau yang Metode demonstrasi merupakan suatu cara
akan dicapai oleh siswa. Pemilihan metode mengajar dimana guru mempertunjukkan
yang tepat akan sangat membantu siswa dalam tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, sesuatu sedangkan murid memperhatikan.
agar tujuan pendidikan tercapai sesuai dengan Metode demontrasi merupakan metode
yang telah dirumuskan, maka seorang guru pembelajaran yang sangat efektif untuk
perlu mengetahui dan mempelajari beberapa menolong siswa mencari jawaban atas
macam metode pembelajaran, serta pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara
dipraktekkan pada saat proses pembelajaran di mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya?
kelas. Bagaimana proses mengerjakannya.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran Demonstrasi sebagai metode pembelajaran
seorang guru harus memahami dan mampu adalah bilamana seorang guru atau seorang
menerapkan berbagai metode pembelajaran, demonstrator memperlihatkan kepada seluruh
karena pada dasarnya guru adalah seorang kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya
pendidik. Pendidik adalah orang dewasa suatu alat, cara membuat sambungan kayu, cara
dengan segala kemampuan yang dimilikinya memasang ikatan batu bata dan sebagainya.
untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir Demonstrasi adalah salah satu cara
siswa didiknya dari tidak tahu menjadi tahu pengelolaan pembelajaran dengan
serta mendewasakan siswa didiknya. Guru memperagakan atau mempertunjukkan kepada
harus mampu menerapkan berbagai metode siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara
pembelajaran dan berusaha agar dapat kerja suatu produk teknologi yang sedang
menguasai keadaan kelas sehingga tercipta dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan
suasana belajar yang menyenangkan. Tiap-tiap menunjukkan benda baik yang sebenarnya,
kelas bisa kemungkinan menggunakan metode model, maupun tiruannya dan disertai dengan
pembelajaran yang berbeda dengan kelas yang penjelasan lisan.
lain. Kelebihan metode demonstrasi
Dengan demikian guru harus diantaranya adalah: Perhatian siswa dapat lebih
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dipusatkan, proses belajar siswa lebih terarah
dengan karakteristik siswa-siswanya. Dari pada materi yang sedang dipelajari, dan
sekian banyak metode pengajaran, beberapa pengalaman dan kesan sebagai hasil
metode pengajaran yang dapat diterapkan oleh pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
guru dalam proses belajar mengajar baik Sementara kelemahan dari metode demonstrasi
kegiatan yang dilaksanakan di dalam kelas antara lain adalah: Siswa kadang kala sukar
maupun di luar kelas, beberapa metode tersebut melihat dengan jelas benda yang diperagakan,
diantaranya adalah : tidak semua benda dapat didemonstrasikan dan
Metode ceramah boleh dikatakan sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh
metode tradisional, karena sejak dulu metode pengajar yang kurang menguasai apa yang
ini telah digunakan sebagai alat komunikasi didemonstrasikan.
lisan antara guru dengan siswa didik dalam 1) Langkah-langkah Menggunakan Metode
proses belajar mengajar. Metode ini banyak Demonstrasi
menuntut keaktifan guru daripada siswa, tetapi a) Tahap Persiapan
metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu Pada tahap persiapan menggunakan
saja dalam proses pembelajaran. (Syaiful Bahri metode demontrasi ada beberapa hal yang
Djamarah dan Aswan Zain, 2010: 97). harus dilakukan diantaranya adalah:

Yusniar, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen


Yusniar, Peningkatan Hasil Balajar Siswa dengan Penerapan Metode Demontrasi
67

1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai memberikan tugas yang relevan, ada
oleh siswa setelah proses demonstrasi baiknya guru dan siswa melakukan
berakhir. evaluasi bersama tentang jalannya
2) Persiapkan garis besar langkah- proses demonstrasi itu untuk perbaikan
langkah demonstrasi yang akan selanjutnya.
dilakukan. Menurut Djamarah dan Zain, (2010: 85)
3) Lakukan uji coba demonstrasi. Metode penugasan adalah metode penyajian
bahan dimana guru memberikan tugas tertentu
b) Tahap Pelaksanaan agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode
Pada tahap pelaksanaan menggunakan ini dilakukan karena dirasakan materi pelajaran
metode demontrasi ada beberapa hal yang terlalu banyak, sementara wakrtu yang tersedia
harus dilakukan yaitu: sedikit. Dengan kata lain, antara materi
1) Langkah pembukaan, Sebelum pelajaran dengan alokasi waktu tidak
demonstrasi dilakukan ada beberapa hal seimbang, lebih banyak materinya.
yang harus diperhatikan, di antaranya: Kelebihannya dari metode penugasan
- Aturlah tempat duduk yang diantaranya adalah: pengetahuan yang siswa
memungkinkan semua siswa dapat didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan
memperhatikan dengan jelas apa yang dapat diingat lebih lama, siswa berkesempatan
didemonstrasikan. memupuk perkembangan dan keberanian
- Kemukakan tujuan apa yang harus mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan
dicapai oleh siswa. c)Kemukakan berdiri sendiri. Sementara kelemahan metode
tugas-tugas apa yang harus dilakukan ini antara lain adalah: terkadang siswa didik
oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan melakukan penipuan dimana siswa hanya
untuk mencatat hal-hal yang dianggap meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau
penting dari pelaksanaan demonstrasi. bersusah payah mengerjakan sendiri, terkadang
2) Dalam langkah pelaksanaan demonstrasi tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa
dilakukan. pengawasan dan sukar memberikan tugas yang
- Mulailah demonstrasi dengan memenuhi perbedaan individual. Pada
kegiatan-kegiatan yang merangsang hakikatnya masih banyak metode pembelajaran
siswa untuk berpikir, misalnya melalui yang dapat diterapkan dalam penyampaian
pertanyaanpertanyaan yang materi pembelajaran kepada siswa yang
mengandung teka-teki sehingga disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi
mendorong siswa untuk tertarik yang akan dibahas.
memperhatikan demonstrasi. Gerbang Logika atau dalam bahasa
- Ciptakan suasana yang menyejukkan Inggris disebut dengan Logic Gate adalah dasar
dengan menghindari suasana yang pembentuk Sistem Elektronika Digital yang
menegangkan. berfungsi untuk mengubah satu atau beberapa
- Yakinkan bahwa semua siswa masukan (Input) menjadi sebuah sinyal
mengikuti jalannya demonstrasi Keluaran (Output). Logis. Gerbang Logika
dengan memerhatikan reaksi seluruh beroperasi berdasarkan sistem bilangan biner
siswa. yaitu bilangan yang hanya memiliki 2 kode
- Berikan kesempatan kepada siswa simbol yakni 0 dan 1 dengan menggunakan
untuk secara aktif memikirkan lebih Teori Aljabar Boolean. Gerbang Logika yang
lanjut sesuai dengan apa yang dilihat diterapkan dalam Sistem Elektronika Digital
dari proses demonstrasi itu. pada dasarnya menggunakan Komponen-
3) Langkah mengakhiri komponen Elektronika seperti Integrated
demonstrasi. Apabila demonstrasi Circuit (IC), Dioda, Transistor, Relay, Optik
selesai dilakukan, proses pembelajaran maupun Elemen Mekanikal.
perlu diakhiri dengan memberikan Terdapat 7 jenis Gerbang Logika
tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya Dasar yang membentuk sebuah Sistem
dengan pelaksanaan demonstrasi dan Elektronika Digital, yaitu :
proses pencapaian tujuan pembelajaran. a. Gerbang AND
Hal ini diperlukan untuk meyakinkan b. Gerbang OR
apakah siswa memahami proses c. Gerbang NOT
demonstrasi itu atau tidak. Selain d. Gerbang NAND

Yusniar, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 68

e. Gerbang NOR Keluaran (Output) dengan nilai Logika 0 maka


f. Gerbang X-OR (Exclusive OR) Input atau Masukannya harus bernilai Logika
g. Gerbang X-NOR (Exlusive NOR) 1. Gerbang NOT biasanya dilambangkan
Tabel yang berisikan kombinasi- dengan simbol minus (“-“) di atas Variabel
kombinasi Variabel Masukan (Input) yang Inputnya.
menghasilkan Keluaran (Output) Logis disebut d. Gerbang NAND (NAND Gate)
dengan TabelKebenaran atau Truth Table. Arti NAND adalah NOT AND atau
Input dan Output pada Gerbang Logika hanya BUKAN AND, Gerbang NAND merupakan
memiliki 2 level. Kedua Level tersebut pada kombinasi dari Gerbang AND dan Gerbang
umumnya dapat dilambangkan dengan : NOT yang menghasilkan kebalikan dari
· HIGH (tinggi) dan LOW (rendah) Keluaran (Output) Gerbang AND. Gerbang
· TRUE (benar) dan FALSE (salah) NAND akan menghasilkan Keluaran Logika 0
· ON (Hidup) dan OFF (Mati) apabila semua Masukan (Input) pada Logika 1
· 1 dan 0 dan jika terdapat sebuah Input yang bernilai
Contoh Penerapannya ke dalam Logika 0 maka akan menghasilkan Keluaran
Rangkaian Elektronika yang memakai (Output) Logika 1.
Transistor TTL (Transistor-transistor Logic), e. Gerbang NOR (NOR Gate)
maka 0V dalam Rangkaian akan diasumsikan Arti NOR adalah NOT OR atau
sebagai “LOW” atau “0” sedangkan 5V akan BUKAN OR, Gerbang NOR merupakan
diasumsikan sebagai “HIGH” atau “1”. kombinasi dari Gerbang OR dan Gerbang NOT
Berikut ini adalah Penjelasan singkat yang menghasilkan kebalikan dari Keluaran
mengenai 7 jenis Gerbang Logika Dasar (Output) Gerbang OR. Gerbang NOR akan
beserta Simbol dan Tabel Kebenarannya. menghasilkan Keluaran Logika 0 jika salah
a. Gerbang AND (AND Gate) satu dari Masukan (Input) bernilai Logika 1
Gerbang AND memerlukan 2 atau dan jika ingin mendapatkan Keluaran Logika 1,
lebih Masukan (Input) untuk menghasilkan maka semua Masukan (Input) harus bernilai
hanya 1 Keluaran (Output). Gerbang AND Logika 0.
akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1 f. Gerbang X-OR (X-OR Gate)
jika semua masukan (Input) bernilai Logika 1 X-OR adalah singkatan dari Exclusive
dan akan menghasilkan Keluaran (Output) OR yang terdiri dari 2 Masukan (Input) dan 1
Logika 0 jika salah satu dari masukan (Input) Keluaran (Output) Logika. Gerbang X-OR
bernilai Logika 0. Simbol yang menandakan akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1
Operasi Gerbang Logika AND adalah tanda jika semua Masukan-masukannya (Input)
titik (“.”) atau tidak memakai tanda sama mempunyai nilai Logika yang berbeda. Jika
sekali. Contohnya : Z = X.Y atau Z = XY. nilai Logika Inputnya sama, maka akan
b. Gerbang OR (OR Gate) memberikan hasil Keluaran Logika 0.
Gerbang OR memerlukan 2 atau lebih g. Gerbang X-NOR (X-NOR Gate)
Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1 Seperti Gerbang X-OR, Gerban X-
Keluaran (Output). Gerbang OR akan NOR juga terdiri dari 2 Masukan (Input) dan 1
menghasilkan Keluaran (Output) 1 jika salah Keluaran (Output). X-NOR adalah singkatan
satu dari Masukan (Input) bernilai Logika 1 dari Exclusive NOR dan merupakan kombinasi
dan jika ingin menghasilkan Keluaran (Output) dari Gerbang X-OR dan Gerbang NOT.
Logika 0, maka semua Masukan (Input) harus Gerbang X-NOR akan menghasilkan Keluaran
bernilai Logika 0. (Output) Logika 1 jika semua Masukan atau
Simbol yang menandakan Operasi Logika OR Inputnya bernilai Logika yang sama dan akan
adalah tanda Plus (“+”). Contohnya : Z = X + menghasilkan Keluaran (Output) Logika 0 jika
Y. semua Masukan atau Inputnya bernilai Logika
c. Gerbang NOT (NOT Gate) yang berbeda. Hal ini merupakan kebalikan
Gerbang NOT hanya memerlukan dari Gerbang X-OR (Exclusive OR).3
sebuah Masukan (Input) untuk menghasilkan Tindakan penelitian adalah melalui
hanya 1 Keluaran (Output). Gerbang NOT model pembelajaran dengan metode
disebut juga dengan Pembalik (Inverter) karena demontrasi dan penugasan dapat meningkatkan
menghasilkan Keluaran (Output) yang hasil belajar siswa dalam mata pelajaran teknik
berlawanan (kebalikan) dengan Masukan atau digital khususnya pada materi gerbang logika.
Inputnya. Berarti jika kita ingin mendapatkan

Yusniar, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen


Yusniar, Peningkatan Hasil Balajar Siswa dengan Penerapan Metode Demontrasi 69

METODA PENELITIAN sebelum dan sesudah tindakan kemudian


PTK ini dilaksanakan di bengkel merumuskan keberhasilan maupun
(workshop) Program Keahlian Teknik kekurangannya untuk ditindaklanjuti dengan
Elektronika, Kompetensi Keahlian Teknik langkah-langkah program berikutnya berupa
Audio Video (TAV) SMK Negeri 1 Bireuen, penyempurnaan dan pengembangan. Apabila
yang beralamatkan di Jalan Taman Siswa No. 2 siklus 1 belum menunjukkan peningkatan yang
Gampong Geulanggang Baro Kecamatan Kota diinginkan, maka akan diperbaiki dengan
Juang Kabupaten Bireuen. melakukan siklus ke 2 sampai dengan tujuan
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 yang ingin dicapai oleh peneliti.
bulan, mulai dari bulan September sampai Teknik pengumpulan data dapat
dengan November 2014 pada semester 1 berbentuk tes maupun non tes. Namun dalam
(ganjil) Tahun Pelajaran 2014/2015. PTK ini yang digunakan adalah teknik
Subyek penelitian tindakan kelas ini pengumpulan data berbentuk tes yaitu tes awal
adalah para siswa kelas X TAV Semester 1 (pre tes) untuk mendapatkan data tentang nilai
(ganjil) Tahun Pelajaran 2014/2015 SMK pengetahuan awal siswa dan dari nilai hasil
Negeri 1 Bireuen yang berjumlah 22 orang kerja siswa dalam melaksanakan tugas praktek.
siswa, terdiri dari 21 orang siswa laki-laki dan Oleh karena penelitian ini merupakan PTK
1 orang siswa perempuan. maka digunakan juga metode pengamatan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini (observasi) untuk mrngumpulkan data tentang
dirancang pelaksanaannya dalam 2 siklus, aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
dimana setiap siklus terdiri dari 2 kali dengan menerapkan praktikum secara
pertemuan, setiap siklus dilaksanakan dengan individu/kelompok.
prosedur perencanaan, tindakan, observasi dan Untuk mengetahui aktivitas dan
refleksi. kompetensi belajar siswa selama proses
1. Perencanaan pembelajaran pada setiap pertemuan akan
Rancangan-rancangan yang dilakukan dikumpulkan data, lalu dianalisa dengan cara
pada tahapan ini adalah: menafsirkan hasil pengamatan dan penilaian
a. Membuat lembar observasi untuk melihat yang terekam dalam lembar observasi dan
suasana pembelajaran, aktivitas guru dan lembar penilaian. Selanjutnya untuk
aktivitas siswa selama proses belajar mengetahui peningkatan dari setiap komponen
mengajar dengan menerapkan metode yang diamati dan dinilai, adalah dengan
demontrasi dan penugasan. membandingkan hasil pengamatan dan
b. Membuat lembaran kerja (job sheet), untuk penilaian pada setiap pertemuan . Untuk
pedoman bagi siswa dalam melaksanakan memudahkan, data tersebut disajikan dalam
tugas praktek, yang dilengkapi dengan bentuk tabel, sehingga dapat dilihat
lembaran penilaian. perkembangan atau peningkatan aktivitas dan
2. Pelaksanaan / Tindakan kompetensi belajar setiap siswa pada tiap
Guru melaksanakan tindakan kelas siklus.
dengan menerapkan metode demontrasi, Indikator keberhasilan proses tindakan
kemudian memberikan tugas praktek dalam 5 adalah apabila kemampuan siswa dalam
kelompok. Tugas yang telah dilakukan melaksanakan praktek pada masing-masing job
kemudian dites dengan tabel kebenaran sheet telah mencapai kategori ≥ Baik (B)
menggunakan SN 7400 dan SN 7402, disini dengan rentang nilai 2,73 – 3,00. untuk lebih
guru sebagai fasilitator yang memberi penguat jelas dapat dilihat pada tabel 3.2 konversi nilai
dan kesimpulan untuk kejelasan materi. berikut:
3. Observasi
Pada tahap pemantauan dikumpulkan
data dan informasi dari beberapa sumber untuk
mengetahui seberapa jauh efektifitas dari
tindakan yang dilakukan.
4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan yang
mengulas secara kritis tentang perubahan yang
terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru.
Guru merefleksi capaian hasil belajar siswa

Yusniar, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 70

Tabel 1. Konversi Nilai


Predikat Konversi Predikat Konversi Predikat Konversi Predikat Konversi
A 4,00 B+ 3,33 B- 2,67 C 2,00
A 3,93 B+ 3,26 B- 2,60 C 1,93
A 3,86 B+ 3,20 B- 2,53 C 1,86
A 3,80 B+ 3,13 B- 2,46 C 1,80
A 3,73 B+ 3,06 B- 2,40 C 1,73
A- 3,66 B 3,00 C+ 2,33 D+ 1,33
A- 3,60 B 2,93 C+ 2,26 D+ 1,26
A- 3,53 B 2,86 C+ 2,20 D+ 1,20
A- 3.46 B 2,80 C+ 2,13 D 1,00
A- 3,40 B 2,73 C+ 2,06 D 0,93
Sumber : Bidang Pengajaran SMK N. 1 Bireuen

HASIL DAN PEMBAHASAN (22,73%) dan memperoleh nilai C+ (2,06-


Kondisi awal siswa kelas X TAV SMK 2,33) sebanyak 3 orang (13,64%) belum
Negeri 1 Bireuen dalam mata pelajaran teknik begitu mengenal tentang materi gerbang
digital dengan materi gerbang logika sebelum logika.
dilakukan tindakan dengan metode demontrasi Setelah dilakukan penelitian secara
dan penugasan. Proses pembelajaran bertahap mulai sari siklus1, hasil pelaksanaan
berlangsung dengan menggunakan metode penelitian pada siklus 2 (pertemuan-4)
ceramah, penggunaan metode ini dalam tergambar peningkatan kemampuan siswa
pembelajaran menyebabkan proses belajar yang telah memahami bermacam bentuk
berlangsung kaku karena kurang melibatkan gerbang logika, dimana dari 22 orang siswa
siswa dan membosankan. Pembelajaran telah dapat melaksankan tugas dengan baik
berpusat pada guru, aktivitas dengan cara penelitian yang benar dan nilai
pembelajaranpun didominasi sepenuhnya oleh yang didapat telah memenuhi Kriteria
guru. Ketuntasan Minimum (KKM) yang
Berdasarkan data yang diperoleh dari ditetapkan, walaupun hanya 4 orang yang
sekolah, keadaan siswa Kelas X TAV SMK mendapat nilai predikat A- (3,40-3,66) atau
Negeri 1 Bireuen pada semester I diperoleh 18,18% , 7 orang mendapat nilai dalam
data yaitu dari 22 siswa dikatagorikan pandai predikat B+ (3,06-3,33) atau 31,82% dan 11
sebanyak 5 orang, katagori sedang sebanyak 9 orang mendapat nilai dengan predikat B (2,73-
orang, dan katagori kurang sebanyak 8 orang. 3,00) yaitu 50,00%.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran Dari hasil observasi yang dilakukan
teknik digital, siswa tampak kurang antusias sebelum penelitian dan laporan akademik
dalam menghadapi pelajaran, hal ini salah satu yang diperoleh dari sekolah didapatkan bahwa
penyebabnya adalah guru tidak menggunakan kemampuan siswa kelas X TAV SMK Negeri
media pembelajaran yang tepat. 1 Bireuen dalam mata pelajaran teknik digital
Dalam kegiatan orientasi dan proses belajar berlangsung kaku dan
identivikasi masalah terlebih dahulu dilakukan membosankan, karena kurang melibatkan
tes untuk mengetahui kemampuan siswa (tes siswa dan aktivitas pembelajaranpun
awal) tentang materi gerbang logika serta didominasi sepenuhnya oleh guru. Kondisi
aturan-aturan dalam pengujian kebenaran . awal siswa sebelum dilakukan tindakan
Adapun hasil yang diperoleh dari tes awal dengan metode demontrasi dan penugasan.
adalah bahwa dari 22 siswa didik kelas X Proses pembelajaran berlangsung dengan
TAV SMK Negeri 1 Bireuen hanya 14 orang menggunakan metode ceramah dan tanya
siswa yang mencapai KKM yang ditetapkan jawab. Dari hasil pengamatan pra penelitian
yaitu yang mendapat nilai dengan kategori B+ terlihat siswa dalam mengikuti pembelajaran
(3,06-3,33) sebanyak 5 orang (22,73%), yang kurang antusias dan kurang kreatif,
mendapat nilai B (2,73-3,00) sebanyak 9 disebabkan guru menggunakan media
orang (40,90%), dikarenakan belum begitu pembelajaran yang kurang tepat.
dapat mengenal materi gerbang logika, Sebagai data awal maka dilaksanakan
Sedang yang belum berhasil yaitu tes awal dengan memberikan beberapa
memperoleh nilai B- (2,402,67) sebanyak 5 pertanyaan pada siswa untuk mendapatkan

Yusniar, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen


Yusniar, Peningkatan Hasil Balajar Siswa dengan Penerapan Metode Demontrasi 71

data mengenai pengetahuan siswa terhadap dalam mengenal bentuk gerbang logika, jika
bermacam bentuk rangkaian gerbang logika. dibandingkan dengan kemampuan anak
Dari hasil tes awal menunjukkan bahwa sebelum penelitian, memanpakkan hasil yang
pengetahuan anak masih dalam kategori signifikan, karena dilihat dari kemampuan
kurang. Karena dari 22 siswa kelas X TAV anak yang mengenal bentuk gerbang logika
SMK Negeri 1 Bireuen hanya 14 orang siswa pada siklus 1 pertemuan ke 1, masih banyak
yang mencapai KKM yang ditetapkan yaitu anak yang belum menguasai materi, yaitu dari
yang mendapat nilai dengan kategori B+ 22 siswa, baru 6 orang siswa yang mendapat
(3,06-3,33) sebanyak 5 orang (22,73%), yang nilai B+ (3,06-3,33) atau 27,27% dan yang
mendapat nilai B (2,73-3,00) sebanyak 9 mendapa nila B (2,73-3.00) sebanyak 11
orang (40,90%), dikarenakan belum begitu orang 50%. Sedang yang belum berhasil yaitu
dapat mengenal materi gerbang logika, memperoleh nilai dibawah B (2,73-3.00)
Sedang yang belum berhasil yaitu sebanyak 3 yang terdiri dari siawa mendapat
memperoleh nilai B- (2,402,67) sebanyak 5 nilai B- (2,40-2,67) atau 13,63% dan sebanyak
(22,73%) dan memperoleh nilai C+ (2,06- 2 orang mendapat nilai C+ (2,06-2,33) atau
2,33) sebanyak 3 orang (13,64%) belum 9,00%.
begitu mengenal tentang materi gerbang Dilihat hasil penelitian pada siklus 1
logika. peretemuan ke 2, dengan menerapkan metode
Dengan penerapan metode demontrasi demontrasi dan penugasan pengetahuan siswa
dan penugasan secara bertahap yang dimulai semakin meningkat, ini terlihat dari jumlah
dari siklus 1, secara bertahap siswa siswa yang dapat mengenal bentuk gerbang
diperkenalkan dengan bermacam-macam logika dan dapat melaksanakan paraktek pada
rangkaian gerbang logika. siklus 1 pertemuan ke 2 yaitu siswa yang
Setelah diperkenalkan dengan belum menguasai materi atau belum mencapai
bermacam-macam contoh, kemudian anak nilai ≥ B (2,73-3,00) berjumlah 4 orang yaitu
diajarkan menggambar bentuk rangkaian dan 2 orang mendapat nilai B- (2,40-2,67) atau
kemudian mereka diberi tugas melaksanakan sebanyak 9,00%. Dan 2 orang mendapat nilai
tugas praktek sesuai dengan petunjuk langkah C+ (2,06-2,33) atau sebanyak 9,00%. Sedang
kerja dalam job sheet yang telah disediakan, siswa yang telah memperoleh nilai ≥ B (2,73-
hasil kerja siswa diberi skor penilaian sesuai 3,00) adalah sebanyak 12 orang yaitu siswa
dengan kemampuan mereka waktu mendapat nilai B (2,73-3,00) atau 54,57%,
melaksanakan tugas praktek. dan 6 orang siswa telah mendapat nilai B+
Pelaksanaan penelitian pada siklus 2 (3,06-3,33) atau 27,27%.
untuk menambah kemampuan anak dalam Dilhat dari hasil penilaian pada siklus 2
mengenal bentuk gerbang logika, disamping pertemuan 3 menunjukan bahwa hasil
mereka dilatih menggambar bentuk rangkaian, penilaian kemampuan siswa dalam mengenal
dengan berpedoman pada hasil gambar bentuk gerbang logika yang selama ini
mereka kemudian melaksanakan tugas praktek dianggab sulit, dengan menambah tugas
sesuai dengan bentuk gambar. Seperti yang latihan yang lebih sulit. Frekuensinya semakin
ditugaskan pada mereka yaitu bermacam meningkat, peningkatan memperlihatkan
bentuk rangkaian. Hasil penelitian pada siklus bahwa siswa yang mencapai siswa yang
2 menanpakkan peningkatan jumlah siswa belum mencapai KKM dengan nilai kurang
yang lebih banyak dapat mengenal bentuk dari B (2,73-3,00) semakin berkurang yaitu
gerbang logika diantaranya gerbang NAND berjumlah 3 orang yang terdiri dari 1 orang
dan erbang NOR. mendapat nilai C+ (2,06-2,33) atau sebanyak
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 4,54%. Dan 2 orang mendapat nilai B- (2,40-
2, disamping mereka dilatih menggambar 2,66) atau 9.00%. Sedang siswa yang telah
rangkaian, mengamati fungsi dari gate NOR, mencapai KKM yang ditetapkan atau
namun disini menuntut keterampilan lebih memperoleh nilai ≥ B (2,73-3,00) adalah
yaitu Merangkai rangkaian inverter dengan sebanyak 19 orang yang terdiri dari 10 orang
gate NOT. siswa mendapat nilai B (2,73-3,00) atau
Dengan pelaksanaan penelitian selama 45,45% dan yang mendapat nilai predikat B+
2 siklus secara bertahap dimulai dari siklus 1, (3,06-3,33) sebanyak 9 orang atau 40,91%.
dimana masing-masing siklus adalah 2 kali Dari hasil pelaksanaan penelitian pada
pertemuan, peningkatan kemampuan siswa siklus 2 pertemuan ke 4 kemampuan siswa

Yusniar, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 72

yang telah memahami bermacam bentuk Bireuen Kecamatan Kota Juang


gerbang logika semakin meningkat, yaitu dari Kabupaten Bireuen, berdasarkan hasil
22 orang siswa telah dapat melaksankan tugas penelitian dapat disimpulkan sebagai
dengan baik dengan cara yang benar dan nilai berikut :
yang didapat telah memenuhi Kriteria 2. Langkah-langkah persiapan yang telah
Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan direncanakan untuk pelaksanaan
≥ B (2,73-3,00), walaupun hanya 4 orang yang penelitian berjalan sesuai dengan
mendapat nilai predikat A- (3,40-3,66) atau rencana, dari mulai pembuatan Rencana
18,18% , 7 orang mendapat nilai dalam Penelitian sampai pembuatan instrumen
predikat B+ (3,06-3,33) atau 31,82% dan 11 yaitu lembar observasi untuk rencana
orang mendapat nilai dengan predikat B (2,73- pelajaran, lembar observasi untuk
3,00) yaitu 50,00%. aktivitas guru dalam mengajar dan
Dengan demikian pelaksanaan proses lembar observasi untuk kegiatan siswa
pembelajaran kemampuan mengenal bentuk dalam belajar, telah berhasil menjaring
gerbang logika dengan penerapan metode data sebagai hasil penelitian.
demontrasi dan penugasan dapat 3. Pelaksanaan pembelajaran tentang
meningkatkan kemampuan dan keterampilan konsep gerbang logika dengan
siswa dalam mengenal bentuk serta menggunakan metoda demontrasi dan
melaksanakan praktek mengamati dan penugasan, berjalan sesuai dengan
merangkai bermacam bentuk gerbang logika. skenario yang ada pada rencana
Berdasarkan hasil penelitian pada pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau
siklus 1 dan siklus 2 maka hasil refleksi lembaran kerja (job sheet) dengan
selama kegiatan pada penelitian yang dimulai menerapkan metode demontrasi dan
dari persiapan sampai pada pelaksanaan penugasan telah berhasil menciptakan
dianggap sudah berhasil, hal ini berdasarkan situasi belajar yang kondusif yakni siswa
tingkat kemampuan siswa yang cukup baik. terlibat secara langsung pada proses
Dengan demikian bahwa untuk meningkatkan pembelajaran, juga dapat meningkatkan
kemampuan anak dalam mengenal bentuk motivasi siswa untuk belajar ilmu teknik
rangkaian, mengmati dan merangkai digital yang semula dianggap sulit.
rangkaian gerbang logika yang diberikan 4. Tingkat pemahaman siswa tentang
secara bertahap dan berkesinambungan ini gerbang logika setelah pembelajaran
mendapatkan hasil yang signifikan. Tiap menggunakan metoda demontrasi dan
siklus dalam pelaksanaan pembelajaran penugasan dapat meningkat dengan baik,
mendapat peningkatan pengetahuan dan ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yaitu
keterampilan, di bawah ini grafik rata-rata pada siklus 1 pertemuan 2 memperoleh
nilai siswa yang menunjukkan peningkatan nilai rata-rata untuk pengetahuan 2,68,
kemampuan siswa dalam mengenal bentuk nilai rata-rata keterampilan 2,98 dan
rangkaian,mengamati serta melaksanakan pada siklus ke 2 pertemuan 4
merangkai rangkaian gerbang logika melalui memperoleh nilai rata-rata untuk
penerapan metode demontrasi dan penugasan. pengetahuan 3,21 dan nilai rata-rata
Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam gambar keterampilan 3,22. Walaupun belum ada
4.1 di bawah ini yaitu gambar grafik siswa yang mendapat A, tapi semua
peningkatan kemampuan jumlah siswa dalam siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan
mengenal bentuk dan melaksanakan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu ≥
pemasangan gerbang logika pada setiap B (2,73-3,00).
pertemuan.

DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN Abin Syamsudin Makmum, 2000, Psikologi
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Kependidikan, Bandung : Remaja
meningkatkan pemahaman siswa tentang Rosda Karya
konsep gerbang logika dengan
menggunakan metoda demontrasi dan Bloom, Benyamin S, 1986, Taxonomy of
penugasan dalam pembelajaran teknik Education Objective, New York :
digital di kelas X TAV SMK Negeri 1 Longman.

Yusniar, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen


Yusniar, Peningkatan Hasil Balajar Siswa dengan Penerapan Metode Demontrasi 73

Buck Engineering Co (1987), Elektronik Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999,
Digital, USA Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
Model pengembangan Silabus Mata Nana Sudjana, 1996, Dasar-dasar Proses
pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Belajar Mengajar, Bandung : Sinar
Pembelajaran PKn. Jakarta : Pusat Baru.
Kurikulum, Balitbang Depdiknas
Ngalimun Purwanto, (1997). Psikologi
Djamarah, (1995). Strategi Belajar Mengajar. Pendidikan. Bandung, Remaja Rosda
Jakarta, PT.Rineksa Cipta. Karya

Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. Ramayulis, (2010), Ilmu Pendidikan Islam,
(2010). Strategi Belajar Mengajar. cet. ke-8, Jakarta: Kalam Mulia,
Jakarta, PT. Rineksa Cipta.
Sardiman A.M, 1989, Interaksi dan Motivasi
Djamah Sopah, 2001, Pengembangan dan Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali
Penggunaan Model Pembelajaran Press.
ARIAS,
http://www.depdiknas.go.id./Jurnal/31/ Sadiman, Arif.dkk. (2007). Media Pendidikan:
djamah sopah.htm. Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta, PT. Raja
I Ketut Supribadi, (1987), Ilmu Bangunan Grafindo Persada
Gedung, Bandung, Penerbit Armico
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran.
JP. Chaplin. 1992. Psikologi Pengajaran. Jakarta, Kencana Prenada Media.
Jakarta : Pustaka Jaya.
Seels and Richey, 1994, Instructional
Karim, Abdul. (2007). Media Pembelajaran. Technology. New York : Ashton
Makassar: Badan penerbit UNM. Scholastic Pty Limited.

Kasihani Kasbolah, (1998). Penelitian Slameto. 1998. Didaktik Metodik. Jakarta :


Tindakan Kelas Dirjen Pendidikan. Pustaka Jaya.
Tinggi Proyek Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Suharsimi Arikunto, (1995), Dasar-Dasar
evaluasi Pendidikan, Jakarta, Bumi
Mochtar Buchari. 1986. Dasar-dasar Aksara.
Kependidikan. Bandung : Tarsito.
Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur
Mudhoffir. 1990. Proses Kegiatan Belajar Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Mengajar di Sekolah Formal. Jakarta : Rhineka Cipta.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sukardi, (2004) Penelitian Kualitatif
Muhibbin Syah, 1995, Psikologi Pendidikan Naturalistik dalam Pendidikan,
dengan Pendekatan Baru, Bandung : Yogyakarta: Usaha Keluarga.
Remaja Rosda Karya.
Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi
Muhibbin Syah, (2002). Psikologi Pendidikan Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Dengan Pendekatan Baru, cet. ke-7, Persada
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002. Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.
Rineksa Cipta.

Yusniar, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen


Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 74

PENINGKATAN PRESTASI SISWA MENYIMPULKAN BERBAGAI PARAGRAF


DEDUKTIF DAN INDUKTIF DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING
KELAS XII IPA I SMA NEGERI I KUALA KABUPATEN BIREUEN

Oleh
Welni

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara meningkatkan prestasi siswa dalam
menyimpulkan paragraf deduktif dan induktif kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kuala
Kabupaten Bireuen, efektifitas model pembelajaran discoveri Learning dalam menyimpulkan
paragraf deduktif dan induktif, dan tingkat prestasi siswa dalam menyimpulkan paragraf
deduktif dan induktif. Penelitian ini dilaksanakan secara berulang dengan siklus tertentu,
setiap siklus dibahas peningkatan prestasi siswa yang cenderung semakin meningkat.
Penelitian bermanfaat ganda terutama bagi siswa, guru dan sekolah dalam
mengangkatprestasi belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran, menambah kemampuan profesioanlisme guru dalam mengajar. Meningkatnya
perhatian masyarakat terhadap sekolah, meningkatkan perhatian Dinas Pendidikan
Kabupaten. Model Discovery Learning merupakan salah satu model pembelajaran penemuan
yang dapat dicoba dalam rangka memperkaya Khasanah teknik pembelajaran. Penelitian ini
melibatkan teman sejawat sebagai observer dalam rangka menilai pelaksanaan penilitian agar
penelitian ini lebih akurat.Alat pengumpulan data berupa soal-soal, lembaran observasi dan
angket. Prosedur dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan 2 kegiatan
pembelajaran. Hasil penelitian persentase ketuntasan siswa siklus I 63% dengan nilai rata-
rata 75, nilai ke aktifan 71 proses Pada siklus kedua nilai ketuntasan menjadi 89 %, dengan
nilai rata-rata 83.

Kata Kunci: Prestasi Siswa, Paragraf Deduktif dan Induktif, Discoveri Learning

Salah satu aspek membaca yang harus menyimpulkan isi paragraf deduktif dan
dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia induktif , kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kuala
kelas XII SMA adalah aspek membaca belum sesuai dengan harapan. Temuan penulis
intensif dengan kompetensi dasar sebagai guru mata pelajaran, setelah penulis
menyimpulkan berbagai paragraf deduktif dan evaluasi ternyata dari 19 orang siswa yang ada,
induktif. Dalam tujuan pembelajaran siswa 8 orang siswa mendapat nilai 58 (44%), 4
diharapkan mampu menyimpulkan isi berbagai orang siswa mendapat nilai 25 (22%),4 orang
paragraf deduktif dan induktif dalam wacana siswa mendapat nilai 70 (22%) dan yang
bahasa Indonesia. Siswa yang dikatakan tuntas mendapat nilai 82 ( 12%) . Isi paragraf deduktif
atau berhasil dalam mencapai tujuan dan induktif di kelas tersebut yang tuntas hanya
pembelajaran apabila siswa sudah mencapai 3 orang. Hal ini masih perlu dicari solusi untuk
nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang melaksaksanakan pembelajaran yang lebih
ditetapkan sekolah yaitu 80.Jadi seorang siswa berhasil memenuhi harapan.
yang tuntas secara indifidu apabila telah Ada beberapa faktor penyebab
mencapai nilai minimal 80. Sedangkan untuk kurangnya hasil belajar siswa. Faktor utama
ketuntasan klasikal adalah 85 % dari jumlah adalah intake siswa, fasilitas belajar dan model
siswa telah mencapai nilai KKM. Penulis pembejaran.Pada umumnya siswa SMA Negeri
mengharapkan agar siswa mencapai nilai 1 Kuala belum memiliki buku-buku sumber
KKM yang telah ditetapkan. pembelajaran yang memadai. Dari segi intake
Dalam pelaksanakan proses tergolong sedang. Disamping itu buku-buku
pembelajaran mengambil kesimpulan dalam sumber pembelajaran bahasa Indonesia di
pembelajaran membaca wacana bahasa perpustakan sangat terbatas. Penulis pun belum
Indonesia khususnya pada materi menyiapkan media yang berisi materi

Welni, S.Pd* adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen
Welni, Peningkatan Prestasi Siswa Menyimpulkan Berbagai Paragraf 75

pembelajaran secara lengkap. Tambahan lagi Dari beberapa pengertian prestasi di atas
penulis mengajar terbiasa dengan metode terlihat beberapa penekanan, meskipun
konvensional. Di dalam penerapan metode ini intisarinya sama-sama hasil dari suatu kegiatan
penulis yang mendominasi proses dan usaha.Untuk itu dapat dipahami bahwa
pembelajaran sedangkan siswa menjadi vasif. bahwa prestasi belajar adalah suatu kegiatan
Akibatnya proses pembelajaran tidak menarik, yang telah dikerjakan, diciptakan, yang
siswa merasa bosan, penulis merasa lelah dan menyenangkan hati yang diperolah dengan
hasil pembelajaran pun belum mencapai keuletan kerja,baik secara kelompok atau
harapan sesuai dengan nilai KKM yang perorangan dalam kegiatan belajar dalam
ditetapkan. bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas hasil
Untuk memenuhi harapan, penulis pembelajaran.
mencoba mencari solusi dengan menerapkan
model pembelajaran Discovery Learning. 2. Hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar
Discovery Learning adalah model Ada beberapa aspek yang mempengaruhi
pembelajaran yang memberikan kesempatan hasil belajar atau prestasi siswa siswa.Aspek
kepada siswa untuk menemukan sendiri materi tersebut adalah aspek internal dan aspek
pelajaran yang telah direkayasa oleh eksternal. Aspek internal adalah aspek yang
guru.Melalui model pembelajaran ini siswa ada dalam diri siswa yang sedang belajar.
sebagai sentral pembelajaran sedangkan guru Aspek internal tersebut seperti: minat, bakat,
sebagai fasilitator.Dengan demikian, siswa motivasi dan intelegensi siswa. Sedangkan
akan lebih aktif, kreatif dan proses aspek eksternal adalah aspek yang ada di luar
pembelajaran pun menyenangkan, Tambahan diri siswa yang sedang belajar. Aspek eksternal
lagi prestasi siswa akan sesuai dengan tujuan berupa media pembelajaran, metode dan
yang diharapkan. Untuk itu penulis tertarik strategi yang digunakan guru, kualitas guru,
untuk mengadakan penelitian yang berjudul dukungan keluarga dan lingkungan masyarakat
”Peningkatan Prestasi Siswa Menyimpulkan yang mempengaruhi siswa.
Berbagai Paragraf Deduktif dan Induktif Aspek-aspek di atas saling mempengaruhi
Melalui Model Pembelajaran Discovery dalam pencapaian hasil pembelajaran.
Learning di Kelas XII IPA 1 SMA Negeri I Walaupun demikian, strategi pembelajaran
Kuala Kabupaten Bireuen.” yang sangat dominan mempengaruhi aspek
lainnya. Guru sebagai pengelola proses
pembelajaran harus pintar-pintar mencari
TINJAUAN PUSTAKA strategi dan model pembelajaran. Model
A. Aspek-aspek yang mempengaruhi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
Prestasi belajar siswa karakter siswa dapat meningkatkan motivasi,
1. Pengertian prestasi belajar minat dan bakat dalam belajar. Disamping itu
Prestasi adalah hasil kegiatan yang telah guru tidak terlalu lelah, siswa mencapai
dikerjakan. Perestasi tidak akan pernah harapan dalam pembelajaran dan suasana
didapatkan tampa usaha baik berupa pembelajaran menyenangkan.
pengetahuan maupun berupa keterampilan.
Purwadarminta (1991: 20) prestasi adalah hasil B. Membaca Pemahaman (Membaca
yang dicapai, dilakukan, dikerjakan dan Intensif)
sebagainya. Sedangkan menurut Hasan Abdul 1. Mengenali Pola Pengembangan Paragraf
Kohar (1991: 20) Apa yang telah dapat deduktif dan induktif
diciptakan hasil pekerjaan, hasil yang a) Pola deduktif: kalimat utama diletakkan di
menyenangkan hati yang diperoleh dengan awal paragraf.
jalan keuletan kerja. Serta nilai-nilai yang Pola pengembanga deduktif ini disebut juga
terdapat dalam kurikulum. dengan pola pengembangan umum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia khusus.Dalam pola ini, paragraf dimulai
prestasi adalah hasil yang telah dicapai dengan kalimat utama atau kalimat yang
sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang paling umum kemudian diikuti oleh kalimat-
telah dicapai setelah mengikuti proses kalimat khusus sebagai rincian penjelas.
pembelajaran Pola paragraf deduktif berdasarkan sifat

Welni, S.Pd* adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 76

kalimat penjelasnya,paragraf deduktif dapat pembelajaran yang terjadi bila pelajar


digolongkan menjadi tiga, yaitu: tidak disajikan dengan pelajaran dalam
1) Paragraf deduktif pola contoh bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa
Paragraf deduktif yang kalimat mengorganisasi sendiri.
penjelasnya berupa pemaparan berbagai b. Sebagai strategi belajar, Discovery
contoh untuk memperjelas kalimat utama. Learning mempunyai prinsip yang sama
2) Paragraf deduktif pola definisi dengan inkuiri (inquiry) dan Problem
Paragraf deduktif yang kalimat Solving. Tidak ada perbedaan yang
penjelasnya berupa pemberian definisi dari prinsipil pada ketiga istilah ini, pada
berbagi istilah yang terdapat dalam Discovery Learning lebih menekankan
kalimat utama. pada ditemukannya konsep atau prinsip
Sebagai contoh: yang sebelumnya tidak diketahui.
Alat indra adalah alat yang kita miliki Perbedaannya dengan discovery ialah
untuk mengenal sesuatu. Alat tersebut ada bahwa pada discovery masalah yang
lima macam: mata,telinga,hidung,lidah diperhadapkan kepada siswa semacam
dan kulit. Mata gunanya untuk mengenal masalah yang direkayasa oleh guru
warna atau rupa,telinga untuk mengenal c. Dalam mengaplikasikan metode
bunyi, lidah untuk mengenal rasa, kulit Discovery Learning guru berperan
untuk mengenal halus atau kasarnya sebagai pembimbing dengan memberikan
sesuatu kesempatan kepada siswa untuk belajar
3) Paragraf deduktif pola alasan secara aktif, sebagaimana pendapat guru
Paragraf deduktif yang kalimat-kalimat harus dapat membimbing dan
penjelasnya berupa pemaparan berbagai mengarahkan kegiatan belajar siswa
alasan dari kalimat utama. sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini
ingin mengubah kegiatan belajar
b) Paragraf induktif (khusus-umum) mengajar yang teacher oriented menjadi
Paragraf induktif adalah paragraf yang student oriented.
kalimat utama terletak di akhir paragraf, diawali d. Dalam Discovery Learning, hendaknya
kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan guru harus memberikan kesempatan
kalimat utama. Pola paragraf induktif muridnya untuk menjadi seorang problem
berdasarkan pola pengembangnya digolongkan solver, seorang scientis, historin, atau ahli
menjadi tiga,yaitu: matematika. Bahan ajar tidak disajikan
1) Generalisasi dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut
Paragraf induktif dengan pola generalisasi untuk melakukan berbagai kegiatan
adalah paragraf yang dimulai dengan menghimpun informasi, membandingkan,
peristiwa-peristiwa khusus untuk mengkategorikan, menganalisis,
mengambil simpulan secara umum. mengintegrasikan, mereorganisasikan
2) Analogi bahan serta membuat kesimpulan-
Paragraf induktif dengan pola analogi kesimpulan.
yang membandingkan dua atau lebih
peristiwa yang memiliki banyak b. Langkah pelaksanaan
persamaan atau kemiripan. 1. Stimulation (pemberian rangsangan)
3) Sebab-akibat Pertama-tama guru memberikan motifasi
Paragraf induktif sebab-akibat dimulai atau ransangan sesuai tujuan pembelajaran.
dengaan cara mengawali atau 2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi
menempatkan fakta-fakta sebagai sebab masalah)
kemudian simpulan sebagai akibatnya atau Guru memberi kesempatan kepada siswa
sebaliknya. untuk mengamati pertanyaan-pertanyaan
yang telah disiapkan guru.
C. Model Pembelajaran 3. Data collection (Pengumpulan Data).
1. Discoveri Learning Ketika eksplorasi berlangsung guru juga
a.Pengertian Discovery Learning memberi kesempatan kepada para siswa
a. Discovery Learning adalah teori belajar untuk mengumpulkan informasi atau materi
yang didefinisikan sebagai proses

Welni, S.Pd* adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen
Welni, Peningkatan Prestasi Siswa Menyimpulkan Berbagai Paragraf 77

yang relevan untuk menjawab pertanyaan- 1. Perencanaan tindakan


pertanyaan sesuai tujuan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada kegiatan
4. Penilaian Model Pembelajaran Discovery ini adalah membuat perencanaan proses
Learning, pembelajaran. Perencanaan yang dibuat
Penilaian dapat dilakukan dengan adalah berupa RPP beserta perangkatnya.
menggunakan tes maupun non tes.Penilaian Menyiapkan materi pembelajaran berupa
yang digunakan dapat berupa penilaian LKS yang disusun dari berbagai sumber
kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil sesuai dengan materi kelas XII SMA.
kerja siswa. Jika bentuk penialainnya Membuat instrument observasi kegiatan
berupa penilaian kognitif, maka dalam siswa , instrument observasi PBM guru
model pembelajaran discovery learning dan lembar respon siswa.
dapat menggunakan tes tertulis. Jika 2. Pelaksanaan Tindakan
bentuk penilaiannya menggunakan Kegiatan yang dilakukan adalah
penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil melaksanakan seluruh kegiatan yang
kerja siswamaka pelaksanaan penilaian terdapat di dalam kegiatan perencanaan.
dapat dilakukan dengan pengamatan. Melaksanakan kegiatan proses
Dalam pembelajaran menemukan pembelajaran pada aspek membaca
kesimpulan paragraf dengan menggunakan intensif menggunakan model
test yaitu menyuruh siswa memprentasikan pembelajaran Discovery Learning.
hasil temuannya . 3. Pengamatan
Melaksanakan observasi atau pengamatan
yang dilakukan oleh guru peneliti
METODA PENELITIAN terhadap siswa pada saat PBM berlansung
A. Setting Penelitian untuk melihat kegiatan siswa dan
Penelitian ini dilaksanakan pada di kelas observasi yang dilakukan oleh guru
XII IPA 1 SMA Negeri I Kuala yang beralamat kolaborasi terhadap PBM yang
Jalan H. Ummi Salamah lhok Awe–awe diselenggarakan oleh penulis.
Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh, email 4. Refleksi
smansaku@email.com. Refleksi diadakan pada akhir PBM untuk
Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan melihat hasil dari kegiatan PBM yang
mulai dari 18 Agustus 2014 sampai 18 telah dilaksanakanan. Kemudian hasil
November 2014, penelitian ini dilakukan pada refleksi dari siklus pertama merupakan
hari-hari efektif di semester ganjil kelas XII acuan bagi peneliti untuk melakukan
dalam tahun ajaran 2014/2015 sesuai dengan tindakan pada siklus selanjutnya (siklus
jadwal pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas II). Selanjutnya pada siklus II melakukan
XII. perubahan tindakan pada proses belajar
mengajar terhadap kekurangan yang
B. Subjek penelitian terjadi pada siklus I sehingga proses
Subjek yang ditentukan dalam belajar akan menjadi lebih baik sesuai
penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA I dengan harapan dan tujuan yang ingin
SMA Negeri I Kuala tahun ajaran 2014/2015 dicapai.
yang berjumlah 19 0rang yang terdiri dari 4 Sumber data dalam penelitian ini
orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa adalah hasil tes belajar siswa Kelas XII IPA I
perempuan. SMA Negeri 1 Kuala hasil observasi guru
dan siswa ,dan catatan lapangan dan bukti
C. Prosedur penelitian dokumentasi
Penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang D. Tehnik dan alat pengumpulan data
terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus dilakukan 2 1. Tehnik pengumpulan data
kali kegiatan pembelajaran, setiap Tehnik pengumpulan data pada penelitian
pembelajaran dilaksanakan penilaian hasil ini menggunakan tes hasil belajar dalam
belajar.setiap siklus dilaksanakan 4 tahap. bentuk lembar kerja siswa (LKS). Siswa
disuruh mengerjakan LKS untuk menjawab
soal yang berbentuk Essai dan pilihan

Welni, S.Pd* adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 78

ganda. Dalam proses belajar mengajar mampu meraih nilai KKM (80) yang
siswa dan guru diobservasi oleh kolaborator ditetapkan pihak sekolah.
dengan menggunakan dengan lembar 2. Terjadi peningkatan ketuntasan klasikal
observasi.catatan lapangan ,dan bukti yaitu 85% siswa sudah memperoleh
dokumentasi. nilai KKM
2. Alat pengumpulan data 3. Terjadi peningkatan motivasi siswa
a) Tes Hasil Belajar Siswa setiap kegiatan pembelajaran antar
Tes hasil belajar kelompok siklus.
menggunakan bentuk essay dan pilihan 4. Terjadi peningkatan aktivitas belajar
ganda. Setiap jawaban yang benar diberi siwa setiap kegiatan pembelajaran antar
skor 10, yang salah diberi skor 0. Tes ini siklus.
berguna untuk mengukur kemampuan 5. Terjadi peningkatan pelaksanaan proses
(C1–C4) siswa mengenai konsep dan belajar- mengajar yang dilaksanakan
penerapan pengambilan kesimpulan oleh guru.
paragraf deduktif dan induktif dan untuk
mendapatkan data tentang hasil proses
belajar siswa, sehingga mengetahui HASIL DAN PEMBAHASAN
sejauh mana siswa telah memahami A. Deskripsi Kondisi Awal
materi yang disampaikan dengan model Pada kondisi awal, 8 orang siswa
pembelajaran Discoveri Learning. mendapat nilai 58 (44%), 4 orang siswa
b) Observasi mendapat nilai 25 (22%),4 orang siswa
Digunakan untuk mendapatkan mendapat nilai 70(22%) dan 3 orang siswa
informasi tentang aktivitas guru dan mendapat nilai 82( 12%). Jadi dapat
murid dalam proses pembelajaran. disimpulkan bahwa pembelajaran materi
c) Catatan lapangan menyimpulkan isi paragraf deduktuf dan
Digunakan untuk informasi tentang induktif di kelas tersebut yang tuntas hanya 3
catatan kejadian-kejadian pada saat orang. Hal inilah sebagai pendorong untuk
jalannya proses pembelajaran bahasa perbaikan model pembelajaran.
Indonesia dengan model pembelajaran
Discovery Learning. B. Deskripsi hasil penelitian siklus 1
d) Bukti dokumentasi Pada tatap muka 1 siwa yang tuntas
Digunakan untuk memperoleh bukti hanya 8 orang ( 42 %) dan yang tidak tuntas
jalannya proses pembelajaran bahasa mencapai 11 orang ( 58%).Namun pada
Indonesia dengan menggunakan model pertemuan ke II ada mengalami peningkatan
pembelajaran Discovery Learning. yaitu 12 orang (63%) memperoleh nilai
ketuntasan, tapi peningkatan ini belum
E. Analisi Data signifikan.Pada pertemuan 1 silus 1 nilai
Analisi Data yang digunakan adalah keaktifan siswa rata-rata 71,70
analisis data deskriptif yang terdiri dari: Dari catatan yang ada maka peneliti
1. Hasil belajar, dengan menggunakan berkesimpulan bahwa pelaksanaan tindakan
analisis deskriptif komparatif yaitu: siklus pertama belum mendapat hasil yang di
dengan membandingkan nilai test antara harapkan dan memutuskan untuk melanjutkan
kegiatan pembelajaran dan antara siklus ke siklus II dengan melakukan perbaikan
2. Observasi dengan analisis deskriptif perbaikan. Perbaikannya dengan belajar
berdasarkan hasil observasi aktifitas berpasangan
siswa dan observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran. C. Deskripsi Hasil Siklus II
Pada siklus 2, siswa yang mengalami
F. Indikator kinerja ketuntasan sebanyak 17 orang (89%)dengan
Sebagai indikator keberhasilan yang nilai rata-rata 83 dan hanya 2 orang (11%) saja
diharapkan dalam kegiatan penelitian ini yang tidak tuntas. Nilai keaktifan siswa rata-
adalah: rata 83,75 dalam kategori baik. Nilai keaktifan
1. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar guru : 85,52 termasuk kategori baik. jadi pada
individual artinya siswa diharapkan siklus 2 terjadi peningkatan yang signifikan

Welni, S.Pd* adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen
Welni, Peningkatan Prestasi Siswa Menyimpulkan Berbagai Paragraf 79

dari segi hasil pembelajaran dan proses Joyce, B. & Calhoun, E. 1996. Creating
pembelajaran. Dari hasil refleksi seluruh siswa Learning Experiences: The Role of
menyatakan senang dan termotifasi dalam Instructional Theory and Research.
pembelajaran Discovery Learning. Alexandria, VA: Association for
Berdasarkan hasil test siklus II ada Curriculum Development and
perbedaan hasil siklus I dan siklus ke II. Pada Supervision.
siklus ke II hasil belajar dan keaktifan siswa
serta guru dalam proses belajar-mengajar Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E.
mengalami perubahan dan peningkatan cukup (2004).Models of Teaching. 7th ed.
signifikan. Maka penggunaan model Boston: Allyn & Bacon.
pembelajaran discoveri learning pada
pembelajaran membaca intensif, dalam Suyono. 2007. Cerdas Berpikir Bahasa
menentukan kesimpulan paragraf dapat Indonesia. Jakarta. Ganesa
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan
SIMPULAN Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa
Tarigan, HG. 1981. Membaca Sebagai Suatu
menyimpulkan paragraf deduktif dan
Keterampilan Berbahasa. Bandung:
induktif di kelas XII SMA Negeri 1 Kuala
Angkasa
Kabupaten Bireuen melalui model
pembelajaran discovery Learning. Welni, 2009. Peningkatan Kemampuan
2. Melalu model pembelajaran discoveri Membaca Puisi Siswa. Bireuen. PTK.
Learning dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa menyimpulkan paragraf Welni, 2011. Peningkatan Kemampuan Siswa
deduktif dan induktif di Kelas XII yang Membaca Isi Artike . Bireuen. PTK.
ditandai dengan ketuntasan hasil belajar www.belajar-sastraaceh.blogspot.com
setiap siklus yaitu siklus I (63%) dari
jumlah siswa, Siklus II meningkat menjadi
(89%)dari jumlah siswa.
3. Tingkat prestasi siswa menyimpulkan
paragraf deduktif dan induktif melalui
pembelajaran discovery Learning adalah
pada siklus 1 mendapat nilai rata-rata75,
siklus 2 nilai rata-rata 83. Dari segi proses
pada siklus 1 nilai keaktifan siswa 71,70,
dan siklus 2 nilai keaktifan 83,75.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan


Kelas. Bandung: CV.Yrama Widya

Alwi, Hasan dkk. 2000. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Jumiati dkk. 2013. Jurnal Edukasi dan Sains


Biologi. Prodi Biologi FKIP Almuslim.
Matangumpangdua

Welni, S.Pd* adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen

Anda mungkin juga menyukai