Serambi Ilmu Maret 2015 PDF
Serambi Ilmu Maret 2015 PDF
JURNAL PENDIDIKAN
SERAMBI ILMU
(Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)
Peningkatan Kemampuan Mengelola Dana BOS Melalui Penyusunan RKAS Forum KKKS Gugus III SDN 28
Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin (Hal 1-8)
Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian Hambatan Seri-Paralel Arus Searah Melalui Talking Stick Siswa
Kelas XII TGB SMK Negeri 1 Bireuen
Bima Albert (Hal 9-16)
Meningkatkan Hasil Belajar Energi Mekanik Melalui Snowball Throwing Siswa Kelas X TAV SMK
Negeri 1 Bireuen
Fatimah Abubakar (Hal 17-23)
Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan Melalui Model Examples Non Examples
Pada Siswa Kelas IV di SD Negeri 14 Banda Aceh
Ruhadi (Hal 24-36)
Peningkatan Hasil Belajar melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Siswa Kelas X Teknik Permesinan
SMK Negeri 1 Bireuen
Fauziah (Hal 37-43)
Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima Beraturan Melalui CTL Belajar Mandiri
Kelas X TSP SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs (Hal 44-55)
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Picture And Student Active pada
Materi Masyarakat Pra Sejarah Indonesia di Kelas X.A.3 SMA Negeri 8 Banda Aceh
Nurliza (Hal 56-61)
Peningkatan Hasil Balajar Siswa dengan Penerapan Metode Demontrasi dan Penugasan pada Materi Gerbang
Logika Kelas X Teknik Audio Vedeio (TAV) SMK Negeri 1 Bireuen
Yusniar (Hal 62-73)
Peningkatan Prestasi Siswa Menyimpulkan Berbagai Paragraf Deduktif dan Induktif dengan Model Discovery
Learning Kelas XII IPA I SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen
Welni (Hal 74-79)
Diterbit Oleh
FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Oleh
Zainuddin*
Abstrak
Pengelolaan dana/keuangan sekolah secara akuntabel, transparan, dan efisien akan
menciptakan suasana sekolah yang kondusif bagi peningkatan kualitas sekolah, membuat
guru, siswa, dan orang tua serta seluruh stakeholder sekolah dapat memberikan dukungan
dengan penuh kesungguhan melaksanakan tugas dan kewajibannya yang mengarah kepada
upaya meningkatkan prestasi siswa tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, atau
golongan. Dengan tujuan untuk mengetahui cara membina kemampuan kepala sekolah
dalam menyusun RKAS yang sesuai petunjuk tehnis penggunaan dan pertanggungjawaban
keuangan dana BOS tahun 2013, secara akuntabel, transparan, dan efisien, dan untuk
mencapai efektifitas forum KKKS. Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
(RKAS) tahun 2013, berpedoman pada Permendikbud Nomor 76 Tahun 2012, di Gugus III
SDN 28 Peusangan Kabupaten Bireuen dengan 7 sekolah binaan, memanfaatkan kelompok
kerja kepala sekolah KKKS dengan hasil meningkatnya kemampuan kepala sekolah dalam
mengelola dana BOS yaitu dengan melakukan pembinaan yang terukur menyusun RKAS
tahun 2013, penggunaan dana sekolah secara akuntabel, transparan, dan efisien,
memanfaatkan forum KKKS Gugus III SDN 28 Peusangan Kabupaten Bireuen dengan
menyusun RKAS yang berkualitas, dan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam
menyusun RKAS pada kegiatan pra tindakan, angka kemampuan kepala sekolah 62,72
(katagori C), tindakan I angka kemampuan meningkat menjadi 73,44 (katagori B), dan
setelah tindakan II meningkat lagi menjadi 81,00 (katagori B).
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin, Peningkatan Kemampuan Mengelola Dana BOS 2
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 3
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin, Peningkatan Kemampuan Mengelola Dana BOS 4
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 5
kebocoran, dan pemborosan keuangan negara Rencana kegiatan dan anggaran sekolah
pugutan liar dan penyelewengan lainnya. (RKAS) yang memenuhi 13 item yang
Beberapa macam bentuk pengawasan digunakan untuk membiayai komponen
program Bos yaitu pengawasan melekat, kegiatan, sebagai berikut ;
pengawasan fungsional, dan pengawasan 1. Pengembangan perpustakaan.
masyarakat. Pengawasan dana Bos ditingkat 2. Kegiatan dalam rangka penerimaan
sekolah ini yang terpenting dilakukan oleh siswa baru.
jajaran pendidikan kabupaten/kota kepada 3. Kegiatan pembelajaran dan ekstra
sekolah penyelenggara bos. kurikuler siswa
Pengawasan dapat dilakukan oleh 4. Kegiatan ulangan dan ujian
lembaga tertentu, baik inspektorat dalam 5. Pembelian bahan habis pakai
melakukan audit sesuai dengan kebutuhan, 6. Langganan daya dan jasa
badan pengawas keuangan dan pembangunan 7. Perawatan sekolah
(BPKP) yang bertanggung jawab dalam 8. Pembayaran honorarium bulanan guru
melakukan audit, maupun pengawasan yang honorer dan tenaga kependidikan
dilaksanakan oleh masyarakat walaupun tidak honorer
melakukan audit, namun apabila ada indikasi 9. Pengembangan profesi guru
penyimpangan dalam pengelolaan dana bos 10. Membantu siswa miskin
dapat langsung dilapor kepada instansi 11. Pembiayaan pengelolaan Bos
fungsional. Disamping itu dapat juga 12. Pembelian perangkat komputer
dilakukan pemeriksaan oleh badan 13. Biaya lainnya jika seluruh komponen 1
pemeriksaan keuangan (BPK). s.d 12 telah terpenuhi pendanaannya
dari Bos.
3. Pelaporan. Penggunaan dana Bos didasari pada
Sekolah dapat mempertanggung semua komponen sesuai petunjuk tehnis
jawabkan penggunaan dana Bos ini di tingkat disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan
sekolah dengan baik, laporan sekolah yang 8 (delapan) standar nasional pendidikan, serta
ditujukan kepada manajemen Bos di tingkat disesusaikan juga dengan kebutuhan sebagai
kabupaten/kota meliputi berkas-berkas sebagai tuntutan data hasil EDS, kemudian
berikut ; disosialisasikan kepada semua pemangku
1. Nama-nama siswa miskin yang kepentingan dan usaha peningkatan mutu
dibebaskan dari pungutan. pendidikan, aktifitas siswa dan peningkatan
2. Jumlah dana yang dikelola sekolah dan kualitas guru.
catatan penggunaan dana.
3. Lembar pencatatan pertanyaan/kritik/ I. Forum KKKS
saran. a. Prinsip Kerja Kelompok.
4. Lembar pencatatan pengaduan. 1. KKKS singkatan dari kelompok
Dalam hal pembelian buku, sekolah kerja kepala sekolah, merupakan
melaporkan daftar buku yang dibeli oleh lembaga yang mandiri dan tidak
sekolah, dan rekapitulasi buku yang mempunyai struktur organisasi yang
dibeli oleh sekolah. hirakis, birokratis dan saling
bergantungan tetapi merupakan
H. Penyusunan RKAS wadah perkumpulan kepala sekolah.
Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah 2. Dinamikanya berlangsung secara
(RKAS) disusun sebagai bagian dari Rencana alamiah sesuai dengan kondisi dan
Kegiatan Tahunan (RKT), secara operasional kebutuhan.
dana Bos dirancang dalam rencana kegiatan 3. Mempunyai visi dan misi yang
dan anggaran, dirancang dan digunakan strategis yaitu mengembangkan
sekolah berdasarkan pada kesepakatan dan profesionalisme kepala sekolah,
keputusan bersama antara tim Manajemen Bos wawasan dan pengetahuan serta
Sekolah, dewan guru dan komite sekolah, hasil memberikan pelayanan pendidikan
kesepakatan sekolah dituangkan secara tertulis yang diharapkan oleh masyarakat.
dalam bentuk berita acara rapat, dana ini 4. Inovatif terhadap upaya
dirancang dan direncanakan sesuai dengan pengembangan mutu pendidikan.
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin, Peningkatan Kemampuan Mengelola Dana BOS 6
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 7
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin, Peningkatan Kemampuan Mengelola Dana BOS
8
4. Dibawah ini disodorkan tabel hasil Dirjen Dikdas. 2013. Permendikbud RI. Nomor
pembinaan kepala sekolah dalam 76 Tahun 2012. Petunjuk Tehnis
menyusun RKAS tahun 2013, yang Penggunaan dan Pertanggung-jawaban
sesuai petunjuk tehnis penggunaan Keuangan Dana Bantuan Operasional
dan pertanggungjwaban keuangan Sekolah. Jakarta : Kemdikbud.
dana bantuan operasional sekolah
Depdiknas. 2004. Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah. Jakarta: Dirjen
SIMPULAN Dikdasmen.
Penggunaan dan pertanggungjawaban
keuangan dana Bantuan Operasional Sekolah E Mulyasa. 2003. Manajemen Berbasis
(BOS) yang sesuai petunjuk tehnis Sekolah. Konsep, Strategi, dan
Permendikbud Nomor 76 Tahun 2012, Implementasi. Bandung : Remaja
pengawas sekolah melakukan pembinaan para rosdakarya.
kepala sekolah selama 3 bulan sejak awal tahun
anggaran 2013, dengan hasil pembinaan yang ________. 2003. Kurikulum Berbasis
baik, disimpulkan sebagai berikut ; Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan
1. Meningkatnya kemampuan kepala Implementasi. Bandung: Remaja
sekolah dalam mengelola dana BOS yaitu Rosdakarya.
dengan melakukan pembinaan yang
terukur menyusun (perencanaan) RKAS Edward. 1982. Upaya Mencapai Tujuan
yang sesuai petunjuk tehnis penggunaan Persekolahan. : Jakarta:Diklesepora.
dan pertanggungjawaban keuangan dana
BOS tahun 2013. Jaelani, Timur. 1998. Program Pembinaan
2. Membina kemampuan kepala sekolah Pendidikan. Jakarta : Depdikbud.
dalam penggunaan dana sekolah yang
bersumber dari dana BOS tahun 2013 Nadine Manondang. 1996. Partisipasi
dapat dimanfaatkan secara akuntabel, Masyarakat Dalam Pendidikan. Jakarta :
transparan, dan efisien. Depdikbud
3. Pembinaan kepala sekolah dalam
penggunaan dan pertanggungjawaban Permendikbud Nomor 76 tahun 2012. Petunjuk
keuangan dana bantuan operasional Tehnis Penggunaan Dana Bantuan
sekolah tahun 2013 dilakukan Operasional Sekolah (BOS) Tahun
memanfaatkan forum KKKS Gugus III Anggaran 2012. Jakarta : Dirjen Dikdas.
SDN 28 Peusangan Kabupaten Bireuen
dengan menyusun RKAS yang Sutrisno, Damastuti. 2001. Peningkatan Mutu
berkualitas. Pendidikan Di Sekolah Dasar. Jakarta :
4. Peningkatan kemampuan kepala sekolah Depdiknas
dalam menyusun RKAS pada kegiatan
pra tindakan, angka kemampuan kepala Thabrany, Hasbullah. 2003. Rahasia Belajar
sekolah 62,72 (katagori C), tindakan I Sukses. Jakarta: Srigunting.
angka kemampuan meningkat menjadi
73,44 (katagori B), dan setelah tindakan UURI No. 20. 2003. Sistem Pendidikan
II meningkat lagi menjadi 81,00 (katagori Nasional. Bandung: Citra Umbara.
B).
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan.
Bandung : Pustaka Setia.
Drs. Zainuddin, M.Pd* adalah Pengawas TK/SD Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 9
Oleh
Bima Albert
Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk meningkatkan hasil belajar rangkaian hambatan
seri-paralel arus searah melalui Talking Stick siswa kelas XII TGB SMK Negri 1 Bireuen,
adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara, efektifitas dan tingkat
keberhasilan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada siswa kelas XII
TGB SMK Negri 1 Bireuen. Penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan adanya siklus,
adapun dalam penelitian ini terdiri dari pra siklus (kondisi awal) dan 2 siklus. Setiap siklus
terdiri perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisa data dan refleksi.
Data yang terkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis
kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase, nilai minimum
dan maksimum, ketuntasan dan persentase pada setiap siklus. Sedangkan untuk analisis
kualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan nilai dan KKM dengan tes tertulis,
terdiri atas 2 soal uraian rangkaian hambatan seri-paralel arus searah, sedangkan
mengobservasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan mengunakan skor total
aspek, skor setiap indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap siklus. Salah satu
alternatif pembelajaran fisika yang inovatif dan kreaktif adalah dengan mengunakan model
pembelajaran Talking Stick (Tongkat Berbicara), model ini dipakai sebagai tanda seseorang
mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran dan bergantian dengan
bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan. Dalam hal ini
model pembelajaran Talking Stick mempunyai permainan dalam pembelajaran, dengan
adanya penerapan model pembelajaran Talking Stick ( Tongkat Berbicara), siswa dapat
percaya diri dan mampu mengeluarkan pendapatnya dengan gagasan-gagasan yang positif,
sehingga mendorong minat belajar yang tinggi. Pendekatan dengan metode Talking Stick
dapat membuat siswa dan guru memperbaiki cara proses pembelajaran dari yang jenuh
kedalam arah permainan yang menyenangkan, baik dalam menerapkan konsep materi
pembelajaran, mengelola kelas yang tepat, terjadinya interaksi guru dengan siswa, interaksi
siswa dengan teman sekelasnya yang baik dan tenang dalam diskusi kelompok, siswa
berperan aktif dalam belajar sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai sesuai harapan.
Banyak hal yang perlu diamati dalam tindakan (pra siklus) rata-rata skor nilai 53
proses pembelajaran, baik tentang persiapan dengan kualifikasi kurang aktif (C).
interaksi guru dengan siswa, perangkat Mengingat pembelajaran fisika pada
pembelajaran, minat belajar siswa , daya pikir siswa jurusan Teknik Gambar Bangunan
siswa yang berbeda serta cara guru mengelola (TGB) pada proses pembelajaran konsep
kelas yang baik sehingga tercapai tujuan rangkaian hambatan seri-paralel arus searah
pembelajaran dalam proses pembelajaran. hasil belajar tidak memenuhi target yang
Setelah diadakan penilaian akhir pembelajaran diharapkan, hal ini perlu perbaikan yang
Fisika tepatnya materi rangkaian hambatan terarah baik dalam perangkat pembelajaran,
seri-paralel arus searah pada kelas XII TGB model pembelajaran yang cocok dan
dari 25 siswa hanya 4 siswa (16%) memperoleh pengelolaan kelas yang baik. Hal ini dapat
baik , 6 siswa (24%) memperoleh nilai cukup membangkitan motivasi belajar dan percaya
dan 15 siswa (60%) lagi memperoleh nilai diri dalam belajar.
kurang dan observasi keaktifan siswa sebelum Solusinya adalah guru mempunyai suatu
upaya untuk memperbaiki cara mengajar
Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian Hambatan Seri-Paralel 10
dalam proses pembelajaran, baik dalam hal kemampuan daya pikir yang beda,
menerapkan suatu model pembelajaran, lingkungan, kejenuhan belajar dan metode
mengelola kelas yang tepat dan pembelajaran yang kurang minat diterima oleh
menyenangkan, interaksi guru dan siswa yang siswa. Selanjutnya Hamalik (1992: 173)
baik dan interaksi siswa dengan teman menyatakan bahwa: “Suatu masalah didalam
sekelasnya yang baik dan tenang, sehingga kelas, motivasi adalah proses membangkitkan,
hasil belajar siswa dapat tercapai dengan apa mempertahankan dan mengontrol minat-
yang diharapkan. Salah satu alternatif minat”, Dalam hal ini peran guru disini mampu
pembelajaran fisika yang inovatif dan kreaktif pendekatan moral dan membimbing siswa
adalah dengan mengunakan model secara kekeluargaan, serta guru mampu
pembelajaran Talking Stick (Tongkat mengkaitkan pengetahuan kedalam
Berbicara), model ini dipakai sebagai tanda perkembangan anak didik, mengetahui tentang
seseorang mempunyai hak suara (berbicara) minat belajar siswa dan dapat mengambil
yang diberikan secara bergiliran dan bergantian solusi yang tepat sehingga siswa dapat motivasi
dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang dan kreatif dalam proses pembelajaran.
tongkat wajib menjawab pertanyaan, dalam hal Interaksi dalam proses pembelajaran
ini model pembelajaran Talking Stick sangat penngaruh dalam perkembangan hasil
mempunyai permainan dalam pembelajaran. belajar siswa. Nasution (2006 : 360)
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyatakan: “Hasil belajar adalah hasil dari
sangat tertarik untuk mengadakan penelitian suatu interaksi tindak belajar mengajar dan
dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang
Rangkaian Hambatan Seri-Paralel Arus diberikan guru”, hal ini interaksi guru dengan
Searah Melalui Talking Stick Siswa Kelas XII siswa, siswa dengan teman sekelasnya maupun
TGB SMK Negeri 1 Bireuen”. sebaiknya perlu diterapkan dalam proses
pembelajaran untuk membangkitkan rasa
percaya diri dan prestasi belajar siswa,
TINJAUAN PUSTAKA sehingga hasil evaluasi dapat menghasilkan
Hasil belajar merupakan bagian sesuai dengan harapan.
terpenting dalam proses pembelajaran, karena Belajar akan mendapat prestasi yang
keberhasilan guru dalam proses pembelajaran baik apabila belajar tersebut dilakukan dengan
dapat diukur dari hasil belajar, menurut adanya dukungan, sarana dan prasarana
Hamalik (2006: 30): “Hasil belajar adalah bila pengajaran, dengan demikian dapat
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan mendorong motivasi belajar siswa dalam
tingkah laku pada orang tersebut”, sedangkan meningkat prestasi belajar. Motivasi belajar
Sudjana (2005: 22) mendifinisikan: “Hasil untuk prestasi juga dikemukakan oleh
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang Mangkunegara (2001:103) adalah: “Motivasi
dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami berprestasi dapat diartikan sebagai suatu
pengalaman belajar ”. Jadi hasil belajar dorongan dalam diri seseorang untuk
merupakan terjadi proses perubahan dalam diri melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan
seseorang setelah belajar. atau tugas dengan sebaik-baiknya guna
Persiapan guru dalam pembelajaran mencapai prestasi dengan prediket terpuji”
merupakan salah satu faktor mempengaruhi Dalam hal ini prestasi yang telah dicapai dari
hasil belajar siswa. Menurut Slameto (1991: serangkayan kegiatan yang dilakukan secara
84) menyatakan bahwa “Mengajar adalah sadar oleh siswa yang mengakibatkan
kegiatan mengorganisasi yang bertujuan untuk perubahan pengetahuan atau kemahiran yang
membantu dan menggairahkan siswa belajar”, ada didalam dirinya yang dicapai oleh masing-
dalam hal ini bukan saja ilmu yang ada perlu masing individu siswa berbeda satu sama
disiapkan namun perlu juga perangkat lainnya. Prestasi belajar juga dapat disebut
pembelajaran yang terarah dan terprogram, sebagai tingkat keberhasilan siswa didalam
pengelolaan kelas yang aman, tertib dan proses pembelajaran.
menyenangkan serta mampu membimbing Talking Stick termasuk salah satu tipe
siswa dalam proses pembelajaran. model pembelajaran kooperatif, menurut
Minat belajar siswa sangat dominan Sugiyanto (2008:41) menyatakan:
mempengaruhi hasil belajar siswa, baik dalam “Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa
Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 11
keuntungan diantaranya memungkinkan para Stick Adapun kelebihan dan kekurangan pada
siswa saling belajar mengenai sikap, Talking Stick adalah sebagai berikut:
ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan
pandangan-pandangan”,hal ini sejalan dengan Kelebihan Talking Stick.
Mulyana (2005: 4) menyatakan: “Pembelajaran a. Menciptakan suasana interaksi guru
kooperatif adalah suatu sikap atau prilaku dengan siswa dan interaksi siswa dengan
bersama dalam bekerja atau membantu diantara siswa yang baik. .
sesama dalam stuktur kerja sama yang teratur b. Mendorong siswa untuk lebih aktif dan
dalam kelompok”. kreatif dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif tipe Talking c. Melatih percaya diri siswa dalam
Stick dilakukan dengan menggunakan bantuan mengemukakan pendapat dalam proses
tongkat yang panjangnya 20 cm, siswa yang pembelajaran.
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan d. Meningkatkan hasil belajar siswa baik
dari guru setelah siswa mempelajari dan secara individu maupun kelompok.
memahami konsep maupun latihan soal-soal e. Meningkatkan efesiensi guru dalam
rangkaian hambatan seri-paralel arus searah. mengelola kelas yang kreatif, dan
Dalam hal ini guru menjelaskan materi menyenangkan sehingga tujuan
pembelajaran dan menyelesaikan beberapa pembelajaran diharapkan tercapai.
bentuk soal-soal rangkaian dan siswapun harus
mempunyai buku/modul rangkaian hambatan Kekurangan Talking Stick.
seri-paralel arus searah sehingga penjelasan a. Memerlukan alokasi jam pertemuan yang
guru berstruktur dan terarah. Suprijono (2010: beberapa kali pertemuan pembelajaran.
109) menyatakan bahwa: “Model pembelajaran b. Memerlukan kesiapan mental siswa disaat
talking stick adalah model pembelajaran yang menerima tongkat untuk menjawab
mendorong peserta didik untuk berani pertanyaan yang diberikan guru.
mengukapkan pendapat”, hal ini disamping
kerja individu maupun kelompok juga melatih Rangkaian hambatan seri-paralel arus
siswa untuk melatih berbicara (pendapat) serta searah merupakan materi pelajaran fisika yang
menciptakan suasana interaksi yang diajar pada kelas XII TGB semester 1 untuk
menyenangkan dan membuat siswa aktif dalam kurikulum KTSP di SMK Negeri 1 Bireuen.
proses pembelajaran. Pada materi ini siswa mampu memahami
Menurut Suherman (2006: 84) sintaks konsep rangkaian seri dan mampu
model pembelajaran Talking Stick adalah menyelesaikan soal-soal perhitungan dalam
sebagai berikut : rangkaian hambatan seri, siswa mampu
a. Guru menyiapkan tongkat. memahami konsep rangkaian paralel dan
b. Guru menyajikan materi. mampu menyelesaikan soal-soal perhitungan
c. Siswa membaca materi lengkap pada dalam rangkaian hambatan paralel dan siswa
wacana mampu memahami konsep rangkaian seri-
d. Guru mengambil tongkat dan memberikan paralel dan mampu menyelesaikan soal-soal
tongkat kepada siswa dan siswa yang perhitungan dalam rangkaian hambatan seri-
kebagian tongkat menjawab pertanyaan paralel (gabungan).
dari guru. Peningkatan keberhasilan belajar siswa
e. Tongkat diberikan kepada siswa lain dan terhadap materi pelajaran fisika khususnya
guru memberikan pertanyaan lagi dan rangkaian hambatan seri-pararel arus searah
seterusnya. dengan menggunakan model pembelajaran
f. Guru membimbing siswa. talking stick yang relevan. Penggunaan model
g. Guru dan siswa mengambil kesimpulan. pembelajaran yang terprogam dan terarah dapat
h. Guru melakukan refleksi proses meningkatkan motivasi siswa untuk belajar
pembelajaran. lebih aktif, sehingga tingkat keberhasilan
i. Siswa diberikan evaluasi. belajar siswa akan tercapai sesuai dengan
Sudah tentu dalam pelaksanaan setiap harapan.
model pembelajaran mempunyai kelebihan dan
kekurangannya, begitu juga dengan Talking
Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian Hambatan Seri-Paralel 12
Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 13
searah pada kelas XII TGB dari 25 siswa (Aktif) dengan skor nilai rata-rata 81,13 . Hal
hanya 10 siswa (39%) memperoleh baik , 15 ini dapat dilihat pada diagram berikut ini :
siswa (61%) memperoleh nilai cukup , hal ini
dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:
Gambar 2. Diagram Hasil Tes Siklus II Gambar 4. Diagram Keaktifan Siswa Siklus I
dan Siklus II
Berdasarkan hasil siklus I dengan hasil
Menurut gambaran yang ada , bahwa
tes siklus II dapat dilihat adanya pengurangan
keberhasilan belajar pada siklus II lebih baik
jumlah siswa yang masih di bawah KKM. Pada
siklus I dibawah KKM sebanyak 8 siswa dan dari siklus I maupun pada pra siklus , dengan
pada akhir siklus II semua lulus sesuai dengan demikian hasil pembelajaran sudah
semaksimal mungkin yang sesuai dengan
nilai KKM. Nilai rata-rata kelas meningkat
harapan.
dari 77,5 menjadi 82. Jumlah siswa yang
Pembahasan hasil penelitian,
mencapai ketuntasan belajar mengalami
permasalahan yang menjadi hasil kondisi awal
peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I,
seperti terlihat dalam diagram berikut ini: (pra siklus) dengan menggunakan
pembelajaran konvensional (biasa) , dari 25
siswa keaktifan belajar siswa skor rata-rata 53
kualifikasi kurang aktif (C) meningkat pada
siklus I skor rata-rata 66,38 kualifikasi aktif (B)
dan siklus II skor rata-rata 81,13 kualifikasi
aktif (B) dimana keaktifan siswa mempunyai
peningkatan sebesar 19,99 % dengan
mengunakan pembelajaran model Talking Stick
pada siklus I dan II, berikut data dan diagram
observasi keaktifan siswa mulai dari pra siklus,
siklus I dan siklus II.
Gambar 3. Diagram Ketuntasan Siklus I dan
Siklus II
Tabel 1. Observasi keaktifan siswa
Keaktifan Pra Siklus Siklus
Disamping hasil tes pada siklus II
Siswa Siklus I II
sangat memuaskan, juga keberhasilan
a . Skor rata-
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran 53 66,38 81,13
rata
sisklus II ada peningkatan dibandingankan
dengan proses pembelajaran pada siklus I, dari Kurang Aktif Aktif
b. Kualifikasi
kualifikasi B (Aktif ) dengan skor nilai rata- aktif (C) (B) (B)
rata 66,38 pada siklus I meningkat menjadi
B.
Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian Hambatan Seri-Paralel 14
Nilai rata-rata siswa meningkat 13,50 Tabel 2. Hasil belajar berdasarkan nilai siswa
% dari nilai rata-rata 67,7 pada pra siklus No Keterangan Pra Siklus Siklus
menjadi 77,5 pada siklus I , dan meningkat Siklus I II
5,64 % dari nilai rata-rata 77,5 pada siklus I Nilai
menjadi 82 pada siklus II. Selain itu dapat 1 85 85 88
tertinggi
dilihat pada data dan diagram nilai rata-rata, Nilai
nilai tertinggi dan nilai terendah pada setiap 2 50 70 76
Terendah
siklus dibawah ini : Nilai Rata-rata 67,7 77,5 82
Dari hasil belajar sejumlah 25 siswa sebanyak 17 siswa (68%) dan tidak tuntas 8
mencapai ketuntasan berdasarkan nilai KKM siswa (32%) serta pada siklus II semua siswa
76, pada pra siklus 10 siswa (40%) tuntas dan berjumlah 25 siswa (100%) tuntas, berikut
15 siswa (60%) tidak tuntas, sedangkan pada data dan diagram ketuntasan pada pra siklus,
siklus I siswa mencapai ketuntasan belajar siklus I dan siklus II sebagai berikut :
Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 15
Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
16
Bima Albert, S.T., S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Meningkatkan
Fatimah Abubakar, Ilmu, Edisi Maret 2015
Hasil Volume
Belajar 20 Nomor
Energi 1
Mekanik 17
Oleh
Fatimah Abubakar
Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk meningkatkan hasil belajar energi mekanik
melalui Snowball Throwing siswa kelas X TAV SMK Negri 1 Bireuen, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui cara, efektifitas dan tingkat keberhasilan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada siswa kelas X TAV SMK
Negri 1 Bireuen. Penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam
penelitian ini terdiri dari pra siklus (kondisi awal) dan 2 siklus. Setiap siklus terdiri
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisa data dan refleksi. Data yang
terkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis kuantitatif
digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase, nilai minimum dan
maksimum, ketuntasan dan persentase pada setiap siklus. Sedangkan untuk analisis
kualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan nilai dan KKM dengan tes tertulis,
terdiri atas 6 soal pilihan ganda materi energi mekanik, sedangkan mengobservasi keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran dengan mengunakan skor total aspek, skor setiap
indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap siklus. Salah satu alternatif pembelajaran
fisika yang inovatif dan kreaktif adalah dengan mengunakan model pembelajaran Snowball
Throwing (Melempar Bola Salju) termasuk salah satu tipe model pembelajaran kooperatif,
Snowball Throwing dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang
sulit kepada siswa dalam hal ini materi energi mekanik serta untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan dan kemampuan dalam menguasai materi energi mekanik, disamping kerja
individu maupun kelompok juga melatih siswa untuk melatih untuk memberi pendapat serta
menciptakan suasana interaksi yang menyenangkan dan membuat siswa aktif dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran ini menggali potensi kepemimpinan siswa dalam
kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang di padukan melalui
permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju ,siswa dapat berperan aktif
dalam belajar sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai sesuai harapan.
Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Fatimah Abubakar, Meningkatkan Hasil Belajar Energi Mekanik 18
Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 19
Dalam hal ini prestasi yang telah dicapai dari Menurut Suprijono (2010: 128)
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara langkah-langkah model pembelajaran
sadar oleh siswa yang mengakibatkan Snowball Throwing sebagai berikut :
perubahan pengetahuan yang ada didalam 1. Guru menyampaikan materi yang akan
dirinya yang dicapai oleh masing-masing disajikan
individu siswa berbeda satu sama lainnya. 2. Guru membentuk kelompok-kelompok
Prestasi belajar juga dapat disebut sebagai dan memanggil masing-masing ketua
tingkat keberhasilan siswa didalam proses kelompok untuk memberikan penjelasan
pembelajaran. tentang materi
Snowball Throwing termasuk salah 3. Masing-masing ketua kelompok kembali
satu tipe model pembelajaran kooperatif, kekelompoknya masing-masing,
menurut Mulyana (2005: 4) menyatakan: kemudian menjelaskan materi yang
“Pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap disampaikan oleh guru kepada temannya
atau prilaku bersama dalam bekerja atau 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan
membantu diantara sesama dalam stuktur kerja satu lembar kertas kerja, untuk
sama yang teratur dalam kelompok”, menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
sedangkan menurut Sugiyanto (2008: 41) menyangkut materi yang sudah di jelaskan
menyatakan:“Pembelajaran kooperatif oleh ketua kelompok
mempunyai beberapa keuntungan diantaranya 5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti
memungkinkan para siswa saling belajar bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa
mengenai sikap, ketrampilan, informasi, yang lain selama ± 15 menit
perilaku sosial dan pandangan-pandangan”, 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu
pada model pembelajaran Snowball Throwing pertanyaan diberikan kesempatan kepada
(melempar bola salju) ini dilakukan dengan siswa untuk menjawab pertanyaan yang
membuat seperti bola dari lembaran kertas tertulis dalam kertas berbentuk bola
lembaran pertanyaan , siswa yang menangkap tersebut secara bergantian
bola salju terbuat dari lembaran-lembaran 7. Mengadakan evaluasi dan penilaian
pertanyaan tersebut wajib menjawab 8. Penutup
pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari dan memahami konsep maupun Sudah tentu dalam pelaksanaan setiap
latihan soal-soal energi mekanik, dalam hal ini model pembelajaran mempunyai kelebihan
terlebih dahulu guru menjelaskan materi dan kekurangannya, begitu juga dengan
pembelajaran dan menyelesaikan beberapa Snowball Throwing Adapun kelebihan dan
bentuk soal-soal energi mekanik dan siswapun kekurangan pada Snowball Throwing adalah
harus mempunyai LKS energi mekanik sebagai berikut:
sehingga penjelasan guru berstruktur dan Kelebihan Snowball Throwing.
terarah. a. Meningkatkan efesiensi guru dalam
Snowball Throwing dapat digunakan mengelola kelas yang kreatif, dan
untuk memberikan konsep pemahaman materi menyenangkan sehingga tujuan
yang sulit kepada siswa dalam hal ini materi pembelajaran diharapkan tercapai
energi mekanik serta untuk mengetahui sejauh b. Melatih kepemimpinan siswa dalam
mana pengetahuan dan kemampuan dalam kelompok
menguasai materi energi mekanik, disamping c. Melatih percaya diri siswa dalam
kerja individu maupun kelompok juga melatih mengemukakan pendapat dalam proses
siswa untuk melatih untuk memberi pendapat pembelajaran.
serta menciptakan suasana interaksi yang d. Mendorong siswa untuk lebih aktif dan
menyenangkan dan membuat siswa aktif kreatif dalam pembelajaran.
dalam proses pembelajaran. Model e. Menciptakan suasana interaksi guru
pembelajaran ini menggali potensi dengan siswa dan interaksi siswa dengan
kepemimpinan murid dalam kelompok dan siswa yang baik. .
keterampilan membuat-menjawab pertanyaan f. Meningkatkan hasil belajar siswa baik
yang di padukan melalui permainan imajinatif secara individu maupun kelompok.
membentuk dan melempar bola salju .
Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Fatimah Abubakar, Meningkatkan Hasil Belajar Energi Mekanik 20
Kekurangan Snowball Throwing 2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
a. Memerlukan pengelolaan waktu dan kelas X TAV SMK Negeri 1 Bireuen semester ganjil
yang tepat tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 22
b. Memerlukan persiapan LKS pelajaran orang siswa, dimana terdiri dari 21 orang
fisika untuk materi energi mekanik. siswa laki-laki dan 1 orang siswa perempuan.
c. Memerlukan kesiapan mental siswa disaat Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa
menerima bola kertas untuk menjawab sebagai subyek penelitian. Data dari hasil tes
pertanyaan . tertulis. Tes tertulis dengan materi energi
mekanik dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
Energi mekanik merupakan materi Selain siswa sebagai sumber data, penulis juga
pelajaran fisika yang diajarkan pada kelas X menggunakan dua teman sejawat sesama guru
Teknik Audio Visual (TAV) SMK Negeri 1 kelas sebagai sumber data dalam
Bireuen pada semester ganjil tahun mengobservasi keaktifan siswa dalam
pembelajaran 2014/2015, dalam hal ini siswa pembelajaran setiap siklus.
harus mampu memahami konsep energi Teknik pengumpul data meliputi data
mekanik dan mampu mengerjakan bentuk- mengenai peningkatan penguasaan materi
bentuk soal perhitungan energi mekanik yang diambil dari tes hasil belajar setiap siklus dan
sesuai dengan hukum kekekalan energi data tentang keaktifan siswa diambil dengan
mekanik. menggunakan lembar observasi, alat
Suatu sistem atau benda dikatakan pengumpul data meliputi tes tertulis, terdiri
mempunyai energi apabila sistem atau benda atas 6 soal pilihan ganda materi energi
itu mempunyai kemampuan melakukan usaha mekanik serta lembar observasi dan dokumen.
jadi energi mekanik adalah suatu energi Data yang terkumpul mengunakan analisis
mempunyai gerakan yang disebab oleh energi kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk
potensial dan energi kinetik sesuatu benda, analisis kuantitatif digunakan analisis
maka besarnya usaha yang dilakukan gaya deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase,
berat benda adalah selisih dari energi potensial nilai minimum dan maksimum, ketuntasan dan
benda itu. persentase pada setiap siklus.
Peningkatan keberhasilan belajar siswa Sedangkan untuk analisis kualitatif
terhadap pembelajaran fisika khususnya materi dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan
energi mekanik dengan menggunakan model nilai dan KKM, data hasil observasi
pembelajaran Snowball Throwing yang (pengamatan) yang dibantu oleh dua teman
relevan. Penggunaan model pembelajaran yang sejawat guru yang mengobservasi keaktifan
terprogam dan terarah dapat meningkatkan siswa dalam proses pembelajaran dengan
motivasi siswa untuk belajar lebih aktif, mengunakan skor total aspek, skor setiap
sehingga tingkat keberhasilan belajar siswa indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap
akan tercapai sesuai dengan harapan siklus. Observasi keaktifan siswa belajar
dalam setiap siklus perlu dilakukan sebagai
perbandingan dalam keberhasilan
METODA PENELITIAN pembelajaran. Observasi dilaksanakan oleh
Penelitian ini merupakan penelitian dua teman sejawat dalam pembelajaran setiap
tindakan kelas yang ditandai dengan adanya siklus.
siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas
2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, HASIL DAN PEMBAHASAN
observasi,analisa data dan refleksi , lokasi Hasil penelitian, dengan adanya kondisi
penelitian dilaksanakan adalah Kelas X Teknik awal (pra siklus) setelah diadakan penilaian
Audio Video (TAV) SMK Negeri 1 Bireuen akhir pembelajaran Fisika tepatnya materi
jalan Taman Siswa no.2, Telp. (0644)21558, energi mekanik pada kelas X TAV dari 22
Fax.(0644)21358, Kode Pos 24251 desa siswa hanya 1 siswa (4,6%) memperoleh baik ,
Geulanggang Baro Kecamatan Kota Juang 7 siswa (31,8%) memperoleh nilai cukup dan
Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Penelitian 14 siswa (63,6%) lagi memperoleh nilai belum
dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari lulus, ini berarti siswa tidak tuntas belajar 64
tanggal 6 Agustus sampai dengan 29 Oktober % dari siswa yang jumlahnya 22 orang,
Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 21
Berdasarkan hasil tes pra siklus yang tidak Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
sesuai dengan harapan dengan ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika
belajar dari 22 siswa hanya 8 siswa yang dibandingkan dengan siklus I, disamping hasil
tuntas (36%) dan belum tuntas 14 siswa (64%) tes pada siklus II sangat memuaskan, juga
serta nilai rata-rata 67,5 masih dibawah nilai keberhasilan keaktifan siswa dalam proses
KKM , dipadukan lagi dengan hasil observasi pembelajaran sisklus II ada peningkatan
pra siklus dengan kualifikasi kurang aktif (C). dibandingankan dengan proses pembelajaran
Maka perlu tindakkan untuk perbaikan agar pada siklus I, dari kualifikasi B (Aktif )
siswa lebih aktif lagi dalam pembelajaran. dengan skor nilai rata-rata 60,5 pada siklus I
Data yang diperoleh dari hasil tes dan meningkat menjadi B (Aktif) dengan skor
data hasil observasi pada siklus I.Hasil siklus I nilai rata-rata 70,3 Hal ini dapat dilihat pada
setelah diadakan penilaian akhir pembelajaran diagram berikut ini :
Fisika tepatnya materi energi mekanik pada
kelas X TAV dari 22 siswa hanya 7 siswa
(32%) memperoleh baik , 9 siswa (41%)
memperoleh nilai cukup dan 6 siswa (27%)
lagi memperoleh nilai belum lulus. Dari hasil
tes siklus I sebagian besar siswa berhasil
mencapai ketuntasan belajar 68 % dan hanya
sebagian kecil yang tidak mencapai ketuntasan
belajar 32 % Pada pra siklus dibawah KKM
sebanyak 14 siswa dan pada akhir siklus I Gambar 1. Diagram Keaktifan Siswa Siklus I
berkurang menjadi 6 siswa. Nilai rata-rata dan Siklus II
kelas meningkat dari 74 menjadi 79. Jumlah
siswa yang mencapai ketuntasan belajar Pembahasan hasil penelitian, dengan
mengalami peningkatan jika dibandingkan melihat perbandingan hasil tes pra siklus
dengan siklus I. Menurut gambaran yang ada , (kondisi awal) , siklus I dan siklus II ada
bahwa keberhasilan belajar pada siklus I lebih peningkatan yang cukup signifikan, baik
baik dari pra siklus , namun demikian hasil dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil
pembelajaran belum semaksimal mungkin perolehan nilai rata- rata siswa meningkat 6,54
yang sesuai dengan harapan. Dengan % dari nilai rata-rata 74 pada pra siklus
memperhatikan hasil observasi keaktifan menjadi 79 pada siklus I , dan meningkat 4,94
masih ada siswa yang kurang aktif dalam % dari nilai rata-rata 79 pada siklus I menjadi
proses pembelajaran, oleh karena itu 83 pada siklus II. Selain itu dapat dilihat pada
diperlukan perbaikan pada pembelajaran siklus data dan diagram nilai rata-rata, nilai tertinggi
II. dan nilai terendah pada setiap siklus dibawah
Data yang diperoleh dari hasil tes dan ini :
data hasil observasi pada siklus II Hasil siklus
II setelah diadakan penilaian akhir Tabel 1. Hasil Belajar Berdasarkan Nilai
pembelajaran Fisika tepatnya materi energi Siswa
mekanik pada kelas X TAV dari 22 siswa No Keterangan Pra Siklus Siklus
hanya 10 siswa (45%) memperoleh baik , 12 Siklus I II
siswa (55%) memperoleh nilai cukup. Refleksi Nilai
1 86 88 90
dalam tahap ini, membandingkan hasil belajar tertinggi
pada siklus I dengan siklus II dimana peneliti Nilai
2 62 70 76
mengharapkan siswa dapat meningkatkan hasil Terendah
belajar energi mekanik melalui Snowball Nilai Rata-rata 74 79 83
Throwing sesuai dengan harapan. Berdasarkan
hasil siklus I dengan hasil tes siklus II dapat
dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang
masih di bawah KKM. Pada siklus I dibawah
KKM sebanyak 6 siswa dan pada akhir siklus
II semua lulus sesuai dengan nilai KKM. Nilai
rata-rata kelas meningkat dari 79 menjadi 83.
Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Fatimah Abubakar, Meningkatkan Hasil Belajar Energi Mekanik 22
Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 23
DAFTAR PUSTAKA
Ari Kunto, Suharsimi. 2008, Penelitian
Tindakan Kelas, cet VI. Jakarta : PT
Bumi Aksara.
Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 24
Oleh
Ruhadi*
Abstrak
Pembelajaran model examples non examples merupakan salah satu tipe pelajaran kooperatif
yang menekankan pada peningkatan hasil belajar siswa di kelas. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah aktivitas guru dan siswa dalam meningkatkan hasil
belajar dengan menggunakan model examples non examples pada materi perubahan
lingkungan pada siswa kelas IV di SDN 14 Banda Aceh? (2) Apakah model examples non
examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perubahan lingkungan pada
siswa kelas IV di SDN 14 Banda Aceh?. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran model examples non examples pada materi
perubahan lingkungan kelas IV di SDN 14 Banda Aceh. (2) Untuk mengetahui hasil
peningkatan belajar siswa pada materi perubahan lingkungan melalui model examples non
examples pada siswa kelas IV di SDN 14 Banda Aceh. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas IV SD Negeri 14 Banda Aceh yang jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 16
orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes, lembar observasi guru serta
siswa. Dari hasil penelitian dianalisis menggunakan rumus presentase. Berdasarkan nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari sekolah untuk pelajaran IPA yaitu 62 dinyatakan
tuntas jika hasil belajar siswa di bawah 62 dinyatakan tidak tuntas. Hasil penelitian
diperoleh: (1) Aktivitas guru yang meningkat dari 92,85% pada siklus I menjadi 96,4%
pada siklus II menjadi 96,4 % pada siklus III. (2) Aktivitas siswa secara keseluruhan
meningkat dari 82,1% siklus I dan 92,85% pada siklus ke II menjadi 100% pada siklus III.
(3) Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 65% dan 85% pada siklus II
menjadi 95% pada siklus III dengan demikian dapat dijelaskan bahwa penggunaan model
examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri 14
Banda Aceh.
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Ruhadi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan 25
kasus/gambar yang relevan dengan materi yang Berdasarkan latar belakang masalah di
sesuai dalam pelajaran di sekolah. Adapun atas, maka penulis tertarik untuk membuat
langkah-langkah pelaksanaannya adalah (1) suatu penelitian dengan judul “ Peningkatan
guru dapat mempersiapkan gambar-gambar Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan
sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) guru Lingkungan Melalui Model Examples Non
menempelkan gambar di papan atau Examples Pada Siswa Kelas IV Di SD Negeri
ditayangkan lewat OHP, (3) guru memberi 14 Banda Aceh”. Sehingga dengan adanya
petunjuk dan memberi kesempatan kepada penelitian ini, diharapkan dapat menambah
siswa untuk memperhatikan/menganalisis wawasan ilmu pengetahuan mengenai model
gambar, (4) melalui diskusi kelompok 2-3 pembelajaran, agar hasil belajar siswa lebih
orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar efektif.
tersebut dicatat pada kertas, (5) tiap kelompok
diberi kesempatan membacakan hasil
diskusinya, (6) mulai dari komentar/hasil KAJIAN PUSTAKA
diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi A. Pengertian Belajar
sesuai tujuan yang ingin dicapai, dan (7) Berhasil tidaknya pencapaian tujuan
kesimpulan (Istarani, 2012:9). pendidikan banyak bergantung kepada proses
Salah satu materi yang pelajaran yang belajar yang dialami siswa sebagai anak didik.
paling cocok dengan menggunkaan model Adapun proses belajar yang dilakukan
pembelajaran examples non examples adalah seseorang, tergantung dari pandangannya
perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan tentang aktivitas belajar
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Menurut Slameto (2001:31) belajar
Perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup merupakan suatu proses perubahan yaitu
manusia menyebabkan adanya ganguan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
terhadap keseimbangan karena sebagian dari dengan lingkungannya dalam memenuhi
komponen lingkungan menjadi berkurang kebutuhan hidupnya. Degeng (dalam Riyanto,
fungsinya. Perubahan lingkungan dapat terjadi 2012:5) menyatakan bahwa belajar merupakan
karena campur tangan manusia dan dapat juga pengingat pengetahuan baru pada struktur
karena faktor alami. Dampak dari kognitif yang sudah dimiliki si belajar.
perubahannya belum tentu sama, namun Abdillah (2002:35) dalam
akhirnya manusia juga yang mesti bertanggung Aunurrahman, mengemukakan belajar adalah
jawab serta mengatasinya. suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu
Materi pelajaran perubahan dalam perubahan tingkah laku baik melalui
lingkungan dapat diajarkan oleh guru dengan latihan dan pengalaman yang menyangkut
menampilkan gambar-gambar tentang aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
perubahan lingkungan seperti gambar erosi, untuk memperoleh tujuan tertentu.
gambar longsor dan sebagainya. Melalui Semua perubahan tingkah laku akan
penampilan gambar-gambar, daya ingat siswa tampak dari penguasaan pola-pola respon baru
semakin meningkat, karena gambar tersebut terhadap lingkungan, keterampilan maupun
mengilustrasikan kejadian alam dapat dalam hal sikap. Segala bentuk pengalaman
digambarkan sebagaimana yang terjadi yang dimanifestasikan tersebut merupakan
sebenarnya, sehingga siswa secara tidak akibat dari perubahan perbuatan belajar yang
langsung dapat meningkatkan hasil belajar dilakukannya. Perubahan-perubahan itulah
pada materi tersebut dengan mudah. yang akan menjadi sasaran penilaian.
Nilai KKM yang ditetapkan pada mata Perbuatan belajar yang ada di sekolah-sekolah
pelajaran sains di SD Negeri 14 Banda Aceh secara formal senantiasa dikaitkan dengan
yaitu 62 (Enam puluh dua), sebagian besar tujuan-tujuan yang dirumuskan sesuai jenjang
siswa rata-rata mendapatkan nilai 60 dari hasil sekolah itu sendiri, berdasarkan tujuan inilah
belajar sains dan ada juga siswa yang mendapat penilaian di lakukan.
nilai hasil belajar di bawah 60, sehingga dapat
dikatakan siswa kebanyakan gagal dalam B. Pengertian Hasil Belajar
mencapai hasil belajar pada pelajaran sains di Dalam proses belajar mengajar
sekolah. dikenal adanya tujuan instruksional.
Maksudnya ialah tentang tingkah laku atau
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 26
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Ruhadi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan 27
2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar pembangunan pemukiman, dan penerapan
karena guru menunjukkan gambar- intensifikasi pertanian.
gambar dari materi yang ada. Penebangan hutan yang liar
3. Dapat meningkatkan daya nalar atau pikir mengurangi fungsi hutan sebagaii penahan air.
siswa sebab ia disuruh guru menganalisa Akibatnya, daya dukung hutan menjadi
gambar yang ada. berkurang. Selain itu, pengundulan hutan dapat
4. Dapat meningkatkan kerjasama antara menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat
siswa sebab siswa diberikan kesempatan lain adalah munculnya harimau, babi hutan,
untuk berdiskusi dalam menganalisis dan ular di tengah pemukiman masyarakat
gambar yang ada. karena semakin sempitnya habitat hewan-
5. Dapat meningkatkan tanggung jawab hewan tersebut. Pembangunan pemukiman
siswa sebab guru mempertanyakan alasan pada daerah-daerah yang subur merupakan
siswa mengurutkan gambar. salah satu tuntutan kebutuhan akan papan.
6. Pembelajaran lebih berkesan sebab siswa Semakin padat populasi manusia, lahan yang
dapat secara langsung mengamati gambar semula produktif menjadi tidak atau kurang
yang telah dipersiapkan oleh guru. produktif.
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 28
Abrasi Longsor
Gelombang laut atau ombak laut dapat Longsor adalah meluncurnya tanah
kalian liat di pantai. Kadang kala gelombang akibat tanah tersebut tidak dapat lagi
laut tampak lebih besar. Kadang kala menampung air dalam tanah. Biasanya longsor
gelombang laut tampak kecil. Jika terjadi hujan terjadi pada tanah yang miring atau tebing yang
disertai angin kencang, gelombang laut bisa curam. Apakah faktor yang menyebabkan
menjadi amat besar. tanah menjadi longsor?
Gelombang laut di pantai menjadi
ppemandangan yang menarik. Berbagai tempat Tanah miring dan tidak terdapat
menjadi objek wisata karena mempunyai pantai tanaman sangat rentan terhadap longsor.
dengan gelombang yang indah, misalnya pantai Mengapa demikian? Hal itu terjadi karena tidak
Anyer, Carita, Parangtritis, Sanur, Kuta, dan ada akar tumbuhan yang dapat menahan tanah
Losari. Selain enak di pandang, gelombang laut tersebut.
dimanfaatkan orang untuk melakukan olahraga Akar-akar tumbuhan yang menjalar di
berselancar. dalam tanah akan saling mengikat dan
Gelombang laut yang sangat besar mengkait sehingga permukaan tanah pun akan
menyulitkan kapal atau perahu yang sedang cukup kuat. Selain itu, air yang ada di dalam
berlayar. Gelombang laut dapat tanah terus di serap oleh tuumbuhan sehingga
menghempaskan apa saja yang ada di untuk kandungan air dalam tanah tidak
permukaan laut. Tidak sedikit kapal tenggelam berlebih.
atau karam akibat di terjang gelombang laut.
Gelombang laut yang menerjang
pantai dapat mengakibatkan pengikisan pantai. METODA PENELITIAN
Banyak sebagaian pantai telah rusak dan A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
terkikis. Pengikisan daratan oleh air laut Pendekatan yang digunakan dalam
dinamakan abrasi. Hal itu terjadi akibat penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
kuatnya ombak yang menghantam daratan. (Arikunto, 2010:30) menjelaskan bahwa:
Penelitian kualitatif adalah data yang
Banjir dinyatakan dalam bentuk bukan angka.
Mungkin ada diantara kalian yang Sedangkan jenis penelitian yang
senang jika hujan turun. Anak-anak memang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
menyukai hujan. Hujan digunakan sebagai (PTK). Menurut Arikunto (2008:3), “Penelitian
sarana untuk bermain. Genangan air tindakan kelas adalah suatu pencermatan
dimanfaatkan untuk menjalankan mainan air, terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
seperti perahu dan bebek yang bergerak di air. tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
Akan tetapi kamu tidak boleh terlalu lama main dalam sebuah kelas bersama”. PTK dilakukan
hujan-hujanan. Jika terlalu lama, tubuhmu akan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
kedinginan dan menjadi sakit. pembelajaran di kelas. PTK berfokus dikelas
Banjir adalah proses meluapnya air atau pada proses belajar mengajar yang terjadi
akibat sungai dan danau tidak dapat di kelas, harus tertuju atau mengenai hal-hal
menampung air. Banjir merupakan salah satu yang terjadi didalam kelas. Didalam kelas hasil
dampak dari perbuatan manusia yang tidak penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk
menyayangi lingkungannya. Beberapa digeneralisasikan. Oleh karena itu, penelitian
perbuatan yang dapat menyebabkan banjir tindakan kelas ini digolongkan sebagai
adalah sebagai berikut. pendekatan kualitatif.
a. Membuang sampah sembarangan ke Menurut Moleong, 1998 (dalam
sungai. Arikunto 2010:22) sumber data penelitian
b. Pembangunan jalan raya atau rumah tanpa kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-
menyediakan lahan resapan air di kata lisan atau tertulis yang di cermati oleh
dekatnya. peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai
c. Penebangan pohon secara besar-besaran detailnya agar dapat ditangkap makna yang
yang mengakibatkan lahan gundul. tersirat dalam dokumen atau bendanya. Sumber
data tersebut seharusnya asli, namun apabila
yang asli susah di dapat, fotocopi atau tiruan
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Ruhadi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan 29
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 30
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Ruhadi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan 31
pengamatan pengamat pada siklus I yaitu b. Siswa merasa senang dalam belajar.
menggunakan rumus sebagai berikut: Namun, sebagian siswa masih ada yang
態滞 kurang aktif karena mereka masih takut-
鶏 噺 抜 などどガ 噺 ひに ぱのガ
態腿
takut dalam menjawab pertanyaan
Pada siklus I diperoleh adalah 26 atau
permasalahan materi yang diberikan guru.
92,85% dari skor ideal 28 dengan nilai rata-rata
Hal ini terlihat dari observasi siswa
26,00.
dengan presentase 82,1%.
a. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
c. Hasil penilaian pada siklus I, yang tuntas
Pada tabel 4.2 menunjukan bahwa skor
belajar hanya 65% siswa.
yang diperoleh untuk minat siswa yaitu
d. Masih ada kelompok yang belum bisa
menggunakan rumus sebagai berikutt:
にぬ menyelesaikan LKS sesuai dengan waktu
鶏噺 抜 などどガ 噺 ぱに なガ yang ditentukan. Hal ini terjadi karena
にぱ masih ada kelompok yang kurang
Pada siklus I diperoleh aktivitas siswa
adalah 23 atau 82,1% dari skor ideal 28 dengan mengerti dalam mengidentifikasi gambar
nilai rata-rata 23,00. pada materi perubahan lingkungan.
b. Hasil Test Belajar Siswa Untuk memperbaiki kelemahan dan
Berdasarkan hasil belajar siswa, mempertahankan keberhasilan yang telah
banyaknya siswa yang tuntas belajar melalui dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan
penilaian siklus I dengan menggunakan model siklus II dapat di buat rencana sebagai berikut:
examples non examples adalah 13 siswa a. Memberi motivasi kepada siswa agar
dengan rumus sebagai berikut: lebih aktif lagi dalam mengamati gambar
なぬ pada model examples non examples.
鶏噺 抜 などどガ 噺 はのガ b. Lebih intensif lagi dalam memberikan
にど bimbingan kepada kelompok yang
Sedangkan banyak siswa yang tidak
tuntas adalah 7 siswa dengan rumus sebagai mengalami kesulitan memahami LKS.
berikut: c. Menegaskan siswa untuk lebih
ば bekerjasama dalam kelompoknya masing-
鶏噺 抜 などどガ 噺 ぬのガ masing.
にど
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1
32
pembelajaran (aktivitas guru dan siswa) oleh Nilai test hasil belajar siswa dalam
satu orang yaitu guru kelas IV untuk pangamat penerapan model examples non examples pada
aktivitas guru dan peneliti pengamat aktivitas siklus II.
siswa, dengan tujuan mengetahui letak Hasil belajar siswa, banyaknya siswa
keberhasilan dan kekurangan yang terjadi di yang tuntas belajar melalui penilaian siklus II
dalam kelas guna perbaikan hasil yang lebih dengan menggunakan model examples non
baik. examples adalah 17 siswa dengan rumus
Hasil observasi yang dilakukan oleh sebagai berikut:
pengamat, maka pelaksanaan pembelajaran なば
鶏噺 抜 などどガ 噺 ぱのガ
dengan model examples non examples pada にど
siklus II dapat disimpulkan bahwa: Sedangkan banyak siswa yang tidak
a. Penyampaian materi dengan menggunakan tuntas adalah 3 siswa dengan rumus sebagai
model examples non examples oleh guru berikut:
dilakukan dengan baik dan siswa lebih ぬ
鶏噺 抜 などどガ 噺 なのガ
mudah memahaminya. Disamping itu, cara にど
belajar dengan menggunakan model ini
telah dijelaskan sebelumnya pada siklus I, Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa
sehingga mudah bagi siswa untuk ketuntasan klasikal belajar siswa pada siklus II
meningkatkan pembelajaran dengan model dengan menggunakan model examples non
examples non examples. examples adalah 85% dan siswa yang tidak
b. Keaktifan siswa lebih meningkat. Hal ini tuntas sebesar 15% siswa dari 20 siswa. Dari
terlihat dari kerjasama siswa dalam data tersebut dapat disimpulkan bahwa
kelompoknya untuk saling berdiskusi. ketuntasan klasikal belajar siswa dengan
c. Suasana pembelajaran yang efektif dan menggunakan model examples non examples
menyenangkan telah tercipta. pada siklus II adalah sudah tuntas.
3) Tahap Pengamatan 4) Tahap Refleksi
a. Hasil Observasi Aktivitas Guru Refleksi yang diperoleh pada siklus II
adalah:
Setelah guru melaksanakan semua a. Meningkatkan aktivitas siswa yang terlihat
rencana tindakan selama siklus II di kelas IV dari kerjasama siswa dalam kelompoknya
pada SD Negeri 14 Banda Aceh dengan dalam menyelesaikan LKS serta saling
menggunakan model examples non examples membantu untuk menguasai materi
pada materi perubahan lingkungan. Hasil pelajaran yang sedang berlangsung, hal ini
pengamatan pengamat pada siklus II yaitu dapat dilihat dari hasil observasi siswa.
menggunakan rumus sebagai berikut: Presentase aktivitas siswa meningkat dari
にば 82,1% pada siklus ke I menjadi 92,85%
鶏噺 抜 などどガ 噺 ひは ねガ pada siklus II.
にぱ
Pada siklus II yang diperoleh adalah b. Peningkatan aktivitas siswa dalam proses
27 atau 96,4% dari skor ideal 28 dengan nilai pembelajaran di dukung dengan
rata-rata 27,00. meningkatnya kemampuan guru dalam
b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa meningkatkan suasana belajar. Guru sangat
Hasil observasi aktivitas siswa pada ekstra membimbing siswa saat mengalami
siklus II saat proses pembelajaran kesulitan dalam proses pembelajaran. Di
menggunakan model examples non examples. samping itu guru juga mampu
Menunjukan bahwa skor yang diperoleh mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi
untuk minat siswa yaitu menggunakan rumus serta mengamati gambar perubahan
sebagai berikut: lingkungan dengan baik. Hal ini dapat
には dilihat dari hasil observasi aktivitas guru
鶏噺 抜 などどガ 噺 ひに ぱのガ
にぱ yang meningkat dari 92,85% pada siklus I
Pada siklus II diperoleh aktivitas dan 96,4% pada siklus II.
siswa adalah 26 atau 92,85% dari skor ideal 28 c. Meningkatkan aktivitas siswa
dengan nilai rata-rata 27,00. mengakibatkan peningkatan pada nilai
c. Hasil Test Belajar Siswa siswa. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi
siswa yang dilakukan melalui penilaian
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Ruhadi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan 33
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 34
siswa. Dari data tersebut dapat disimpulkan menentukan efektif atau tidaknya suatu
bahwa ketuntasan klasikal belajar siswa dengan pembelajaran.
menggunakan model examples non examples Dari data hasil observasi aktivitas guru
pada siklus III adalah sudah tuntas. pada ketiga siklus pada saat proses belajar
d. Tahap Refleksi mengajar dengan menggunakan model
Refleksi yang diperoleh pada siklus III examples non examples pada materi perubahan
adalah: lingkungan seluruh aktivitas guru yang tercapai
a. Meningkatkan aktivitas siswa yang dari RPP-1, RPP-2, dan RPP-3 dalam kegiatan
terlihat dari kerjasama siswa dalam belajar mengajar sesuai dengan yang
kelompoknya dalam menyelesaikan LKS diharapkan. Pada siklus I dari RPP-1 guru
serta saling membantu untuk menguasai dalam kegiatan belajar mengajar belum begitu
materi pelajaran yang sedang baik yaitu 92,85% dari perolehan skor rata-rata
berlangsung, hal ini dapat dilihat dari pengamat pertama adalah 26 poin sedangkan
hasil observasi siswa. Presentase aktivitas skor ideal 28 poin. Namun demikian, dalam
siswa secara keseluruhan meningkat dari penjelasan materi pelajaran, mengoptimalkan
82,1% siklus I dan 92,85% pada siklus ke interaksi siswa dalam bekerja, dan memberikan
II menjadi 100% pada siklus III. penilaian terhadap hasil presentasi kelompok
b. Peningkatan aktivitas siswa dalam proses masih dianggap kurang baik. Hal ini
pembelajaran di dukung dengan dikarenakan waktu yang dipergunakan guru
meningkatnya kemampuan guru dalam dalam menjelaskan materi sangat terbatas dan
meningkatkan suasana belajar. Guru guru kurang memberikan pengarahan kepada
sangat ekstra membimbing siswa saat siswa dalam proses pembelajaran.
mengalami kesulitan dalam proses Pada siklus II RPP-2 sudah ada
pembelajaran. Di samping itu guru juga perubahan dan peningkatan dari siklus I yaitu
mampu mengarahkan siswa untuk 96,4% dan memperoleh skor rata-rata 27 poin,
mengidentifikasi serta mengamati gambar sedangkan idealnya 28 poin. Pada siklus III dan
perubahan lingkungan dengan baik. Hal RPP-3, guru sudah adanya peningkatan dalam
ini dapat dilihat dari hasil observasi menjelaskan materi pelajaran, mengoptimalkan
aktivitas guru yang meningkat dari siswa dalam bekerjasama, tanya jawab dan
92,85% pada siklus I menjadi 96,4% memberikan umpan balik serta penilaian
pada siklus II menjadi 96,4 % pada siklus terhadap hasil presentasi kelompok sudah
III. sangat baik yaitu 100% dari perolehan skor
c. Meningkatkan aktivitas siswa rata-rata 28 poin dan skor idealnya 28 poin.
mengakibatkan peningkatan pada nilai Hal ini dikarenakan waktu yang
siswa. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi dipergunakan guru dalam menjelaskan materi
siswa yang dilakukan melalui penilaian sudah mampu mempergunakan waktu dengan
hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa baik dan guru dapat memberikan pengarahan
pada siklus I yaitu 65% dan 85% pada kepada siswa dalam proses pembelajaran.
siklus II menjadi 95% pada siklus III. Namun hal ini menunjukkan adanya
peningkatan signifikan disebabkan siswa sudah
D. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam lebih mengetahui langkah-langkah dalam
Menerapkan Model Examples Non Examples proses pembelajaran dengan menggunakan
Dari hasil penelitian terhadap model examples non examples sehingga siswa
pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran.
dalam penerapan model examples non Dengan demikian, aktivitas siswa sudah
examples dengan presentasi. Pengamatan mencerminkan dengan penggunaan model
aktivitas guru dan siswa dengan menggunakan examples non examples pada materi perubahan
instrument yang dilakukan oleh satu orang lingkungan
pengamat, yaitu guru kelas IV untuk Persentase seluruh aktivitas siswa
mengamati aktifitas guru dan peneliti sebagai dari RPP-1, RPP-2 dan RPP-3 di peroleh
guru yang menerapkan model examples non aktivitas siswa dalam siklus I sebanyak 82,1%
examples untuk pengamat aktivitas siswa. dari perolehan skor rata-rata 23 poin sedangkan
Aktivitas guru dalam pembelajaran merupakan skor idealnya 28 poin. Sedangkan siswa belum
salah satu unsur yang paling penting dalam terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Ruhadi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan 35
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 36
Drs. Ruhadi, M.Pd* adalah Kepala SD.Negeri 14 Pango Raya Banda Aceh
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 37
Oleh
Fauziah
Absrtak
Alat ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah prestasi belajar yang
merupakan perolehan nilai hasil belajar siswa sesuai dengan materi yang dipelajari guru
merupakan ujung tombak keberhasilan siswa , dalam hal membina karakter, membimbing,
mengarahkan memberi motivasi, agar siswa dapat bepikir aktif dan kreatif dalam
menemukan sesuatu masalah sesuai dengan yang dipelajarinya dapat dipergunakan dalam
kehipunan sehari-hari.Merasa senang atas hasil yang didapat sendiri setelah dipelajari dan
dapat memahami konsep, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan. Setelah mengamati, timbul pertanyaan untuk ingin tahu, eksperimen, mengumpul
informai hasil bacaan, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi. Berpikir secara logis, sistimtis, aktif dan kreatif, generalisasi tersebut siswa
akan mendapatkan sendiri pengetahuan baru tentang alternatif pemecahan masalah,
altenatif penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis, sistimtis dan kreatif.
Pengetahuan, ketrampilan diperoleh melalui pendidikan, pengalaman kerja sebagai
pemantapan unsur pengetahuan dan ketrampilan kerja, kompetensi yang telah di peroleh
dari pendidikan.
Sebagai mana telah diketahui salah karena itu perlu tindak lanjut agar kompetensi
satu tugas guru adalah mencerdaskan siswa siswa mencapai target seperti yang diharapkan
pendidikan formal menciptakan kesempatan setelah uji kompetensi.
yang seluas-luasnya untuk siswa atau individu, Sementara harapannya setelah proses
untuk mengembang dirinya sesuai dengan belajar mengajar siswa diharapkan dapat
kompetensi yang dimilikinya. Dalam mengaplikasikan pada mata diklat produktif
melaksanakan proses pembelajaran harus dan juga dapat dipergunakan dalam kehidupan
didukung oleh tersedia sarana dan prasarana sehari-hari, karena tamatan SMK harus
yang memadai serta kecapakan guru dalam mampu berwira usaha, trampil hidup ( life
membimbing dan juga ilmu pengetahuan yang skill ) untuk mengembangkan diri sesuai ilmu
dimilikinya, karena guru merupakan ujung pengetahuan , ketrampilan dengan standar
tombak keberhasilan siswa. Temuan saya kompetensi yang mareka peroleh dari
sebagai guru mata diklat matematika kondisi pendidikan yang berguna didunia wirausaha
kelas siswa kurang menanggapi, kurang dan industri. Selain itu diharapkan agar siswa
menyenangkan ada beberapa orang siswa yang dapat mengikuti ujian nasional dengan
kurang respon terhadap matematika mendapat hasil ujian yang maxsimal atau amat
menganggap matematika itu sukar untuk baik.
dipelajari dan malah menjadi momoh bagi Solusinya, tak ada jalan lain guru juga
mareka. Siswa nilai matematika perlu tinggi harus memiliki standar kompetensi yang
tanpa belajar dengan maksimal ini sudah memadai diartikan sebagai pengetahuan ,
menjadi kenyataan dan sering terjadi hanya ketrampilan nilai- nilai dasar yang bisa
mengharap nilai bagus malas belajar, tetapi direpleksikan dalam kebiasaan berpikir ,
bagi siswa yang senang dengan matematika bertindak dengan semangat tinggi
hal ini tidak tejadi,siswa yang kreatif hasil membimbing, mengarahkan, memberi
lebih puas dengan hasil usaha sendiri. Oleh motivasi,dengan sabar, ikhlas, jujur, ramah
didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal
ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau Untuk menunjang proses belajar perlu
membentuk (konstruktif) apa yang mereka lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa
ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini
akhir. dinamakan Discovery Learning Environment,
Dengan mengaplikasikan metode yaitu lingkungan dimana siswa dapat
Discovery Learning secara berulang-ulang dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan
meningkatkan kemampuan penemuan diri baru yang belum dikenal atau pengertian yang
individu yang bersangkutan. Penggunaan model mirip dengan yang sudah diketahui.
pembeljaran Discovery Learning, ingin merubah Lingkungan seperti ini bertujuan agar
kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan siswa dalam proses belajar dapat berjalan
kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher dengan baik dan lebih kreatif. Untuk
oriented ke student oriented. Merubah modus memfasilitasi proses belajar yang baik dan
Ekspository siswa hanya menerima informasi kreatif harus berdasarkan pada bahan
secara keseluruhan dari guru ke modus pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan
Discovery siswa menemukan informasi sendiri, kognitif siswa. Bahan pelajaran bertujuan
siswa mengarahkan kegiatan belajarnya untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam
sendiri dengan melibatkan akalnya dan berfikir (merepresentasikan apa yang
motivasi sendiri. dipahami) sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
2. Koncep Menurut Bruner perkembangan kognitif
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
metode Discovery Learning merupakan ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan,
pembentukan kategori-kategori atau konsep- yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap
konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya enaktive, seseorang melakukan aktivitas-
generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang aktivitas dalam upaya untuk memahami
kategorisasi yang nampak dalam Discovery, lingkungan sekitarnya, artinya, dalam
bahwa Discovery adalah pembentukan memahami dunia sekitarnya anak
kategori-kategori, atau lebih sering disebut menggunakan pengetahuan motorik, misalnya
sistem-sistem coding. Pembentukan kategori- melalui gigitan, sentuhan, pergeseran,
kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan pegangan, dan sebagainya.
demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & Tahap iconic, seseorang memahami
difference) yang terjadi diantara obyek-obyek objek-objek atau dunianya melalui gambar-
dan kejadian-kejadian (events). gambar dan visualisasi verbal. Tahap
Bruner memandang bahwa suatu symbolic, seseorang telah mampu memiliki
konsep atau kategorisasi memiliki lima ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang
unsur, dan siswa dikatakan memahami suatu sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
konsep apabila mengetahui semua unsur dari berbahasa dan logika. Komunikasinya
konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh- dilakukan dengan menggunakan banyak
contoh baik yang positif maupun yang simbol. Semakin matang seseorang dalam
negative; 3) Karakteristik, baik yang pokok proses berpikirnya, semakin dominan sistem
maupun tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5) simbolnya. Dalam mengaplikasikan metode
Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner Discovery Learning guru berperan sebagai
menjelaskan bahwa pembentukan konsep pembimbing dengan memberikan kesempatan
merupakan dua kegiatan mengkategori yang kepada siswa untuk belajar secara aktif,
berbeda yang menuntut proses berfikir yang sebagaimana pendapat guru harus dapat
berbeda pula. membimbing dan mengarahkan kegiatan
Seluruh kegiatan mengkategori belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman,
meliputi mengidentifikasi dan menempatkan 2005:145).
contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa- Kondisi seperti ini ingin merubah
peristiwa) ke dalam kelas dengan kegiatan belajar mengajar yang teacher
menggunakan dasar kriteria tertentu. Di dalam oriented menjadi student oriented. Hal yang
proses belajar, Bruner mementingkan menarik dalam pendapat Bruner yang
Guru sambil membimbing siswa sesuai dengan topik yang diajarkan. Apapun
belajar, mengamati situasi konsisi kelas metoda yang kita gunakan pada akhir proses
sedemikian rupa memberi imformasi tentang belajar mengajar jangan lupa pesanan untuk
kelulusan, ketuntasan standar kompetensi yang siswa harus banyak belajar dirumah karena
dipelajari harus mencapai KKM yang telah belajar di sekolah waktu sangat terbatas.
ditetapkan oleh sekolah yaitu: 80,00 atau indek
3,00.
Berdasarkan hasil penelitian dapat DAFTAR PUSTAKA
dinyatakan bahwa proses belajar mengajar Coutinho, M., &Malouf, D.
dengan penugasan secara kelompok dapat (1993).Performance Assessment and
meningkatkan prestasi matematika siswa Children with Disabilities: Issues and
kelas X Teknik Permesinan SMK Negeri 1 Possibilities. Teaching Exceptional
Bireuen . Tapi guru harus kerja semaksimal Children, 25(4), 63–67.
mungkin membimbing, mendorong,
mengawasi, membentuk karakter siswa agar Cumming, J. J., & Maxwell, G. S.
mau belajar agar tidak ada kesempatan untuk (1999).Contextualizing Authentic
cabut sekolah atau keluar kampus pada saat Assessment. Assessment in Education,
jam belajar. Karena dalam pengamatan siswa 6(2), 177–194.
kelas X Teknik Permesinan mareka itu malas
belajar , tapi nilai matematika harus tinggi, Gatlin, L.,& Jacob, S. (2002). Standards-
oleh karenanya guru tidak boleh lalai harus Based Digital Portfolios: A Component
memaksa siswa untuk mau belajar agar of Authentic Assessment for Preservice
kompetensi tercapai seperti yang diharapkan. Teachers. Action in Teacher Education,
23(4), 28–34.
1. Saran-saran
Dari kesimpulan hasil penelitian di
atas, maka disarankan gunakan model
pembelajaran sesuai standar kompetensi atau
Oleh
Nurdin Hs.
Abstrak
Berdasarkan uji kemampuan pada siswa kelas X TSP SMK Negeri 1 Bireuen, terutama
pada pelajaran Gambar Teknik Bangunan, ternyata masih banyak siswa yang kesulitan
dalam menggambar segilima beraturan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu
penulis merasa perlu melakukan suatu penelitian untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
yang dialami oleh peserta didik dalam menggambar. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2
siklus dan setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, melakukan tindakan, observasi
serta refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X TSP SMK Negeri 1 Bireuen
sebanyak 28 siswa. Penelitian ini ternyata mampu meningkatan ketrampilan siswa dalam
menggambar segilima beraturan dengan menentukan lingkaran luar pada akhir setiap siklus.
Data untuk pengambilan nilai bagi setiap siswa penulis rangkum melalui buku gambar
siswa serta nilai praktik langsung di papan tulis. Observasi dengan alat pengumpul data
yang digunakan butir soal test dan lembar instumen aktivitas siswa dan guru peneliti.
Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pada kondisi awal, hasil siklus I, dan
hasil siklus II. Pada kondisi awal atau pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa
adalah 61,23% dengan ketuntasan belajar 14,28%. Sedangkan pada siklus II nilai rata-
ratanya 83,79 dengan ketuntasan belajar 92%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan Media Elektronik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk
mengajarkan kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menggambar segi lima beraturan dengan cara diketahui salah satu sisinya dan dalam
lingkaran.
Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs., Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima 45
menentukan lingkaran luar Kelas X TSP SMK siku-siku, pensil gambar, karet
Negeri 1 Bireuen. penghapus, sapu tangan sebagai alat
Adapun rumusan masalah dalam bantu membersihkan gambar jika
penelitian tindakan ini adalah : (1) Bagaimana terkena debu.
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
menggambar segilima beraturan dengan B. Model pembelajaran
menentukan lingkaran luar Kelas X TSP SMK Pendekatan Konstruktivisme dalam
Negeri 1 Bireuen?, dan (2) Apakah penerapan pembelajaran dikenal dengan nama Student
CTL Belajar mandiri dapat meningkatkan hasil Centered Learning (CTL), belajar yang
belajar siswa dalam materi menggambar berorientasi pada siswa. Jadi dalam hal ini
segilima bertauran dengan menentukan siswa menjadi fokus utama, sementara guru
lingkaran luar pada kelas X TSP SMK Negeri 1 berperan sebagai fasilitator atau bersama-sama
Bireuen. dengan siswa terlibat dalam peroses belajar,
Tujuan penelitian adalah (1) untuk proses konstruksi pengetahuan.
mengetahui cara melakukan peningkatan hasil Salah satu model atau bentuk
belajar siswa pada materi menggambar pembelajaran dilaksanakan dalam penelitian ini
segilima beraturan dengan menentukan adalah model Belajar Mandiri. Mandiri tidak
lingkaran luar siswa Kelas X TSP SMK Negeri sama dengan pengajaran individu. Pembejaran
1 Bireuen, dan (2) untuk mengetahui efektifitas berbantuan komputer merupakan contoh
CTL Belajar mandiri dalam peningkatakan pengajaran individu, tapi bukan belajar
hasil belajar siswa pada materi mengambar segi mandiri. Walaupun demikian pengajaran
lima beraturan dengan menentukan lingkaran individu merupakan salah satu metode yang
luar kelas X TSP SMK Negeri 1 Bireuen. dapat digunakan untuk mengembangkan dan
meningkatkan belajar mandiri siswa.
Ciri utama belajar mandiri adalah
TINJAUAN PUSTAKA mengembangkan dan meningkatkan
A. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Hasil ketrampilan serta kemampuan siswa untuk
Belajar melakukan proses belajar secara mandiri, tidak
Dalam pelaksanaaan proses belajar tergantung pada guru, kegiatan kelas, teman
mengajar di kelas, terutama pada penyajian dan lain-lain. Peran guru dalam belajar mandiri
materi pembelajaran dan pencapaian hasil akhir adalah sebagai konsultan dan fasilitator.
pembelajaran siswa ini sangat dipengaruhi Yang perlu diperhatikan oleh guru
oleh: adalah tugas-tugas hendaknya direncanakan
a) Suasana ruangan kelas agar tidak terlalu mudah atau terlalu sukar
Guru harus dapat mendesain tempat tetapi mampu menantang kreativitas dan daya
duduk siswa agar terasa nyaman dan pikir siswa untuk belajar. Aplikasi belajar
aman dalam belajar, cukup penerangan mandiri dalam kegiatan pembelajaran di kelas
dan ventilasi udara yang memadai serta adalah harus dipilih bentuk-bentuk kegiatan
kebersihan ruangan kelas. yang dapat memberikan kesempatan kepada
b) Peran guru dalam menyajikan materi siswa untuk belajar mandiri secara individu
pembelajaran di kelas terutama pada proyek gambar bangunan, studi
Guru harus menguasai materi literature, dan seminar.
pembelajaran yang akan disajikan Menurut Brooks & Brooks (1993)
kepada siswa. seperti yang dikutip oleh Pannen, perbedaan
c) Fasilitas pendukung dalam kelas pembelajaran konstruktivisme dan pembeajaran
Ruangan kelas harus mempunyai daya tradosional adalah sebagai berikut:
listrik, agar guru dapat menayangkan a. Pembelajaran tradisional
materi atau gambar yang dipelajari Ø Ruang lingkup pembelajaran disajikan
dengan menggunakan infokus, dan secara terpisah, bagian per bagian,
papan tulis berserta perangkatnya. dengan penekanan pada pencapaian
d) Kelengkapan peralatan sekolah ketrampilan dasar.
Siswa secara individu harus membawa Ø Kurikulum harus diikuti secara habis
perlengkapan menggambar yang
diperlukan, seperti: Sepasang segitiga
Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 46
C. Materi Pembelajaran
Mata pelajaran Gambar Teknik Dasar
mencakup tentang dasar-dasar penggambaran. I J
Adapun penggambaran tersebut meliputi D
gambar garis, gambar bentuk bidang, gambar
bentuk tiga dimensi, proyeksi benda, Gambar 1. Segilima Beraturan
konstruksi dinding dan lantai, konstruksi kusen
pintu/jenela dan daun pintu/jendela, konstruksi b. Kerangka Berpikir
tangga, konstruksi langit-langit, konstruksi Pada kondisi awal kebanyakan guru masih
pondasi, konstruksi pelat, balok dan kolom belum menggunakan pendekatan secara
beton betulang, konstruksi atap, mengatur tata konvensional sehingga membuat hasil
letak gambar, dan menggambar dengan belajar siswa masih rendah khususnya pada
perangkat lunak. Perkembangan dalam mata pelajaran Gambar Teknik Dasar dari
pembangunan dan konstruksi, bagaimana anda hasil pembelajaran pada kondisi awal
tersebut, maka guru mencoba melakukan
tindakan dengan menerapkan strategi
Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs., Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima 47
Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 48
Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs., Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima 49
Berdasarkan tabel diatas menyatakan aktivitas siswa siklus I dengan skor rata-rata
bahwa aktifitas siswa pada siklus I dalam adalah 2. Nilai atau skor tertinggi yang
menjalani dan melakukan keseluruhan berbagai diperoleh pada siklus I ini adalah 2 dan
jenis aspek pengamatan seperti tertera dalam terendah 1.
tabel, hanya 40% skor yang diperoleh pada
Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 50
Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs., Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima 51
dibandingkan dengan siklus I, seperti terlihat untuk 1 kali pertemuan. Kepada siswa juga
dalam tabel berikut ini. diawali dengan evaluasi dan dilanjutkan
dengan kegiatan menggambar sesuai
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil nilai evaluasi dengan ketentuan sebagaimana pada siklus
kondisi awal pada Siklus I I.
KKM 76
Persentasi siswa 2. Pelaksanaan Tindakan
Jumlah siswa
No Ketuntasan (%)
Pelaksanaan tindakan siklus II dapat
Kondisi Siklus Kondisi Siklus
awal I awal II dideksripsikan sebagai berikut :
1. Tuntas 4 17 14,29 60,71 a. Pelaksanaan tatap muka
2. Tidak Tuntas 24 11 85,71 39,29 Pada tahap awal pertemuan siklus II atau
Jlh total siswa 28 pada 2 jam pelajaran pertama guru
Nilai rata-rata kelas pada pra siklus 77 atau 2,46 mengadakan evaluasi untuk mengetahui
80,50 atau sejauh mana siswa telah dapat menyerap
Nilai rata-rata kelas pada siklus I
2,71
pelajaran yang diajarkan pada minggu
Sumber : Tabulasi data hasil penelitian
sebelumnya. Setelah itu 2 jam pelajaran
November 2014
berikutnya guru menjelaskan tentang
materi yang akan diajarkan kemudian
Berdasarkan data pada tabel di atas
memberikan lembaran kerja (Job Sheet)
dapat disimpulkan bahwa: Sebelum dilakukan
kepada setiap siswa sebagai pedoman
proses penelitian tindalan kelas, ternyata hanya
untuk menggambar segilima beraturan
ada 4 orang siswa yang berhasil mencapai nilai
dengan menentukan lingkaran luar.
≥76 atau 2,4 (14,29%). Kemudian setelah
Menggambar dilanjutkan pada minggu
dilakukan tindakan pada siklus I, maka siswa
berikutnya, dan setelah selesai
yang berhasil bertambah menjadi 17 orang
menggambar, semua tugas siswa
atau 60,71%. Hal ini menunjukkan bahwa
dikumpulkan untuk di evaluasi. Tahap
telah terjadi peningkatan perolehan nilai siswa
berikutnya bagi yang belum berhasil
dari sebelum dilakukan tindakan. Peningkatan
memperoleh nilai sebagaimana yang
ini terjadi dikarenakan adanya perubahan
ditetapkan KKM, di suruh untuk
strategi guru yang mengajar dari metode
mendemonstasikan di papan tulis. Hal ini
konvensional ke metode CTL Belajar madiri.
untuk mengetahui kemampuan individual
peserta didik serta untuk melatih mental
C. Deskripsi Hasil Siklus II
spiritual siswa. Metode yang digunakan
Bertolak dari hasil refleksi pada siklus I
pada oetrtemuan ini juga metode CTL
sebelumnya, maka pelaksanaan tindakan pada
Belajar Mandiri dengan paduan modul
siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut.
gambar teknik dasar bangunan.
1. Perencanaan Tindakan
Materi yang diajarkan dalam penelitian ini
3. Observasi
adalah pengulangan pada materi siklus I,
a. Kreativitas Siswa
yaitu menggambar segi lima beraturan
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada
dengan menentukan lingkaran luar. Materi
siklus II dapat digambarkan dalam tabel 4.6 di
pembelajaran tersebut diajarkan sesuai
bawah ini.
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan alokasi waktu 4 x 45 menit
Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 52
Berdasarkan hasil penelitian seperti sebesar 85% tertera pada persentase aktivitas
tersebut dalam tabel 4.6 di atas, aktivitas siswa siswa.
pada siklus II meningkat menjadi kategori baik b. Aktivitas Guru
dari sebelumnya pada siklus I memperoleh Aktivitas Guru yang di amati oleh guru
hasil kategori rata-rata kurang. Pada siklus II pengamat (observer) berdasarkan hasil
siswa mulai lebih aktif dalam proses belajar observasi selama Kegiatan Belajar Mengajar (
kelompok bertanya dan memberikan KBM ) kegiatan guru dalam melaksanakan
tanggapan. Hasil pengamatan mengatakan skor langkah-langkah yang tertera di dalam RPP
rata-rata yang diperoleh siswa adalah 4.3 pada siklus II adalah sebagai berikut (lihat
(baik) dengan persentase untuk 11 aspek tabel 4.7).
pengamatan seperti tertera dalam tabel yaitu
Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs., Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima 53
Berdasarkan hasil pengamatan pada klasikal yaitu 85%. Untuk lebih jelasnya dapat
siklus I seperti termuat dalam tabel 4.7 di atas dilihat tabel 4.9 berikut:
guru lebih aktif dalam proses belajar mengajar
dibandingkan sebelumnya pada siklus I. Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Nilai evaluasi
Perolehan skor pada pertemuan kedua pada Siklus I dan Siklus II
siklus II menjadi baik yaitu 4, dengan KKM 70
persentase aktivitas terhadap ke 16 aspek Persentasi siswa
Kategori Jumlah siswa
No (%)
pengamatan diperoleh 80% pada aktivitas Ketuntasan
guru. Skor tertinggi yang diperoleh adalah 5 Siklus Siklus
Siklus I Siklus II
I II
dan terendah adalah 2. 1. Tuntas 17 25 60,71 89,29
2. Tidak Tuntas 11 3 39,29 10,71
c. Hasil Belajar Siswa Jlh total siswa 28
Hasil belajar siswa ini merupakan hasil Nilai rata-rata kelas siklus I 80,50 atau (2,71)
tes di akhir siklus II yang diambil nilai rata- Nilai rata-rata kelas siklus II 85,00 atau 3.00
rata hasil evaluasi pertemuan kedua. Untuk Sumber : Tabulasi data hasil penelitian
lebih jelasnya hasil belajar siswa tersebut November 2014
dapat digambarkan dalam tabel 4.8 berikut.
Dari tabel 4.9 di atas telihat bahwa pada
Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus II siklus II persentasi siswa yang tuntas, yakni
KKM 76 memperoleh nilai diatas KKM yaitu sebesar
No Ketuntasan Jumlah Persentase 89,29% yang pada awalnya (siklus I) hanya
siswa (%) 60,71% siswa yang tuntas. Begitu juga nilai
1. Tuntas 25 89,29 rata-rata kelas yang diperoleh siswa sesuai
2. Tidak Tuntas 3 10,71 hasil tes di akhir masing-masing siklus
Jumlah total siswa 28 meningkat dari 80,50 atau 2,71 pada siklus I
Nilai Rata-Rata 85,00 atau 3,00 menjadi 85,00 atau 3.00 pada siklus II. Pada
Sumber : Tabulasi data hasil penelitian November 2014 prinsipnya ada peningkatan nilai perolehan
siswa setelah diadakan penelitian ini.
Dari data tabel 4.8 di atas dapat
disimpulkan bahwa: Dari 28 orang siswa yang D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar
terdapat dalam kelas tersebut, sebanyak 25 Siklus
orang atau 89,29% berhasil memperoleh nilai Berdasarkan hasil pengamatan pada
≥76 atau 2,67, Sedangakan 3 orang siswa siklus I dan siklus II jika dibandingkan dengan
lainnya atau 10,71% belum berhasil kondisi awal serta hasil refleksi pada siklus I
memperoleh nilai stara KKM. Hal ini dan siklus II, adalah sebagai berikut:
dikarenakan siswa tersebut tidak hadir pada 1. Siklus I
proses belajar mengajar atau karena memang a. Proses Pembelajaran
ketrampilannya yang masih kurang. (Lampiran Proses belajar mengajar pada siklus I
Siklus II). terlihat sangat berbeda dari kondisi awal
atau dari kondisi sebelum dilakukan
4. Refleksi tindakan kelas Dengan memanfaatkan
Berdasarkan hasil perolehan nilai siswa model pembelajaran CTL Belajar
dalam evaluasi siklus I dan II dapat dikatakan mandiri. dalam proses pembelajaran ini,
bahwa: Telah terjadi peningkatan ketrampilan siswa terlihat lebih aktif dalam
dan pemahaman pada diri siswa dalam mempelajari materi gambar yang
pelaksananan proses belajar mengajar. Terlihat diajarkan oleh guru. Motivasi dan
bahwa selum tindakan dilakukan hanya ada 4 semangat untuk mengikuti proses
oarang siswa yang mendapat nilai ≥76 atau pembelajaran mengalami peningkatan,
2,67. Kemuadian dalam evaluasi pada siklus I hal ini tercermin dari sikap siswa yang
terjadi penambahan siswa yang berhasil serius mengerjakan tugas-tugas dan
memperoleh nilai ≥76 atau 2,67. Dan pada suasana kelas terlihat aman dan tentram.
evaluasi siklus II terjadi lagi penambahan
siswa yang berhasil mencapai nilai standar
KKM menjadi 25 orang siswa atau 89,29%
berada diatas ketentuan yang ditetapkan secara
Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1
54
Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Nurdin Hs., Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menggambar Segilima 55
Drs. Nurdin Hs* adalah Guru Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 56
Oleh
Nurliza
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang penerapan metode PaSA (Pictures and Student Active)
pada materi masyarakat prasejarah Indonesia di SMA Negeri 8 Banda Aceh pada Kelas
X.A.3 dengan jumlah siswa adalah 30 orang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan ranah kognitif dan afektif peserta didik.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan metode PaSA, dilakukan penilaian
kognitif dan afektif. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil pembelajaran dengan
metodePaSA dapat meningkatkan proses dan hasil belajar. Pada Siklus I Kelas X.A.3 yang
berjumlah 30 siswa, yang tuntas belajar adalah 21 siswa (70%), sedangkan yang tidak
tuntas 9siswa (30%).Pada Siklus II terjadi peningkatan yang signifikan yaitu siswa tuntas
100 %. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode PaSAdi
SMA Negeri 8 Banda Aceh pada Kelas X.A.3 dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi masyarakat prasejarah Indonesia.
pada model pembelajaran Picture and Student Setelah refleksi pada Siklus I, terjadi
Active telah mampu membuka semangat belajar perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran
di kelas. membuahkan hasil yang diharapkan, siswa
Siklus I siswa belum merasa menjadi lebih faham dalam menelaah
tertantang untuk menggali informasi, walaupun sejarah.Siklus I siswa cenderung tidak dapat
pada kenyataannya di lapangan banyak siswa bebas mengemukakan pendapat karena
yang senang dengan model PaSA. Dalam keterbatasan buku dan referensi. Dalam
perkembangan penelitian tindakan kelas ini, kelompok yang minimal sumber buku, maka
utamanya adalah mencari solusi untuk mereka kesulitan untuk menterjemahkan
meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Pada simbol-simbol penemuan budaya.
Siklus I setiap siswa dituntut untuk berani Sedangkan pada Siklus II siswa bebas
tampil mendeskripsikan temuannya, ini dapat berekspresi dengan cerita bergambar. Hal ini
kita lihat ketika kelompok 1 menjelaskan peta dibuktikan dengan adanya ekspresi cerita,
temuan masa Paleolithikum, banyak pertanyaan narasi pemikiran dari apa yang mereka lihat. Di
yang dikemukakan bagaimana Indonesia dapat dalam format gambar ada benda budaya,
menjadi menjadi tempat ditemukannya manusia purba dan peta, sehingga keragaman
manusia purba, dengan demikian siswa dituntut materi ini membuat siswa tertantang untuk
untuk melakukan analisis mendalam bukan mendalami materi.Metode PaSA siswa tidak
hanya kaitan dengan sejarah tetapi juga faktor- lagi sebagai penerima ilmu tetapi sebagai
faktor lain yang mendukung seperti geografi, penerjemah ilmu, mereka melakukan
geologi dan antropologi. Selain itu pada Siklus rekonstruksi masa lampau dengan bekal
I kerjasama kelompok dalam mengidentifikasi imajinasi dan rekayasa kreasi berdasarkan buku
tempat temuan budaya dengan menempelkan teks sejarah dan referensi lainnya.
lambang tertentu dibutuhkan ketelitian. Hasil evaluasi pada Siklus I belum
Pokok bahasan Siklus I dan Siklus II maksimal kemudian diperbaiki pada Siklus II.
pada prinsipnya adalah mata rantai pokok Siswa diberikan pertanyaan secara langsung
bahasan yang terintegrasi dimana Siklus I berupa pertanyaan quiz dengan tujuannya
siswa mencoba menjelaskan, untuk mengetahui hasil belajar secara langsung
mengiterpretasikan dan menganalisis peta dan untuk mengembangkan metode
penemuan benda-benda kebudayaan masa pembelajaran yang dapat mempengaruhi
prasejarah Indonesia, sedangkan pada Siklus II peningkatan hasil belajar siswa. Sementara
siswa dituntut untuk membuat urutan cerita pada Siklus II juga siswa diberikan pertanyaan
sejarah berdasarkan kronologis waktu yaitu quiz secara langsung dan ternyata hasilnya
pada masa paleolithikum, mesolithikum, memuaskan karena adanya peningkatan hasil
neolithikum, megalithukum dan jaman logam. belajar. Dengan hasil yang signifikan antara
Ketrampilan meletakkan simbol-simbol pada Siklus I dan Siklus II, peneliti di masa yang
peta Indonesia untuk menunjukan tempat atau akan datang akan mencoba menggabungkan
daerah penemuan kebudayaan menjadi bagian model-model pembelajaran dengan rangkaian
terpenting dalam penilaian afektif karena tanpa model PaSA, harapannya adalah mencari titik
kerjasama dari kelompok akan sulit untuk temu yang vaid metode pembelajaran yang
mendeskripsikan masa lampau apalagi yang paling efektif untuk pelajaran sejarah.
dibahas adalah perkembangan masyarakat Peneliti dengan pendekatan CTL
prasejarah. model PaSA mencoba menghilangkan
Debat diskusi yang menarik terjadi dominasi guru sejarah sebagai pusat transfer
pada Siklus II, karena siswa bukan berhadapan ilmu. Siswa semakin kritis dan aktif, sebagai
pada teks buku tetapi berhadapan pada gambar- ilustrasi pada Siklus II, ketika mencoba
gambat prasejarah yang harus mereka tata mendeskripsikan gambar manusia purba yang
ulang urutan ceritanya menjadi kisah yang dihubungkan dengan hasil budaya, setiap
menarik. Banyak siswa yang menyampaikan kelompok memiliki argumen masing-masing,
ceritanya dengan berbagai versi serta saling mempertahankan pendapatnya.
kemampuan. Tentunya disini pembelajaran Pada pembahasan cerita gambar
sejarah semakin menarik dan tidak sampai pada peralihan jaman batu besar
membosakan. (Megalithikum) ke jaman logam, kelas semakin
ramai dengan berbagai argumen.
Model PaSA yang mengadopsi model Kemmis, S & MC Taggart R. 1988. The Action
pembelajaran Picture on Picture ternyata Research Planner. Victoria : Deakin
mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas University Press.
pembelajaran Kelas X.A.3 SMA Negeri 8
Banda Aceh. Suatu saat model ini diharapkan Moleong, L. J. 1994. Metodologi Penelitian
menjadi Historical Comprehensif Method Kuantitatif. Bandung : PT Remaja
Teaching and Learning, sehingga siswa tetap Rosdakarya.
semangat dan tidak jenuh.
Notosusanto, N. 1985. Sejarah Nasional
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
SIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penelitian ini Suryabrata, S. 1992. Metodologi Penelitian.
antara lain: Jakarta : CV Rajawali.
1. Penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
menggunakan model pembelajaran
Pictures and Student Active dengan tujuan
mendapatkan strategi pembelajaran, dapat
meningkatkan kualitas ranah kognitif
pada hasil belajar siswa.
2. Penerapan metode Pictures and Student
Active juga dapat meningkatkan ranah
afektif siswa.
3. Ternyata siswa sangat berminat dengan
metode Pictures and Student Active
karena dengan metode ini belajar Sejarah
jadi lebih menyenangkan.
4. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan
hasil pembelajaran sejarah di Kelas
X.A.3 yang berjumlah 30 siswa yaitu
evaluasi pada Siklus I, terdapat 21 siswa
(70%) yang tuntas belajar, sedangkan
yang tidak tuntas 9 adalah siswa (30%).
Sedangkan evaluasi pada Siklus II, hasil
belajar tuntas 100%.
DAFTAR PUSTAKA
----------. 1988. Garis-garis Besar Haluan
Negara. Jakarta:Sekretaris Negara.
Oleh
Yusniar*
Abstrak
Rendahnya kemampuan siswa dalam mengenal bermacam bentuk rangkaian gerbang
logika, disebabkan karena kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru dan jarang
melibatkan anak secara langsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. mengetahui cara
meningkatkan hasil belajar Teknik Digit pada Materi Gerbang Logika siswa Kelas X TAV
SMK Negeri I Bireuen. 2. Untuk mengetahui efektifitas penerapan metode demontrasi dan
penugasan dalam peningkatan hasil belajar Teknik Digit pada Materi Gerbang Logika siswa
Kelas X TAV SMK Negeri I Bireuen. 3. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa
setelah penerapan metode demontrasi dan penugasan pada materi gerbang logika siswa
Kelas X TAV SMK Negeri I Bireuen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
rancangan penelitian tindakan kelas dengan proses bersiklus. Dalam setiap siklus ada
beberapa tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil kegiatan
seluruh komponen pada siklus 1 dibandingkan dengan prasiklus menunjukkan peningkatan
jumlah anak yang mengenal bentuk-bentuk rangkaian gerbang logika yang diambil dari
hasil tugas yang diberikan dari 8 orang anak 36.36% yang dapat mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai B (2,73-3,00) menjadi 22 orang 100%, mengalami
peningkatan 63,64%. Artinya anak mampu mengenal bentuk rangkaian gerbang logika dan
sekaligus dapat melaksanakan praktek mengamati serta merangkai bermacam rangkaian
gerbang logika, pada siklus 1 masih ada anak yang belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan, maka siklus 1 dikatakan belum tuntas dengan
dilanjutkan perbaikan pada siklus 2. Peningkatan pengetahuan anak pada siklus 2 mencapai
nilai rata-rata 3,21 untuk pengetahuan dan 3,22 untuk nilai keterampilan dengan kelulusan
100%, telah memahami bentuk rangkaian gerbang logika walaupun hanya 11 orang siswa
50,00% lulus dengan predikat B dengan rentang nilai 2,73-3,00, 7 orang siswa 31,82%
yang mendapat nilai dengan predikat B+, dengan rentang nilai 3,06-3,33 dan 4 orang siswa
mendapat nilai A- yaitu dengan rentang nilai 3,40-3,66. Disimpulkan bahwa dengan
menerapkan metode demontrasi dan penugasan secara bertahap dapat meningkatkan
terhadap kemampuan mengenal bentuk rangkaian gerbang logika dan sekaligus dapat
melaksanakan praktek mengamati serta merangkai bermacam rangkaian gerbang logika.
Dengan menerapkan metode demontrasi dan penugasan dapat merubah kegiatan belajar
yang dulu berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa.
Dalam melaksanakan proses yang akan dilakukan guru, hasil belajar siswa
pembelajaran teknik digital khususnya pada gerbang logika akan meningkat, untuk itu guru
materi gerbang logika, temuan saya sebagai perlu memperbaiki proses pembelajaran
guru mata pelajaran, kondisi kelas yang kurang dengan modefikasi pembelajaran ceramah
berhasil, setelah dievaluasi ternyata dari 22 menjadi pembelajaran yang lebih mandiri atas
orang siswa yang ada ternyata 8 orang siswa inisiatif siswa.
tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal Berdasarkan uraian di atas nampak
(KKM). adanya kesenjangan antara kondisi nyata
Kenyataan hasil belajarsiswa dalam dengan harapan guru masih menyampaikan
materi gerbang logika yang rendah tersebut, materi dengan metode ceramah sedangkan
perlu diperbaiki dengan nilai minimum kondisi akhir menggunakan metode demontrasi
ketuntasan belajar 81 (2,73). Melalui tindakan yang disertai dengan penugasan (resitasi). Jadi
dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja Kelebihan metode ceramah antara lain
harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui adalah : guru mudah menguasai kelas, guru
kreatifitas seseorang itu tanpa adanya mudah menerangkan bahan pelajaran, dapat
intervensi orang lain sebagai pengajar. diikuti siswa dalam jumlah besar, mudah
Salah satu komponen pendidikan yang dilaksanakan. Sedangkan beberapa kelemahan
sangat perlu dipahami oleh guru agar proses metode ceramah diantaranya : membosankan,
pembelajaran di kelas dapat berlangsung menjadi verbalisme (pengertian kata-kata),
dengan baik yaitu metode pembelajaran. merugikan siswa yang gaya belajar secara
Karena dengan memiliki pengetahuan yang visual, membuat siswa pasif, mengandung
luas tentang metode, guru dapat memilih unsur paksaan.
metode yang tepat untuk suatu materi Menurut Ramayulis, (2010:195),
(kompetensi) yang akan dipelajari atau yang Metode demonstrasi merupakan suatu cara
akan dicapai oleh siswa. Pemilihan metode mengajar dimana guru mempertunjukkan
yang tepat akan sangat membantu siswa dalam tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, sesuatu sedangkan murid memperhatikan.
agar tujuan pendidikan tercapai sesuai dengan Metode demontrasi merupakan metode
yang telah dirumuskan, maka seorang guru pembelajaran yang sangat efektif untuk
perlu mengetahui dan mempelajari beberapa menolong siswa mencari jawaban atas
macam metode pembelajaran, serta pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara
dipraktekkan pada saat proses pembelajaran di mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya?
kelas. Bagaimana proses mengerjakannya.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran Demonstrasi sebagai metode pembelajaran
seorang guru harus memahami dan mampu adalah bilamana seorang guru atau seorang
menerapkan berbagai metode pembelajaran, demonstrator memperlihatkan kepada seluruh
karena pada dasarnya guru adalah seorang kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya
pendidik. Pendidik adalah orang dewasa suatu alat, cara membuat sambungan kayu, cara
dengan segala kemampuan yang dimilikinya memasang ikatan batu bata dan sebagainya.
untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir Demonstrasi adalah salah satu cara
siswa didiknya dari tidak tahu menjadi tahu pengelolaan pembelajaran dengan
serta mendewasakan siswa didiknya. Guru memperagakan atau mempertunjukkan kepada
harus mampu menerapkan berbagai metode siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara
pembelajaran dan berusaha agar dapat kerja suatu produk teknologi yang sedang
menguasai keadaan kelas sehingga tercipta dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan
suasana belajar yang menyenangkan. Tiap-tiap menunjukkan benda baik yang sebenarnya,
kelas bisa kemungkinan menggunakan metode model, maupun tiruannya dan disertai dengan
pembelajaran yang berbeda dengan kelas yang penjelasan lisan.
lain. Kelebihan metode demonstrasi
Dengan demikian guru harus diantaranya adalah: Perhatian siswa dapat lebih
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dipusatkan, proses belajar siswa lebih terarah
dengan karakteristik siswa-siswanya. Dari pada materi yang sedang dipelajari, dan
sekian banyak metode pengajaran, beberapa pengalaman dan kesan sebagai hasil
metode pengajaran yang dapat diterapkan oleh pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
guru dalam proses belajar mengajar baik Sementara kelemahan dari metode demonstrasi
kegiatan yang dilaksanakan di dalam kelas antara lain adalah: Siswa kadang kala sukar
maupun di luar kelas, beberapa metode tersebut melihat dengan jelas benda yang diperagakan,
diantaranya adalah : tidak semua benda dapat didemonstrasikan dan
Metode ceramah boleh dikatakan sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh
metode tradisional, karena sejak dulu metode pengajar yang kurang menguasai apa yang
ini telah digunakan sebagai alat komunikasi didemonstrasikan.
lisan antara guru dengan siswa didik dalam 1) Langkah-langkah Menggunakan Metode
proses belajar mengajar. Metode ini banyak Demonstrasi
menuntut keaktifan guru daripada siswa, tetapi a) Tahap Persiapan
metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu Pada tahap persiapan menggunakan
saja dalam proses pembelajaran. (Syaiful Bahri metode demontrasi ada beberapa hal yang
Djamarah dan Aswan Zain, 2010: 97). harus dilakukan diantaranya adalah:
1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai memberikan tugas yang relevan, ada
oleh siswa setelah proses demonstrasi baiknya guru dan siswa melakukan
berakhir. evaluasi bersama tentang jalannya
2) Persiapkan garis besar langkah- proses demonstrasi itu untuk perbaikan
langkah demonstrasi yang akan selanjutnya.
dilakukan. Menurut Djamarah dan Zain, (2010: 85)
3) Lakukan uji coba demonstrasi. Metode penugasan adalah metode penyajian
bahan dimana guru memberikan tugas tertentu
b) Tahap Pelaksanaan agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode
Pada tahap pelaksanaan menggunakan ini dilakukan karena dirasakan materi pelajaran
metode demontrasi ada beberapa hal yang terlalu banyak, sementara wakrtu yang tersedia
harus dilakukan yaitu: sedikit. Dengan kata lain, antara materi
1) Langkah pembukaan, Sebelum pelajaran dengan alokasi waktu tidak
demonstrasi dilakukan ada beberapa hal seimbang, lebih banyak materinya.
yang harus diperhatikan, di antaranya: Kelebihannya dari metode penugasan
- Aturlah tempat duduk yang diantaranya adalah: pengetahuan yang siswa
memungkinkan semua siswa dapat didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan
memperhatikan dengan jelas apa yang dapat diingat lebih lama, siswa berkesempatan
didemonstrasikan. memupuk perkembangan dan keberanian
- Kemukakan tujuan apa yang harus mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan
dicapai oleh siswa. c)Kemukakan berdiri sendiri. Sementara kelemahan metode
tugas-tugas apa yang harus dilakukan ini antara lain adalah: terkadang siswa didik
oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan melakukan penipuan dimana siswa hanya
untuk mencatat hal-hal yang dianggap meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau
penting dari pelaksanaan demonstrasi. bersusah payah mengerjakan sendiri, terkadang
2) Dalam langkah pelaksanaan demonstrasi tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa
dilakukan. pengawasan dan sukar memberikan tugas yang
- Mulailah demonstrasi dengan memenuhi perbedaan individual. Pada
kegiatan-kegiatan yang merangsang hakikatnya masih banyak metode pembelajaran
siswa untuk berpikir, misalnya melalui yang dapat diterapkan dalam penyampaian
pertanyaanpertanyaan yang materi pembelajaran kepada siswa yang
mengandung teka-teki sehingga disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi
mendorong siswa untuk tertarik yang akan dibahas.
memperhatikan demonstrasi. Gerbang Logika atau dalam bahasa
- Ciptakan suasana yang menyejukkan Inggris disebut dengan Logic Gate adalah dasar
dengan menghindari suasana yang pembentuk Sistem Elektronika Digital yang
menegangkan. berfungsi untuk mengubah satu atau beberapa
- Yakinkan bahwa semua siswa masukan (Input) menjadi sebuah sinyal
mengikuti jalannya demonstrasi Keluaran (Output). Logis. Gerbang Logika
dengan memerhatikan reaksi seluruh beroperasi berdasarkan sistem bilangan biner
siswa. yaitu bilangan yang hanya memiliki 2 kode
- Berikan kesempatan kepada siswa simbol yakni 0 dan 1 dengan menggunakan
untuk secara aktif memikirkan lebih Teori Aljabar Boolean. Gerbang Logika yang
lanjut sesuai dengan apa yang dilihat diterapkan dalam Sistem Elektronika Digital
dari proses demonstrasi itu. pada dasarnya menggunakan Komponen-
3) Langkah mengakhiri komponen Elektronika seperti Integrated
demonstrasi. Apabila demonstrasi Circuit (IC), Dioda, Transistor, Relay, Optik
selesai dilakukan, proses pembelajaran maupun Elemen Mekanikal.
perlu diakhiri dengan memberikan Terdapat 7 jenis Gerbang Logika
tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya Dasar yang membentuk sebuah Sistem
dengan pelaksanaan demonstrasi dan Elektronika Digital, yaitu :
proses pencapaian tujuan pembelajaran. a. Gerbang AND
Hal ini diperlukan untuk meyakinkan b. Gerbang OR
apakah siswa memahami proses c. Gerbang NOT
demonstrasi itu atau tidak. Selain d. Gerbang NAND
data mengenai pengetahuan siswa terhadap dalam mengenal bentuk gerbang logika, jika
bermacam bentuk rangkaian gerbang logika. dibandingkan dengan kemampuan anak
Dari hasil tes awal menunjukkan bahwa sebelum penelitian, memanpakkan hasil yang
pengetahuan anak masih dalam kategori signifikan, karena dilihat dari kemampuan
kurang. Karena dari 22 siswa kelas X TAV anak yang mengenal bentuk gerbang logika
SMK Negeri 1 Bireuen hanya 14 orang siswa pada siklus 1 pertemuan ke 1, masih banyak
yang mencapai KKM yang ditetapkan yaitu anak yang belum menguasai materi, yaitu dari
yang mendapat nilai dengan kategori B+ 22 siswa, baru 6 orang siswa yang mendapat
(3,06-3,33) sebanyak 5 orang (22,73%), yang nilai B+ (3,06-3,33) atau 27,27% dan yang
mendapat nilai B (2,73-3,00) sebanyak 9 mendapa nila B (2,73-3.00) sebanyak 11
orang (40,90%), dikarenakan belum begitu orang 50%. Sedang yang belum berhasil yaitu
dapat mengenal materi gerbang logika, memperoleh nilai dibawah B (2,73-3.00)
Sedang yang belum berhasil yaitu sebanyak 3 yang terdiri dari siawa mendapat
memperoleh nilai B- (2,402,67) sebanyak 5 nilai B- (2,40-2,67) atau 13,63% dan sebanyak
(22,73%) dan memperoleh nilai C+ (2,06- 2 orang mendapat nilai C+ (2,06-2,33) atau
2,33) sebanyak 3 orang (13,64%) belum 9,00%.
begitu mengenal tentang materi gerbang Dilihat hasil penelitian pada siklus 1
logika. peretemuan ke 2, dengan menerapkan metode
Dengan penerapan metode demontrasi demontrasi dan penugasan pengetahuan siswa
dan penugasan secara bertahap yang dimulai semakin meningkat, ini terlihat dari jumlah
dari siklus 1, secara bertahap siswa siswa yang dapat mengenal bentuk gerbang
diperkenalkan dengan bermacam-macam logika dan dapat melaksanakan paraktek pada
rangkaian gerbang logika. siklus 1 pertemuan ke 2 yaitu siswa yang
Setelah diperkenalkan dengan belum menguasai materi atau belum mencapai
bermacam-macam contoh, kemudian anak nilai ≥ B (2,73-3,00) berjumlah 4 orang yaitu
diajarkan menggambar bentuk rangkaian dan 2 orang mendapat nilai B- (2,40-2,67) atau
kemudian mereka diberi tugas melaksanakan sebanyak 9,00%. Dan 2 orang mendapat nilai
tugas praktek sesuai dengan petunjuk langkah C+ (2,06-2,33) atau sebanyak 9,00%. Sedang
kerja dalam job sheet yang telah disediakan, siswa yang telah memperoleh nilai ≥ B (2,73-
hasil kerja siswa diberi skor penilaian sesuai 3,00) adalah sebanyak 12 orang yaitu siswa
dengan kemampuan mereka waktu mendapat nilai B (2,73-3,00) atau 54,57%,
melaksanakan tugas praktek. dan 6 orang siswa telah mendapat nilai B+
Pelaksanaan penelitian pada siklus 2 (3,06-3,33) atau 27,27%.
untuk menambah kemampuan anak dalam Dilhat dari hasil penilaian pada siklus 2
mengenal bentuk gerbang logika, disamping pertemuan 3 menunjukan bahwa hasil
mereka dilatih menggambar bentuk rangkaian, penilaian kemampuan siswa dalam mengenal
dengan berpedoman pada hasil gambar bentuk gerbang logika yang selama ini
mereka kemudian melaksanakan tugas praktek dianggab sulit, dengan menambah tugas
sesuai dengan bentuk gambar. Seperti yang latihan yang lebih sulit. Frekuensinya semakin
ditugaskan pada mereka yaitu bermacam meningkat, peningkatan memperlihatkan
bentuk rangkaian. Hasil penelitian pada siklus bahwa siswa yang mencapai siswa yang
2 menanpakkan peningkatan jumlah siswa belum mencapai KKM dengan nilai kurang
yang lebih banyak dapat mengenal bentuk dari B (2,73-3,00) semakin berkurang yaitu
gerbang logika diantaranya gerbang NAND berjumlah 3 orang yang terdiri dari 1 orang
dan erbang NOR. mendapat nilai C+ (2,06-2,33) atau sebanyak
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 4,54%. Dan 2 orang mendapat nilai B- (2,40-
2, disamping mereka dilatih menggambar 2,66) atau 9.00%. Sedang siswa yang telah
rangkaian, mengamati fungsi dari gate NOR, mencapai KKM yang ditetapkan atau
namun disini menuntut keterampilan lebih memperoleh nilai ≥ B (2,73-3,00) adalah
yaitu Merangkai rangkaian inverter dengan sebanyak 19 orang yang terdiri dari 10 orang
gate NOT. siswa mendapat nilai B (2,73-3,00) atau
Dengan pelaksanaan penelitian selama 45,45% dan yang mendapat nilai predikat B+
2 siklus secara bertahap dimulai dari siklus 1, (3,06-3,33) sebanyak 9 orang atau 40,91%.
dimana masing-masing siklus adalah 2 kali Dari hasil pelaksanaan penelitian pada
pertemuan, peningkatan kemampuan siswa siklus 2 pertemuan ke 4 kemampuan siswa
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN Abin Syamsudin Makmum, 2000, Psikologi
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Kependidikan, Bandung : Remaja
meningkatkan pemahaman siswa tentang Rosda Karya
konsep gerbang logika dengan
menggunakan metoda demontrasi dan Bloom, Benyamin S, 1986, Taxonomy of
penugasan dalam pembelajaran teknik Education Objective, New York :
digital di kelas X TAV SMK Negeri 1 Longman.
Buck Engineering Co (1987), Elektronik Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999,
Digital, USA Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
Model pengembangan Silabus Mata Nana Sudjana, 1996, Dasar-dasar Proses
pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Belajar Mengajar, Bandung : Sinar
Pembelajaran PKn. Jakarta : Pusat Baru.
Kurikulum, Balitbang Depdiknas
Ngalimun Purwanto, (1997). Psikologi
Djamarah, (1995). Strategi Belajar Mengajar. Pendidikan. Bandung, Remaja Rosda
Jakarta, PT.Rineksa Cipta. Karya
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. Ramayulis, (2010), Ilmu Pendidikan Islam,
(2010). Strategi Belajar Mengajar. cet. ke-8, Jakarta: Kalam Mulia,
Jakarta, PT. Rineksa Cipta.
Sardiman A.M, 1989, Interaksi dan Motivasi
Djamah Sopah, 2001, Pengembangan dan Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali
Penggunaan Model Pembelajaran Press.
ARIAS,
http://www.depdiknas.go.id./Jurnal/31/ Sadiman, Arif.dkk. (2007). Media Pendidikan:
djamah sopah.htm. Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta, PT. Raja
I Ketut Supribadi, (1987), Ilmu Bangunan Grafindo Persada
Gedung, Bandung, Penerbit Armico
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran.
JP. Chaplin. 1992. Psikologi Pengajaran. Jakarta, Kencana Prenada Media.
Jakarta : Pustaka Jaya.
Seels and Richey, 1994, Instructional
Karim, Abdul. (2007). Media Pembelajaran. Technology. New York : Ashton
Makassar: Badan penerbit UNM. Scholastic Pty Limited.
Oleh
Welni
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara meningkatkan prestasi siswa dalam
menyimpulkan paragraf deduktif dan induktif kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kuala
Kabupaten Bireuen, efektifitas model pembelajaran discoveri Learning dalam menyimpulkan
paragraf deduktif dan induktif, dan tingkat prestasi siswa dalam menyimpulkan paragraf
deduktif dan induktif. Penelitian ini dilaksanakan secara berulang dengan siklus tertentu,
setiap siklus dibahas peningkatan prestasi siswa yang cenderung semakin meningkat.
Penelitian bermanfaat ganda terutama bagi siswa, guru dan sekolah dalam
mengangkatprestasi belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran, menambah kemampuan profesioanlisme guru dalam mengajar. Meningkatnya
perhatian masyarakat terhadap sekolah, meningkatkan perhatian Dinas Pendidikan
Kabupaten. Model Discovery Learning merupakan salah satu model pembelajaran penemuan
yang dapat dicoba dalam rangka memperkaya Khasanah teknik pembelajaran. Penelitian ini
melibatkan teman sejawat sebagai observer dalam rangka menilai pelaksanaan penilitian agar
penelitian ini lebih akurat.Alat pengumpulan data berupa soal-soal, lembaran observasi dan
angket. Prosedur dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan 2 kegiatan
pembelajaran. Hasil penelitian persentase ketuntasan siswa siklus I 63% dengan nilai rata-
rata 75, nilai ke aktifan 71 proses Pada siklus kedua nilai ketuntasan menjadi 89 %, dengan
nilai rata-rata 83.
Kata Kunci: Prestasi Siswa, Paragraf Deduktif dan Induktif, Discoveri Learning
Salah satu aspek membaca yang harus menyimpulkan isi paragraf deduktif dan
dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia induktif , kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kuala
kelas XII SMA adalah aspek membaca belum sesuai dengan harapan. Temuan penulis
intensif dengan kompetensi dasar sebagai guru mata pelajaran, setelah penulis
menyimpulkan berbagai paragraf deduktif dan evaluasi ternyata dari 19 orang siswa yang ada,
induktif. Dalam tujuan pembelajaran siswa 8 orang siswa mendapat nilai 58 (44%), 4
diharapkan mampu menyimpulkan isi berbagai orang siswa mendapat nilai 25 (22%),4 orang
paragraf deduktif dan induktif dalam wacana siswa mendapat nilai 70 (22%) dan yang
bahasa Indonesia. Siswa yang dikatakan tuntas mendapat nilai 82 ( 12%) . Isi paragraf deduktif
atau berhasil dalam mencapai tujuan dan induktif di kelas tersebut yang tuntas hanya
pembelajaran apabila siswa sudah mencapai 3 orang. Hal ini masih perlu dicari solusi untuk
nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang melaksaksanakan pembelajaran yang lebih
ditetapkan sekolah yaitu 80.Jadi seorang siswa berhasil memenuhi harapan.
yang tuntas secara indifidu apabila telah Ada beberapa faktor penyebab
mencapai nilai minimal 80. Sedangkan untuk kurangnya hasil belajar siswa. Faktor utama
ketuntasan klasikal adalah 85 % dari jumlah adalah intake siswa, fasilitas belajar dan model
siswa telah mencapai nilai KKM. Penulis pembejaran.Pada umumnya siswa SMA Negeri
mengharapkan agar siswa mencapai nilai 1 Kuala belum memiliki buku-buku sumber
KKM yang telah ditetapkan. pembelajaran yang memadai. Dari segi intake
Dalam pelaksanakan proses tergolong sedang. Disamping itu buku-buku
pembelajaran mengambil kesimpulan dalam sumber pembelajaran bahasa Indonesia di
pembelajaran membaca wacana bahasa perpustakan sangat terbatas. Penulis pun belum
Indonesia khususnya pada materi menyiapkan media yang berisi materi
Welni, S.Pd* adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen
Welni, Peningkatan Prestasi Siswa Menyimpulkan Berbagai Paragraf 75
pembelajaran secara lengkap. Tambahan lagi Dari beberapa pengertian prestasi di atas
penulis mengajar terbiasa dengan metode terlihat beberapa penekanan, meskipun
konvensional. Di dalam penerapan metode ini intisarinya sama-sama hasil dari suatu kegiatan
penulis yang mendominasi proses dan usaha.Untuk itu dapat dipahami bahwa
pembelajaran sedangkan siswa menjadi vasif. bahwa prestasi belajar adalah suatu kegiatan
Akibatnya proses pembelajaran tidak menarik, yang telah dikerjakan, diciptakan, yang
siswa merasa bosan, penulis merasa lelah dan menyenangkan hati yang diperolah dengan
hasil pembelajaran pun belum mencapai keuletan kerja,baik secara kelompok atau
harapan sesuai dengan nilai KKM yang perorangan dalam kegiatan belajar dalam
ditetapkan. bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas hasil
Untuk memenuhi harapan, penulis pembelajaran.
mencoba mencari solusi dengan menerapkan
model pembelajaran Discovery Learning. 2. Hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar
Discovery Learning adalah model Ada beberapa aspek yang mempengaruhi
pembelajaran yang memberikan kesempatan hasil belajar atau prestasi siswa siswa.Aspek
kepada siswa untuk menemukan sendiri materi tersebut adalah aspek internal dan aspek
pelajaran yang telah direkayasa oleh eksternal. Aspek internal adalah aspek yang
guru.Melalui model pembelajaran ini siswa ada dalam diri siswa yang sedang belajar.
sebagai sentral pembelajaran sedangkan guru Aspek internal tersebut seperti: minat, bakat,
sebagai fasilitator.Dengan demikian, siswa motivasi dan intelegensi siswa. Sedangkan
akan lebih aktif, kreatif dan proses aspek eksternal adalah aspek yang ada di luar
pembelajaran pun menyenangkan, Tambahan diri siswa yang sedang belajar. Aspek eksternal
lagi prestasi siswa akan sesuai dengan tujuan berupa media pembelajaran, metode dan
yang diharapkan. Untuk itu penulis tertarik strategi yang digunakan guru, kualitas guru,
untuk mengadakan penelitian yang berjudul dukungan keluarga dan lingkungan masyarakat
”Peningkatan Prestasi Siswa Menyimpulkan yang mempengaruhi siswa.
Berbagai Paragraf Deduktif dan Induktif Aspek-aspek di atas saling mempengaruhi
Melalui Model Pembelajaran Discovery dalam pencapaian hasil pembelajaran.
Learning di Kelas XII IPA 1 SMA Negeri I Walaupun demikian, strategi pembelajaran
Kuala Kabupaten Bireuen.” yang sangat dominan mempengaruhi aspek
lainnya. Guru sebagai pengelola proses
pembelajaran harus pintar-pintar mencari
TINJAUAN PUSTAKA strategi dan model pembelajaran. Model
A. Aspek-aspek yang mempengaruhi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
Prestasi belajar siswa karakter siswa dapat meningkatkan motivasi,
1. Pengertian prestasi belajar minat dan bakat dalam belajar. Disamping itu
Prestasi adalah hasil kegiatan yang telah guru tidak terlalu lelah, siswa mencapai
dikerjakan. Perestasi tidak akan pernah harapan dalam pembelajaran dan suasana
didapatkan tampa usaha baik berupa pembelajaran menyenangkan.
pengetahuan maupun berupa keterampilan.
Purwadarminta (1991: 20) prestasi adalah hasil B. Membaca Pemahaman (Membaca
yang dicapai, dilakukan, dikerjakan dan Intensif)
sebagainya. Sedangkan menurut Hasan Abdul 1. Mengenali Pola Pengembangan Paragraf
Kohar (1991: 20) Apa yang telah dapat deduktif dan induktif
diciptakan hasil pekerjaan, hasil yang a) Pola deduktif: kalimat utama diletakkan di
menyenangkan hati yang diperoleh dengan awal paragraf.
jalan keuletan kerja. Serta nilai-nilai yang Pola pengembanga deduktif ini disebut juga
terdapat dalam kurikulum. dengan pola pengembangan umum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia khusus.Dalam pola ini, paragraf dimulai
prestasi adalah hasil yang telah dicapai dengan kalimat utama atau kalimat yang
sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang paling umum kemudian diikuti oleh kalimat-
telah dicapai setelah mengikuti proses kalimat khusus sebagai rincian penjelas.
pembelajaran Pola paragraf deduktif berdasarkan sifat
Welni, S.Pd* adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 76
Welni, S.Pd* adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen
Welni, Peningkatan Prestasi Siswa Menyimpulkan Berbagai Paragraf 77
Welni, S.Pd* adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2015 Volume 20 Nomor 1 78
ganda. Dalam proses belajar mengajar mampu meraih nilai KKM (80) yang
siswa dan guru diobservasi oleh kolaborator ditetapkan pihak sekolah.
dengan menggunakan dengan lembar 2. Terjadi peningkatan ketuntasan klasikal
observasi.catatan lapangan ,dan bukti yaitu 85% siswa sudah memperoleh
dokumentasi. nilai KKM
2. Alat pengumpulan data 3. Terjadi peningkatan motivasi siswa
a) Tes Hasil Belajar Siswa setiap kegiatan pembelajaran antar
Tes hasil belajar kelompok siklus.
menggunakan bentuk essay dan pilihan 4. Terjadi peningkatan aktivitas belajar
ganda. Setiap jawaban yang benar diberi siwa setiap kegiatan pembelajaran antar
skor 10, yang salah diberi skor 0. Tes ini siklus.
berguna untuk mengukur kemampuan 5. Terjadi peningkatan pelaksanaan proses
(C1–C4) siswa mengenai konsep dan belajar- mengajar yang dilaksanakan
penerapan pengambilan kesimpulan oleh guru.
paragraf deduktif dan induktif dan untuk
mendapatkan data tentang hasil proses
belajar siswa, sehingga mengetahui HASIL DAN PEMBAHASAN
sejauh mana siswa telah memahami A. Deskripsi Kondisi Awal
materi yang disampaikan dengan model Pada kondisi awal, 8 orang siswa
pembelajaran Discoveri Learning. mendapat nilai 58 (44%), 4 orang siswa
b) Observasi mendapat nilai 25 (22%),4 orang siswa
Digunakan untuk mendapatkan mendapat nilai 70(22%) dan 3 orang siswa
informasi tentang aktivitas guru dan mendapat nilai 82( 12%). Jadi dapat
murid dalam proses pembelajaran. disimpulkan bahwa pembelajaran materi
c) Catatan lapangan menyimpulkan isi paragraf deduktuf dan
Digunakan untuk informasi tentang induktif di kelas tersebut yang tuntas hanya 3
catatan kejadian-kejadian pada saat orang. Hal inilah sebagai pendorong untuk
jalannya proses pembelajaran bahasa perbaikan model pembelajaran.
Indonesia dengan model pembelajaran
Discovery Learning. B. Deskripsi hasil penelitian siklus 1
d) Bukti dokumentasi Pada tatap muka 1 siwa yang tuntas
Digunakan untuk memperoleh bukti hanya 8 orang ( 42 %) dan yang tidak tuntas
jalannya proses pembelajaran bahasa mencapai 11 orang ( 58%).Namun pada
Indonesia dengan menggunakan model pertemuan ke II ada mengalami peningkatan
pembelajaran Discovery Learning. yaitu 12 orang (63%) memperoleh nilai
ketuntasan, tapi peningkatan ini belum
E. Analisi Data signifikan.Pada pertemuan 1 silus 1 nilai
Analisi Data yang digunakan adalah keaktifan siswa rata-rata 71,70
analisis data deskriptif yang terdiri dari: Dari catatan yang ada maka peneliti
1. Hasil belajar, dengan menggunakan berkesimpulan bahwa pelaksanaan tindakan
analisis deskriptif komparatif yaitu: siklus pertama belum mendapat hasil yang di
dengan membandingkan nilai test antara harapkan dan memutuskan untuk melanjutkan
kegiatan pembelajaran dan antara siklus ke siklus II dengan melakukan perbaikan
2. Observasi dengan analisis deskriptif perbaikan. Perbaikannya dengan belajar
berdasarkan hasil observasi aktifitas berpasangan
siswa dan observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran. C. Deskripsi Hasil Siklus II
Pada siklus 2, siswa yang mengalami
F. Indikator kinerja ketuntasan sebanyak 17 orang (89%)dengan
Sebagai indikator keberhasilan yang nilai rata-rata 83 dan hanya 2 orang (11%) saja
diharapkan dalam kegiatan penelitian ini yang tidak tuntas. Nilai keaktifan siswa rata-
adalah: rata 83,75 dalam kategori baik. Nilai keaktifan
1. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar guru : 85,52 termasuk kategori baik. jadi pada
individual artinya siswa diharapkan siklus 2 terjadi peningkatan yang signifikan
Welni, S.Pd* adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen
Welni, Peningkatan Prestasi Siswa Menyimpulkan Berbagai Paragraf 79
dari segi hasil pembelajaran dan proses Joyce, B. & Calhoun, E. 1996. Creating
pembelajaran. Dari hasil refleksi seluruh siswa Learning Experiences: The Role of
menyatakan senang dan termotifasi dalam Instructional Theory and Research.
pembelajaran Discovery Learning. Alexandria, VA: Association for
Berdasarkan hasil test siklus II ada Curriculum Development and
perbedaan hasil siklus I dan siklus ke II. Pada Supervision.
siklus ke II hasil belajar dan keaktifan siswa
serta guru dalam proses belajar-mengajar Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E.
mengalami perubahan dan peningkatan cukup (2004).Models of Teaching. 7th ed.
signifikan. Maka penggunaan model Boston: Allyn & Bacon.
pembelajaran discoveri learning pada
pembelajaran membaca intensif, dalam Suyono. 2007. Cerdas Berpikir Bahasa
menentukan kesimpulan paragraf dapat Indonesia. Jakarta. Ganesa
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan
SIMPULAN Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa
Tarigan, HG. 1981. Membaca Sebagai Suatu
menyimpulkan paragraf deduktif dan
Keterampilan Berbahasa. Bandung:
induktif di kelas XII SMA Negeri 1 Kuala
Angkasa
Kabupaten Bireuen melalui model
pembelajaran discovery Learning. Welni, 2009. Peningkatan Kemampuan
2. Melalu model pembelajaran discoveri Membaca Puisi Siswa. Bireuen. PTK.
Learning dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa menyimpulkan paragraf Welni, 2011. Peningkatan Kemampuan Siswa
deduktif dan induktif di Kelas XII yang Membaca Isi Artike . Bireuen. PTK.
ditandai dengan ketuntasan hasil belajar www.belajar-sastraaceh.blogspot.com
setiap siklus yaitu siklus I (63%) dari
jumlah siswa, Siklus II meningkat menjadi
(89%)dari jumlah siswa.
3. Tingkat prestasi siswa menyimpulkan
paragraf deduktif dan induktif melalui
pembelajaran discovery Learning adalah
pada siklus 1 mendapat nilai rata-rata75,
siklus 2 nilai rata-rata 83. Dari segi proses
pada siklus 1 nilai keaktifan siswa 71,70,
dan siklus 2 nilai keaktifan 83,75.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Welni, S.Pd* adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri I Kuala Kabupaten Bireuen