Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN

INISIASI KENTANG

DPP/DPJ : Ir.Patricius Sipayung, M.Si


Asisten : 1. Andreas Fajar Tomyta Sarumaha
2. Dinanta Arif Tarigan

Oleh :
Winda Oktavia Butar-Butar/160420002

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya usaha di bidang pertanian maka
kebutuhan bibit semakin meningkat. Melalui perbanyakan konvensional sangat
sulit untuk memenuhi kebutuhan bibit yang sangat banyak dengan waktu relatif
cepat. Dengan demikian, teknologi kultur jaringan telah terbukti dapat digunakan
sebagai teknologi pilihan
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan
secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional,
teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur
dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering kali disebut
kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin), berarti "di dalam kaca" karena
jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi
tertentu. Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi. Teori ini
mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh
bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup. Oleh karena itu, semua
organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis
dengan induknya. Dalam tahapan kultur jaringan ada yang dinamakan dengan
tahap inisiasi dimana memisahkan bagian tanaman yang sudah dikultur untuk
dikembangkan lagi bagiannya. Nah, yang kami gunakan adalah kentang.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah supaya mahasiswa mengetahui
bagaimana cara menginisiasi tunas kentang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan semakin berkembangnya usaha di bidang pertanian maka
kebutuhan bibit semakin meningkat. Melalui perbanyakan konvensional sangat
sulit untuk memenuhi kebutuhan bibit yang sangat banyak dengan waktu relatif
cepat. Dengan demikian, teknologi kultur jaringan telah terbukti dapat digunakan
sebagai teknologi pilihan.( Mariska, 2008 ).
Menurut Sriyanti (1994), kultur jaringan adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel,
jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi
tanaman lengkap kembali. Tujuan dari Kultur jaringan diantaranya menciptakan
tanaman baru bebas penyakit, memperbanyak tanaman yang sukar diperbanyak
secara seksual, dan menghasilkan tanaman baru sepanjang tahun
(Hendaryono,1994).
Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan
jaringan atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang dimaksud secara
buatan adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan. Karena itu teknik ini
sering kali disebut kultur in vitro, sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan in vitro
(bahasa Latin, berarti "di dalam kaca") karena jaringan dibiakkan di dalam tabung
inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Kultur
jaringan secara teoretis dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan
maupun hewan (termasuk manusia) namun masing-masing jaringan memerlukan
komposisi media tertentu (Hendra, 2007).
Pertumbuhan dan perkembangan dalam kultur in vitro dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya: faktor genetik, media tumbuh, faktor lingkungan,
dan zat pengatur tumbuh. Menurut Wetherell (1982), zat pengatur tumbuh (ZPT)
di dalam dalam media berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan
tanaman pada setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan.
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan
kultur darieksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru

(Wetherell, 1976)Ditambahkan pula menurut yusnita, bahwa pada tahap ini


mengusahakan kultur yangaseptik atau aksenik aseptik berarti bebas dari
mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan dalam tahap ini juga diharapkan bah'aeksplan yang dikulturkan akan
menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akanmemungkinkan dilakukannya
pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan

(multiplikasi pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).

Inisiasi adalah pengambilan eksplan atau bahan tanam dari bagian tanaman
indukan untuk kemudian dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan
untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas, ujung akar, bunga, serbuk sari, batang
Untuk mendapakan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus
disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan
mikroorganisme yang menempel di permukaan eksplan. beberapa bahan kimia
yang dapat digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah NaOCl,
CaOCl2, etanol, dan HgCl2.
Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya
pencokelatan atau penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini disebabkan
oleh senyawa fenol yang timbul akibat stress mekanik yang timbul akibat
pelukaan pada waktu proses isolasi eksplan dari tanaman induk. Senyawa fenol
tersebut bersifat toksik, menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan
jaringan eksplan (Wijayani,1994).
Menurut Gunawan (1984), Jika kultur aseptik telah berhasil diperoleh,
langkah berikutnya adalah induksi multiplikasi. Pada beberapa spesies, eksplan
mungkin akan membentuk akar pada tahap awal pertumbuhan di media yang
sederhana. Spesies lain menghasilkan banyak tunas tanpa perlakuan khusus.
Dalam hal ini kebutuhan akan media yang lebih kompleks bergantung pada
tingkat multiplikasi yang diperlukan.
Tunas yang sudah ada mungkin tidak akan dapat tumbuh pada kondisi
normal karena dihalangi oleh daun atau dominasi apikal. Pembuangan ujung tunas
dapat dilakukan untuk mengatasi dominasi apikal, tetapi seringkali perlakuan
hormon yang dipilih. Produksi banyak tunas pada media yang kaya sitokinin akan
mengatasi dominasi apikal (Taiz and Zeiger, 1991).
Jika multiplikasi sudah didapat, kultur perlu diberi kondisi khusus untuk
pemanjangan tunas. Biasanya pemindahan kultur ke media tanpa hormon setelah
tahap multiplikasi cukup untuk merangsang pertumbuhan tunas. Pemberian GA
juga dapat menginduksi pertumbuhan memanjang (Richard and Robert, 1981).

Di Indonesia terdapat berbagai varietas kentang yang masing-masing


varietas memiliki sifat fisis dan kemis yang berbeda-beda. Sifat-sifat ini sangat
mempengaruhi mutu olah (cooking quality). Perbedaan sifat fisis dan kemis ini
mengakibatkan tidak semua varietas kentang cocok untuk digunakan sebagai
bahan baku suatu jenis olahan makanan (Soelarso, 1997).
Di samping varietas-varietas di atas, saat ini yang ditanam secara luas oleh
para petani adalah varietas Granola dan sudah tersedia bibit bebas penyakit dari
keturunan program kultur jaringan (tissue cultur). Varietas – varietas lainnya yang
juga ditanam oleh sebagian petani adalah varietas Diaman, Atlantik (benih impor)
dan Herta (Soelarso, 1997).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum yaitu :
Hari/tanggal : selasa 21 Mei 2019
Tempat : Laboratorium Kultur Jaringan
3.2 Alat dan Bahan
a. alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Botol
2. Baskom
3. Gayung
4. Keranjang
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Air
2. Eksplant kentang
3. Tissue
4. Aquades
5. GA 3

3.3 Prosedur kerja


Adapun prosedur percobaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Yang digunakan bahan eksplant yaitu kentang. Dimana tempat
menumbuhkannya di lakukan diruang gelap yang ber AC. Dan untuk
mempercepat pertunasan digunakan hormon GA 3 (giberellin) masa pertumbuhan
pertunasan 3-4 minggu.
2. Setelah itu diambil eksplan yang cukup besar dan tidak rusak
3. kemudian di bersihkan dengan air yang mengalir
4. kemudian direndam dengan detergen sebanyak 2 g/l selama 10 menit.
5. Kemudian dibersihkan kembali dengan air bersih. Setelah itu dimasukkan
kedalam ruang kultur dan di bersihkan lagi dengan byclean sebanyak 15 m/l
selama 15 menit.
6. Kemudian dibersihkan lagi dengan aqua disteril. Maka eksplan siap untuk
dikulturkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Eksplan yang diinisiasikan tumbuh dengan baik.
4.2 Pembahasan
Inisiasi adalah pengambilan eksplan atau bahan tanam dari bagian
tanaman indukan untuk kemudian dikulturkan. Bagian tanaman yang sering
digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas, ujung akar, bunga, serbuk
sari, batang
Untuk mendapakan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus
disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan
mikroorganisme yang menempel di permukaan eksplan. beberapa bahan kimia
yang dapat digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah NaOCl,
CaOCl2, etanol, dan HgCl2.
Pada praktikum ini bahan tanaman yang kami gunakan adalah kentang
yang sebelumnya sudah dikultur dan kembali kami inisiasikan. Dan yang kami
amati setelah seminggu dilakukan inisiasi terdapat kentang yang baik tumbuhnya,
ada tunas/daun yang mulai muncul.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Inisiasi adalah pengambilan eksplan atau bahan tanam dari bagian tanaman
indukan untuk kemudian dikulturkan.
2. Eksplan kentang yang diinisiasikan tumbuh dengan baik.
3. Untuk mendapakan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus
disterilisasi
5.2 saran
Adapun saran dalam praktikum ini adalah supaya asisten dosen lebih jelas
lagi menuntun praktikan bagaimana cara membuat laporan dengan baik supaya
kedepannya dapat membuat laporan yang baik dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, D. 2009. Induksi Umbi Mikro Tanaman Daun Dewa (Gynura
pseudochina (Lour.)DC) Secara In Vitro Pada Beberapa Konsentrasi
Sukrosa dan Retardan. Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor
Kusumaningrum, I.S. 2007. Evaluasi Pertumbuhan In Vitro dan Produksi Umbi
Mikro Beberapa Klon Kentang (Solanumtuberosum L.) Hasil Persilangan
Kultivar Atlantik dan Granola. Skripsi. Program Studi Hortikultura
Fakultas Pertanian Bogor.Bogor.
Taji, A., P. Kumar, and P. Lakshmanan. 2002. In Vitro Plant Breeding. New
York: Haworth Press, Inc.
Tajuddin, 1978. Perbanyakan Benih Tanaman Kentang. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Thorpe, T.A., 1981. Plant Tissue Culture, Academic Press. New York.
Tohir, K.A., 1983. Teknik Kultur Jaringan Kentang, Pradnya Paramitha. Jakarta.
Yuliarti, N.,2010. Kultur Jaringan Tanaman Sekala Rumah Tangga, Penerbit
ANDI. Yogyakarta.
Yustina, 2003. Cytokinin/auxin balance in crown gall tumors is regulated by
specific loci in the T-DNA. J. Proc. Natl. Acad. Sci. 80: 407-411
Wattimena, G.A., 1987. Multipikasi Tanaman Hortikultura secara Kultur
Jaringan, Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. PAU Bioteknologi IPB.
Bogor.
Wattimena, G.A, dkk. 1992. Bioteknologi Tanaman Laboratorium Kultur
Jaringan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Winners, R., 1975. Petunjuk dalam Melakukan Setek Tunas Kentang. Swadaya,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai