Anda di halaman 1dari 11

F.

2 Usaha Kesehatan Masyarakat


Upaya Kesehatan Lingkungan

KAWASAN TANPA ROKOK


LATAR BELAKANG Hak untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah
menjadi perhatian dunia. WHO memprediksi penyakit yang berkaitan
dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan di dunia. Dari tiap 10
orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal karena
disebabkan asap rokok.
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di
dunia setelah China dan India. Rendahnya kesadaran masyarakat
tentang bahaya merokok pun menjadi alasan sulitnya penetaan
Kawasan Tanpa Rokok, yang ditunjukkan dengan mulai merokok pada
kelompok usia 5-9 tahun. Selanjutnya, pada daerah pedesaan, jumlah
batang rokok yang dikonsumsi lebih banyak dibanding daerah
perkotaan. Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok
yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun pasif
merupakan salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan
asap rokok atau biasa disebut penetapan Kawasan Tanpa Rokok
PERMASALAHAN Kurangnya kepedulian siswa/i terhadap bahaya yang dihasilkan dari asap
rokok yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain
PERENCANAAN DAN Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi melalui
PEMILIHAN penyuluhan bagi siswa agar mengetahui kawasan yang dicanangkan
INTERVENSI sebagai kawasan tanpa rokok.
Penyuluhan mengenai bahaya merokok dilakukan pada :
 Hari / tanggal : Selasa, 13 Agustus 2019
 Lokasi : SMP Neg. 1
 Metode : Verbalisasi
 Peserta : Siswa/i SMP neg 01
PELAKSANAAN Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2019. Peserta yang
hadir berjumlah 151 orang. Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul
08.10 WIB. Materi yang diberikan adalah tentang bahaya merokok.
Materi penyuluhan disajikan dengan verbalisasi. Penyuluhan
dilaksanakan selama 10 menit dilanjutkan sesi diskusi.
MONITORING DAN Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak
EVALUASI antusias membuat diskusi mengenai kawasan tanpa rokok berjalan
dengan lancar.

Dengan judul/ topik : F2 Upaya Kesehatan Lingkungan / Rumah Sehat


A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut
rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul dan membina
rasa kekeluargaan diantara keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan
rumah juga merupakan status lambang sosial. Perumahan juga merupakan kebutuhan dasar
manusia dan merupakan determinan kesehatan masyarakat. Karenanya pengadaan
perumahan dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting. Perumahan yag layak
untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghunnya tetap sehat.
Rumah adalah struktur fisik yang terdiri dari ruangan, halaman, dan area sekitarnya yag
dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No.4 Tahun 1992).
Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana
lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk
kesehatan keluarga dan individu (WHO, 2001). Oleh karena itu keberadaan rumah yang
sehat, aman, dan serasi, dan teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat
terpenuhi dengan baik.

B. PERMASALAHAN
Rumah sehat menurut Winslow dan APHA (American Public Health Association)
harus memiliki syarat, antara lain :
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan (ventilasi), ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi masing-
masing penghuni rumah, privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota
keluarga dan penghuni rumah, lingkungan tempat tinggal yang memiliki tingkat ekonomi
yang relatif sama.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain
bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya kebakaran, tidak menyebabkan keracunan
gas, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya.
Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan
air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah,
membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada
tempat sampah.
Menurut Kemenkes, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya. Salah satu upaya preventif adalah dengan deteksi rumah masyarakat di
wilayah kerjanya, apakah sudah memenuhi kriteria rumah sehat atau tidak. Sanitasi rumah
berperan penting dalam pencegahan penyakit menular seperti diare, kolera, ispa, skabies,
demam berdarah, malaria, dan lain-lain. Untuk itu, dilakukan kunjungan rumah kepada salah
satu warga di wilayah kerja Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang, yaitu rumah Tn. W
di Dusun Gorangan Kidul RT 06 RW 08 Desa Kalisalak.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Tenaga kesehatan mengunjungi rumah Tn. W di Dusun Gorangan Kidul RT 06 RW 08
Desa Kalisalak Kecamatan Salaman, kemudian meneliti, mencatat, menilai sesuai kriteria
yang ada dan kemudian memberikan masukan agar tercipta rumah yag memenuhi syarat
kesehatan.

D. PELAKSANAAN
Tenaga kesehatan menilai rumah berdasarkan daftar tilik inspeksi rumah sehat
kemudian memberikan penilaian terdapat kriteria yang harus diperiksa. Masing-masing
kriteria diberi skor 0, 1, atau 2 sesuai kondisi yang ditemukan. Cara menghitung hasil
penilaian adalah Nilai x Bobot. Bila nilainya 1068 – 1200, maka rumah termasuk rumah
sehat, sedangkan bila skor kurang dari 1068, maka termasuk kriteria rumah tidak sehat.

Komponen Kriteria Hasil


rumah pemerik-
No Nilai
yang saan
dinilai
KOMPO-
31
I NEN
(bobot)
RUMAH
Langit- a. Tidak ada 0 √
langit b. Ada, kotor sulit dibersihkan
1
1 dan rawan kecelakaan
c. Ada, bersih dan tidak rawan
2
kecelakaan
Dinding a. Bukan tembok (terbuat dari √
1
anyaman bambu / ilalang)
2 b. Semi permanen / setengah
tembok/pasangan bata atau 2
batu yang tidak
diplester/papan yang tidak
kedap air
c. permanen
(tembok/pasangan bata atau
batu yang diplester/papan
3
kedap air)

Lantai a. Tanah 0 √
b. papan/anyaman bambu
dekat dengan tanah/plesteran 1
3
yang retak dan berdebu
c. Diplester/ubin/keramik/
2
papan (rumah panggung)
Jendela a. Tidak ada 0
4
kamar tidur b. Ada 1 √
Jendela a. Tidak ada 0
5 ruang b. Ada √
1
keluarga
Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, luas ventilasi √
permanen < 10% dari luas 1
6 lantai
c. Ada, luas ventilasi
permanen > 10% dari luas 2
lantai
Lubang a. Tidak ada 0
asap dapur b. Ada, luas ventilasi < 10% √
1
dari luas lantai dapur
c. Ada, luas ventilasi >10%
7
dari luas lantai dapur (asap
keluar dengan sempurna) atau 2
ada exhauster fan ada
peralatan lain yang sejenis
Pencaha- a. Tidak terang, tidak dapat
0
yaan digunakan untuk membaca
b. kurang terang, sehingga √
1
kurang jelas untuk membaca
8
c. Terang dan tidak silau,
sehingga dapat dipergunakan
2
untuk membaca dengan
normal
SARANA 25
II
SANITASI (Bobot)
1 Sarana air a. Tidak ada 0
bersih b. Ada, bukan milik sendiri √
(SGL/SPT/ dan tidak memenuhi syarat 1
PP/KU/ kesehatan
PAH) c. Ada, milik sendiri dan tidak
2
memenuhi syarat
d. Ada, bukan milik sendiri
3
dan memenuhi syarat
e. Ada, milik sendiri dan
memenuhi syarat 4

Jamban a. Tidak ada 0 √


(sarana b. Ada, bukan leher angsa,
pembuang- tidak ada tutup, disalurkan ke 1
an kotoran) sungai/kolam
c. Ada, bukan leher angsa dan
ditutup (leher angsa),
2 disalurkan ke sungai/kolam 2

d. Ada, bukan leher angsa ada


3
tutup, septic tank
e. Ada, leher angsa, septic
4
tank
Sarana a. Tidak ada, sehingga √
pembuang- tergenang tidak teratur di 0
an air halaman rumah
limbah b. Ada, diresapkan tetapi
(SPAL) mencemari sumber air (jarak 1
3 dengan sumber air <10m)
c. Ada, dialirkan ke selokan
2
terbuka
d. Ada, dialirkan ke selokan
tertutup (saluran kota) untuk 3
diolah lebih lanjut
Sarana a. Tidak ada 0 √
pembuang- b. Ada, tetapi tidak kedap air
1
an sampah dan tidak ada tutup
4
(tempat c. Ada, kedap air dan tidak
sampah) 2
tertutup
d. Ada, kedap air dan tertutup 3
PERILA-
KU 44
III
PENGHU- (Bobot)
NI
Membuka a. Tidak pernah dibuka 0
1 jendela b. Kadang-kadang 1 √
kamar c. Setiap hari dibuka 2
Membuka a. Tidak pernah dibuka 0
jendela b. Kadang-kadang 1 √
2
ruang c. Setiap hari dibuka
2
keluarga
Membersih a. Tidak pernah dibuka 0
-kan rumah b. Kadang-kadang 1 √
dan c. Setiap hari dibuka 2
3 halaman

Membuang a. Dibuang ke √
tinja bayi sungai/kebun/kolam 0
dan balita sembarangan
4
ke jamban b. Kadang-kadang ke jamban 1
c. Setiap hari dibuang ke
2
jamban
Membuang a. Dibuang ke √
sampah sungai/kebun/kolam 0
pada sembarangan
5
tempat b. Kadang-kadang ke jamban 1
sampah c. Setiap hari dibaung ke
2
tempat sampah
TOTAL HASIL PENILAIAN (6x31) + 343
(1x25) +
(3x44)

E. KESIMPULAN
Rumah tersebut termasuk kriteria rumah tidak sehat. Untuk meningkatkan sanitasi dan
juga kesehatan, petugas kesehatan perlu melakukan penyuluhan untuk memotivasi
masyarakat dalam pengadaan rumah sehat.

F. SARAN
1. Melakukan penyuluhan tentang kriteria rumah sehat, dan pentingnya mempunyai
tempat tinggal yang sesuai dengan kriteria tersebut
2. Bekerjasama dengan pemerintah atau pihak swasta untuk membantu pembangunan
rumah yang memenuhi kriteria rumah sehat pada masyarakat yang tidak mampu
Laporan F2. Upaya Kesehatan Lingkungan

Topik : Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik untu Pencegahan Demam


Berdarah
LATAR BELAKANG Juru Pemantau Jentik (jumantik) merupakan warga masyarakat setempat yang
dilatih untuk memeriksa keberadaan jentik di tempat-tempat penampungan air.
Jumantik merupakan salah satu bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakat
dalam menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang sampai saat
ini masih belum dapat diberantas tuntas. Dengan adanya jumantik yang aktif
diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD melalui kegiatan pemeriksaan
jentik yang berulang-ulang, pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),
serta penyuluhan kepada masyarakat. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat
melalui jumantik, diharapkan masyarakat dapat secara bersama-sama mencegah dan
menanggulangi penyakit DBD secara mandiri yakni dari, oleh, dan untuk
masyarakat (Depkes RI, 2010: 3).
Jumlah penderita penyakit DBD dari tahun ke tahun cenderung meningkat
dan penyebarannya semakin luas. Berdasarkan data Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang (P2B2), jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada
150.000 kasus. Pada tahun 2010 jumlah kematian akibat DBD di Indonesia sekitar
1.317 orang. Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus DBD di Association of
South East Asian Nations (ASEAN). Potensi penyebaran DBD di antara negara- 2
negara anggota ASEAN cukup tinggi karena banyak wisatawan keluar masuk dari
satu negara ke negara lain (Kompas, 19 Februaru 2011)
PERMASALAHAN Masih banyak orang masih belum memahami bahwa hal terpenting dalam
pencegahan demam berdarah adalah memperhatikan kesehatan lingkungan sekitar
yang ada, misalnya dengan mengendalikan pertumbuhan jentik sampai ke nilai nol.
PERENCANAAN DAN Cara yang paling mudah untuk mensosialisakan gerakan bebas jentik adalah
PEMILIHAN evalusi seecara langsung dari rumah ke rumah dan mengajarkan masyarakat cara
INTERVENSI
untuk menghitung jentik.
PELAKSANAAN Diadakannya edukasi tentang cara menghitung jentik dan cara menajaga kesehatan
lingkungan yang benar dengan kunjungan rumah secara langsung agar terhindar dari
jentik dan mencegah timbulnya penyakit demam berdarah.
MONITORING DAN Setelah dilakukan pelatihan maka warga masyarakat diberikan stiker untuk
EVALUASI mengontrol jumlah jentik yang ada di rumah dan dilakukan evaluasi tiap bulan
secara berkala oleh kader jumantik yang sudah dilatih oleh petugas puskesmas guna
menanggulangi dan mencegah terjadinya penyakit demam berdarah dan
meningkatkan adanya kesadaran terhadap kesehatan lingkungan sekitar.

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN
TIDAK MENULAR

Kegiatan : Penyuluhan Diare

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Diare cair akut adalah buang air besar lembek atau cair atau bahkan dapat berupa air
saja dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan
kesakitan tertinggi di anak, terutama dibawah usia 5 tahun. Diare akut sampai saat ini masih
merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita
yang banyak dalam waktu yang singkat.
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat
tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1
dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat
ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh
karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella
spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens
dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC).
Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk
setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di
negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. Di negara
berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di
Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya dibanding di negara
berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. Di Indonesia dari 2.812
pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi
seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam penyebab
terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp, V.
Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan
Salmonella paratyphi A.

1.2 Tujuan dan Target Kegiatan


Tujuan Kegiatan :
Tujuan dari diadakan penyuluhan tentang diare kepada kader dan masyarakat yang
menghadiri posyandu di Desa Arateng, ini secara umum adalah untuk mengetahui apa saja
penyebab diare, bagaimana penanganan pertama terhadap diare dan bagaimana pencegahan agar
tidak terkena diare.
Target Kegiatan :
Melalui kegiatan penyuluhan tentang diare ini diharapkan akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat, terutama kader dan masyarakat Desa Arateng, mengenai definisi diare,
cara penularan, dan cara pencegahannya serta penanganan pertama terhadap diare. Penyuluhan
ini juga diharapkan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
terutama diare di wilayah kerja Puskesmas Amparita.

BAB 2
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

2.1 Bentuk Kegiatan


Kegiatan penyuluhan akan ditujukan kepada peserta Posyandu Desa Arateng. Pada
penyuluhan ini akan menggunakan metode ceramah sebagai metode informasi kepada peserta
penyuluhan. Akan dijelaskan mengenai diare.

2.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari / Tanggal : Sabtu, 2019
Tempat : Posyandu Arateng

2.5 Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan penyuluh adalah metode ceramah dan tanya jawab.
BAB 3
PELAKSANAAN INTERVENSI

Penyuluhan mengenai tuberculosis anak telah selesai diadakan di Posyandu Arateng.


Kegiatan tersebut terdiri atas penyuluhan dan sesi tanya jawab.
Metode yang digunakan selama proses penyuluhan berlangsung adalah metode ceramah
yang disampaikan dangan santai tetapi serius dan dapat dipahami peserta. Dan di dalam proses
penyuluhan tersebut ada proses interaksi atau feed back antara penyuluh dan sasaran yang
berguna bagi sasaran dalam memperjelas tujuan program dan isi materi yang disampaikan.
Proses penyuluhan berjalan cukup lancar. Para peserta penyuluhan juga cukup baik
menyimak penjelasan dan di akhir acara cukup aktif menanyakan berbagai macam pertanyaan
seputar tuberkulosis anak. Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
pendengarnya mengenai diare, penanganan pertama serta pencegahan terjadinya diare.

Anda mungkin juga menyukai