Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya

adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu

mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,

berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti

berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan

kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh

organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut

dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat

dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku

makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

2.1.1 Perilaku Kesehatan (Notoatmodjo,2007)

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan

kesehatan, makanan serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.

Universitas Sumatera Utara


1. Perilaku pemeliharaan kesehatan ( Health maintenance )

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab

itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu

dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari

itu orang yang sehat perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan

yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat

memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya

makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan

seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini tergantung pada

perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan


kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health
seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari

mengobati sendiri ( self treatment ) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

Universitas Sumatera Utara


3. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial

budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi

kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola

lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau

masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat

pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan lainnya.

2.1.2. Domain perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang) namun dalam memberikan respon sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkuan. Hal

ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon

tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus

yang berbeda disebut determinan perilaku.

Menurut Lawrance Green (2005) perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor

sebagai berikut :

1). Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

Universitas Sumatera Utara


sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk

berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan

pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat pemeriksaan hamil, baik

bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan,

tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk

periksa hamil. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik (pemeriksa hamil termasuk

memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat.

Faktor-faktor ini terutama yang positif akan mempermudah terwujudnya perilaku

baru maka sering disebut faktor yang memudahkan

2). Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat

pembuangan tinja, tersedianya makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga

fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,

polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta (BPS), dan sebagainya.

Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung,

misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak

hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut

dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya

puskesmas, polindes, bidan praktik, ataupun rumah sakit. Fasilitas ini pada

Universitas Sumatera Utara


hakikatnya mendukung untuk atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan,

maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.

3). Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),

tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.

Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun

pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat,

masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta

dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh

masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.

Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku

masyarakat tersebut. Seperti perilaku pemeriksaan ibu hamil, serta kemudahan

memperoleh fasilitas pemeriksaan hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-

undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan periksa hamil. Oleh sebab itu

intervensi pendidikan hendaknya dimulai mendiagnosis 3 faktor penyebab

(determinan) tersebut kemudian intervensinya juga diarahkan terhadap 3 faktor

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Komunikasi

2.2.1. Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk

lambang atau simbol bahasa atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku

orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara/bunyi atau bahasa lisan,

maupun berupa gerakan, tindakan, atau simbol-simbol yang diharapkan dapat

dimengerti oleh pihak lain, dan pihak lain tersebut merespons atau bereaksi sesuai

dengan maksud pihak yang memberikan stimulus. Oleh sebab itu reaksi atau respons,

baik dalam bentuk bahasa maupun simbol-simbol ini merupakan pengaruh atau hasil

proses komunikasi. Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respons

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan, selanjutnya disebut komunikasi

verbal. Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol

disebut komunikasi nonverbal.

2.2.2 Komponen komunikasi

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa

berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:

 Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan

kepada pihak lain.

 Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu

pihak kepada pihak lain.

Universitas Sumatera Utara


 Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada

komunikan. Dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat

berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.

 Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari

pihak lain.

 Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi

pesan yang disampaikannya.

 Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana

komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol").

2.2.3 Proses komunikasi

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.

1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang

lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang

disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat

simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.

2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau

saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara

langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.

3. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan

menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti

oleh komunikan itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara


4. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan

atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami

pesan yang dimaksud oleh si pengirim.

2.2.4. Media Komunikasi

Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah media

yang sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunikasi.

Media komunikasi sangat berperan dalam memengaruhi perubahan masyarakat.

Televisi dan radio adalah contoh media yang paling sukses menjadi pendorong

perubahan. Audio-visual juga dapat menjadi media komunikasi. Penyebutan audio-

visual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut.

Media audio-visual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak

sasaran (penonton). Produk audio-visual dapat menjadi media dokumentasi dan dapat

juga menjadi media komunikasi. Sebagai media dokumentasi tujuan yang lebih utama

adalah mendapatkan fakta dari suatu peristiwa. Sedangkan sebagai media

komunikasi, sebuah produk audio-visual melibatkan lebih banyak elemen media dan

lebih membutuhkan perencanaan agar dapat mengkomunikasikan sesuatu. Film

cerita, iklan, media pembelajaran adalah contoh media audio-visual yang lebih

menonjolkan fungsi komunikasi. Media dokumentasi sering menjadi salah satu

elemen dari media komunikasi. Karena melibatkan banyak elemen media, maka

produk audio-visual yang diperuntukkan sebagai media komunikasi sering disebut

sebagai multimedia, pada masyarakat yang masih terbelakang (belum berbudaya

Universitas Sumatera Utara


baca-tulis) elemen-elemen multimedia tidak seluruhnya secara optimal menunjang

komunikasi. Masyarakat terbelakang hanya mengenal gambar dan suara.

Pada masyarakat modern seluruh elemen multimedia menjadi sangat vital

dalam membangun kesatuan dan memperkaya informasi. Suara, teks, gambar statis,

animasi dan video harus diperhitungkan sedemikian rupa penampilannya, sehingga

dapat menyajikan informasi yang sesuai dengan ciri khas masyarakat modern yakni

efektif dan efisien. Untuk kepentingan efektifitas dan efisiensi inilah kemudian

muncul istilah multimedia yang bersifat infotainment (informatif sekaligus

menghibur) dan multilayer (beberapa lapis tampil pada saat yang sama). Saat

menyaksikan tayangan TV masyarakat telah terbiasa melihat sinetron sambil

mencermati tambahan berita dalam bentuk teks yang bergerak di bagian bawah layar

TV, dan sesekali melirik logo perusahaan TV di pojok atas.

2.2.5 Metode Komunikasi

Dalam hal penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan banyak

cara (metode) yang ditempuh, hal ini tergantung pada macam-macam tingkat

pengetahuan, pendidikan, sosial budaya dan latar belakang dari komunikan sehingga

komunikator harus dapat melihat metode atau cara apa yang akan dipakai supaya

pesan yang disampaikan mengenai sasaran. Metode atau cara tersebut antara lain :

1. Komunikasi satu tahap

Komunikator mengirimkan pesan langsung kepada komunikan sehingga

timbul kemungkinan terjadi proses komunikasi satu arah.

Universitas Sumatera Utara


2. Komunikasi dua tahap

Komunikator dalam menyampaikan pesannya tidak langsung kepada

komunikan, tetapi malalui orang-orang tertentu dan kemudian mereka ini meneruskan

pesan kepada komunikan.

3. Komunikasi banyak tahap

Dalam menyampaikan pesan, komunikator melakukan dengan cara-cara lain,

tidak selalu mempergunakan komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah akan

tetapi dengan cara lain yaitu dengan melalui berbagai tahap.

2.3 DUKUNGAN SOSIAL

2.3.1. Definisi

Terdapat banyak definisi tentang dukungan sosial yang dikemukakan oleh

para ahli. Sheridan dan Radmacher menekankan pengertian dukungan sosial sebagai

sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain. “Sosial support is the

resources provided to us through our interaction with other people ”. (Sheridan dan

Radmacher, 1992).

Pendapat lain dikemukakan oleh siegel yang menyatakan bahwa dukungan

sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki

harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan

kewajiban bersama. “ Sosial support is information from others that one is loved and

Universitas Sumatera Utara


cared for, esteemed and valued, and part of a network of communication and mutual

obligation “ (Siegel dalam Taylor, 1999).

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan

sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan

psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai,

diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu

kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.

2.3.2. Sumber Dukungan Sosial

Dari definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber dari dukungan

sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan individu sehingga individu

tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini

terdiri dari pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf

medis serta anggota dalam kelompok kemasyarakatan.

2.3.3. Bentuk Dukungan

Sheridan dan Radmacher (1992), sarafino (1998) serta Taylor (1999)

membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk. Yaitu :

1. Dukungan instrumental (tangible assisstance)

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan

pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta

pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena individu dapat

Universitas Sumatera Utara


langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan

instumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih

mudah.

2. Dukungan informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik

tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong

individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

3. Dukungan emosional

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,

diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat

menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam

menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.

4. Dukungan pada harga diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian

semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif

dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam

membangun harga diri dan kompetensi.

5. Dukungan dari kelompok sosial

Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu

kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan

begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

Universitas Sumatera Utara


2.3.4 Dampak Dukungan Sosial

Bagaimana dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan

psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial

memengaruhi kejadian dan efek dari stres. Lieberman (1992) mengemukakan bahwa

secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya

kejadian yang dapat mengakibatkan stres. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi

dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada

kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya stres.

Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu pada

kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri, memengaruhi strategi

untuk mengatasi stres dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian

yang menimbulkan stres mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat

memodifikasi efek itu.

Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam

memengaruhi kejadian dan efek stres. Dalam Safarino (1998) disebutkan beberapa

contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain :

1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini

dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak

perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak

memperhatikan dukungan yang diberikan.

Universitas Sumatera Utara


2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.

3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti melakukan

atau menyarankan perilaku tidak sehat.

4. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang

diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang

seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi

tergantung pada orang lain.

2.4. Campak

2.4.1. Definisi

Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan

demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam

kulit. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.

Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam

kulit dan selama ruam kulit ada.

Vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3

tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang

pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit

ini.

Universitas Sumatera Utara


2.4.2 Penyebab

Campak disebabkan oleh paramiksovirus. Penularan terjadi melalui percikan

ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak. Masa inkubasi

adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan

pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1

tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah bayi berumur lebih dari 1

tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dan remaja dan dewasa muda yang

belum mendapatkan imunisasi kedua.

2.4.3. Gejala Klinis

Masa tunas 10-20 hari.Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium yaitu :

1. Stadium Kataral (Prodomal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise,

batuk, fotophobia, konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam

sebelum timbul eritema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili.

Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Gambaran darah

tepi ialah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis gambaran penyakit menyerupai

influenza dan sering di diagnosis sebagai influenza.

2. Stadium Erupsi

Timbul eritema atau titik merah di palatum durum dan palatum

mole.Terjadinya eritema yang berbentuk macula papula disertai meningkatnya suhu

Universitas Sumatera Utara


badan. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk,

sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan

ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah pada

hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya.

3. Stadium Konvalensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua yang lama

kelamaan akan hilang sendirir. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala pathognomonik

untuk morbili. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi

(Behrman dkk,2000)

2.4.4 Komplikasi

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.

Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak.

1. Infeksi bakteri (Pneumonia, Infeksi telinga tengah).

2. kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga

penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan

3. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

2.4.5 Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit yang khas. Pemeriksaan

lain yang mungkin perlu dilakukan seperti pemeriksaan darah, pembiakan virus dan

serologi campak.

Universitas Sumatera Utara


2.4.6. Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah

baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika

terjadi infeksi bakteri, maka baiknya diberikan antibiotik.

2.4.7. Pencegahan

Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak.

Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak

Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau

lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan.

Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua

diberikan pada usia 4-6 tahun.

2.4.8 Tahapan Pemberantasan Campak

Pemberantasan campak meliputi beberapa tahapan, dengan kriteria pada tiap tahap

yang berbeda-beda (Depkes RI,2006)

a. Tahap Reduksi

Tahap reduksi campak dibagi dalam 2 tahap

1) Tahap pengendalian campak

Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi <80%

dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4-8 tahun.

Universitas Sumatera Utara


2) Tahap pencegahan KLB

Pada tahap ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata

terjadinya penurunan tajam kasus dan kematian, dan interval terjadinya KLB

relatif lebih panjang.

b. Tahap Eliminasi

Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (<95%) dan daerah-

daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus

campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai

tidak terlindung (susceptable) harus diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan.

c. Tahap Eradikasi

Cakupan imunisasi tinggi dan merata dan kasus campak sudah tidak ditemukan.

Transmisi virus sudah dapat diputuskan dan negara-negara di dunia sudah memasuki

tahap eliminasi. Reduksi campak mempunyai 5 strategi :

1. Imunisasi rutin 2 kali, pada bati 9-11 bulan dan anak Sekolah Dasar Kelas 1

(belum dilaksanakan secara nasional) dan imunisasi tambahan atau suplemen

2. Surveilans campak

3. Penyelidikan dan penanggulangan KLB

4. Manajemen kasus

5. Pemeriksaan laboratorium

Universitas Sumatera Utara


Surveilans dalam reduksi campak di Indonesia masih belum sebaik surveilans

eradikasi polio. Kendala utama yang dihadapi adalah kelengkapan data/laporan rutin

Rumah Sakit dan Puskesmas yang masih rendah, beberapa KLB campak yang tidak

rutin terlaporkan, pemantauan dini (SKD-KLB) campak pada desa-desa berpotensi

KLB pada umumnya belum dilakukan dengan baik terutama di puskesmas, belum

semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta ikut berkontribusi

melaporkan bila menemukan campak (Depkes RI.2005).

2.5 Imunisasi

Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta

produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan

terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau

racunnya yang masuk kedalam tubuh (Djauzi dan Sundaru, 2003)

Kuman disebut antigen, pada saat pertama kali antigen masuk kedalam tubuh,

maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi.

Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat,

karena tubuh belum mempunyai “pengalaman”. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3

dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori mengenali antigen tersebut sehingga

pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang

lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap

berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai

Universitas Sumatera Utara


tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya

terkenapun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal. (Depkas RI, 1990)

Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif

adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan

dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya

adalah imunisasi polio, campak dan lain-lain. Sedangkan imunisasi pasif adalah

penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat.

Contohnya adalah penyuntikan luka kecelakaan (Djauzi dan Sundaru, 2003).

Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak-anak dan dewasa meninggal

karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan

kurangnya informasi tentang pentingnya imunisasi (Depkes RI, 2005).

2.5.1. Tujuan Imunisasi

Untuk mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh

wabah yang sering berjangkit. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan

program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kematian bayi (Depkes

RI.1990)

Universitas Sumatera Utara


2.5.2. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi adalah (Depkes RI, 1990) :

1. Untuk anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat

atau kematian.

2. Untuk keluarga

Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit. Mendorong

pembentukan keluarga kecil apabila orangtua yakin bahwa anaknya akan

menjalani masa kanak-kanak dengan aman.

3. Untuk negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk

melanjutkan pembangunan negara, memperbaiki citra bangsa Indonesia diantara

segenap bangsa di dunia.

2.6 Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut di atas, maka peneliti dapat merumuskan

beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Perilaku ibu balita

dalam imunisasi campak merupakan bentuk perilaku dari ibu balita dalam

meningkatkan derajat kesehatannya. Determinan perilaku kesehatan tersebut

dipengaruhi oleh komunikasi petugas sosial, serta konsekuensi terhadap dukungan

tokoh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Green (1980), bahwa derajat kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh prediposing factor, enabling factor, reinforcing factor. Dalam

Reinforcing factor ini meliputi perilaku tokoh masyarakat berupa dukungan tokoh

agama dan perilaku petugas kesehatan, tentang bagaimana cara komunikasi petugas

kesehatan dalam menyampaikan penyuluhan kepada ibu balita tentang imunisasi

campak.

Dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit campak, diperlukan

partisipasi masyarakat, salah satunya dukungan tokoh agama yang merupakan kunci

keberhasilan, yang dapat juga diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau

seekelompok masyarakat dalam suatu kegiatan, dalam hal ini imunisasi campak.

Partisipasi dari petugas kesehatan melalui penyuluhan dengan komunikasi yang dapat

diterima oleh ibu balita sebagai informasi yang bermanfaat dan dilaksanakan.

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka peneliti dapat merumuskan

kerangka konsep penelitian serta varibel – variabel yang akan diteliti, seperti pada

gambar berikut :

Universitas Sumatera Utara


31

Variabel Independen Variabel Dependen

Komunikasi petugas
Kesehatan:
- metode
- media
- strategi pesan
- isi pesan Perilaku Ibu Balita
Dalam Immunisasi
Campak
Dukungan Tokoh Agama

- Dukungan
instrumental
- Dukungan
informasional
- Dukungan
emosional

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai