Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH ISLAMISASI SAINS DI AWAL ISLAM

Ainun Nazah Sihaf, Badratun Nisa, Mursidan,

Popi Riski Nata, Putri Mawaddah, Raihan Nabila

Program Study Pendidikan Fisika

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Ar-Raniry

Email :

Abstrak
Islamisasi ilmu pengetahuan sejak kelahirannya mengundang para ahli untuk
memperbincangkannya. Kalangan cendekiawan muslim yang berpendapat pentingnya ilmu
pengetahuan meyakini bahwa ilmu pengetahuan sangat urgen untuk diislamkan, mengingat ilmu
pengetahuan dalam pandangan mereka telah teracuni nilai-nilai ideology dan filosofi Barat yang
banyak bertentangan dengan ajaran islam. Tokonya Adalah Al-Faruqi dan Al-Attas dua tokoh
sentral ide islamisasi ilmu pengetahuan yang secara getol mempropagandakan ide itu dengan
tujuan mengembalikan ilmu pengetahuan yang dinilai telah keluar dari kerangka aksiologisnya.
Dalam pikiran mereka, ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini bukan lagi untuk
kemanfaatan manusia tapi telah mengarah kepada kerusakan dan kehancuran umat manusia.

Kata kunci: Islamisasi, Ilmu Pengetahuan, Sejarah, Tantangan

Pendahuluan
Saat ini peradaban umat manusia dalam sisi materi berada pada puncak kejayaannya.
Namun kemajuan peradaban ini lebih banyak dikendalikan oleh Barat atas dunia islam.
Peradaban islam yang pernah mendomminasi dunia, kini tenggelam dan dikuasai oleh orang
Barat. Kemajuan barat ini disebakan oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada sisi
lain dunia islam terjerembab dalam lembah kemunduran dan keterbelakangan, setelah pada
beberapa abad sebelumnya mendominasi pada peradaban dunia. Menghadapi keadaan demikian,
perlu dicari akar masalah penyebab terjadinya keadaan ini. Syech Muhammad Abduh
menyatakan peneyebab kemunduran itu disebebkan oleh ummatnya. “ Al Islaamu makhjuubun
bil muslimiin” Islam tertutup oleh ummat islam sendiri (Natsir,1981:8). Ummat islam tertinggal

1
karena adanya perpecahan, perebutan kekuasaan dan meninggalkan ajaran-ajaran agamanya yang
berimplikasi pada ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada sisi lain muncul
kesadaran dikalangan ummat islam maupun umat manusia pada umumnya, bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini membawa implikasi negative, munculnya krisis yang sifat
nya gobal. Untuk itu kami akan membahas tentang sejarah ide islamisasi sains, dan juga
tantangan islamisasi sains.

Hasil dan Pembahasan


1. Sejarah Islamisasi Sains

Islamisasi ilmu pengetahuan pada dasarnya telah berlangsung sejak permulaan islam
hingga zaman kita sekarang ini. Wahyu yang pertama diturunkan kepada nabi secara jelas
menegaskan semangat islamisasi ilmu pengetahuan.

“Bacalah dengan (menyebut) namaTuhanmu yang menciptakan (1), Dia Telah


menciptakan manusia dari segumpal darah (2), Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah (3), Yang mengajar (manusia)dengan perantaraan kalam (4), Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”. (Qs Al-Alaq:1-5).

Sebelum abad pertengahan pada masa dinasti Abbasyiah yang dipimpin Khalifah Harun
Arrasyid. Beliau mengumpulkan para orang islam dan memerintahkan mengembara keseluruh
penjuru untuk mencari ilmu pengetahuan.Kemudian pada sekitar abad ke-8 Masehi, mereka
pulang dari mengembara dan membawa hasil yang memuaskan yaitu ada yang mendapatkan
ilmu dan ada yang membawa beberapa buku. Dan pada saat itulah mereka menerjemahkan
buku-buku yang mereka bawa,sehingga saat itu penerjemah merupakan pekerjaan favorit. Dan
hasil terjemahan yang mereka lakukan banyak menghasilkan ilmuwan seperti
fisika,kimia,dokter,matematika,filsafat,dan masih banyak lagi. karena itu islamisasi ini
berlanjut secara besar-besaran pada abad pertengahan, Disamping itu, para ilmuwan melakukan
analisis kritis dan bahkan melakukan rekonstruksi terhadap pemikiran para filosof Yunani
(Kartanegara, 2011:292). Salah satu karya besar tentang usaha islamisasi ilmu adalah hadirnya
karya Imam Al-Ghazali, Tahafut al-falasafifah. Dalam buku tersebut Imam al Ghazali telah
menangkal para filsuf Yunani dalam bidang metafisika. Beliau tidak menyerang dan
membuang filsafat sebagai sistem berfikir, melainkan hanya meluruskan tradisi, Kebanyakan
filsuf yang menurut beliau dapat merancukan aqidah umat Islam (Kartanegara, 2011: 292). Hal
demikian, walaupun tidak menggunakan pelabelan islamisasi, tapi aktivitas yang sudah mereka
lakukan sejalan dengan makna Islamisasi.

Dalam beberapa waktu kemudian islam mengalami kemunduran dalam bidang ilmu
pengetahuan dikarenakan, pada saat itu diruntuhkannya perpustakaan Baitul Al-Hikmah, di
buangnya buku-buku, dan pada saat itu orang islam juga tidak ingin mencari tahu kembali karena
pada saat itu dinasti Abbasyiah mengalami krisis ekonomi .

2
Syed M.Naquib al-Attas sebagai proyek islamisasi yang mulai diperkenalkannya pada
konferensi dunia mengenai Pendidikan Islam yang pertama di Makkah pada tahun 1997
(Indrayogi,2011). Al-Attas, cendikiawan Islam Malaysia kelahiran Bogor (Husaini, 2025:251)
ini dianggap sebagai orang yang pertama kali mengupas dan menegaskan tentang perlunya
Islamisasi ilmu pengetahuan. Selain itu, secara konsisten dari setiap yang dibicarakannya, Al-
Attas menekankan akan tantangan besar yang dihadapi zaman pada saat ini, yaitu ilmu
pengetahuan yang telah kehilangan tujuannya.

Di kancah Internasional, gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan dianggap dipelopori


Ismail Raji al-Faruqi menggagas teori Islamisasi ilmu pengetahuan sepuluh tahun setelah Naquib
Al Aaattas (Al-Attas, 2006;285). Sebagaimana Al Attas, Ismail Raji Al Faruqi, ilmuwan muslim
terkemuka kelahiran Palestina, memimpin institusi yang misi dan tujuan terpenting (raison
d’etre) nya menggodok dan mensosialisasikan gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan. Institusi
yang dimaksud adalah International Institute of Islamic Thought (IIIT) Washington DC. Di
tingkat nasional, gagasan Islamisasi Ilmu juga disambut oleh kalangan cendekiawan muslim
antar lain; AM Syaefuddin, Haidar Bagir, Dawam Raharjo, Deliar Noer, Mulyanto, dan lainnya.

2. Implementasi Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Implementasi Islamisasi ilmu pengetahuan di dunia Islam, mempunyai banyak ragam


pendekatan. Tiga pendekatan dalam melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan yaitu: pendekatan
ayatisasi, pendekatan aksiologis, dan pendekatan penerapan nilai-nilai Islam dan Konsep Tauhid.

a.Pendekatan ayatisasi

Islamisasi dengan pendekatan demikian adalah memberikan label Islami pada suatu
teori atau ilmu pengetahuan tertentu. Pendekatan labelisasi berdasarkan asumsi bahwa Al
Qur’an surat an Nahl ayat 89

“……dan kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan


segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri(muslim)” (QS.An Nahl:89).

Maksudnya adalah bahwa islamisasi ilmu pengetahuan dibutuhkan pendekatan


ayatisi, dimana ayatisi ini adalah ayat dalam Al-Qur’an. Sebagaiamana yang kita ketahui
didalam Al-Qur’an terdapat bamyak sekali ilmu yang tidak kita ketahui khususnya
dibidang sains. Seperti contoh tentang rotasi dan revolusi bumi.Tokoh dari pendekatan ini
adalah Maurice Bucaille.

b. Pendekatan Aksiologis

Pada pendekatan ini, Islamisasi dilakukan dengan cara menjadikan atau menerapkan
Islam sebagai landasan penggunaan ilmu pengetahuan(aksiologi), tanpa
mempermasalahkan aspek ontologies (hakikat—hakikat semua yang ada baik Abstrak

3
maupun riil. Contoh:mekanika, bunyi, fisika nuklir dll) dan epistemologis (menyelidiki
sumber,syarat,serta proses terjadinya) Dengan kata lain ilmu pengetahuan tidak
dipermasalahkan, yang dipermasalahkan adalah orang yang menggunakan ilmu
pengetahuan tersebut (Nata, 2008:420). Tokoh dari pendekatan ini adalah Fazlur Rahman
dan Harun Nasution.

c. Pendekatan Internalisasi Nilai-nilai Islam dan Konsep Tauhid

Dalam pendekatan ini, Islamisasi ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara


memasukkan nilai-nilai Islam kedalam konsep ilmu pengetahuan dan teknologi.
Asumsinya adalah ilmu pengetahuan tidaklah netral, tetapi penuh muatan-muatan nilai-
nilai yang dimasukkan oleh orang yang merancangnya. Jadi Islamisasi ilmu pengetahuan
dan teknologi dilakukan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri, bukan
hanya pada sisi penggunaannya. Pendekatan model demikian cukup idealis, dan bias
memberi solusi bagi umat Islam dalam melepaskan diri dari belenggu ilmu pengetahuan
modern yang didominasi barat. Gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan dengan pendekatan
ini antara lain dianut oleh Naquib al Attas, Ziaudin Sardar dan AM Syaefuddin.

3. Tantangan Islamisasi Ilmu Pengetahuan

a. Komitmen Kaum Muslimin


Tidak semua kaum muslimin sepakat dengan ide islamisasi ilmu pengetahuan,
bahkan Naquib al-Attas mengungkapkan bahwa tantangan terbesar terhadap
perkembangan gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan muncul dari kalangan umat Islam
itu sendiri. Kalangan umat Islam yang tidak mendukung ide islamisasi, antara lain akibat
kedangkalan pengetahuan umat Islam terhadap agamanya sendiri (Nata,2003:126)
b. Komitmen Sarjana Islam
Komitmen sarjana islam masih perlu dipertanyakan, tuntutan kehidupan yang
memunculkan pola hidup materialisme, konsumerisme dan hedonisme menyebabkan
mengikisnya semangat dan idealisme sarjana islam untuk melakukan Islamisasi ilmu
pengetahuan. Ilmu dianggap sebagai komoditi yang bias diperjualbelikan untuk meraih
keuntungan. Akibatnya, orientasi dalam menuntut ilmu atau pun dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan ikut berubah, tidak lagi untuk meraih “keridhaan Allah” tetapi untuk
kepentingan diri sendiri.
c. Komitmen Institusi pendidikan tinggi islam
Permasalahan memudarnya idealisme juga terjadi pada innstitusi Pendidikan
Tinggi. Perguruan Tinggi Islam yang seharusnya menjadi ujung tombak gerakan
Islamisasi ilmu penegetahuan, sering terjebak dalam sikap pragmatisme. Sebagian
Perguruan Tinggi Islam hanya berorientasi untuk memenuhi kebutuhan pragmatis,
menjadi pabrik industri tenaga kerja dan bukan lagi merupakan pusat perkembangan ilmu
pengetahuan.

4
KESIMPULAN

Islamisasi ilmu pengetahuan pada hakekatnya merupakan suatu upaya


mentransformasikan nilai-nilai Islam ke dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya ilmu
pengetahuan. Dengan Islamisasi ilmu pengetahuan, dapat diketahui dengan jelas bahwa Islam
mengatur semua aspek kehidupan, bukan hanya mengatur masalah ibadah ritual semacam shalat,
puasa, zakat, haji, atau mengurus jenazah. Islam mengintegrasikan masalah dunia dengan
akhirat, menyintesiskan iman, ilmu dana mal, memadukan zikir dengan fikir. Singkatnya islam
mengintegrasikan nilai-nilai transendental ke dalam segi-segi kehidupan duniawi termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Saat ini dunia didominasi peradaban Barat yang dengan keunggulan ilmu pengetahuan
dan teknologi menguasai dunia. Peradaban Barat terbukti memberi kontribusi pada munculnya
serangkaian krisis global. Peda kondisi yang demikian, kehadiran ilmu pengetahuan Islami
merupakan suatu kebutuhan bagi umat manusia. Maka proyek Islamisasi ilmu pengetahuan
adalah sebuah mega proyek yang ditunggu hasilnya.

Realisasi Islamisasi ilmu pengetahuan menggunakan beberapa pendekatan, mulai dari


sekedar labelisasi, pendekatan aksiologi, pendekatan internalisasi nilai-nilai Islam dan penerapan
prinsip Tauhid, hingga melalui pendidikan Islam. Pendekatan penerapan nilai-nilai Islam dan
penerapan prinsip Tauhid, dan pendekatan melalui pendidikan merupakan pendekatan yang
cukup idealis dan realistis. Bila dioperasionalisasikan, Insya Allah akan muncul bangunan ilmu
pengetahuan yang membawa kepada keharmonisan dan kebahagiaan yang hakiki bagi umat
manusia dan seluruh alam.

REFERENSI

https://www.academia.edu/35116181/ISLAMISASI_ILMU_PENGETAHUAN_DAN_APLIKASINYA_
DALAM_PENDIDIKAN_ISLAM

Al Attas, Ismail Fajrie. 2006. Sungai tak Bermuara, Risalah Konsep Ilmu dalam Islam, Sebuah Tinjauan
Ihsani. Jakarta: Diwan.

Natsir, M., 1981. Dunia Islam dari Masa ke Masa. Bandung; Pustaka.

Al Faruqi, Isma’il Raji. 1984. Islamisasi Pengetahuan. Penerjemah Anas Mahyidin. Bandung: Pustaka.

https://media.neliti.com/media/publications/69311-ID-islamisasi-ilmu-pengetahuan.

5
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Mauliada : Apa Visi dan Misi kalian sebagai pemuda agar Islamisasi sains maju kembali!
Jawaban
Mursidan : -Visi kami adalah menjadikan ilmu pengetahuan sains menjadi bagian yang penting
dalam peradaban dunia dan didasari dengan Al-Qur’an.
- Misi kami adalah mendalami dan mempelajari ilmu pengetahuan melalui Al-Qur’an,
menanamkan bahwasanya ilmu pengetahuan sains sangat penting bagi kehidupan, mengkaji
kembali dan mengembangakan ilmu pengetahuan yang sudah ada.

2. Nur Fadila : jelaskan apa itu aksiologi, ontology, dan epistemology. Beserta contoh!
Jawaban
Badratun NIsa :- aksiologi adalah menerapkan dan menjadikan islam atau nlainnya sebagai
landasan ilmu pengetahuan. Contoh Al-Qur’an dengan fisika,yaitu teori tentang rotasi dan
revolusi,yang menjadi landasan teori ini adalah terdapat dalam Al-Qur’an.
-ontology adalah hakikat-hakikat semua yang ada baik abstrak maupun riil. Contoh dalam ilmu
fisika, mekanik, bunyi, fisika nuklir dsb)
-epistemology adalah menyelidiki sumber, syarat serta proses terjadi nya. Contohnya
menyelidiki proses terjadinya pelangi,karena adanya pembiasan.

3. Nur Rizka Amalia : jelaskan maksud dari islam tertutup oleh ummat islam sendiri!
Jawaban
Popi Riski Nata : maksud tertutup disini dapat diartikan kemunduran ummat islam,jadi menurut
Syech Muhammad Abduh islam mengalami kemunduran oleh ummat islam sendiri, contohnya
dalam bidang ilmu pengetahuan, yaitu orang islam tidak mau mencari tahu kembali tentang
ilmu pengetahuan setelah dihancurkannya perpustakaan dan di buangnya buku buku, gal ini
disebabkan pada saat itu islam mengalami krisis ekonomi.

4. Diasyadi Andrian : jelaskan pendekatan ayatisi!


Jawaban
Reihan Nabila: dalam ilmu pengetahuan sains sangat dibutuhlkan pendekatan ayatisi karena
melalui ayat ayat Allah kita banyak mengetahui ilmu ilmu yang tidak ketahui, salah contohnya
dalam fisika adalah besaran fisis,dan ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Qamar ayat 49:
yang artinya”sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.

5. Jaya Putri Rejeki : kenapa pada saat itu penerjemah sebagai pekerjaan favorit?
Jawaban
Ainun Nazah Sihaf : karena pada saat itu banyak buku yang belum di terjemahkan dan buku itu
adalah hasil dari mengembara pada abad pertengahan,sehingga pada saat itiu banyak yang

6
menerjemahkan buku. Dann hasil dari terjemahan itu sangat bermanfaat,seperti
fisika,kimia,kedokteran filsafat dan lain sebagainya

Anda mungkin juga menyukai