Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pneumatik adalah sebuah sistem penggerak yang menggunakan udara bertekanan untuk
menggerakan sebuah silinder kerja atau biasa disebut aktuator. Silinder kerja inilah yang
nantinya mengubah tekanan udara tersebut menjadi tenaga mekanik. Maksud dilaksanakannya
praktikum ini adalah agar mahasiswa praktikan paham implementasi sistem pengendalian dan
kontrol pneumatik di bidang industri, dan mengetahui penerapan gerbang logika dasar untuk
pneumatik trainer pada percobaan LK147C logic kit. Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah instrumen pneumatic trainer, kompresor, dan pipa selang. Pada praktikum ini praktikan
melaksanakan tiga subpraktikum, yaitu bus door model, timer kit, dan logic gate. Pada bus door
model disimpulkan bahwa semakin besar tekanan maka semakin cepat gerak aktuator, ini
ditunjukkan pada tekanan 1 bar aktuator bergerak keluar selama 0,26 detik dan masuk selama
0,15 detik. Namun pada tekanan 3 bar aktuator bergerak keluar selama 0,16 detik dan masuk
selama 0,12 detik. Sama halnya dengan timer kit, hanya pada subpraktikum ini menekankan
pada fungsi timer kit untuk memberi jeda waktu gerak aktuator, semakin besar skala maka jeda
waktu akan semakin besar (skala berkisar dari 0 sampai 3). Kemudian adalah praktikum logic
gate, contohnya adalah hasil pengamatan logic kit OR. Dari pengamatan tersebut didapatkan
hasil jika kedua input bernilai 0 maka output 0, jika salah satu input bernilai 1 maka output 1,
dan jika kedua input bernilai 1 maka output 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada logika ini
salah satu aliran input harus masuk agar aliran output dapat keluar. Terdapat 7 percobaan yang
dilaksanakan praktikan yaitu percobaan single acting cylinder, double acting cylinder, logic kit
AND, OR, YES, NOT, dan MEMORY. Untuk aplikasi di bidang marine, sistem pneumatik biasa
digunakan pada ramp door kapal, starting engine, auxiliary boiler, steam turbine, dan LNG
vessel.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui karakteristik Pneumatic Trainer
Feedback PT147A pada percobaan bus door model, menggunakan double acting cylinder.
Mengidentifikasi pengaruh tekanan (P) terhadap waktu dari Pneumatic Trainer Feedback PT147A
pada percobaan bus door model, menggunakan double acting cylinder.
Memperoleh data table kebenaran pada percobaan LK 147C Logic Kit.
2.1. Pengertian
Sistem Pneumatik merupakan suatu sistem yang memanfaatkan udara bertekanan yang
dimampatkan untuk menggerakkan suatu aktuator. Pergerakkan aktuator ini berfungsi untuk
menggerakkan suatu barang atau benda yang memerlukan torsi yanng besar untuk berggerak.
Contohnya adalah digunakan untuk menggerakkan torak saat engine starting, membuka atau menutup
ramp door pada kapal. Pada sistem pneumatik yang menggunakan udara bertekanan untuk beroprasi,
saat beroprasi diperlukan kontrol terhadap gerak dari aktuator tersebut yang disebut sistem control.
Prinsip dasar dari sistem kontrol ini adalah dengan menggunakan gerbang logika untuk menterjemahkan
keinginan kita terhadap gerak dari aktuator. Ada 3 jenis sistem tekanan yang digunakan dalam
pneumatik, yaitu :
a. Sistem Tekanan Tinggi
Untuk Sistem Tekanan tinggi, udara disimpan didalam tabung metal pada range tekanan 1000 –
3000 Psi, tergantung dari keadaan sistem.
b. Sistem Tekanan Sedang
Sistem pneumatik tekanan sedang mempunyai range tekanan antara 100-150 psi. Sumber
udaranya biasanya bersumber dari kompresor.
c. Sistem Tekanan Rendah
Tekanan Udara rendah didapatkan dari pompa udara tipe vane. Demikian pompa mengeluarkan
tekanan sebesar 1 -10 Psi ke sistem Pneumatik.
Selain itu, penggunaan sistem pneumatik pun memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya
Kelebihan Kekurangan
a. Fluida kerja mudah didapat dan a. Ketermampatan
ditransfer b. Gangguan suara (bising)
b. Dapat disimpan dengan baik c. Kelembaban udara
c. Bersih dan kering d. Bahaya pembekuan
d. Tidak peka terhadap suhu e. Kehilangan energi kalor
e. Aman terhadap kebakaran dan ledakan f. Pelumasan udara bertekanan
f. Tidak diperlukan pendiginan fluida kerja g. Gaya tekan terbatas
g. Sederhana
h. Murah
2.2. Prinsip Kerja
Sistem Pneumatis mengunakan udara termampat untuk menghasilkan tenaga. Udara termampat
adalah udara sekeliling yang telah dimampatkan dengan mengunakan pemampat udara (compressor)
yang dikendalikan dengan motor listrik.
Kompresor diaktifkan dengan cara menghidupkan penggerak umumnya motor listrik. Udara akan
disedot oleh kompresor kemudian ditekan ke dalam tangki udara hingga mencapai tekanan tertentu.
Untuk menyalurkan udara yang telah dimampatkan ke seluruh sistem diperlukan service unit yang
terdiri dari penyaring (filter), pengatur tekanan (regulator), dan pelumas (lubricator) bagi yang
memerlukan. Service unit ini diperlukan karena udara yang telah termampatkan yang diperlukan di
dalam sistem harus benar-benar bersih. Selanjutnya udara tersebut disalurkan dengan membuka katup
pada service unit, kemudian menekan tombol katup pneumatis (katup pengarah) hingga udara tersebut
masuk ke dalam tabung pneumatis (silinder pneumatis kerja tunggal) dan akhirnya piston bergerak
maju.
2.3. Pengertian Single Acting Cylinder dan Double Acting Cylinder
2.3.1 Single Acting Cylinder
Silinder single acting mempunyai spring yang berfungsi sebagai pembalik dari keadaan
piston rodyang pada saat tekanan pneumatik tidak aktif akan membalikkan piston pada posisi
awal.
Prinsip kerja dari silinder ini berdasarkan perbedaan gaya yang diterima oleh piston
dengan gaya dari spring, yang mana pada saat piston rod maju maka gaya yang diterima oleh
piston rod lebih besar dari gaya spring dan pada saat piston rod mundur gaya yang diterima oleh
spring lebih besar dari gaya yang diterima oleh piston, yang memiliki persamaan :
F = K . X (gaya spring) < F = P . A (gaya silinder) ;maka silinder maju.
Silinder double acting memiliki dua saluran input dan setiap input-nya berfungsi sebagai
pengendali dari piston, baik pada saat maju atau pun pada saat mundur. Pada saat piston maju
input pertama yang berfungsi dan pada saat piston mundur input kedua yang berfungsi.
Prinsip kerja utama dari silinder jenis ini tergantung pada gaya yang diterima oleh piston,
yang mana pada saat piston rod maju, tekanan yang masuk adalah supply 1 dan memberikan
tekanan pada bagian piston yang ada didalam silinder. Pada saat piston rod mundur, tekanan yang
masuk adalah supply 2 dan memberikan tekanan pada bagian piston yang ada dalam silinder dan
silinder ini tidak ada perbedaan gaya dalam prinsip kerjanya.
2.5.2 Gerbang logika OR : Memiliki 2 buah input dan sebuah output. Apabila salah satu ataupun kedua
inputnya adalah logika 1, maka menghasilkan output berupa logika 1 pula. Tabel operasi OR :
2.5.3 Gerbang logika NOT : Gerbang ini mengubah atau melengkapi pernyataan logic dari input
tunggalnya, berikut simbol & tabel kebenaran OR :
2.5.4 Gerbang logika YES: Gerbang ini pada dasarnya sama seperti gerbang logika AND, yang mana
terdapat 2 buah input untuk mrnghasilkan sebuah output serta hanya akan menghasilkan output
logika 1 apabila kedua inputnya berupa logika 1 pula.
2.5.5 Gerbang logika MEMORY: Gerbang logika ini mempertahankan keadaan dari hasil output pada
percobaan sebelumnnya.
Input Input Output
A B
0 0 0
0 1 1 Gambar 13 Simbol dan Tebl
1 0 1 Gerbang Logika MEMORY
(Sumber: Mata Cyber, 2014)
1 1 0
https://www.google.co.id/:
http://wordpress.co.id
Pneumatic Packing Machine adalah
metode pengemasan makanan atau
produk lain dengan kemasan plastik
dengan menggunakan aktuator
pneumatis. Aktuator pneumatis
dipasang secara tegak lurus dengan
Buka tutup ball valve kemasan makanan yang masih
3
pipa ledeng utuh, kemudian pada bagian ujung
aktuator diberi pemanas guna
memanaskan plastik ketika
bergerak maju dan kemasan dapat
tertutup rapat.
http://www.adpackagingmachine.com (implementasi dari percobaan Bus
Door).
Gerak maju mundur aktuator
digunakan untuk membuka dan
menutup pintu. Biasanya digunakan
Pneumatic Door
4 untuk membuka pintu yang berat
Opener
dan membutuhkan gaya lebih.
(implementasi dari percobaan Bus
http://www.erichindustries.com Door dan Logic Kit)
2 Pneumatic Set
Rangkaian Pneumatik yang
sudah terpasang
6 Timer Kit
OR
Mengganti dengan OR unit
YES
Mengganti dengan YES unit
NOT
Mengganti dengan NOT unit
MEMORY
a) Memastikan suplai udara ke manifold pada kondisi OFF
b) Menghubungkan 2 pipa dari manifold ke pushbutton valve inlet (7a, 7b)
c) Menghubungkan 2 pipa dari pushbutton valve outlet ke Port Hijau (PORT 1) dari MEMORY
unit
d) Menyambungkan pipa dari manifold menuju Port Kuning (PORT 2) dari MEMORY unit
e) Menyambungkan 2 pipa dari Port Merah (PORT 3) dari MEMORY unit ke kedua pneumatic
indicators
f) Menyalakan suplai udara
g) Menekan pushbutton valve secara bergantian
h) Menganalisa apa yang terjadi
3.3. GAMBAR RANGKAIAN
Nama Rangkaian Gambar
Bus Door
Timer Kit
Logika AND
Logika OR
Logika YES
Logika NOT
Logika MEMORY
Deskripsi Pengamatan :
Pada percobaan ini, kami mengamati bagaimana pengaruh tekanan, terhadap waktu yang diperlukan
oleh aktuator untuk keluar dan masuk.
Scale 0,5
P (bar) t out t in
0,5 - -
1 0,14 0,13
1,5 0,14 0,2
2 0,14 0,2
Scale 1
P (bar) t out t in
0,5 0,17 0,16
1 0,16 0,16
1,5 0,2 0,13
2 - -
Deskripsi Pengamatan :
Pada percobaan ini, kami mengamati bagaimana pengaruh tekanan masuk terhadap waktu gerak
aktuator, akan tetapi pada pemberian tekanan kami juga mengamati, bagaimana pengaruh dari skala,
terhadap gerak actuator, scala disini bertindak sebagai delayer. Pada skala 0 katup dibuka sepenuhnya,
pada sekala yang semakin besar perlu nominal tekan yang cukup agar katup dapat terbuka dan udara
dapat menekan actuator. Namun, pada masing-masing skala pada tekanan tertentu actuator tidak
mengalami gerak masuk maupun keluar, karena mesin kompressor yang tidak kuat memberikan tekanan
pada alat praktikum sehingga tidak dapat diukur.
YES NOT
Input Input Output Input Input Output
A B A B
0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 1 1
1 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 0
Deskripsi Pengamatan :
AND : Pada konsep logika ini indikator akan bereaksi ketika kedua push button A dan B ditekan
bersama.
OR : Pada konsep logika ini indikator akan bereaksi ketika ada push button yang ditekan.
YES : Pada konsep logika ini indikator akan bereaksi ketika kedua push button A dan B ditekan
bersama.
NOT : Pada konsep logika ini indikator akan bereaksi push button A ditekan, sedangkan B tidak.
MEMORY : Pada konsep logika ini indikator akan bereaksi ketika salah satu push button ditekan.
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Perhitungan
4.1.1 Percobaan Bus Door Model
Untuk menganalisa data hasil percobaan tersebut, maka melakukan
pengolahan data dengan melakukan perhitungan. Perhitungan yang harus dilakukan
diantara lain adalah perhitungan kecepatan gerak aktuator dan juga gaya yang
dilakukkan oleh aktuator.
Perhitungan keceatan gerak Aktuator adalah sebagai berikut :
Vin = jarak/tin
Vin = 0.1 m/ 0.28 s
Vin = 0.357142 m/s
Tekanan (P) T T
V out
cylinder cylinder V in (m/s) F (N)
(Bar) (N/m2) (m/s)
out (s) in (s)
0,5 0,5 x 105 0,2 0,28 0,5 0,3571 10,048
1 1 x 105 0,1 0,19 1 0,5263 20,096
1,5 1,5 x 105 0,05 0,13 2 0,7692 30,144
2 2 x 105 0,07 0,13 1,4286 0,7692 40,192
4.1.2 Percobaan Timer Kit (Skala 0, 0.5, I)
Untuk menganalisa data hasil percobaan tersebut, maka melakukan
pengolahan data dengan melakukan perhitungan. Perhitungan yang harus dilakukan
diantara lain adalah perhitungan kecepatan gerak aktuator dan juga gaya yang
dilakukkan oleh aktuator.
Perhitungan keceatan gerak Aktuator adalah sebagai berikut :
Vin = jarak/tin
Vin = 0.1 m/ 0.15 s
Vin = 0.667 m/s
Terlihat pada grafik, gaya mengalami peningkatan nilai yang konstan, seiring
ditambahkannya nilai tekanan, hal tersebut terjadi karena penambahan nilai tekanan
yang konstan dan tidak terjadi perubahan nilai area pada actuator. Maka dapat kita
simpulkan bahwa gaya berbanding lurus dengan tekanan, hal ini sesuai dengan
persamaan P=F/A.
Tekanan vs Kecepatan
2.5000
Kecepatan v (m/s)
2.0000
1.5000
1.0000 V out
V in
0.5000
0.0000
0 50000 100000 150000 200000 250000
Tekanan P (N/m2)
Secara teori, semakin besar tekanan yang diberikan, maka semakin besar pula
gaya yang diberikan (F = ∆P x A). Sesuai dengan rumus F = m x a, dimana a = V / t,
semakin besar gaya yang diberikan dengan massa yang konstan, maka nilai kecepatan
akan semakin besar. Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa seharusnya semakin
besar tekanan yang diberikan, maka semakin cepat actuator akan keluar.
Pada grafik dapat kita lihat bahwa, pada grafik Tekanan terhadap kecepatan
keluar actuator cenderung lebih lama seiring ditambahkannya tekanan, dan sebaliknya
pada actuator masuk. Hasil praktikum sudah sesuai dengan kenyataan jika tekanannya
meningkat maka kecepatan aktuator juga meningkat. Terdapat data yang tidak
konsisten naik, ini dikarenakan pengukuran data yang kurang akurat karena dilakukan
dengan manual.
Tekanan vs Waktu
0.3
0.25
Waktu t (s)
0.2
0.15
t out
0.1
t in
0.05
0
0 50000 100000 150000 200000 250000
Tekanan P (N/m2)
Pada grafik tekanan terhadap waktu keluar berbanding terbalik. Hal ini sesuai
dengan kondisi idealnya. Secara teori, semakin besar tekanan yang diberikan, maka
kecepatan keluar aktuator akan semakin besar. Berdasarkan rumus V = S / t, apabila
nilai V meningkat dengan nilai S yang konstan, maka nilai t harus semakin kecil. Jika
tekanannya ditingkatkan maka waktu keluarnya aktuator akan menurun seiring
naiknya kecepatan. Terdapat data yang tidak konsisten turun dikarenakan kesalahan
pengukuran data saat praktikum.
Dari grafik disimpulkan bahwa tekanan berbanding terbalik dengan waktu gerak
aktuator. Semakin besar tekanan maka semakin cepat waktu gerak aktuator. Begitu
pula sebaliknya. Namun pada grafik ditunjukkan adanya data yang tidak konsisten
turun, ini disebabkan kesalahan pengukuran data karena dilakukan manual dengan
stopwatch sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar.
0.20
Waktu t (s)
0.15
Skala 0
0.10 Skala 0,5
Skala I
0.05
0.00
0 50000 100000 150000 200000 250000
Tekanan P (N/m2)
Dilihat pada grafik diatas dapat kita ketahui, pada skala 0 waktu yang
diperlukan adalah waktu yang paling sedikit, sedangkan pada skala I waktu yang
diperlukan semakin besar, hal ini terjadi karena pada skala 3 delay yang dilakukan lebih
besar, maka dapat kita simpulkan tekanan yang dibutuhkan agar katup terbuka,
meningkat pada setiap skala yang bertambah sehingga waktu gerak actuator lama.
Penggunaan skala pada percobaan ini adalah untuk memberi hambatan pada bukaan
katup yang mempengaruhi besarnya aliran sehingga waktu keluar aktuator berbeda-
beda, yang mana semakin besar skalanya maka semakin kecil bukaan katup sehingga
besarnya aliran udara yang mengalir akan semakin kecil dan menyebabkan waktu yang
diperlukan oleh lengan aktuator untuk keluar dari silinder akan semakin lama. Hal ini
mengakibatkan untuk penggunaan skala yang semakin besar, maka waktu yang
diperlukan oleh lengan torak aktuator untuk keluar dari silinder akan semakin lama.
Sama seperti yang sebelumnya, seharusnya semakin besar tekanan yang diberikan,
maka nilai waktu akan semakin kecil.
4.2.2.2 Grafik tekanan terhadap waktu masuk
0.20
Waktu t (s)
0.15
Skala 0
0.10 Skala 0,5
Skala I
0.05
0.00
0 50000 100000 150000 200000 250000
Tekanan P (N/m2)
Dilihat pada grafik diatas dapat kita ketahui, pada skala 0 waktu tunda yang
diperlukan adalah paling sedikit, sedangkan pada skala 1 waktu tunda yang diperlukan
adalah paling besar. Namun, penggunaan Timer Kit tidak berpengaruh terhadap
pergerakkan masuk lengan aktuator karena Timer Kit hanya tersambung ke push
button valve yang berfungsi untuk mengeluarkan lengan aktuator. Pada grafik tekanan
terhadap waktu masuk terlihat kekacauan grafik, hal ini disebabkan kesalahan pada
saat pengambilan data oleh praktikan dan alat praktikum tidak berfungsi dengan baik.
OR
Input Input S S’
A B
0 0 NC NC
0 1 0 1
1 0 1 0
1 1 NC NC
Pada logika MEMORY, Pipa dari kompresor dihubungkan ke manifold
menuju kedua push button. Dari push button, pipa dihubungkan dengan
logic kit, lalu menuju kedua indikator. Aliran udara dapat keluar dari logic
kit jika hanya salah satu aliran dari kedua push button yang masuk.
Sehingga jika kedua push button ditekan, atau tidak ditekan secara
bersamaan, maka aliran udara tidak keluar dari logic kit.
BAB V
KESIMPULAN