Anda di halaman 1dari 18

BAB I

KONSEP TEORI

A. Pengertian
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung
koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertrophy (untuk otot
jantung). Dengan target organ diotak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab
utama stroke yang membawa kematian (Amiruddin, dkk, 2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih
(Harrison, 2012).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran
tekanan darah dilakukan sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selama 4 jam. Kenaikan
tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg
sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo, 2012).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).
Hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan tekanan
darah dengan segera (tidak selalu diturunkan sampai batas normal), untuk mencegah
atau membatasi kerusakan organ (Mansjoer dkk, 2012).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi
sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia.
Namun, secara umum seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan
darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (ditulis
140/90) (Corwin, 2010).
B. Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakitjantung
koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah
menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah.
Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang
tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15
milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi
saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawati, 2007). Angka-angka
prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di
daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan
kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya.
Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak
mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi
angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan
Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka
prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade, 2010).
C. Proses Terjadinya Hipertensi.
Hipertensi terbukti sering muncul tanpa gejala.Berarti gejala bukan
merupakan tanda untuk diagnostik dini.Dokter harus aktif menemukan tanda awal
hipertensi, sebelum timbul gejala dan hipertensi muncul tidak dapat dirasakan atau
tanpa gejala dan terjadi kelainan pada jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah
tubuh berupa arteriosklerosis kapiler. Hal ini, karena ada hubungan antara
hipertensi, penyakit jantung koroner, dengan gagal ginjal khususnya gagal ginjal
kronik. Munculnya hipertensi, tidak hanya disebabkan oleh tingginya tekanan
darah akan tetapi, ternyata juga karena adanya faktor risiko lain seperti komplikasi
penyakit dan kelainan pada organ target, yaitu jantung, otak, ginjal, dan pembuluh
darah. Dan justru lebih sering muncul dengan faktor risiko lain yang mana
sedikitnya timbul sebagai sindrom X atau Reavan, yaitu hipertensi plus gangguan
toleransi glukosa atau diabetes mellitus (DM), dislipidemia, dan obesitas
(Amiruddin, dkk, 2010).
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikantekanan
darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan
atau bahkan menurun drastic (Amiruddin, dkk, 2010).
Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak
diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang
terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.Tekanan darah dalam
kehidupan seseorang bervariasi secara alami.Bayi dan anak-anak secara normal
memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah
juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga
berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam
hari (Amiruddin, dkk, 2010).
D. Etiologi
Menurut Corwin (2012), penyebab peningkatan tekanan darah ada tiga hal yaitu:
1) Peningkatan Kecepatan Denyut Jantung
Dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf dan hormon pada nodus
serabut arikinji (SA). Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik
sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Peningkatan kecepatan denyut jantung
biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup sehingga tidak
menimbulkan hipertensi.
2) Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
Dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang
berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau
konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan
peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup
dan tekanan darah.
3) Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi
pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas
yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial
Resistence, jantung harus memompa secara lebihkuat dan dengan demikian
menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh
darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan
biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan
afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi
(membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat
sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai
tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
kontraktilitas dan volume sekuncup.
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik
(faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi
garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-
minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen
(Kemenkes RI, 2014).
E. Tanda dan Gejala Hipertensi
Menurut Corwin (2012), tanda dan gejala hipertensi adalah:
1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan darah intrakranium
2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3) Ayunan langkah yang tidak mantap akibat kerusakan susunan saraf pusat
4) Nokturia akibat peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomelurus
5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
F. Batasan Hipertensi
Menurut WHO batasan hipertensi berikut :
Tabel2.1 KlasifikasiTekananDarahdari JNC-VII 2013

Kategori Sistolik (mm Hg) Diastolik (mm Hg)


Normal < 120 < 80
Hipertensi Ringan 140-159 90-99
Hipertensi Berat ≥ 160 ≥ 100
Sumber, WHO, 2013
Di sini tampak bahwa WHO memakai tekanan diastolik sebagai sebagian
tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi.
Tekanan darah manusia meliputi tekanan darah sistolik, tekanan darah waktu
jantung menguncup, dan tekanan darah diastolik yakni tekanan darah waktu
jantung istirahat, dalam hal patofisiologi, pengobatan dan prognosis maka tekanan
diastolik lebih penting dari pada sistolik (Mansjoer, dkk, 2009).
Penentuan batasan hipertensi ini sangat penting karena perubahan
tingginya hipertensi sangat mempengaruhi perhitungan prevalensinya dalam
populasi. Sebagai contoh, perubahan prevalensi hipertensi akibat perubahan
batasan hipertensi pada penduduk laki-laki putih Amerika Serikat usia 65- 74
tahun berikut ini :
Tabel 2.2 Presentase Kejadian Hipertensi Di Indonesia
Tekanan Darah Sistolik / Diastolic) Presentase Populasi
> 140/90 53
> 160/95 24
> 170/95 17
Sumber: Joint National Committee (JNC),

2010 Keadaan ini berkaitan dengan pentingnya penentuan defenisi operasional


dalam penelitian, yakni berkaitan dengan cut-off point dari apa yang disebut
hipertensi. Jika batasan hipertensi sangat‘strict’ (>170/95) maka prevalensi
hipertensi hanya 17 %. Sedangkan dengan definisi > 140/90 maka prevalensi
mencapai 53 %.
G. Faktor Resiko Hipertensi
Adapun faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor risiko
hipertensi adalah (Corwin, 2012):
1) Faktor keturunan
Bukan hanya warna kulit, ciri fisik atau sifat yang bisa diwarisi dari orang tua
kita. Ternyata, penyakit pun bisa. Jika salah satu, atau kedua orang tua Anda
mengalami tekanan darah tinggi, kemungkinan Anda pun beresiko tinggi
mengalaminya.
2) Usia
Seiring bertambahnya usia, kita semua semakin beresiko menderita tekanan
darah tinggi. Karena semakin kita bertambah tua, elastisitas pembuluh darahkita
juga berkurang sehingga cenderung mengalami penyempitan pembuluh darah.
Akibatnya, tekanan darah pun meningkat.
3) Gender
Hingga usia 45, pria lebih beresiko mengalami tekanan darah tinggi. Pada usia
45 hingga 64, baik pria maupun wanita memiliki tingkat resiko yang sama.
Tetapi, justru pada usia di atas itu, wanita lebih beresiko.
4) Kurang gerak (Sedentary lifestyle)
Biasanya, orang yang tinggal di kota besar cenderung memiliki gaya hidup
kurang gerak. Bekerja di kantor, dan terus menerus duduk, ditambah lagi
kurangnya olahraga, akan cenderung meningkatkan resiko penyempitan atau
penyumbatan di pembuluh darah. Akibatnya adalah meningkatnya resiko darah
tinggi.
5) Pola makan
Makan makanan tinggi kalori, lemak, dan gula, mungkin sudah saatnya untuk
mengurangi resiko terkena penyakit darah tinggi. Dan, ini juga adalah fakta
umum yang diketahui hampir semua orang: kurangi makanan bergaram karena
itu dapat menahan banyak cairan dalam tubuh sehingga meningkatkan
tekanannya.
6) Berat badan berlebih
BMI (Indeks Massa Tubuh) bisa menjadi salah satu ukuran resiko. Jika BMI
Anda 25 hingga 30, atau bahkan lebih, Anda terhitung kelebihan berat badan,
dan lebih beresiko mengalami tekanan darah tinggi.
7) Kebiasaan minum minuman beralkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah.
Trigliserida adalah kolesterol yang jahat yang berpotensi menyebabkan tekanan
darah meningkat.
8) Stres
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin akan
meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa
darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat. Selain itu, pada saat
stres biasanya pilihan makanan kita kurang baik. Kita akan cenderung melahap
apa pun untuk merilekskan diri, dan itu bisa berdampak secara tidak langsung
pada tekanan darah kita.
9) Kondisi penyakit yang lain
Menurut para ahli, gangguan kondisi kesehatan seperti Apnea tidur (Sleep
Apnea)dapat menimbulkan tekanan darah tinggi. Orang yang mengalami
gangguan ini sangat dianjurkan berkonsultasi dengan dokternya
H. Manajemen Pencegahan Hipertensi
Hipertensi adalah masalah yang relatif terselubung (silent) tapi mengandung
potensi yang besar untuk masalah yang lebih besar. Hipertensi adalah awal untuk proses
lanjut mencapai target organ untuk memberi kerusakan yang lebih berat. Karena itu,
diperlukan manajemen yang tepat dalam upaya pencegahannya.
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan
ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan
dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari 1/2 sendok teh (6 gram/hari),
menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman
beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari,
jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga
untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta
penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter
keluarga anda (Kemenkes RI, 2013).
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi
adalah (Kemenkes RI, 2013):
1) Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa,gajih).
2) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers,
keripikdan makanan keringyangasin).
3) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-
buahan dalam kaleng, soft drink).
4) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam).
6) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium.
7) Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada makanan
cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak
jenuh, dan rendah serat mulai menjamurterutama di kota-kota besardi Indonesia.
Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan
penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi
diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi dapat
dihindarkan.
I. Pengobatan
Menurut Mansjoer (2010), pengobatan hipertensi yang ideal yang diharapkan
mempunyai sifat-sifat seperti :
1) Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman.
2) Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral.
3) Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi.
4) Melindungi organ-organ vital.
5) Mendukung pengobatan penyakit penyerta DM.
6) Mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) dalam hal
memperbaiki left ventricular hypertrophy (LVH) dan mencegah pembentukan
aterosklerosis.
7) Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina.
8) Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut.
9) Efek samping serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala, edema, rasa
lelah, mual, dan muka merah.
10) Dapat membuat jantung bekerja lebih efisien.
11) Melindungi jantung terhadap risiko infark.
Jenis-jenis obat hipertensi:
1) Anti hipertensi non-farmakologik:
(Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure:
a) Turunkan BB pada obesitas.
b) Pembatasan komsumsi garam dapur
c) Kurangi alkohol
d) Menghentikan rokok
e) Olahraga teratur
f) Diet rendah lemak jenuh
g) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah).
2) Obat antihipertensi
a) Diuretika, pelancar kencing yang diharapkan mengurangi volume input pemberian
diuretika sudah tidak terlalu dianjurkan sebagai langkah pertama dalam
manejemen hipertensi.
b) Penyekat Beta (B-blocker)
c) Antagonis kalsium
d) Inhibitor Anti Converting Enzyme (ACE), misalnya Inhibase
e) Obat Anti hipertensi sentral (Simpatokolitika)
f) Obat penyekat Alpha
g) Vasodilator
J. Evaluasi Keberhasilan Pengobatan Hipertensi
Untuk menentukan keberhasilan pengobatan hipertensi maka tidak hanya
melihat adanya penurunan tekanan darah tetapi ada tiga faktor yang penting
dievaluasi:
1) Tekanan darah menurun
2) Lipid menurun
3) Sensitifitas terhadap insulin meningkat
Ketiga hal berhubungan dengan masa depan yang baik untuk jantung,
terhindar dari left ventricular hypertrophy khususnya dan morbiditas
kardiovaskuler lainnya (Corwin 2012).
K. Prognosis Hipertensi
Tanpa pengobatan maka hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan
target organ yang diserangnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis
seorang penderita hipertensi adalah:
1) Etiologi hipertensi: hipertensi sekunder yang ditemukan pada tahap dini akan
lebih lanjut prognosisnya
2) Umur usia muda mempunyai prognosis yang kurang baik dibanding dengan usia
lebih tua
3) Jenis kelamin: umumnya wanita lebih bisa mentolerir lebih baik terhadap
kenaikan tekanan dibanding dengan pria.
4) Suku/ras: orang hitam di Amerika mempunyai prognosis lebih jelek dibanding
orang kulit putih
5) Sifat hipertensi: tekanan darah yang bersifat labil dan progresif kurang baik
prognosisnya.
6) Komplikasi: adanya komplikasi memperberat prognosis
7) Banyaknya faktor risiko lain: ada tidaknya faktor risiko lain seperti DM atau
kolesterolemia bisa memperburuk hipertensi (Corwin, 2012).
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu
dingin

3. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress
multipel

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara

4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut,
gangguan penglihatan, episode epistaksis

Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal


optik

7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok

Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas


tambahan, sianosis

9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural

10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit ginjal

Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

B. Asuhan Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertropi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard
2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
5. Resiko injuri
C. Intervensi
1. Penurunan Curah Jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertropi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard

Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC : NIC :
 Cardiac Pump effectiveness  Evaluasi adanya nyeri dada
 Circulation Status  Catat adanya disritmia jantung
 Vital Sign Status  Catat adanya tanda dan gejala penurunan

 Tissue perfusion: perifer cardiac putput


Setelah dilakukan asuhan  Monitor status pernafasan yang menandakan
selama………penurunan kardiak output gagal jantung
klien teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor balance cairan
 Tanda Vital dalam rentang normal  Monitor respon pasien terhadap efek
(Tekanan darah, Nadi, respirasi) pengobatan antiaritmia
 Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada  Atur periode latihan dan istirahat untuk
kelelahan menghindari kelelahan
 Tidak ada edema paru, perifer, dan  Monitor toleransi aktivitas pasien
tidak ada asites  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
 Tidak ada penurunan kesadaran dan ortopneu
 AGD dalam batas normal  Anjurkan untuk menurunkan stress
 Tidak ada distensi vena leher  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Warna kulit normal  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
 Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian
oksigen
 Sediakan informasi untuk mengurangi stress
 Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung
 Kelola pemberian antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
 Minimalkan stress lingkungan

2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia


Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC Manajemen Nyeri

 Pain level  Kaji secara menyeluruh tentang nyeri,


 Pain control meliputi: lokasi, karakteristik, waktu kejadian,
 Confort level lama, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya
nyeri, dan faktor-faktor pencetus
Setelah dilakukan asuhan
 Observasi isyarat-isyarat non verbal dari
selama………penurunan kardiak output klien
teratasi dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan

 Klien mampu mengontrol nyeri (tahu  Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
penyebab nyeri, mampu menggunakan  Gunakan komunkasi terapeutik agar klien
tehnik nonfarmakologi untuk dapat mengekspresikan nyeri

mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Kaji latar belakang budaya klien


 Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Tentukan dampak dari ekspresi nyeri
dengan menggunakan manajemen nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu

 TD (systole 110-130mmHg, diastole 70- makan, aktifitas mood, hubungan, pekerjaan,

90mmHg), HR(60-100x/menit), RR (16- tanggungjawab peran

24x/menit), suhu (36,5-37,50C)  Kaji pengalaman individu terhadap

 Klien tampak rileks mampu nyeri, keluarga dengan nyeri kronis

tidur/istirahat  Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan

 Mampu mengenali nyeri ( skala, mengontrol nyeri yang telah digunakan

frekuensi, tanda nyeri )  Berikan dukungan terhadap klien dan


keluarga
 Berikan informasi tentang nyeri, seperti:
penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pencegahan
 Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon klien terhadap
ketidaknyamanan
 Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri
 Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi,
ex: relaksasi, guided imagery, terapi musik,
distraksi, aplikasi panas-dingin, massase)
 Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol
nyeri
 Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil
atau terjadi keluhan

Pemberian Analgetik

 Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,


kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan
 Berikan obat dengan prinsip 5 benar
 Cek riwayat alergi obat
 Libatkan klien dalam pemilhan analgetik yang
akan digunakan
 Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih
dari satu analgetik jika telah diresepkan
 Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non
narkotik, NSAID) berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan
sesudah pemberian analgetik, monitor reaksi
obat dan efeksamping obat
 Dokumentasikan respon dari analgetik dan
efek-efekyang tidak diinginkan

Manajemen lingkungan : kenyamanan

 Batasi pengunjung
 Tentukan hal-hal yang menyebabkan
ketidaknyamanan seperti pakaian
lembab, Perhatikan hygiene pasien untuk
menjaga kenyamanan
 Sediakan tempat tidur yang nyaman dan
bersih
 Tentukan temperatur ruangan yang paling
nyaman
 Sediakan lingkungan yang tenang
 Atur posisi pasien yang membuat nyaman.

3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen


Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

NOC : NIC :
 Self Care : ADLs
 Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
 Toleransi aktivitas
 Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
 Konservasi eneergi
 Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
Setelah dilakukan
 Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
tindakan keperawatan
berlebihan
selama …. Pasien
 Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi,
bertoleransi terhadap
disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan
aktivitas dengan
hemodinamik)
Kriteria Hasil :
 Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
 Berpartisipasi
 Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
dalam aktivitas
merencanakan progran terapi yang tepat.
fisik tanpa disertai
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
peningkatan
dilakukan
tekanan darah, nadi
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
dan RR
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
 Mampu melakukan
 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
aktivitas sehari hari
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
(ADLs) secara
 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
mandiri
roda, krek
 Keseimbangan
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
aktivitas dan
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
istirahat
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC: NIC :

 Circulation status Peripheral Sensation Management ( Management sensasi


 Tissue Prefusion : cereral Perifer)
Setelah dilakukan tindakan
 Monitor adanya daerah yang hanya pekah terhadap
keperawatan selama …. pasien
panas, dingin, tajam, tumpul
menunjukkan pengetahuan tentang
 Monitor adanya paretese
proses penyakit dengan kriteria hasil:
 Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
 Mendemostrasikan status sirkulasi
ada isi atau laserasi
yang di tandai dengan :
 Gunakan sarung tangan untuk proteksi
 Tekanan sistole dan diastole
 Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung
dalam rentang yang di hrapkan
 Monitor kemampuan BAB
 Tidak ada tanda-tanda
peningkatan TIK  Kolaborasi pemberian analgetik

 Tidak ada ortostatikhipertensi  Monitor adanya thromboplebitis

 Mendemontrasikan kemampuan  Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

kognitif yang di tandai dengan :


 Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai kemampuan
 Menunjukkan perhatian
konsentrasi dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan dengan
benar
 Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik,
tidak gerakkan-gerakan
involuter
5. Resiko Injury

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC : NIC : Environment Management (Manajemen


Risk Kontrol lingkungan)
Immune status  Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
Safety Behavior  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
Setelah dilakukan tindakan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
keperawatan selama…. Klien tidak penyakit terdahulu pasien
mengalami injury dengan kriterian  Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
hasil: memindahkan perabotan)
 Klien terbebas dari cedera  Memasang side rail tempat tidur
 Klien mampu menjelaskan  Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
cara/metode untukmencegah  Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
injury/cedera dijangkau pasien.
 Klien mampu menjelaskan factor  Membatasi pengunjung
risiko dari lingkungan/perilaku  Memberikan penerangan yang cukup
personal  Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
 Mampumemodifikasi gaya hidup  Mengontrol lingkungan dari kebisingan
untukmencegah injury  Memindahkan barang-barang yang dapat
 Menggunakan fasilitas kesehatan membahayakan
yang ada  Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
 Mampu mengenali perubahan status pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
kesehatan penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, 2012,Hipertensi, Jantung dan Diit, Jogjakarta: Diva Press


Amiruddin, dkk, 2010, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Andra, 2010, Hipertensi Menjadi Ancaman Serius Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Armilawaty, 2007, Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam Kajian Epidemiolog, FKM
UNHAS, Makasar
Corwin, 2012, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Harrison, 2012, Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta.
Mansjoer, dkk, 2009, Kapita SelektaKedokteran Edisi Ketiga. FKUI Jakarta
Sidabutar, 2010, Hipertensi Esensial Dalam Ilmu Penyakit, FKUI, Jakarta
Tjokronegoro, 2011, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai