Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Laboratorium adalah sebuah tempat dimana kita melakukan sebuah


penelitian ilmiah untuk memecahkan masalah ilmiah. Di dalam laboratorium
biasanya terdapat bahan-bahan kimia yang memiliki sifat dan karakteristik
tersendiri. Sifat tersebut menentukan dampak yang dapat diperoleh apabila kita
terpapar langsung secara langsung maupun tidak. Laboratorium memiliki
berbagai zat berbahaya seperti senyawa radioaktif dan senyawa B3. Sebagai
seorang laborat, kita harus memahami dengan baik keselamatan, kesehatan,
kerja atau yang dikenal dengan K3 saat sedang melakukan sebuah praktikum.
Di dalam laboratorium sering terjadi kecelakaan kerja, seperti terkena
zat kimia, terpapar zat kimia dan merusakkan alat-alat laboratorium.
Pengenalan alat-alat laboratorium adalah hal mendasar yang harus dilakukan
oleh seorang laborat sebelum melakukan berbagai praktikum unuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja atau merusakkan alat-alat laboratorium. Kerusakan
pada alat laboratorium dan tercecernya zat kimia dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kecelakaan sebuah
praktikum adalah hal yang sangat tidak diinginkan oleh seorang laborat. Oleh
karena itu terdapat pentingnya pemahaman tentang jenis bahan kimia, alat-alat
laboratorium, dan tau cara pembersihan alat alat laboratorium, agar saat
melakukan praktikum seorang laborat lebih berhati-hati dan tahu cara
penanggulanagnnya, sehingga mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja saat
melakukan praktikum, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.

1.2 Rumusan Masalah

Setiap praktikum pasti ada permasalahan yang muncul, diantaranya:


1. Bagaimana cara kerja alat-alat laboratorium ?
2. Apa fungsi dan kegunaan alat laboratorium ?

1.3 Tujuan

Dari permasalahan di atas terdapat tujuan yang muncul, diantaranya:


1. Mengetahui cara kerja alat-alat laboratorium
2. Mengetahui fungsi dan kegunaan alat labratorium
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wujud Zat

2.1.1 Solid
Zat padat (solid) adalah sebuah materi yang memiliki bentuk yang tetap,
molekul dari zat padat biasanya bergerak lambat,bersifat sama dan berbentuk
menyerupai kristal. (Missouri,1999)

2.1.2 Liquid
Zat cair (liquid) adalah materi yang memiliki pergerakan molekul yang
bebas dan memiliki ukuran atau volume sebuah wadah. Zat cair dapat
mengikuti bentuk wadah apapun. (Missouri,1999)

2.1.3 Gas
Gas adalah sebuah materi yang tidak memiliki bentuk alami sendiri jika
dilihat mengunakan mata secara langsung. Gas bergerak bebas unyuk
mengisi wadah dengan berbagai ukuran, apabila wadah tersebut tidak
tertutup rapat maka gas akan keluar ke udara. Gas akan menjadi hangat apa
bila dilakukan penekanan ke ruang yang kecil

Karakteristik gas
 Semua gas mengembang atau bertambah besar ketika dipanaskan
 Menekan gas pada sebagian sisi dari wadah tersebut maka sama saja
dengan menekan ke segala arah
 Semua gas berkontraksi dan mendapatkan volume yang lebih kecil
saat didinginkan
 Gas tidak terlihat dan tidak berbau, kehadiran gas dapat dideteksi
oleh efek yang mereka miliki pada bentuk materi yang lainnya.
(Missouri,1999)
2.2 Penanganan Zat Kimia

Metode panduan risiko bahan kimia :

1. Konsultasi sumber informasi


 Rencana kesehatan bahan kimia
 Lembar data keselamatan bahan (MSDS)
 Ringkasan keselamatan bahan kimia laboratorium (LCSS)
 Kartu keselamatan bahan kimia internasional (ICSC)
 Label
 Sistem harmonisasi global komunikasi bahaya (GHS)

2. Evaluasi Risiko Racun Bahan kimia laboratorium


 Hubungan dosis-respons
 Durasi dan frekwensi pemaparan
 Jalur pemaparan

3. kategori kontrol menilai risiko

4. penilaian bahaya bahan mudah terbakar mudah meledak


A. bahaya bahan mudah terbakar
 Zat mudah terbakar
 Karakteristik bahan yang mudah terbakar ( titik nyala, suhu
penyulutan, batas muda terbakar)
 Penyebab penyulutan (pembakaran spontan, sumber
penyulutan, oksidan selain oksigen)
B. Bahaya reaktif
 Reaktif air
 Piroforik
 Bahan kimia yang tidak sesuai

C. Bahaya ledakan
 Bahan peledak
 Senyawa azo dan peroksida
 Pengoksodasi lainnya
 Bubuk dan debu
 Bahan peledak yang sangat panas
5. Pengolaan bahan kimia
 Cegah limbah
 Rancang bahan kimia dan produk kimia dan produk yang lebih
aman
 Rancang sintesis bahan kimia yang tidak terlalu berbahaya
 Gunakan bahan mentah ang dapat diperbarui
 Gunakan katalis, bukan reagen stokiometrik
 Hindari derivative kimia
 Maksimalkan ekonomi atom
 Gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang lebih aman
 Tingkatkan efisiensi energy
 Rancang bahan kimia dan produk agar terurai setelah digunakan
 Analisis langsung (dalam waktu nyata) untuk menghindari
polusi
 Batasi potensi terjadinya kecelakaan

6. Penangulangan bahan kimia


A. Mengurangi paparan terhadap bahan kimia
 Kendali teknik
 Menghindari cedera mata
 Menghindari mencerna bahan kimia berbahaya
 Menimalkan kontak kulit

B. Perawatan

C. Menangani zat mudah terbakar


 Mengurangi risiko kebakaran
 Menghindari penyulutan api
 Mempelajari prosedur pemadaman api
(Yuliani HR, 2012)
2.3 Peralatan Laboratorium

No. Gambar Alat Nama Alat Keterangan


dan Fungsi
1.
Digunakan
Buret untuk titrasi,
dapat juga
sebagai
pengukur
volume
2. Digunakan
sebagai
pegambil
Pipet ukur larutan dengan
volume tertentu
dan mempunyai
ketelitian lebih
tinggi dari pada
gelas ukur
3.
Digunakan
sebagai
Pipet pengambil
volume larutan dengan
volume tertentu
dan mempunyai
ketelitian lebih
tinggi dari pada
gelas ukur.
4.

Erlenmeyer Digunakan
bahan kimia
yang bersifat
korosif, terbuat
dari gorosilikat
5.
Digunakan
Tabung sebagai wadah
reaksi mereaksikan
dua atau lebih
larutan / bahan
kimia, untuk
pengembangan
mikroba
6. Terbuat dari
gelas
Gelas ukur (polipropilen)
ataupun plastic,
digunakan
sebagai
mengukur
volume 10
hingga 200 ml
7.

Kertas Berfungsi untuk


saring menyaring
larutan

8.
Digunakan
Labu ukur sebagai untuk
membuat dana
tau
mengencerkan
larutan dengan
ketelitian tinggi
9. Digunakan
untuk
Corong membantu
gelas memindahkan
cairan dari
wadah satu ke
yang lain dan
digunakan
untuk wadah
kertas
penyaringan

10.
Digunakan
Corong untuk
buchner menyaring
larutan dengan
bantuan pompa
vakum

2.4 Penentuan Massa dan Berat

Massa (mass) merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kuantitas


materi di dalam suatu benda, sedangkan Berat (weight) adalah gaya yang
diberikan oleh gravitasi pada suatu benda. Massa suatu benda dapat ditentukan
dengan cara menimbangnya dengan timbangan, satuan dasar SI untuk massa
adalah (kg) (Chang,2005)

2.5 Pengukuran Volume

Volume merupakan ukuran panjang suatu benda (m) yang dipangkatkan


tiga, sehingga satuan SI-nya adalah kubuk (m³), satuan SI yang serng diketahui
adalah liter (L). Satu liter adalah volume yang ditempati oleh satu desimeter
kubik (Chang, 2005)

2.5.1 Gelas Ukur


Benda ini digunakan untuk menakar air atau volume,
ukuran dari gelas ukur ini beragam, mulai dari 25 ml sampai
denagn 250 ml. (Hendrayono,1994)
2.5.2 Pipet
Benda ini di digunakan untak memindahkan sejumlah
larutang secara akurat ke dalam tabung reaksi. (cairns, 2004)

2.5.3 Buret
Benda ini digunakan untuk memindahkan reagen dengan
berbagai volume secara akurat, Buret ini dikalibrasikan dalam
satuan 0,1ml. (cairns, 2004)

2.5.4 Labu ukur


Benda ini digunakan untuk menyiapkan volume larutan yang
akurat. Berbentuk seperti buah per,dengan leher kurus yang
panjang. Prosedur umum yang dilakukan untuk menggunakan
benda ini adalah dengan mempipet larutan pekat yang telah
diketahui volumenya, tambahkan pelarut hingga mendekati
tanda batas, kocok dan balikkan untuk mendaptan hasil yang
diiginkan

2.6 Pemanasan dan Pembakaran

Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menentukan


komposisi persen dan formula empiris, terutama untuk senyawa organik yang
mengandung karbon dan hidrogen, adalah analisis pembakaran. Dalam metode
ini, senyawa dengan komposisi yang tidak diketahui dibakar dengan oksigen
untuk menghasilkan produk pembakaran yang mudah menguap CO2 dan H2O,
yang dipisahkan dan jumlahnya ditentukan oleh instrumen otomatis. Metana
(CH4), misalnya, terbakar menurut persamaan yang seimbang.
(McMurry,2012)

CH4(g) + 2 O2(g) CO2(g) + 2 H2O(g)

Ketika zat terlarut dalam zat terlarut, panas mungkin akan dibebaskan
ataupun diserap. Perubahan termal ini dikenal dengan differential heat solution,
perubahan panas ketika satu mol zat terlarut tidak konstan. Oleh karena itu,
panas integral larutan dari zat apapun dapat didefinisikan sebagai entalpi ketika
satu mol zat terlarut dalam jumlah tertentu dari pelarut murni untuk membentuk
solusi dari konsentrasi yang diinginkan dalam kondisi suhu dan tekanan
konstan . (singh,volume II)
.
2.7 Pemisahan Campuran

Campuran (mixture) adalah sebuah penggabungan dua atau lebih zat,


dalam penggabungan ini zat zat tersebut mempertahankan karakteristik masing
masing, campuran terdiri atas homogen dan heterogen. (chang,2005)

2.8 Penyaringan

2.8.1 Penyaringan dengan Kertas Saring

Penyarinagn ini dilakukan dengan cara menuangkan campuran


keatas kertas penyaring sehingga akan terdapat residu tau kotoran yang
tertinggal, zat yang dapat melewati kertas tersebut dinamakan filtrat
(Lutfi, 2007)

2.8.2 Penyaringan Vakum

Penyaringan popma vakum menggunakan corong buncher,


wadah tempat filtrate dihubungkan dengan sebuah selang menggunakan
pompa vakum, ketika pompa tersebut dinyalakan maka adat terjadi
penarikan dari bawah, sehingga proses penyaringan terjadi lebih cepat
(Lutfi, 2007)

2.9 Penggunaan Kertas Lakmus


Kertas lakmus bertujuan untuk mengetahui apakah zat tersebut asam
maupun basa, kertas lakmus merah akan berubah biru bila terkena zat basa dan
begitu pula sebakiknya, kertas lakmus biru akan berubah menjadi merah bila
terkena zat asam, kertas lakmus memiliki ph tersendiri (Marsono, 2008)

2.10 Pengenceran

Pengenceran adalah proses penambahan air pada larutan pekat yang


bertujuan untuk menurunkan konsentrasi dari larutan pekat tersebut.
(WoodWard,2012)
Moles of solute (constant) = Molarity × Volume
= Mi × V i = Mf × V

Di mana Mi adalah molaritas awal, adalah volume awal, Mf adalah


molaritas akhir, dan Vf merupakan volume akhir setelah pengenceran.
Menyusun ulang persamaan ini menjadi bentuk yang lebih berguna
menunjukkan bahwa konsentrasi molar setelah pengenceran (Mf) dapat
ditemukan dengan mengalikan konsentrasi awal (Mi) dengan rasio volume awal
dan akhir (Vi/Vf):
Mf = Mi × ( Vi ÷Vf)
(McMurry,2012)

2.10.1 Pengenceran HCl

HCl (g) + nH2O (l) HCl (nH2O)


(singh,volume II)

2.10.2 Pengenceran H2SO4

Misalkan, misalnya, kita mencairkan 50,0 mL larutan 2,00 M


H2SO4 hingga volume 200,0 mL. Volume larutan meningkat dengan
faktor empat (dari 50 mL hingga 200 mL), sehingga konsentrasi larutan
harus menurun dengan faktor empat (dari 2,00 M menjadi 0,500 M):

Mf = 2.00 M × (50.0 mL ÷ 200.0 mL)


= 0.500 M

Dalam praktiknya, volume yang akan diencerkan ditarik menggunakan


tabung terkalibrasi yang disebut pipet, ditempatkan dalam labu
volumetrik kosong dari volume yang dipilih, dan diencerkan ke tanda
kalibrasi pada labu. Satu-satunya pengecualian untuk urutan langkah ini
adalah ketika mencairkan asam kuat seperti H2SO4, di mana sejumlah
besar panas dilepaskan. Dalam keadaan seperti itu, jauh lebih aman
untuk menambahkan asam secara perlahan ke dalam air daripada
menambahkan air ke dalam asam. (McMurry,2012)
2.11 Titrasi

Titrasi adalah prosedur untuk menentukan konsentrasi larutan dengan


memungkinkan volume yang diukur dari larutan itu bereaksi dengan larutan
kedua dari zat lain (larutan standar) yang konsentrasinya diketahui. Dengan
menemukan volume larutan standar yang bereaksi dengan volume larutan
pertama yang diukur, konsentrasi larutan pertama dapat dihitung. (Namun,
perlu, agar reaksi selesai dan memiliki hasil 100%.)
Untuk mengetahui bagaimana titrasi bekerja, mari kita bayangkan
bahwa kita memiliki larutan HCl (asam) yang konsentrasinya ingin kita
temukan dengan membiarkannya bereaksi dengan NaOH (basa) dalam apa
yang disebut reaksi netralisasi asam-basa. Persamaan yang seimbang adalah

NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Titrasi dimulai dengan mengukur volume larutan HCl yang diketahui


dan menambahkan sejumlah kecil indikator, senyawa akan mengalami
perubahan warna selama reaksi berlangsung. Senyawa fenolftalein, misalnya,
tidak berwarna dalam larutan asam tetapi berubah menjadi merah dalam larutan
basa. (McMurry,2012)

2.12 MSDS

2.12.1 NaOH
Dengan massa molar 40 g/mol.Titik didihnya 13,38 dan titi leburnya 323 C.
Bersifat berbahaya jika terkena kulit untuk menanganinya adalah basuh dengan
air 15 menit.(Sciencelab, 2017)

2.12.2 NH4CL
Memiliki berat molekul 53,49 gr/mol dengan PH 5,5 yaitu asam, titik didihnya
520 C. Bersifat berahaya jika terkena kulit basuh dengan air selama 15 menit.
(Sciencelab, 2017)

2.12.3 HCL
Memiliki masa titik didih 108,58 C dapat larut dalam air, bersifat berbahaya
dan beracun apabila terkena kulit basuh dengan air mineral selama 15 menita.
Dan apabila terhirup segera bawa ke tempat yang berudara segar (Sciencelab,
2017)
2.12.4 H2SO4
Memiliki massa molar 98,08 g/mol yang memiliki titik didih 270 C-340 C
dengan komposisi pada suhu 340 C. Dan tituk lebur 35 C-10,36 C. Bersifat
berbahaya jika terkena kulit segera basuh dengan air mengalir selama 15 menit
(Sciencelab 2017)

2.12.5 K2Cr2O7

2.12.6 Pb (NO3)2
Mmemiliki berat molekul 331,2 gr/mol dengan tiik didih 0 c dan titik beku 470
C. Pb(NO3)2 ini sangat berbahaya tidak boleh terjadi kontak secara langsung
dengan kulit ataupun dengan mata karena kan menyebabkan irotasi
(Sciencelab, 2017)

2.12.7 Aquades

2.12.8 Indikator Phenolphtalen


Berat molekul tidak berlaku. Memiliki titik didih 78,5 C dan titik lebur 110,1 C
Bersifat berbahaya jika terkena kulit langsung basahi dengan air selama 15
menit. (Sciencelab, 2017)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat

 Neraca tiga tiang platform


 Neraca toploading
 Gelas ukur
 Pipet
 Biuret
 Labu ukur
 Kertas saring
 Corong gelas
 Erlenmayer
 Penyaring Vakum
 Tabung reaksi
 Gelas corong
 Spatula
 Corong buncher
 Labu isap
 Pompa Vakum
 Sentrifuse
 Gelas breaker
 Pipet volume
 Propipet
 Kaca alroji
3.1.2 Bahan

 Aquades
 5 ml Pb(NO3)2
 10 ml H2SO4
 5 ml NH4Cl
 5 ml NaOH
 Kertas lakmus
 100 ml HCl
 Indikator Phenolpthtahlien
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Penentuan massa dan berat
1. Pilih alat untuk membantu proses penimbangan yang sesuai dengan zat
yang akan ditimbang, seperti kaca arloji yang biasa digunakan untuk
menimbang zat padat dan botol timbang yang biasa digunakan untuk
menimbang bahan yang higroskopis.
2. Meminta zat padat yang akan ditimbang kepada asisten laboratorium.
3. Meletakkan zat padat yang akan ditimbang di atas piringan dan atur berat
sesuai ketentuan.
4. Pada saat penimbangan, pembacaan dapat dilakukan dengan melihat nilai
kebenaran hingga tiga angka desimal dibelakang koma.
5. Pastikan kondisi neraca analitik dalam keadaan benar-benar bersih sebelum
melakukan penimbangan.
6. Letakkan alat bantu penimbangan pada piringanblali tekan tare hingga
muncul angka 0,0000 pada monitor.
7. Letakkan zat yang akan ditimbang, kemudian tutup kaca pada neraca dan
lakukan pembacaan angka pada monitor.
3.2.2 Pengukuran volume
1. Pengukuran dengan menggunakan gelas ukur dilakukan dengan kalibrasi.
Cairan yang membasahi dinding membentuk cekungan yang dapat
membantu dalam pembacaan angka.
2. Pengukuran dengan menggunakan buret diawali dengan melapisi kran gelas
menggunakan silikon, kemudian mencucinya dengan detergen dan bilas
hingga bersih. Kalibrasi bagian atas dan bawah buret dengan nilai kelibrasi
0,01 mL. Bilas buret menggunakan aquades sebanyak 3 kali. Masukkan
larutan penetrasi hingga tanda batas kalibrasi. Cuplikan yang akan dititrasi
diletakkan di dalam erlenmenyer. Dan tahap terakhir yaitu keluarkan
larutan tersebut dari buret, lalu baca skala yang menunjukkan volume akhir.
3.2.3 Pemanasan dan pembakaran
1. Pemanasan ini terdiri dari logam lop yang dihunugkan bagian dasarnya
dengan bagian bawahnya yang mempunyai dua inlet sebagai aliran udara.
Keberadaan jarum di bagian dasar dihubungkan dengan selang karet untuk
gas inlet dan tabung gas. Bila nyala pembakaran bewarna kuning berarti
jumlah udara lebih kecil dibangdingkan jumlah gas, sedangkan
pembakaran yang efisien menghasilkan nyala bewarna biru dan juga nyala
di atas warna biru yang menandakan bagian yang paling panas.
2. Pembakaran dalam cawan dan pengendapan. Beberapa endapan harus
dipanaskan untuk menghilangkan zat yang dapat diuapkan secara
sempurna.sebelum itu perlu dilakukan penyaringan secara gravimetri.
Sehingga jika endapan tersebut dibakar tidak akan meninggalkan sisa

.
3.2.4 Pemisahan
1. Potong kertas saring kemudian dibahasahi terlebih dahulu.
2. Corong yang telah diberi kertas saring diletakkan di atas erlenmeyer
3. Ambil 5 mL larutan Pb(NO3)2 kemudian dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
4. Tambahkan H2SO4
5. Amati endapan yang terbentuk dan catatat warnanya.
6. Ambil dan lipat kertas saring menjadi 2-3 kali lipatan kemudian tempatkan
kertas saring pada corong dan basahi dengan sedikit aquades sehingga
melekat pada dinding gelas corong.
7. Pasang corong yang berkertas saring di atas erlenmeyer sebagai penampung
filtrat dan air cucian.
8. Tuangkan larutan yang akan disaring ke dalam corong.
9. Pakai gelas pengaduk untuk membantu penuangan.
10. Penuangan harus dilakukan dengan hati-hati
.
3.2.5 Pengenceran
1. Hcl di ambil sesuai perhitungan dengan pipit volume.
2. Di masukan ke labu ukur 100ml.
3. Di masukkan aqades 1/3 bagian.
4. Di homogenkan .
5. Di isi sampai tanda batas.
6. Di homogenkan lagi.

3.2.6 Titrasi
1. Cucilah buret dengan larutan pencuci (larutan Kalium dikromato 0,1 N) dan
bilas dengan larutan standar yang akan ditentukan konsenterasinya (NaOH
0,1 N).
2. Buret diisi dengan larutan standar tersebut hingga skala nol.
3. Pipet dengan pipet volume atau gondok HCl sebanyak 10 mL dan
tempatkan ke dalam erlenmeyer.
4. Tambahkan 2-3 tetes indikator phenolphthalien, lalu titrasi pelan-pelan
dengan erlenmeyer harus digoyang-goyang.
5. Titrasi dihentikan jika penambahan setetes NaOH memberikan warna
merah muda yang tidak hilang setelah penggoyangan dilakukan.
6. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep inti. Jakarta. Erlangga
McMurry, Jhon E. 2012. Chemistry Six Edition. Denison University

Anda mungkin juga menyukai