Puji dan syukur ke hadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sarta kesehatan sehingga kami dapat menyusun dan mengerjakan makalah
dengan judul “PARTAI POLITIK” dengan baik dan dapat menyelesaikan tugas ini
tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Dosen Ibu Noer Apptika, S. IP,. M. SI pada bidang studi Pengantar Ilmu Politik. Selain
itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para penulis dan
pembaca..
Saya mengucapkan banyak terima kasih pada Dosen Ibu Noer Apptika, S. IP,.
M. SI selaku dosen pada bidang studi Pengantar ilmu Politik yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah wawasan pada bidang studi yang kami tekuni.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Partai politik merupakan media atau sarana partisipasi warga negara
dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik dan dalam
penentuan siapa yang menjadi penyelenggara negara berbagai lembaga negara
di pusat dan daerah. Berdasarkan prinsip bahwa keanggotaan partai politik
terbuka bagi semua warga negara, sehingga para anggotanya berasal dari
berbagai unsur bangsa, maka partai politik dapat pula menjadi sarana integrasi
nasional, bangsa dan negara. (Dr. Ir Mohammad Jafar Hafsah, 2011)
Demokrasi dan partai politik, seperti dua sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Tanpa partai politik, demokrasi tidak mungkin ada,
sebaliknya tanpa demokrasi partai politik tidak akan pernah dilahirkan.
Karena demokrasi membutuhkan sarana bagi rakyat untuk berkuasa. Jalur
menuju, mengendalikan dan merotasi kekuasaan tersebut adalah melalui
partai politik dan pemilu. Atau dengan kata lain partai politik sebagai
kendaraan yang akan menghantarkan rakyat pada kekuasaan.
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
Bagaimana peran partai politik dalam mewujudkan demokrasi di Indonesia?
Bagaimana fungsi partai politik dalam demokrasi di Indonesia?
Bagaimana terbentuknya partai politik dalam demokrasi di Indonesia
2
1.3 Maksud dan Tujuan
Untuk mendeskripsikan apa itu demokrasi dan politik dalam sistem demokra
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
demokrasi menurut Henry B. Mayo adalah menyelenggarakan penggantian
pemimpin secara teratur (orderly succesion of rules). Pengganti pemimpin
berdasarkan keterunan atau dengan jalan mengangkat diri sendiri ataupun
melalui coup d’etat dianggap tidak wajar dalam suatu demokrasi. (Lex
Jurnalica,2004)
5
tersebut cara yang dipergunakan untuk menentukan keanggotaan Badan
Perwakilan Rakyat tersebut adalah :
1. Pemilihan Umum;
2. Pengangkatan; dan
B. Pemilihan Umum
Pemilihan Umum adalah salah satu sarana penyaluran hak asasi warga
negara yang prinsipil. Dalam rangka pelaksanaan hak asasi warga negara
adalah keharusan bagi pemerintah untuk menjamin terlaksananya
penyelenggaraan pemilu sesuai dengan jadwal ketatanegaraan yang telah
ditentukan. Sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat dimana rakyatlah yang
berdaulat, semua aspek penyelenggaraan pemilu, harus di kembalikan pada
rakyat untuk menentukannya. Adalah penyelenggaran terhadap hak asasi
apabila pemerintah tidak menjamin terselenggaranya pemilihan umum,
memperlambat pemilihan umum tanpa persetujuan para wakil rakyat. (Miriam
Budiardjo, 1987)
6
pengisian keanggotaan Lembaga Perwakilan Rakyat tersebut, maka
mekanisme untuk menentukan anggota-anggota di Lembaga Perwakilan
Rakyat dapat digolongkan ke dalam dua sistem, yaitu :
C. Partai Politik
Partai politik adalah kelompok otonom dari warga negara, memiliki
kegunaan dalam membuat nominasi-nominasi dan peserta pemilu, memiliki
keinginan memandu pengawasan pada kekuasaan pemerintahan terus merebut
jabatanjabatan publik dalam organisasi pemerintahan.
7
pusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam parlemen. Kegiatan ini
mula-mula bersifat elitis dan aristokratis, mempertahankan kepentingan kaum
bangsawan terhadap tuntutan raja. (Miriam Budiardjo, 2008)
8
concerned with the control of govermental policy power, and who complete
for popular support with other group or groups holding divergent view)
(Miriam Budiardjo 2008)
9
2. Agregasi Kepentingan Rakyat sebagai warga negara memiliki
berbagai kepentingan yang diajukan untuk dipenuhi oleh kebijakan
publik. Parpol dalam proses perumusan kebijakan publik harus dapat
memerankan fungsinya menggabungkan kepentingan-kepentingan
yang merupakan tuntutan rakyat menjadi alternatif-alternatif terbaik
yang memenuhi aspirasi rakyat. Menggabungkan kepentingan-
kepentingan yang beragam yang terkadang bertentangan menjadi
alternatif-alternatif terbaik membutuhkan intelektualitas yang tinggi.
Parpol yang mampu memerankan fungsinya seperti itu akan menjadi
pilihan rakyat. Sebaliknya Parpol yang tidak mampu memerankan
fungsinya akan ditinggalkan.
3. Sosialisasi Politik Setiap negara memiliki nilai-nilai dan etika politik
yang dipandang baik yang berlaku di negara yang bersangkutan. Parpol
harus memerankan fungsinya menyosialisasikan nilai-nilai dan etika
politik yang berlaku kapada warga negara. Sosialisasi nilai-nilai dan
etika politik harus dilakukan secara terus-menerus. Warga negara
supaya memeroleh sosialisasi politik seperti itu sepanjang hidupnya,
sehingga nilainilai dan etika politik yang berlaku mempribadi pada diri
warga negara. Parpol yang tidak melakukan sosialisasi politik seperti
itu dapat dipertanyakan komitmennya terhadap negara. Di sisi lain
rakyat seharusnya bisa berlaku kritis terhadap Parpol yang demikian.
Misalnya untuk Indonesia, nilai-nilai dan etika politik yang berlaku
adalah yang sejalan dengan Pancasila, Undang-Undan Dasar 1945,
Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) (Kaelan, 2009; Tim Penerbit Buku Pancasila, 2005). Parpol
yang tidak menyosialisasikan nilai-nilai dan etika politik itu seharusnya
tidak dipilih rakyat.
4. Rekrutmen Politik Parpol memiliki kepentingan untuk menempatkan
kader-kadernya pada jabatan-jabatan politik di pemerintahan untuk
10
menyuarakan dan mengajukan kepentingan partai dan rakyat yang
diwakili. Agar dapat menempatkan kader-kader terbaik di
pemerintahan, Parpol harus mampu memerankan fungsinya melakukan
rekrutmen politik. Parpol harus memiliki prosedur rekrutmen politik
yang diberlakukan bagi kadernya. Dalam rekrutmen politik inilah
Parpol seharusnya menunjukkan kemampuannya berdemokrasi di
internal partai. Kalau di internal partai tidak bisa berdemokrasi,
bagaimana Parpol bisa berdemokrasi dalam pengelolaan kehidupan
bernegara?
5. Komunikasi Politik Melalui komunikasi politik Parpol
mengomonikasikan informasi, isu, gagasan, dan program-program
partai sehingga dapat diketahui oleh rakyat. Segenap struktur partai
supaya dapat memerankan fungsinya melakukan komunikasi politik.
Komunikasi politik ini dapat dilakukan melalui berbagai saluran
komunikasi yang tersedia secara legal. Muara dari semua peran Parpol
itu adalah formulasi dan implementasi kebijakan publik yang
merespons kepentingan rakyat. Pemilih yang rasional akan memilih
Parpol yang mampu memformulasikan dan mengimplementasikan
kebijakan publik yang merespons kepentingan rakyat. Jika Parpol tidak
mampu melaksanakan peran dan fungsi yang demikian, maka akan
ditinggalkan oleh konstituennya yang rasional (Rachbini, 2002).
Karena itu Parpol semestinya mulai meninggalkan cara-cara yang tidak
rasional dalam memengaruhi pemilih. Sejalan dengan peningkatan
tingkat pendidikan, masyarakat akan berubah dari irasional ke rasional
dalam menentukan pilihan
11
pendidikan politik agar masyarakat tidak saja sadar hukum tetapi juga
dewasa dalam berpolitik. Hal ini tentunya harus ditunjukkan oleh para elite
politiknya terlebih dahulu. Sebab bagaimana mungkin masyarakat akan
menjadi warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara apabila tokoh panutannya tidak
memberi contoh suri teladan yang baik. Lebih parahnya lagi apabila di
Indonesia tidak ada satu pun yang dapat dijadikan panutan, sehingga
masyarakat awam, pinggiran dan desa selalu menanti datangnya “ratu adil”
atau “satria piningit”, seorang pemimpin yang akan membawa perubahan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Partai-partai politik dalam
masa transisi ini seharusnya mengisi ruang publik dengan memberikan
pendidikan politik kepada masyarakat dengan program-program yang
rasional. Bermacam-macam Partai Politik dengan bermacam-macam azas
tentunya akan sangat mempengaruhi sistem demokrasi dan pendidikan
demokrasi rakyat. Sebagai contoh, bila Partai Politik yang berazaskan
agama Islam yang memenangi Pemilihan Umum, tentunya akan merubah
sistem demokrasi, dari Demokrasi Pancasila ke demokrasi yang sesuai
dengan Syariat agama Islam.
12
menciptakan iklim yang kondusif yang dapat menjadi perekat persatuan
dan kesatuan bangsa. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya, Partai
Politik dengan elite politiknya justru memperkeruh keadaan dengan
manuvermanuver politiknya. Politik uang (money politic) yang terjadi di
beberapa daerah seperti di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Riau,
Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya. Pelaku politik uang yang terbanyak
adalah mereka yang mewakili partainya, baik pengurus, anggota maupun
simpatisan. Seringkali petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara (KPPS), aparat pemerintah (camat, lurah), saksi parpol di Tempat
Pemungutan Suara (TPS) dan aparat keamanan yang bersimpati
mendukung partai tertentu turut ambil bagian dalam melakukan politik
uang ini. Selain politik uang, terdapat juga kasus intimidasi, walaupun
kasusnya tidak begitu besar, namun intensitas intimidasi tersebut cukup
memprihatinkan pelaksanaan pemilu pasca Soeharto ini. Intimidasi pada
umumnya dilakukan terhadap pemilih, pemantau maupun petugas
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dan ditujukan untuk
mempengaruhi pemilih. Intimidasi yang dilakukan partai-partai politik
dalam tingkat lokal masih kentara sekali, Partai Politik besar banyak yang
mempunyai hubungan erat dengan birokrasi dan aparat keamanan - untuk
memenangkan partainya. (Natalia Angga,2015)
13
dari Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) menjadi tonggak sejarah
mengenai mulai berkembangnya partai politik di Indonesia. Isi dari
maklumat ini adalah untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
rakyat Indonesia membentuk partai politik.
14
Pada masa Pra-Demokrasi Terpimpin (Nopember 1945-Juni 1959),
Sistem Parlementer menyebabkan eksistensi Kabinet sangat diwarnai oleh
Parpol yang ada dalam Parlemen/Legislatif, sehingga Kabinet yang
terbentuk adalah Kabinet Parlementer . Dengan demkiian posisi Parlemen
sangat kuat dan terjadi ketidakseimbangan dalam Pemerintahan sehingga
Kebijakan-kebijakan Pembangunan dari Eksekutif dalam hal ini Presiden
banyak yang tidak dapat dijalankan. Hal itulah yang memicu munculnya
gerakan Ekstra Parlementer dimana Presiden dibantu Tentara untuk
membubarkan Parlemen dan lahirlah masa Demokrasi Terpimpin dengan
menetapkan Presiden seumur hidup. Namun setelah Juni tahun 1959 kita
kembali ke UUD1945, dimana Presiden sebagai Mandataris MPR serta
Menteri2x dibawah kendali Presiden, sehingga lahirlah kabinet Presidensiil
dengan Demokrasi Terpimpin. Banyak penyimpangan2x yang dilakukan
Presiden waktu itu, yaitu telah melampaui wewenang Legislatif seperti
adanya PP no 14/1960, bila Legislatif tidak bisa mengambil keputusan
terkait RUU/tdk ada kata mufakat maka Presiden bisa memutuskan sendiri.
Begitu pula dengan turut campurnya thd Lembaga Yudikatif dengan
lahirnya UU no 19/1964 yang dianggap menyimpang dari UUD 1945.
Setelah itu lahirlah Pemerintahan ORBA dengan Ketetapan MPRS no
XXXXIV/1968, Soeharto diangkat sebagai Presiden dan setelah Pemilu
1977 terjadi Fusi dari Multi Partai menjadi dua(2) Parpol dan Golkar
sebagai Organisasi Peserta Pemilu (OPP). Kalau kita melihat Sistem
Pemerintahan ERA ORBA (1967- 1999) , kehidupan Demokrasi dan
Politik dimatikan yang secara sistematis tidak dikembangkan sesuai
dengan keinginan masyarakat & perkembangan politik global, maka
dampaknya adalah terciptanya Budaya Politik Paternalistik yang
berorientasi pada “kekuasaan”. Dominasi Eksekutif, yaitu Presiden dalam
hal ini Soeharto sebagai Mandataris MPR, di Birokrasi Pemerintahan dan
Militer, ditambah dengan difusi-kannya Jumlah Partai yang sebelumnya
15
Multi Partai menjadi dua(2) Partai plus Golkar yang ketiganya tidak bisa
dikatakan sebuah Parpol, karena kekuasaan Soeharto mampu meng-
hegemoni dan menjadikannya sekedar sebagai OPP(Organisasi Peserta
Pemilu). Hegemoni Kekuasaan itu sangat sistematis dan terstruktur sampai
di tingkat daerah baik Propinsi maupun Kab/Kota , sehingga Pemerintahan
cenderung sentralistis dan otoriter serta Personal yaitu Soeharto yang telah
berlangsung selama kurang lebih 32 tahun dengan Demokrasi Pancasila
yang hanya dijadikan alat Kekuasaan semata. Konsepsi Kekuasaan seperti
ini mirip dengan Konsep Gramsci tentang Hegemoni. Dalam Konteks
Politik modern, Negara (State) semakin lama semakin kuat dan besar, maka
akan sulit dikontrol sehingga rakyat/masyarakat cenderung dieksploitasi.
1. Korupsi
Korupsi, baik yang dilakukan secara individu maupun kolektif
untuk kepentingan partai politik, merupakan fenomena yang muncul
sejak reformasi bergulir terutama pasca Pemilu 2004. Selain itu kasus-
kasus skandal korupsi partai politi juga makin marak dengan melibatkan
individu-individu di pemerintahan. Maraknya fenomena ini tidak lain
disebabkan karena Partai Politik Korupsi Politik uang Kegagalan politik
representasi 28 kebutuhan sumber dana yang besar untuk partai politik
sebagai sebuah mesin politik satu-satunya yang mendominasi politik
Indonesia, sebagaimana dijamin dalam konstitusi yang telah beberapa
kali diamandemen. Dominasi ini meliputi penguatan fungsi DPR, yang
berarti penguatan peran partai politik karena hanya partai politik yang
berhak memiliki kursi di DPR, kewenangan partai politik sebagai satu-
16
satunya organisasi yang berhak mencalonkan presiden dan wakilnya
serta kepala daerah, dan wewenang partai politik melalui wakil-
wakilnya di DPR untuk memilih dan mengangkat pejabat publik
(Asshiddiqie, 2007). Perannya yang sedemikian besar diatur dalam
konstitusi lewat sejumlah proses yang sarat dengan tarik menarik
kepentingan wakil-wakil partai politik yang ada di DPR RI (Subekti,
2008). Ini merupakan salah satu perubahan paling dramatis dan
menguntungkan bagi partai politik, mengingat UUD 1945 bahkan tak
sekalipun menyebut “partai politik” dan secara praktik fungsi partai
politik dimandulkan oleh rejim Orde Baru.
2. Study Kasus
.Pemerintah dalam Peran politik terhadap demokrasi indonesia
sangat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat indonesia,studi
kasus yang di informasikan dalam Liputan6.com, Jakarta Forum
Peningkatan Kualitas Demokrasi pada Aspek Lembaga Demokrasi
dilaksanakan di Aston Manado Hotel, Senin (27/5).Selain dari
Kementerian Dalam Negeri, pembicara dalam kegiatan tersebut juga
hadir pembicara dari Akademisi IPDN Nurlia Nurdin dan Akademisi
Universitas Sam Ratulangi dan Ferry Liando untuk memberikan materi
guna menambah wawasan peserta forum hari itu.
17
Disampaikan oleh La Ode Ahmad, Lembaga Demokrasi salah
satunya partai politik mempunyai peran strategis dalam memberikan
kontribusi positif bagi pertumbuhan demokrasi di Indonesia,
diantaranya mendorong terciptanya reformasi politik dan institusi
demokrasi sebagai upaya membangun citra demokrasi Indonesia.
18
Bantuan keuangan partai politik di Indonesia terbagi dalam tiga
tingkatan. Di tingkat pusat sebesar Rp1.000 per suara sah, tingkat
provinsi Rp1.200 per suara sah, dan tingkat kabupaten/kota sebesar
Rp1.500 per suara sah.
19
menghilangkan pratik politik transaksional atau money politic di tubuh
partai politik.
2.3 Solusi
Solusi dalam permasalahan ini adalah seharusnya dalam kerpataian
diberikan perraturan dan kebijakan yang ketat serta diawasi oleh badan
keuangan di pemerintahan sesuai dengan hukum yang berlaku . didalam
kerpataian ny a juga harus ada kebijakan dan mempertegas hukum
yang ada agar mereka juga jera dalam melakukan kesalahan. Lalu
melakukan penekanan terhadap tingkat kelembagaan partai politik itu
sendiri baik itu seecara struktural maupun kurtural. Yang dimaksudkan
disini adalah pelembagaan secara struktural melalui cara mempolakan
prilaku partai politik dan secara kurtural dengan mempolakan sikap atau
budaya. Lalu perbaikan sistem perpolitikan dan parlemen ditanah air ,
adalah dengan memperbaiki rekrutmen kader partai. Dalam beberapa tahun
terkahir , partai politik kedodoran dalam rekrutmen kader partai,sehingga
bawaslu perlu memperbaiki sistem politik kita, yaitu di rekrutmen kader
partai politik.
20
Solusi pemerintah dari studi kasus tersebut Diakhir sambutaan La
Ode Ahmad menyampaikan bahwa pemberian bantuan keuangan partai
politik tersebut memiliki konsekuensi.
21
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan menurut kelompok kami peran partai politik dalam
demokrasi sangat penting karena partai politik yaitu kelompok dari warga
negara,sedangkan demokrasi brarti pemerintahan,maka dari itu peran partai
politik sangat berpengaruh dalam sistem pemerintahan demokrasi. Artinya
partai politik yang baik memerlukan lahan sosial untuk tumbuh, yaitu adanya
kemerdekaan berpikir diantara sesama warga negara yang akan menyalurkan
aspirasi politiknya melalui salah satu saluran yang utama, yaitu partai politik.
Demokrasi menjanjikan perwujudan keadilan dan kemakmuran dalam
perlindungan hak hak asasi secara individual maupun kolektif,dan partai politik
memiliki keinginan memadu pengawasan pemerintahan.Di dalam partai politik
terdapat beberapa partai atau kepartaian untuk menjalankan segala tugas yang
telah di tetapkan,pemilihan anggota partai politik di pilih melalui pemilihan
umum.Pemilihan umum adalah salah satu sarana penyaluran hak asasi warga
negara yg prinsipil tetapi di dalam partai politik memiliki permasalahan tentang
penyalah gunaan kekuasaan dan korupsi.Fungsi partai politik dalam demokrasi
yaitu artikulasi kepentingan agregasi kepentingan rakyat,sosialisasi
politik,rekrutmen politik parpol komunikasi politik.
Maka dari itu kenapa peran partai politik itu sangatlah penting dalam sistem
demokrasi di indonesia.
3.2 Saran
Pemerintah seharusnya lebih bijak dalam menegakan keadilan,karena
dalam demokrasi berhubungan dengan pemerintah dan rakyat,maka dari itu jika
hukum tidak di tegakan dengan benar rakyat tidak mempunyai keadilan yang
sesungguhnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
23