Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sarta kesehatan sehingga kami dapat menyusun dan mengerjakan makalah
dengan judul “PARTAI POLITIK” dengan baik dan dapat menyelesaikan tugas ini
tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Dosen Ibu Noer Apptika, S. IP,. M. SI pada bidang studi Pengantar Ilmu Politik. Selain
itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para penulis dan
pembaca..

Saya mengucapkan banyak terima kasih pada Dosen Ibu Noer Apptika, S. IP,.
M. SI selaku dosen pada bidang studi Pengantar ilmu Politik yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah wawasan pada bidang studi yang kami tekuni.

Saya juga mengucapkan terimakasih pada teman-teman yang telah memberikan


semangat kepada kami selama mengerjakan tugas ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan dan


penyusunan makalah ini yang jauh dari kata sempura, karena kami masih memiliki
keterbatasan dalam penyusunan kata atau kalimat. Tetapi kami telah berusaha
semaksimal mungkin agar mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan
kemampuan yang kami miliki.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan .......................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................. 4
2.1 Tinjauan Teoritis ............................................................................................... 4
A.Demokrasi ......................................................................................................... 4
B. Pemilihan Umum............................................................................................. 6
C. Partai Politik.................................................................................................... 7
2.2 Analisis Masalah ................................................................................................ 9
A. Fungsi Partai Politik dalam demokrasi ........................................................ 9
B . Peran partai politik dalam demokrasi. ...................................................... 11
C . Terbentuknya Partai Politik ....................................................................... 13
D. Masalah dalam kepartaian........................................................................... 16
2.3 Solusi ................................................................................................................. 20
BAB 3 ......................................................................................................................... 22
PENUTUP .................................................................................................................. 22
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 22
3.2 Saran ................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demokrasi merupakan intrumen untuk mewujudkan keadilan sosial
(social justice) sebagai hal yang menjamin dan mengekspresikan kepentingan
bersama (kolektif). Demokrasi menjanjikan perwujudan keadilan dan
kemakmuran dalam konetk perlindungan perangkat hak-hak asasi secara
individual maupun kolektif. Secara subtantif dan proses prosedural demokrasi
di arahkan untuk mencapai keadilan sosial. Keadilan sosial menjadi platform
bagi seluruh bangsa pluralistik modern dalam kontruksi negara demokrasi
berdasarkan hukum. Demokrasi memberikan ruang bagi bergeraknya prinsip
keadilan sosial untuk mewujudakan kemamkmuran yang merata (adil) bagi
seluruh warga negara. Melalui demokrasi pula diharapkan akan tercipta
masyarakat dan pemerintahan yang baik (good society and government).
(Syahrul Mustofa,S.H.,M.H,2019)

Sejak tumbangnya Orde Baru Indonesia menawali babak baru dalam


sebuah pemerintahan, yaitu pemerintahan yang saat ini kita kenal dengan
nama reformasi. Sebelum era reformasi, demokrasi adalah sebuah impian.
Ketika itu, di bawah kekuasaan yang terpusat dan membelegu. Kita
menginginkan kebebasan untuk berekspresi ikut menentukan jalannya
pemerintahan serta menikmati hasil pembangunan secara berkeadilan. Kita
memimpikan pemerintahan yang dibentuk atas dasr pilihan rakyat dan berbuat
untuk kemaslahatan rakyat. Kita meinginkan demokrasi dan sebuah repulik
yang sesungguhnya. Tetapi setelah 12 tahun hidup di dalam demokrasi mulai
muncul pertanyaan mendasar. Apakah memang benar bangsa ini
menghendaki demokrasi. Atau paling tidak, apakah praktik yang sedang
berjalan adalah demokrasi yang sejati. (Janedri M. Gaffar,2012)

1
Partai politik merupakan media atau sarana partisipasi warga negara
dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik dan dalam
penentuan siapa yang menjadi penyelenggara negara berbagai lembaga negara
di pusat dan daerah. Berdasarkan prinsip bahwa keanggotaan partai politik
terbuka bagi semua warga negara, sehingga para anggotanya berasal dari
berbagai unsur bangsa, maka partai politik dapat pula menjadi sarana integrasi
nasional, bangsa dan negara. (Dr. Ir Mohammad Jafar Hafsah, 2011)

Menurut definisi secara umum, partai politik berarti perkumpulan yang


didirikan untuk mewujudkan ideologi politik tertentu. Adapun partai politik
berkembang bersamaan dengan berkembangnya proses pemilihan. Partai-
partai tersebut muncul sebagai komite pemilihan yang mendapatkan
dukungan bagi seorang kandidat dari warga negara yang terkemuka dan
mengumpulkan dana yang diperlukan untuk kampanya pemilihan. (Afan
Gaffar,1984)

Demokrasi dan partai politik, seperti dua sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Tanpa partai politik, demokrasi tidak mungkin ada,
sebaliknya tanpa demokrasi partai politik tidak akan pernah dilahirkan.
Karena demokrasi membutuhkan sarana bagi rakyat untuk berkuasa. Jalur
menuju, mengendalikan dan merotasi kekuasaan tersebut adalah melalui
partai politik dan pemilu. Atau dengan kata lain partai politik sebagai
kendaraan yang akan menghantarkan rakyat pada kekuasaan.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
 Bagaimana peran partai politik dalam mewujudkan demokrasi di Indonesia?
 Bagaimana fungsi partai politik dalam demokrasi di Indonesia?
 Bagaimana terbentuknya partai politik dalam demokrasi di Indonesia

2
1.3 Maksud dan Tujuan

Untuk mendeskripsikan bagaimana peran dan fungsi partai politik dalam


sistemdemokrasi

Untuk mendeskripsikan perwujudan partai politik dalam sistem demokrasi

Untuk mendeskripsikan apa itu demokrasi dan politik dalam sistem demokra

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teoritis


A.Demokrasi
Demokrasi menurut kata Yunani, demos= rakyat, kratein =
pemerintahan, demokrasi berarti pemerintahan oleh rakyat. Demokrasi
bukanlah suatu bentuk pemerintahan yang timbul dengan sendirinya, tetapi
melalui tahapan evolusi. Demokrasi yang pertama dikenal demokrasi dikenal
adalah demokrasi langsung di mana keseluruhan warganegara dengan nyata
ikut serta dalam pemusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum
atauu undang-undang.hal ini dimungkinkan karena pada waktu itu jumlah
penduduknya masih dikit. Berbeda dengan jumlah penduduk di suatu negara
pada masa kini yang mencapai ratusan juta jiwa.(Lex Jurnalica,2004)

Dalam ilmu politik , dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi


: pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empirik ( procedural
democracy). Dalam pemahaman secara normatif , demokrasi merupakan
sesuatu yang secara idil hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah
negara , seperti misalnya kita mengenal ungkapan “Pemerintahan dari rakyat ,
oleh rakyat dan untuk rakyat “ . Ungkapan normatif tersebut , biasanya ,
diterjemahkan dalam konstitusi pada masing –masing negara , misalnya dalam
Undang- Undang Dasar 1945 bagi Pemerintah Republik Indonesia. Sedangkan
dalam pemahaman secara empirik demokrasi dapat dilihat dari purwujudannya
dalam kehidupan politik praktis. ( Afan Gaffar,1999).

Demokrasi tidak hanya merupakan suatu bentuk negara ataupun sistem


pemerintahan tetapi juga suatu gaya hidup serta tata masyarakat tertentu yang
karena itu juga mengandung unsur-unsur moril sehingga dapat dikatakan
bahwa demokrasi didasari oleh beberapa nilai (values). salah satu nilai dari

4
demokrasi menurut Henry B. Mayo adalah menyelenggarakan penggantian
pemimpin secara teratur (orderly succesion of rules). Pengganti pemimpin
berdasarkan keterunan atau dengan jalan mengangkat diri sendiri ataupun
melalui coup d’etat dianggap tidak wajar dalam suatu demokrasi. (Lex
Jurnalica,2004)

Sistem – sistem demokrasi di mana dimasukkan sistem perwakilan ,


disebut demokrasi tidak langsung. Sistem-Sistem demokrasi tanpa sistem
perwakilan sistem perwakilan disebut demokrasi langsung. Lebih tepat :
demokrasi langsung adalah cara pembentukan kebijaksanaan yang terjadi di
mana anggota kelompok sendiri mempunyai kemungkinan mempengaruhi
secara langsung kebijaksanaan kelompok. Juga di mana ada demokrasi
langsung , ternyata bahwa biasanya partisipasi dari yang bersangkutan sangat
sederhana. Umpamanya pada rapat-rapat desa di Pulau Jawa , yang biasanya
diadakan hanya satu sampai dua kali setahun, dalam beberapa hal hanya
dihadiri oleh minoritas kecil dari orang-orang dewasa dan berjalan hampir
tanpa perdebatan. (Hoogerwerf,1985)

Beberapa dari faktor – faktor yang membatasi kemungkinan demokrasi


langsung adalah banyaknya orang yang termasuk dalam sistem politik itu ,
banyaknya masalah politik yang harus dipecahkan, kerumitan dari banyak
masalah , dan keterbatasan perhatian politik dari yang bersangkutan.
(Hoogerwerf,1985)

Dalam negara demokrasi modern sudah tidak mungkin lagi


dilaksanakan dengan mempergunakan model demokrasi langsung. Banyak
kendala yang dihadapi, jika demokrasi langsung itu akan dilaksanakan. Oleh
sebab itu, pelaksanaan demokrasi dilakukan oleh wakil-wakil rakyat yang
duduk sebagai anggota Badan Perwakilan Rakyat. Sehubungan dengan hal

5
tersebut cara yang dipergunakan untuk menentukan keanggotaan Badan
Perwakilan Rakyat tersebut adalah :

1. Pemilihan Umum;

2. Pengangkatan; dan

3. Campuran (Kombinasi antara Pemilihan Umum dan Pengangkatan).


(Hoogerwerf,1985)

B. Pemilihan Umum
Pemilihan Umum adalah salah satu sarana penyaluran hak asasi warga
negara yang prinsipil. Dalam rangka pelaksanaan hak asasi warga negara
adalah keharusan bagi pemerintah untuk menjamin terlaksananya
penyelenggaraan pemilu sesuai dengan jadwal ketatanegaraan yang telah
ditentukan. Sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat dimana rakyatlah yang
berdaulat, semua aspek penyelenggaraan pemilu, harus di kembalikan pada
rakyat untuk menentukannya. Adalah penyelenggaran terhadap hak asasi
apabila pemerintah tidak menjamin terselenggaranya pemilihan umum,
memperlambat pemilihan umum tanpa persetujuan para wakil rakyat. (Miriam
Budiardjo, 1987)

Pada umumnya Anggota Partai Politik dapat duduk di Lembaga


Perwakilan Rakyat melalui Pemilihan Umum, tetapi karena ada kelompok
kelompok fungsional yang hidup dan berkembang di dalam suatu masyarakat
serta dibutuhkan keterwakilannya di dalam Lembaga Perwakilan Rakyat, maka
dikenal pula adanya cara-cara pengangkatan maupun penunjukkan.
Kendatipun demikian dalam negara yang menganut prinsip demokrasi dan
kedaulatan rakyat, tentunya keberadaan anggota- anggota Lembaga
Perwakilan Rakyat yang berasal dari Pemilihan Umum komposisinya harus
lebih banyak ketimbang anggota-anggota Lembaga Perwakilan Rakyat yang
berasal dari pengangkatan atau penunjukkan. Sehubungan dengan pola

6
pengisian keanggotaan Lembaga Perwakilan Rakyat tersebut, maka
mekanisme untuk menentukan anggota-anggota di Lembaga Perwakilan
Rakyat dapat digolongkan ke dalam dua sistem, yaitu :

1. Sistem Pemilihan Organis, yakni mengisi keanggotaan Lembaga


Perwakilan Rakyat melalui pengangkatan atau penunjukan.
2. Sistem Pemilihan mekanis. Sistem ini sering disebut juga Pemilihan
Umum.(Bintan R. Saragih, 1988)

C. Partai Politik
Partai politik adalah kelompok otonom dari warga negara, memiliki
kegunaan dalam membuat nominasi-nominasi dan peserta pemilu, memiliki
keinginan memandu pengawasan pada kekuasaan pemerintahan terus merebut
jabatanjabatan publik dalam organisasi pemerintahan.

Partai politik dalam dunia perpolitikan, khususnya dalam politik lokal


akan mudah dipahami dengan mengerti terlebih dahulu definisi partai politik.
Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan asal usul partai politik. Pertama,
teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan
timbulnya partai politik, kedua, teori situasi historik yang melihat timbulnya
partai politik sebagai upaya suatu sistem politik untuk mengatasi krisis yang
ditimbulkan dengan perubahan masyarakat secara luas. Ketiga, teori
pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial
ekonomi (Ramlan Surbakti, 1992)

Partai politik pertama tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan


meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu di perhitungkan
serta diilut sertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara
spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat disatu pihak dan
pemerintah di pihak lain. Pada awal perkembangannya, pada akhir dekade 18-
an di negara-negara Barat seperti Inggris dan Prancis, kegiatan politik di

7
pusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam parlemen. Kegiatan ini
mula-mula bersifat elitis dan aristokratis, mempertahankan kepentingan kaum
bangsawan terhadap tuntutan raja. (Miriam Budiardjo, 2008)

Berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi


partai politik bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa
sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan begitu
pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan
keputusan (Miriam Budiardjo, 2008: 403).

Definisi partai politik telah dikemukakan oleh beberapa ahli politik,


diantaranya menurut ahli politik Carl J. Friedrich yang dikutip (dalam Miriam
Budiardjo, 2008: 403) adalah sebagai berikut.

“Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir


secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan
penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya
dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota
partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil”. (A
political party is a group of human beings, stably organized
with the objective of securing or maintaning for its leader the
control of a goverment, with the futher objective of giving to
member of the party, through such control ideal and material
benefits and advantages) (Miriam Budiardjo, 2008:404).

Kemudian Sigmund Neumann mengemukaan definisi partai politik


sebagai berikut. Partai politik adalah organisasi dari aktifitas-aktifitas politik
yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut
dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan-
golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda (a political party is
the articulate organization of society’s active political agent; those who are

8
concerned with the control of govermental policy power, and who complete
for popular support with other group or groups holding divergent view)
(Miriam Budiardjo 2008)

Dari berbagai penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik


merupakan sebuah organisasi yang dibentuk berdasarkan kumpulan orang-
orang yang memiliki kesamaan tujuan untuk mendapatkan sebuah kekuasaan
dalam pemerintahan dan menjadi penghubung antara masyarakat sipil dengan
pemerintah, yang memberikan informasi secara bottom up maupun top down.

2.2 Analisis Masalah


A. Fungsi Partai Politik dalam demokrasi
Secara teoretis Parpol setidaknya memiliki lima fungsi yang semestinya
diperankan dalam proses kehidupan bernegara yang demokratis yaitu, (1)
fungsi artikulasi kepentingan, (2) fungsi agregasi kepentingan, (3) fungsi
sosialisasi politik, (4) fungsi rekrutmen politik, dan (5) fungsi komunikasi
politik (Putra, 2003).

1. Artikulasi Kepentingan Setiap individu ataupun kelompok


masyarakat sebagai warga negara memiliki kepentingan masing-
masing. Kepentingan-kepentingan itu bisa sejalan dan bisa berbeda dan
bahkan bertentangan satu sama lain. Parpol harus bisa memerankan
fungsinya mengajukan kepentingan-kepentingan rakyat dalam proses
perumusan kebijakan publik, sehingga kepentingan-kepentingan rakyat
dapat terlayani oleh kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah
yang memegang kedaulatan. Kalau parpol mampu memerankan
fungsinya mengajukan kepentingan-kepentingan rakyat seperti itu,
maka parpol yang demikian akan memeroleh dukungan rakyat.
Sebaliknya jika Parpol tidak mampu menyuarakan kepentingan rakyat,
maka ia akan ditinggalkan oleh pemilihnya.

9
2. Agregasi Kepentingan Rakyat sebagai warga negara memiliki
berbagai kepentingan yang diajukan untuk dipenuhi oleh kebijakan
publik. Parpol dalam proses perumusan kebijakan publik harus dapat
memerankan fungsinya menggabungkan kepentingan-kepentingan
yang merupakan tuntutan rakyat menjadi alternatif-alternatif terbaik
yang memenuhi aspirasi rakyat. Menggabungkan kepentingan-
kepentingan yang beragam yang terkadang bertentangan menjadi
alternatif-alternatif terbaik membutuhkan intelektualitas yang tinggi.
Parpol yang mampu memerankan fungsinya seperti itu akan menjadi
pilihan rakyat. Sebaliknya Parpol yang tidak mampu memerankan
fungsinya akan ditinggalkan.
3. Sosialisasi Politik Setiap negara memiliki nilai-nilai dan etika politik
yang dipandang baik yang berlaku di negara yang bersangkutan. Parpol
harus memerankan fungsinya menyosialisasikan nilai-nilai dan etika
politik yang berlaku kapada warga negara. Sosialisasi nilai-nilai dan
etika politik harus dilakukan secara terus-menerus. Warga negara
supaya memeroleh sosialisasi politik seperti itu sepanjang hidupnya,
sehingga nilainilai dan etika politik yang berlaku mempribadi pada diri
warga negara. Parpol yang tidak melakukan sosialisasi politik seperti
itu dapat dipertanyakan komitmennya terhadap negara. Di sisi lain
rakyat seharusnya bisa berlaku kritis terhadap Parpol yang demikian.
Misalnya untuk Indonesia, nilai-nilai dan etika politik yang berlaku
adalah yang sejalan dengan Pancasila, Undang-Undan Dasar 1945,
Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) (Kaelan, 2009; Tim Penerbit Buku Pancasila, 2005). Parpol
yang tidak menyosialisasikan nilai-nilai dan etika politik itu seharusnya
tidak dipilih rakyat.
4. Rekrutmen Politik Parpol memiliki kepentingan untuk menempatkan
kader-kadernya pada jabatan-jabatan politik di pemerintahan untuk

10
menyuarakan dan mengajukan kepentingan partai dan rakyat yang
diwakili. Agar dapat menempatkan kader-kader terbaik di
pemerintahan, Parpol harus mampu memerankan fungsinya melakukan
rekrutmen politik. Parpol harus memiliki prosedur rekrutmen politik
yang diberlakukan bagi kadernya. Dalam rekrutmen politik inilah
Parpol seharusnya menunjukkan kemampuannya berdemokrasi di
internal partai. Kalau di internal partai tidak bisa berdemokrasi,
bagaimana Parpol bisa berdemokrasi dalam pengelolaan kehidupan
bernegara?
5. Komunikasi Politik Melalui komunikasi politik Parpol
mengomonikasikan informasi, isu, gagasan, dan program-program
partai sehingga dapat diketahui oleh rakyat. Segenap struktur partai
supaya dapat memerankan fungsinya melakukan komunikasi politik.
Komunikasi politik ini dapat dilakukan melalui berbagai saluran
komunikasi yang tersedia secara legal. Muara dari semua peran Parpol
itu adalah formulasi dan implementasi kebijakan publik yang
merespons kepentingan rakyat. Pemilih yang rasional akan memilih
Parpol yang mampu memformulasikan dan mengimplementasikan
kebijakan publik yang merespons kepentingan rakyat. Jika Parpol tidak
mampu melaksanakan peran dan fungsi yang demikian, maka akan
ditinggalkan oleh konstituennya yang rasional (Rachbini, 2002).
Karena itu Parpol semestinya mulai meninggalkan cara-cara yang tidak
rasional dalam memengaruhi pemilih. Sejalan dengan peningkatan
tingkat pendidikan, masyarakat akan berubah dari irasional ke rasional
dalam menentukan pilihan

B . Peran partai politik dalam demokrasi.


Peran partai politik dalam menegakkan demokrasi di Indonesia
cukup penting. Antara lain, Partai Politik harus dapat mengadakan

11
pendidikan politik agar masyarakat tidak saja sadar hukum tetapi juga
dewasa dalam berpolitik. Hal ini tentunya harus ditunjukkan oleh para elite
politiknya terlebih dahulu. Sebab bagaimana mungkin masyarakat akan
menjadi warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara apabila tokoh panutannya tidak
memberi contoh suri teladan yang baik. Lebih parahnya lagi apabila di
Indonesia tidak ada satu pun yang dapat dijadikan panutan, sehingga
masyarakat awam, pinggiran dan desa selalu menanti datangnya “ratu adil”
atau “satria piningit”, seorang pemimpin yang akan membawa perubahan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Partai-partai politik dalam
masa transisi ini seharusnya mengisi ruang publik dengan memberikan
pendidikan politik kepada masyarakat dengan program-program yang
rasional. Bermacam-macam Partai Politik dengan bermacam-macam azas
tentunya akan sangat mempengaruhi sistem demokrasi dan pendidikan
demokrasi rakyat. Sebagai contoh, bila Partai Politik yang berazaskan
agama Islam yang memenangi Pemilihan Umum, tentunya akan merubah
sistem demokrasi, dari Demokrasi Pancasila ke demokrasi yang sesuai
dengan Syariat agama Islam.

Sementara dari segi pendidikan demokrasi rakyat dapat kita lihat,


dengan banyaknya Partai Politik tentunya rakyat akan dapat memilih mana
yang lebih sesuai dengan keinginannya. Seorang buruh, misalnya, mungkin
akan lebih cocok bila bergabung dengan Partai Buruh Seluruh Indonesia
(PBSI) pimpinan Mochtar Pakpahan, daripada bergabung ke Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pimpinan Megawati
Soekarnoputri, meskipun katanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
PDI-P memperjuangkan nasib wong cilik. Dengan pilihan yang sudah
diikutinya ini, dia akan lebih enak untuk menggunakan hak-haknya sebagai
warga negara dalam berdemokrasi. Partai Politik juga harus dapat

12
menciptakan iklim yang kondusif yang dapat menjadi perekat persatuan
dan kesatuan bangsa. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya, Partai
Politik dengan elite politiknya justru memperkeruh keadaan dengan
manuvermanuver politiknya. Politik uang (money politic) yang terjadi di
beberapa daerah seperti di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Riau,
Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya. Pelaku politik uang yang terbanyak
adalah mereka yang mewakili partainya, baik pengurus, anggota maupun
simpatisan. Seringkali petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara (KPPS), aparat pemerintah (camat, lurah), saksi parpol di Tempat
Pemungutan Suara (TPS) dan aparat keamanan yang bersimpati
mendukung partai tertentu turut ambil bagian dalam melakukan politik
uang ini. Selain politik uang, terdapat juga kasus intimidasi, walaupun
kasusnya tidak begitu besar, namun intensitas intimidasi tersebut cukup
memprihatinkan pelaksanaan pemilu pasca Soeharto ini. Intimidasi pada
umumnya dilakukan terhadap pemilih, pemantau maupun petugas
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dan ditujukan untuk
mempengaruhi pemilih. Intimidasi yang dilakukan partai-partai politik
dalam tingkat lokal masih kentara sekali, Partai Politik besar banyak yang
mempunyai hubungan erat dengan birokrasi dan aparat keamanan - untuk
memenangkan partainya. (Natalia Angga,2015)

C . Terbentuknya Partai Politik


Perjalanan partai politik di Indonesia tidak dapat dipungkiri
mengalami pasang surut dari masa ke masa. Dalam konteks Indonesia,
pada awalnya partai politik didirikan sebagai alat perjuangan melawan
penjajahan dan memperjuangkan kemerdekaan. Partai politik di Indonesia
baru mulai tumbuh subur ketika Indonesia mendapatkan kemerdekaannya.
Maklumat Wakil Presiden Republik Indonesia No. X yang dikeluarkan
oleh Moh. Hatta pada tanggal 3 November 1945 dan merupakan usulan

13
dari Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) menjadi tonggak sejarah
mengenai mulai berkembangnya partai politik di Indonesia. Isi dari
maklumat ini adalah untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
rakyat Indonesia membentuk partai politik.

Dalam perjalanannya, partai politik di Indonesia tumbuh dalam


peralihan-peralihan rejim dan ikut pula bertransformasi. Daniel Dhakidae
(1999) membagi perjalanan partai politik Indonesia dalam empat
pengelompokan generasi. Generasi pertama adalah sebelum kemerdekaan,
dari mulai kemunculan gerakan resistensi kaum Tionghoa Tiong Hoa Hwee
Koan tahun 1900 hingga kemunculan PKI dan PNI yang kesemuanya
mengusung nasionalisme. Generasi kedua diwarnai dengan kemunculan
partai-partai dengan ideologi masing-masing, seperti keagamaan,
kedaerahan, hingga kebangsaan. Lima aliran ideologi utama yang
dikelompokkan oleh Herbert Feith dan Lance Castles (1988) adalah
komunisme, nasionalisme radikal, sosialisme demokrat, tradisionalisme
Jawa, dan Islam.

Generasi ketiga kepartaian berlangsung selama pemerintahan


Soeharto dimana Partai Golkar menjadi partai tunggal yang mendukung
garis kebijakan rejim selama lebih dari 30 tahun. Terakhir, generasi
keempat yang dimulai sejak jatuhnya Orde Baru, melahirkan ratusan
partai-partai baru yang memiliki karakter berbeda dari masa-masa
sebelumnya. Dalam bagian-bagian berikut, kami akan merinci
perkembangan partai-partai politik dan perannya di Indonesia. Kami tidak
membahas periodisasi sebelum kemerdekaan, mengingat tujuan awal untuk
melihat transformasi kepartaian di Indonesia sejak kemerdekaan hingga
hari ini.

14
Pada masa Pra-Demokrasi Terpimpin (Nopember 1945-Juni 1959),
Sistem Parlementer menyebabkan eksistensi Kabinet sangat diwarnai oleh
Parpol yang ada dalam Parlemen/Legislatif, sehingga Kabinet yang
terbentuk adalah Kabinet Parlementer . Dengan demkiian posisi Parlemen
sangat kuat dan terjadi ketidakseimbangan dalam Pemerintahan sehingga
Kebijakan-kebijakan Pembangunan dari Eksekutif dalam hal ini Presiden
banyak yang tidak dapat dijalankan. Hal itulah yang memicu munculnya
gerakan Ekstra Parlementer dimana Presiden dibantu Tentara untuk
membubarkan Parlemen dan lahirlah masa Demokrasi Terpimpin dengan
menetapkan Presiden seumur hidup. Namun setelah Juni tahun 1959 kita
kembali ke UUD1945, dimana Presiden sebagai Mandataris MPR serta
Menteri2x dibawah kendali Presiden, sehingga lahirlah kabinet Presidensiil
dengan Demokrasi Terpimpin. Banyak penyimpangan2x yang dilakukan
Presiden waktu itu, yaitu telah melampaui wewenang Legislatif seperti
adanya PP no 14/1960, bila Legislatif tidak bisa mengambil keputusan
terkait RUU/tdk ada kata mufakat maka Presiden bisa memutuskan sendiri.
Begitu pula dengan turut campurnya thd Lembaga Yudikatif dengan
lahirnya UU no 19/1964 yang dianggap menyimpang dari UUD 1945.
Setelah itu lahirlah Pemerintahan ORBA dengan Ketetapan MPRS no
XXXXIV/1968, Soeharto diangkat sebagai Presiden dan setelah Pemilu
1977 terjadi Fusi dari Multi Partai menjadi dua(2) Parpol dan Golkar
sebagai Organisasi Peserta Pemilu (OPP). Kalau kita melihat Sistem
Pemerintahan ERA ORBA (1967- 1999) , kehidupan Demokrasi dan
Politik dimatikan yang secara sistematis tidak dikembangkan sesuai
dengan keinginan masyarakat & perkembangan politik global, maka
dampaknya adalah terciptanya Budaya Politik Paternalistik yang
berorientasi pada “kekuasaan”. Dominasi Eksekutif, yaitu Presiden dalam
hal ini Soeharto sebagai Mandataris MPR, di Birokrasi Pemerintahan dan
Militer, ditambah dengan difusi-kannya Jumlah Partai yang sebelumnya

15
Multi Partai menjadi dua(2) Partai plus Golkar yang ketiganya tidak bisa
dikatakan sebuah Parpol, karena kekuasaan Soeharto mampu meng-
hegemoni dan menjadikannya sekedar sebagai OPP(Organisasi Peserta
Pemilu). Hegemoni Kekuasaan itu sangat sistematis dan terstruktur sampai
di tingkat daerah baik Propinsi maupun Kab/Kota , sehingga Pemerintahan
cenderung sentralistis dan otoriter serta Personal yaitu Soeharto yang telah
berlangsung selama kurang lebih 32 tahun dengan Demokrasi Pancasila
yang hanya dijadikan alat Kekuasaan semata. Konsepsi Kekuasaan seperti
ini mirip dengan Konsep Gramsci tentang Hegemoni. Dalam Konteks
Politik modern, Negara (State) semakin lama semakin kuat dan besar, maka
akan sulit dikontrol sehingga rakyat/masyarakat cenderung dieksploitasi.

D. Masalah dalam kepartaian


Dalam partai politik ada berbagai partai, di dalam kepartaian ada
masalah masalah yangn mempengaruhi sistem pemerintahan ;

1. Korupsi
Korupsi, baik yang dilakukan secara individu maupun kolektif
untuk kepentingan partai politik, merupakan fenomena yang muncul
sejak reformasi bergulir terutama pasca Pemilu 2004. Selain itu kasus-
kasus skandal korupsi partai politi juga makin marak dengan melibatkan
individu-individu di pemerintahan. Maraknya fenomena ini tidak lain
disebabkan karena Partai Politik Korupsi Politik uang Kegagalan politik
representasi 28 kebutuhan sumber dana yang besar untuk partai politik
sebagai sebuah mesin politik satu-satunya yang mendominasi politik
Indonesia, sebagaimana dijamin dalam konstitusi yang telah beberapa
kali diamandemen. Dominasi ini meliputi penguatan fungsi DPR, yang
berarti penguatan peran partai politik karena hanya partai politik yang
berhak memiliki kursi di DPR, kewenangan partai politik sebagai satu-

16
satunya organisasi yang berhak mencalonkan presiden dan wakilnya
serta kepala daerah, dan wewenang partai politik melalui wakil-
wakilnya di DPR untuk memilih dan mengangkat pejabat publik
(Asshiddiqie, 2007). Perannya yang sedemikian besar diatur dalam
konstitusi lewat sejumlah proses yang sarat dengan tarik menarik
kepentingan wakil-wakil partai politik yang ada di DPR RI (Subekti,
2008). Ini merupakan salah satu perubahan paling dramatis dan
menguntungkan bagi partai politik, mengingat UUD 1945 bahkan tak
sekalipun menyebut “partai politik” dan secara praktik fungsi partai
politik dimandulkan oleh rejim Orde Baru.

2. Study Kasus
.Pemerintah dalam Peran politik terhadap demokrasi indonesia
sangat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat indonesia,studi
kasus yang di informasikan dalam Liputan6.com, Jakarta Forum
Peningkatan Kualitas Demokrasi pada Aspek Lembaga Demokrasi
dilaksanakan di Aston Manado Hotel, Senin (27/5).Selain dari
Kementerian Dalam Negeri, pembicara dalam kegiatan tersebut juga
hadir pembicara dari Akademisi IPDN Nurlia Nurdin dan Akademisi
Universitas Sam Ratulangi dan Ferry Liando untuk memberikan materi
guna menambah wawasan peserta forum hari itu.

La Ode Ahmad menyampaikan bahwa kegiatan tersebut sebagai


upaya untuk menjaga silaturahmi antara unsur pemerintah dengan unsur
lembaga demokrasi di wilayah Sulawesi Utara khususnya Kota
Manado.

17
Disampaikan oleh La Ode Ahmad, Lembaga Demokrasi salah
satunya partai politik mempunyai peran strategis dalam memberikan
kontribusi positif bagi pertumbuhan demokrasi di Indonesia,
diantaranya mendorong terciptanya reformasi politik dan institusi
demokrasi sebagai upaya membangun citra demokrasi Indonesia.

Menurut beliau, partai politik mempunyai fungsi strategis bagi


perkembangan demokrasi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 11
Undang Undang No.2 Tahun 2008 partai politik memiliki beberapa
fungsi.

Pertama pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas, agar


menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kedua,
penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat.

Ketiga penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik


masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.
Keempat partisipasi politik warga negara Indonesia. Kelima, rekrutmen
politik dalam proses pengisian jabatan politik, melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Pada kesempatan tersebut, beliau juga menyampaikan pentingnya


fungsi partai politik tersebut mendorong banyak negara memberikan
pendanaan bagi partai politik, termasuk di Indonesia. Namun
pelaksanaannya diatur dalam peraturan perundang-undangan secara
tegas.

18
Bantuan keuangan partai politik di Indonesia terbagi dalam tiga
tingkatan. Di tingkat pusat sebesar Rp1.000 per suara sah, tingkat
provinsi Rp1.200 per suara sah, dan tingkat kabupaten/kota sebesar
Rp1.500 per suara sah.

Besaran nilai bantuan keuangan partai politik tersebut dapat


dinaikkan sesuai kemampuan keuangan daerah, setelah mendapat
persetujuan Menteri Dalam Negeri. La Ode Ahmad mengatakan bahwa
penggunaan bantuan keuangan partai politik prioritas, digunakan untuk
pendidikan politik.

"Bagi anggota partai politik dan masyarakat serta dapat digunakan


sebagai dana penunjang kegiatan operasional sekretariat partai politik,"
kata La Ode Ahmad.

Dia juga memberikan arahannya perihal Bantuan Keuangan Parpol


di Provinsi Sulawesi Utara telah mengimplementasikan kenaikan nilai
bantuan keuangan parpol sesuai PP No. 1 Tahun 2018, kenaikan
tersebut dari nilai Rp873,492 menjadi Rp1.200 per suara sah.

Tujuan diberikan dana bantuan tersebut disampaikannya ada lima


alasan. Pertama, meningkatkan volume dan mutu kaderisasi partai
politik yang dirancang dalam pengembangan program dan sumber daya
partai politik. Kedua, terciptanya desentralisasi kewenangan internal
partai politik sehingga partai politik lebih inovatif dan mandiri.

Ketiga, mendorong usaha revitalisasi pola rekruitmen dan promosi


kader partai politik untuk mencapai jenjang karier politik. Keempat,

19
menghilangkan pratik politik transaksional atau money politic di tubuh
partai politik.

Kelima, mendorong tumbuhnya partisipasi politik masyarakat yang


lebih berkualitas melalui pendidikan politik. Diakhir sambutaan La Ode
Ahmad menyampaikan bahwa pemberian bantuan keuangan partai
politik tersebut memiliki konsekuensi.

"Konsekuensinya parpol harus menyampaikan laporan


pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran bantuan keuangan
parpol yang bersumber dari APBN/APBD paling lambat satu bulan
setelah tahun anggaran berakhir kepada Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK)," tutupnya.

2.3 Solusi
Solusi dalam permasalahan ini adalah seharusnya dalam kerpataian
diberikan perraturan dan kebijakan yang ketat serta diawasi oleh badan
keuangan di pemerintahan sesuai dengan hukum yang berlaku . didalam
kerpataian ny a juga harus ada kebijakan dan mempertegas hukum
yang ada agar mereka juga jera dalam melakukan kesalahan. Lalu
melakukan penekanan terhadap tingkat kelembagaan partai politik itu
sendiri baik itu seecara struktural maupun kurtural. Yang dimaksudkan
disini adalah pelembagaan secara struktural melalui cara mempolakan
prilaku partai politik dan secara kurtural dengan mempolakan sikap atau
budaya. Lalu perbaikan sistem perpolitikan dan parlemen ditanah air ,
adalah dengan memperbaiki rekrutmen kader partai. Dalam beberapa tahun
terkahir , partai politik kedodoran dalam rekrutmen kader partai,sehingga
bawaslu perlu memperbaiki sistem politik kita, yaitu di rekrutmen kader
partai politik.

20
Solusi pemerintah dari studi kasus tersebut Diakhir sambutaan La
Ode Ahmad menyampaikan bahwa pemberian bantuan keuangan partai
politik tersebut memiliki konsekuensi.

"Konsekuensinya parpol harus menyampaikan laporan


pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran bantuan keuangan
parpol yang bersumber dari APBN/APBD paling lambat satu bulan setelah
tahun anggaran berakhir kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),"
tutupnya.agar parpol tidak di curigai dan terjerat dalam kasus korupsi dan
kasus suap menyuap dalam peran politik terhadap demokrasi di indonesia
yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan Negara dan warga
negaranya”.

21
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan menurut kelompok kami peran partai politik dalam
demokrasi sangat penting karena partai politik yaitu kelompok dari warga
negara,sedangkan demokrasi brarti pemerintahan,maka dari itu peran partai
politik sangat berpengaruh dalam sistem pemerintahan demokrasi. Artinya
partai politik yang baik memerlukan lahan sosial untuk tumbuh, yaitu adanya
kemerdekaan berpikir diantara sesama warga negara yang akan menyalurkan
aspirasi politiknya melalui salah satu saluran yang utama, yaitu partai politik.
Demokrasi menjanjikan perwujudan keadilan dan kemakmuran dalam
perlindungan hak hak asasi secara individual maupun kolektif,dan partai politik
memiliki keinginan memadu pengawasan pemerintahan.Di dalam partai politik
terdapat beberapa partai atau kepartaian untuk menjalankan segala tugas yang
telah di tetapkan,pemilihan anggota partai politik di pilih melalui pemilihan
umum.Pemilihan umum adalah salah satu sarana penyaluran hak asasi warga
negara yg prinsipil tetapi di dalam partai politik memiliki permasalahan tentang
penyalah gunaan kekuasaan dan korupsi.Fungsi partai politik dalam demokrasi
yaitu artikulasi kepentingan agregasi kepentingan rakyat,sosialisasi
politik,rekrutmen politik parpol komunikasi politik.
Maka dari itu kenapa peran partai politik itu sangatlah penting dalam sistem
demokrasi di indonesia.

3.2 Saran
Pemerintah seharusnya lebih bijak dalam menegakan keadilan,karena
dalam demokrasi berhubungan dengan pemerintah dan rakyat,maka dari itu jika
hukum tidak di tegakan dengan benar rakyat tidak mempunyai keadilan yang
sesungguhnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

(Syahrul Mustofa,S.H.,M.H,2019) Memahami Ilmu Politik


(Janedri M. Gaffar, Politik Hukum Pemilu,2012)
(Dr. Ir Mohammtad Jafar Hafsah, 2011) Politik Untuk Kesejahteraan Rakyat
Affan gaffar Politik indonesia: Transisi Menuju Demokrasi
Hoogerwerf, Politikologi : Pengertian dan Problem-problemnya ,Jakarta , Erlangga,
1985 , hlm.199.
(Miriam Budiardjo, 1987) Dasar Dasar Politik
Bintan R. Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum Indonesia, Jakarta ,
Gaya Media
(Ramlan Surbakti, 1992) Memahami Ilmu Politik
Arianto henry, 2004, Peranan Politik Dalam Demokrasi di Indonesia, lex jurnalica,
1(2): 81-87
Sulaeman Affan, 2015, Demokrasi, Partai Politik, dan Pemilihan Kepala Daerah,
CosmoGov, 1(1)
Natalia Angga,2015,Peran Partai Politik dalam Mensukseskan Pilkada di Indonesia
tahun 2015,Jurnal TAPIs 11(1)
Gde Made Metera I, 2011, Peran Partai Politik Dalam Mewujudkan Demokrasi Yang
Santun Dan Kesejahteraan Rakyat, widyatech jurnal sains dan teknologi, 10 (3)
Junaedi, 2008, Pergeseran Peran partai Politik Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi,
Jurnal Ilmu Hukum 2(2)

23

Anda mungkin juga menyukai