Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS

BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Disusun oleh :
Gusti Muhammad Taslim
P27220019271

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Gusti Muhammad Taslim


NIM : P27220019271
JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
KASUS BERAT BADAN LAHIR RENDAH

SALATIGA, OKTOBER 2019

MENGETAHUI

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK


LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK

DENGAN KASUS BBLR

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37

minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk.,

2010). Bayi berat lahir rendah disebabkan karena kurangnya asupan gizi pada janin dan

perlu penanganan serius karena organ tubuh yang terbentuk belum sempurna (Depkes,

2015). Berkaitan dengan hal tersebut, bayi dapat dikelompokkan berdasarkan berat

lahirnya, sebagai berikut (IDAI, 2013) :

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir -- < 2500 gram.

b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu berat lahir 1000- < 1500 gram.

c. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), yaitu berat lahir < 1000 gram.

Dalam hal ni, BBLR dibedakan Menjadi (NANDA, 2015) :

a. Prematuritas Muri, yaitu bayi pada kehamilan <37 minggu dengan berat badan

sesuai.

b. Small for date atau kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang berat

badannya kurang dari seharusnya umur kehamilan

c. Retardasi pertumbuhan janin intrauterine (IUGR), yaitu bayi yang lahir dengan

berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan


d. Light for date sama dengan small for date

e. Dismaturitas, Suati sindrom klinik dimana terjadi ketidakseimbangan antara

pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan atau bayi-bayi yang lahir dengan

BB tidak sesuai dengan tuanya masa kehamilan. Atau bayi dengan gejala

intrauterine malnutrition or wasting.

Adapun Gambaran Klinis dari BBLR sebagai berikut :

a. BBLR Kecil Masa Kehamilan

1) Janin dapat cukup bulan, kurang atau lebih bulan tetapi BB <2500 gram.

2) Daun telinga kaku, lengkung terlihat baik

3) Bayi Perempuan bila cukup bulan Labira Mayora menutupi Labiya Minora

4) Testis mungkin telah turun

5) Rajah telapak kaki mungkin lebih dari 1/3 bagian

6) Jaringan Payudara terlihat jelas, putting kecil

7) Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis

8) Menghisap cukup kuat

b. BBLR kurang bulan

1) Kulit tipis mengkilap

2) Tulang rawan telinga sangat lunak

3) Jaringa payudara belum terlihat jelas

4) Perempuan, labiya mayora belum menutupi labiya minora

5) Laki-laki, skrotum belum banyak lipatan, testis belum turun

6) Garis telapak kak <1/3 bagian atau belum terbentuk

7) Lanugo banyak terutama pada punggung


8) Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur

9) Aktifitas dan tangis nya lemah

10) Menghisap dan menelan tak efektif

2. Etiologi

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan

Ismawati, 2010).

a. Faktor ibu

1) Penyakit

a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,

preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.

b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,

HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.

c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2) Ibu

a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20

tahun atau lebih dari 35 tahun.

b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).

c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3) Keadaan sosial ekonomi

a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini

dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.

b) Aktivitas fisik yang berlebihan

c) Perkawinan yang tidak sah


b. Faktor janin

Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi

sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.

c. Faktor plasenta

Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio

plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.

d. Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,

terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. Manifestasi klinik

Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

a. Berat kurang dari 2500 gram

b. Panjang kurang dari 45 cm

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm

d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm

e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

f. Kepala lebih besar

g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

h. Otot hipotonik lemah

i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea

j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus

k. Kepala tidak mampu tegak

l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit


m. Nadi 100 – 140 kali / menit

4. Komplikasi

Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara

lain yaitu :

a. Hipotermia.

b. Hipoglikemia.

c. Gangguan cairan dan elektrolit.

b. Hiperbilirubinemia.

c. Sindroma gawat nafas (asfiksia).

d. Paten suktus arteriosus (Kelainan jantung bawaan yang biasanya dialami oleh

bayi prematur).

e. Infeksi.

f. Perdarahan intraventrikuler.

g. Apnea of prematuruty.

h. Anemia

Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :

a. Gangguan perkembangan.

b. Gangguan pertumbuhan.

c. Gangguan penglihatan (retionopati).

d. Gangguan pendengaran.

e. Penyakit paru kronis.

f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.

g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.


5. Patofisiologi dan Pathway

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum

cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir

cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil

ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi

karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan

oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-

keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak

mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.

Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan

tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan

bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.

Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,

vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi

prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnyakecil

berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan

penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan

dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua bulan, system

pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk

sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi

premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena
itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas

organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi

system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena

rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup

membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum

baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana

jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi

premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan

yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan

suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami

hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh (Ngastiyah, 2005)

Pathway

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor Lingkungan Faktor Plasenta


1. Hydroamnion 1. Tempat tinggal 1. Hidramnion
1. Faktor penyakit 2. Kehamilan di dataran tinggi 2. plasenta previa,
(toksemia multiple/ganda 2. Radiasi 3. solutio plasenta,
gravidarum, 3. Kelainan 3. Zat-zat beracun 4. sindrom tranfusi bayi
trauma fisik, dll) kromosom kembar (sindrom
2. Faktor usia
parabiotik)
5. ketuban pecah dini

BBLR

Kulit tipis dan lemak Reflek menelan dan


Imaturitas system pernafasan Prematuritas
subcutan kurang menghisap blm
sempurna
Penurunan
Tidak dapat menyimpan daya tahan
Pernafasan belum Intake nutrisi tidak
panas sempurna adekuat
Resiko Infeksi

Mudah kehilangan panas pola nafas cepat Asupan gizi kurang


(Takipnea) / lambat
(Bradipnea)/ tidak
bernafas (Apnea) Sel-sel kekurangan nutrisi
kedinginan

Kerusakan sel
Ketidakefektifan pola
hipotermi nafas

Penurunan BB/kematian

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

6. Penatalaksanaan

Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dilakukan

tindakan sebagai berikut:

a. Mempertahankan suhu tubuh bayi, Bayi prematur akan cepat kehilangan panas

badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum

berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif

luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator

sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki


inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya

ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu

perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.

b. Pengawasan Nutrisi atau ASI , Alat pencernaan bayi premature masih belum

sempurna, lambung kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan

protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga

pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah

lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih

lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan

frekuensi yang lebih sering.

c. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASIlah yang paling dahulu

diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan

diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju

lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 5 cc/ kg/ BB/ hari.

d. Pencegahan Infeksi , Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya

tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan

pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat

dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan

prematuritas / BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi

prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.

e. Penimbangan Ketat, Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau

nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu

penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.


f. Ikterus, Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum

matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai

4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias

dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka

warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini

atau lebih cepat bertambah coklat

g. Pernapasan, Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada

penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus

dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus

dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan

h. Hipoglikemi, Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat

badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan

gula darah secara teratur

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian (form terlampir)

a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 36 minnggu ,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
1) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata
120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi
sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
2) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
3) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan
bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks
menelan dan mengisap yang lemah.
4) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah,
warna, berat jenis, dan PH).
5) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi,
ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago
telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
6) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
7) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
8) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram,
panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang
dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus,
lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol,
sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak
menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke
5, kulitkeriput.
3) Pengkajian Reflek Bayi
1) Reflek moro (kaget)
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan.
2) Reflek rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
3) Refleks sucking (isap)
Terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai refleks
menelan.
4) Reflek Swallowing
Terjadi apabila bayi menelan Air susu ibu.
5) Refleks Tonikneck
Terjadi apabila kepala bayi kita angkat dan mendapat tahanan pada kepala
bayinya.
6) Refleks Plantar
Terjadi apabila tangan kita dapat di genggam oleh tangan bayi
7) Refleks Babinsky
Terjadi apabila telapak kaki bayi kita sentuh dan akan terjadi kerutan pada
telapak kaki bayinya itu menandakan turgor kulit bayi negative / jelek ,
sebaliknya apabila tidak ada kerutan pada telapak kaki bayinya berarti
turgor kaki bayi negative /baik .
8) Reflek Walking
Terjadi apabila bayinya kita angkat akan terjadi reaksi pada kakinya
seperti berjalan.
4) Pengkajian APGAR
a) Penilaian APGAR Score
Penilaian APGAR score ini biasanya dilakukan sebanyak 2 kali. Yaitu 5
menit pertama bayi baru lahir dan 5 menit kedua atau 10 menit pertama
bayi baru lahir. Secara garis besar, penilaian APGAR score ini dapat
disimpulkan seperti berikut ini.
b) Appearance atau warna kulit:
Nilai APGAR 0 jika kulit bayi biru pucat atau sianosis
Nilai APGAR 1 jika tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerah
merahan sedangkan ekstremitas ( tangan dan kaki) berwarna biru pucat.
Nilai APGAR 2jika seluruh tubuh bayi berwarna merah muda atau
kemerahan
c) Pulse atau denyut jantung:
Nilai APGAR 0 jika bunyi denyut jantung tidak ada atau tidak terdengar
Nilai APGAR 1 jika bunyi denyut jantung lemah dan kurang dari 100
x/menit
Nilai APGAR 2 jika denyut jantung bayi kuat dan lebih dari 100 x/menit
Gremace atau kepekaan reflek bayi
Nilai APGAR 0 jika bayi tidak berespon saat di beri stimulasi
Nilai APGAR 1 jika bayi meringis, merintih atau menangis lemah saat di
beri stimulasi
Nilai APGAR 2 jika bayi menangis kuat saat bayi diberi stimulasi
d) Activity atau tonus otot
Nilai APGAR 0 jika tidak ada gerakan
Nilai APGAR 1 jika gerakan bayi lemah dan sedikit
Nilai APGAR 2 jika gerakan bayi kuat
e) Respiration atau pernafasan
Nilai APGAR 0 jika tidak ada pernafasan
Nilai APGAR 1 jika pernafasan bayi lemah dan tidak teratur
Nilai APGAR 2 jika pernafasan bayi baik dan teratur
2. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,

keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,

ketidakseimbangan metabolik.

b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak

tubuh subkutan.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang


3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan - Observasi pola Nafas.
berhubungan dengan maturitas keperawatan selama 3x24 jam - Observasi frekuensi dan bunyi
pusat pernafasan, keterbatasan diharapkan status pernafasan pasien nafas
teratasi dengan kriteria:
perkembangan otot, penurunan - Observasi adanya sianosis.
- RR 30-60 x/mnt
energi/kelelahan, - Monitor dengan teliti hasil
- Spo2 diatas 93%
ketidakseimbangan metabolik. pemeriksaan gas darah.
- Sianosis (-)
- Tempatkan kepala pada posisi
- Sesak (-)
hiperekstensi.
- Ronchi (-)
- Beri O2 sesuai program dokter
- Whezing (-)
- Observasi respon bayi terhadap
ventilator dan terapi O2.
- Atur ventilasi ruangan tempat
perawatan klien.
- Kolaborasi dengan tenaga medis
lainnya
Hipotermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan - Observasi tanda-tanda vital.
kontrol suhu yang imatur dan keperawatan selama 3x24 jam - Tempatkan bayi pada
penurunan lemak tubuh diharapkan termoregulasi: baru incubator.
lahir pasien teratasi dengan kriteria
subkutan. - Awasi dan atur control
hasil:
- Kulit hangat temperature dalam
- Sianosis (-) incubator sesuai kebutuhan.
- Ekstremitas hangat - Monitor tanda-tanda
- Suhu dalam rentang Hipertermi.
normal 36-37C - Hindari bayi dari pengaruh
yang dapat menurunkan
suhu tubuh.
- Ganti pakaian setiap basah
- Observasi adanya sianosis.
Ketidakefektifan nutrisi : kurang Setelah dilakukan tindakan  Monitor BB klien
dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24  Pasang selang OGT
kebutuhan nutrisi terpenuhi ,
berhubungan dengan  Kaji kemampuan reflek hisap
dengan kriteria hasil :
prematuritas, ketidakmampuan
- BB seimbang 2500-3500 gram  Monitor asupan intake dan
mengabsorbsi nutrisi - Reflek hisap kuat output cairan
Intake ASI adekuat  Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian nutrisi
Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Kaji tanda-tanda infeksi.
dengan pertahanan imunologis keperawatan selama 3x24 jam - Isolasi bayi dengan bayi lain.
yang kurang diharapkan keparahan infeksi:baru - Cuci tangan sebelum dan
lahir pasien teratasi dengan kriteria:
sesudah kontak dengan bayi.
- Suhu dalam rentang normal
- Gunakan masker setiap kontak
36-37C
dengan bayi.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Cegah kontak dengan orang
(kemerahan/nanah) pada
yang terinfeksi.
umbilikus
- Pastikan semua perawatan yang
- Leukosit 5.000-10.000
kontak dengan bayi dalam
keadaan bersih/steril.
- Kolaborasi dengan dokter.
- Berikan antibiotic sesuai
program.
Daftar Pustaka

Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter

Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.

Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3. Jakarta : EGC.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.

Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.

Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta :

Media Action Publishing.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka

Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai