Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK I

“ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik I

Disusun Oleh :

Kelompok

1
KATA PENGNTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam,atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis buat
dengan tujuan memenuhi tugas Keperawatan Gerontik I.

Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Ns. Suryani Hartati, M.Kep.,Sp.Kep.Mat., selaku Direktur Akper Hermina


Manggala Husada
2. Ns. Ening Wahyuni, M.Kep., selaku dosen pembimbing mata ajar
keperawatan gerontik

Penulis berharap agar setelah membaca makalah ini , para pembaca dapat
memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat di
aplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam bidang keperawatan. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, untuk itu penulis membuka diri menerima berbagai saran dan kritik
demi perbaikan di masa mendatang.

2
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan ............................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................


2.1 Pengertian hipertensi pada lansia......................................................
2.2 Klasifikasi hipertensi pada lansia......................................................
2.3 Etiologi hipertensi pada lansia..........................................................
2.4 Patofisiologi hipertensi pada lansia...................................................
2.5 Tanda dan gejala hipertensi pada lansia............................................
2.6 Pemeriksaan penunjang hipertensi pada lansia.................................
2.7 Komplikasi hipertensi pada lansia...................................................
2.8 Penatalaksanaan hipertensi pada lansia............................................
2.9 Asuhan keperawatan hipertensi pada lansia......................................
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................
3.1 Pengkajian........................................................................................
3.2 Diagnosa..........................................................................................
3.3 Intervensi...........................................................................................
3.4 Implementasi....................................................................................
3.5 Evaluasi............................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................
BAB V PENUTUP..................................................................................................
5.1 Kesimpulan...........................................................................................
5.2 Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer
karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi karena disamping
karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang
akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa
kecacatan permanen dan kematian mendadak. Sehingga kehadiran
hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat membebani
perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan
membutuhkan waktu yang panjang, bahkan seumur hidup. (Bahrianwar,
2009).
Lansia adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 55 tahun ke
atas. Pada lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial.
Salah satu contoh kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya lansia
terhadap penyakit, khususnya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif
yang umum di derita lansia salah satunya adalah hipertensi (Nugroho,
2009).
Hipertensi merupakan masalah besar dan serius di seluruh dunia karena
prevalensinya tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang.
Hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di dunia.
Jumlah lansia yang menderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke
tahun. Di Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian
pada semua umur (Arora, 2009).
Menurut WHO (World Health Organization) memebrikan batasan tekanan
darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas
160/95 mmHg sebagai hipertensi dan menurut data yang didapatkan WHO

4
tahun 2015 menunjukkan 1,3 miliyar orang menyandang hipertensi. Artinya
satu dari tiga orang didunia terdiagnosis hipertensi, jumlah penyandang
hipertensi terus meningkat setiap hatunnya diperkirakan pada tahun 2025
akan ada 1,5 miliyar orang yang terkena hipertensi dan diperkirakan setiap
tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu hipertensi pada lansia?
1.2.2 Apa saja klasifikasi hipertensi pada lansia?
1.2.3 Bagaimana etiologi hipertensi pada lansia?
1.2.4 Bagaimana Tanda dan Gejala hipertensi pada lansia?
1.2.5 Seperti apa patofisiologi hipertensi pada lansia?
1.2.6 Apa saja pemeriksaan penunjang hipertensi pada lansia?
1.2.7 Apa saja komplikasi hipertensi pada lansia?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan hipertensi pada lansia?
1.2.9 Bagaimana Asuhan Keperawatan hipertensi pada lansia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar pembaca dapat memahami lebih jauh tentang penyakit
hipertensi pada lansia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian hipertensi pada lansia.
2. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi pada lansia.
3. Untuk mengetahui etiologi hipertensi pada lansia.
4. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala hipertensi pada lansia.
5. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi pada lansia.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi pada lansia.
7. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi pada lansia.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan hipertensi pada lansia.
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan hipertensi pada lansia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipertensi Pada Lansia


Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik
yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah 150/95 mmHg atau
lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi.
Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager,2009).
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan
sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada
usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan
menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan
bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang,2009). Hipertensi menjadi
masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi faktor utama
penyakit jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia
60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler.

2.2. Klasifikasi Hipertensi Pada Lansia


Klasifikasi hipertensi menurut WHO :
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 ( hipertensi sedang ) 160-179 100-109
Tingkat 3 ( hipertensi berat ) > 180 > 110
Hipertensi sistol terisolasi > 140 < 90

2.3. Etiologi Hipertensi Pada Lansia


Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi
lain meliputi diabetes, ras, riwayat keluarga, jenis kelamin, faktor gaya hidup
seperti obesitas, asupan garam yang tinggi, alkohol yang berlebihan.

6
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat
dikontrol, antara lain:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis
kelamin, pria atau wanita pasca menopause.
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih
banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi
lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormon setelah menopause.
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,
jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang
tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut
harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut

7
ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan
harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi
banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering terjadi pada usia pria
: > 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter (2009)
mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah
produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama,
terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan
mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan
aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi.
2. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
a. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu
sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk
kondisi lansia. Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif
untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan
lebih.

8
b. Kurang Olahraga.
Olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot
jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan
pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi
karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang
yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan
otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuaan yang mendesak arteri.
c. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna
dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.
d. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6
gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
e. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan

9
minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko
hipertensi.
f. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
g. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah
secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini
belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota. Menurut Anggraini (2009)
mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf
simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan,
kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

1.4 Tanda Dan Gejala Hipertensi Pada Lansia


Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering
tidak memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious)
atau tersembunyi (occult). Menurut Rokhaeni ( 2009 ), manifestasi klinis
beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
- Mengeluh sakit kepala
- pusing
- Lemas
- kelelahan
- Sesak nafas
- Gelisah

10
- Mual Muntah
- Epistaksis
- Kesadaran
1.5 patofisiologi

Pada lansia mekanisme dasar peningkatan sistoliknya sejalan dengan


peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan meregang pada arteri besar.
Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan penambahan volume intavaskuler
yang sedikit menunjukan kekakuan pembuluh darah pada usia lanjut. Secara
hemodinamik hipertensi sistolik di tandai dengan penurunan kelenturan pembuluh
arteri besar resistensi feriper yang tinggi pengisian diastolic yang abnormal dan
bertambahnya masa ventrikel kiri. Penurunanvolume darah dan output jantung
disertai dengan kekakuan arteri besar menyebabkan penurunan tekanan diastolic..
Perubahan aktifitas sistim saraf simpatis dengan bertambahnya nerophineprin
menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistim reseptor beta adregenik sehingga
berakibat penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah.

LanjutLanjut usia mengalami kerusakan stuktural dan fungsional pada arteri besar
yang membawa darah dari jantung menyebabkan semakin parahnya pengerasan
pembuluh darah dan tingginya tekanan darah. Perubahan struktural dan fungsional
pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner & Suddarth 2010).

1.5 pemeriksaan Penunjang Hipertensi Pada Lansia


a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.

b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal


c. Glukosa

11
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid.
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ).
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung.
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati.
o. EKG

12
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.

1.6 Komplikasi Hipertensi Pada Lansia


a. Serangan jantung atau stroke
Hipertensi berpotensi menyebabkan penebalan dan pengarasa dinding arteri
sehingga dapat memicu serangan jatung serta stroke.
b. Aneurisme atau pelebaran abnormal pada arteri
Peningkatan tekanan darah dapat memicu pelebaran dinding pembuluh
darah seperti menggembung. Dinding yang menggelembung akan mejadi
lemah saat menahan tekanan aliran darah. Komplokasi ini berpotensi
mengancam jiwa, jika pembuluh darah pecah.
c. Pmbuluh darah kecil pada ginjal rusak akibat hipertensi
Kondisi ini bisa menghalangi ginjal untuk berfungsi dengan baik
d. Sindrome metabolik
Muncul lah sejumlah masalah kesehatan yang dialami secara bersamaan.
Lingkar pinggang meningkat, tingginya kadar trigliresida, rendahnya
kadar kolestrol baik (HDL), kadar gula darah puasa yang tinggi, disertai
hipertensi akan meningkatkan resiko terjadinya sindrome metabolik.

1.7 Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lansia


Penatalaksanaan untuk hipertensi dibagi menjadi :
1. Non Farmakologis atau modifikasi gaya hidup.
2. Farmakologis
a. Non farmakologis atau modifikasi gaya hidup meliputi :
 Jaga berat badan ideal. Turunkan berat badan bila IMT ≥ 27
 Membatasi alkohol.
 Olahraga teratur sesuai dengan kondisi tubuh.
 Mengurangi asupan natrium (<100 mmol Na, atau 2.4 g Na , atau 6 g
NaCl/hari)

13
 Mempertahankan asupan kalium (90 mmol/hari), kalsium dan
magnesium yang adekuat.
 Berhenti merokok.
 Kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.
b. Farmakologis :
Obat-obat Antihipertensi :
1. Diuretik
Cara kerja : meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga volume
plasma dan cairan ekstrasel.
Terdapat beberapa golongan, yaitu :
a. Diuretik Tiazid dan sejenisnya (paling luas digunakan) :
- Hidroklorotiazid (HCT) – tab 25 dan 50 mg
- Klortalidonn – tab 50 mg
- Bendroflumentiazid – tab 5 mg
- Indapamid – tab 2,5 mg
- Xipamid – tab 20 mg
b. Diuretik kuat :
a. Furosemid – tab 40 mg
c. Diuretik hemat kalium :
a. Amilorid – tab 5 mg
b. Spironolakton – tab 25 dan 100 mg

2. Penghambat Adrenergik
Efektif untuk menurunkan denyut jantung dan curah jantung, serta
menurunkan sekresi renin. Terdiri dari golongan :
- penghambat adrenoreseptor α / α –bloker : terazosin,
doxazosin, prazosin
- penghambat adrenoreseptor β / β-bloker : propanolol,
asebutolol, atenolol, bisoprolol
- penghambat adrenoreseptor α dan β : labetalol
- adrenolitik sentral : klonidin, metildopa, reserpin, guanfasin

14
3. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang
akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah. Yang termasuk
golongan ini adalah natrium nitroprusid, hidralazin, doksazosin, prazosin,
minoksidil, diaksozid.

4. Terapi Kombinasi
Biasanya bila terapi dengan satu macam obat gagal untuk mencapai
sasaran, maka perlu ditambahkan obat ke-2 dengan dosis rendah dahulu dan
tidak meningkatkan dosis obat pertama. Hal ini adalah upaya untuk
memaksimalkan efek penurunan tekanan darah dengan efek samping
seminimal mungkin. Walaupun dosis campuran tetap banyak disediakan oleh
pabrik farmasi, upaya titrasi dosis secara individual dianggap lebih baik.

1.8 Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Lansia

1. Pengkajian Pengkajian secara Umum


a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama,
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental,
Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
1) Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego

15
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori.
2) Mual, muntah. c.Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat
atau menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.

2. Pengkajian Persistem
a. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler
2) Episode palpitasi,perspirasi.
b. Eleminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
c. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja

16
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. d.Riwayat merokok.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi

No DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


1 Gangguan rasa Tujuan: Menghilangkan Intervensi :
nyaman nyeri rasa nyeri  Pertahankan tirah  Meminimalkan
b.d peningkatan Kriteria hasil : baring stimulasi dan
tekanan intra  Melaporkan meningkatkan
kranial ketidakyamanan relaksasi
hilang atau
terkontrol.  Berikan tindakan non  Dapat membantu
 Mengikuti farmakologi,misalnya menghilangkan
regimen pijat punggung dan sakit kepala
farmakologi yang leher.
diresepkan.  Anjurkan pasien  Aktifitas yang
untuk meminimalkan meningkatkan
aktifitas vasokontraksi
dapat
menyebabkan
 Kolaborasi dengan sakit kepala .
dokter dalam  Analgetik
pemberian obat dapat
analgesik menurunkan
nyeri dan
menurunkan
rangsangan
saraf simpatis.

2 Intoleransi Tujuan : tidak terjadi Intervensi :


aktifitas b.d Intoleransi aktifitas.  Kaji toleransi pasien  menunjukan
kelemahan terhadap aktivitas.. respon
umum. Kriteria Hasil : fisiologis
 Klien dapat pasien
berpartisipasi

17
dalam aktivitas terhadap
yang di inginkan  Berikan bantuan aktivitas
atau diperlukan sesuai kebutuhan  dapat
 Melaporkan paisen membantu
peningkatan menurunkan
dalam toleransi  Anjurkan pasien kinerja jantung
aktivitas yang melakukan aktivitas
dapat diukur. yang tidak berat  Teknik
penghematan
energi
menurunkan
penggunaan
energy
sehingga
membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan
oksigen.
 Kolaborasi dengan
keluarga untuk  Dapat
membantu aktvitas membantu
klien mencegah
kelemahan.

3 Resiko tinggi Tujuan : Tidak terjadi Intervensi:


penurunan curah penurunan curah jantung  Observasi tekanan  Perbandingan
jantung darah. dari tekanan
berhubungan Kriteria Hasil : darah
dengan  Klien memberikan
vasokontriksi berpartisipasi gambaran yang
pembuluh darah. dalam aktivitas lebih lengkap
yang menurunkan tentang
tekanan keterlibatan
darah/beban kerja vaskuler.
jantung  Auskultasi jantung  adanya krakels
 Mempertahankan dan bunyi napas. dapat
TD dalam rentang mengindikasik
individu yang an kongesti
dapat diterima, paru sekunder
 Memperlihatkan terhadap
normal dan terjadinya atau
frekwensi jantung gagal jantung
stabil dalam kronik

18
rentang normal
pasien.
 Dapat
menurunkan
rangsangan
yang
 Berikan lingkungan menimbulkan
yang nyaman, tenang, stress
kurangi aktivitas atau
keributan ligkungan,
batasi jumlah
pengunjung

 membuat efek
tenang,sehingg
a akan
menurunkan
tekanan darah
 Anjurkan teknik
relaksasi, dan
distraksi.
 Dapat
membatu
menurunkan
tekanan darah.

 Kolaborasi dengan
dokter dalam
pembrian terapi anti
hipertensi dan
diuretik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Stocklager, Jaime L. 2009. Asuhan Keperawatan Geriatric Edisi 2. Jakarta : EGC.

19
2. Kowalski, Robert E. 2010. Terapi Hipertensi. Bandung : Mizan Pustaka.

20

Anda mungkin juga menyukai