KEPERAWATAN GERONTIK I
Disusun Oleh :
Kelompok
1
KATA PENGNTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam,atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis buat
dengan tujuan memenuhi tugas Keperawatan Gerontik I.
Penulis berharap agar setelah membaca makalah ini , para pembaca dapat
memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat di
aplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam bidang keperawatan. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, untuk itu penulis membuka diri menerima berbagai saran dan kritik
demi perbaikan di masa mendatang.
2
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
tahun 2015 menunjukkan 1,3 miliyar orang menyandang hipertensi. Artinya
satu dari tiga orang didunia terdiagnosis hipertensi, jumlah penyandang
hipertensi terus meningkat setiap hatunnya diperkirakan pada tahun 2025
akan ada 1,5 miliyar orang yang terkena hipertensi dan diperkirakan setiap
tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat
dikontrol, antara lain:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis
kelamin, pria atau wanita pasca menopause.
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih
banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi
lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormon setelah menopause.
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,
jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang
tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut
harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut
7
ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan
harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi
banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering terjadi pada usia pria
: > 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter (2009)
mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah
produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama,
terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan
mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan
aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi.
2. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
a. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu
sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk
kondisi lansia. Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif
untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan
lebih.
8
b. Kurang Olahraga.
Olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot
jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan
pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi
karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang
yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan
otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuaan yang mendesak arteri.
c. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna
dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.
d. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6
gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
e. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan
9
minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko
hipertensi.
f. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
g. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah
secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini
belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota. Menurut Anggraini (2009)
mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf
simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan,
kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
10
- Mual Muntah
- Epistaksis
- Kesadaran
1.5 patofisiologi
LanjutLanjut usia mengalami kerusakan stuktural dan fungsional pada arteri besar
yang membawa darah dari jantung menyebabkan semakin parahnya pengerasan
pembuluh darah dan tingginya tekanan darah. Perubahan struktural dan fungsional
pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner & Suddarth 2010).
11
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid.
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ).
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung.
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati.
o. EKG
12
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
13
Mempertahankan asupan kalium (90 mmol/hari), kalsium dan
magnesium yang adekuat.
Berhenti merokok.
Kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.
b. Farmakologis :
Obat-obat Antihipertensi :
1. Diuretik
Cara kerja : meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga volume
plasma dan cairan ekstrasel.
Terdapat beberapa golongan, yaitu :
a. Diuretik Tiazid dan sejenisnya (paling luas digunakan) :
- Hidroklorotiazid (HCT) – tab 25 dan 50 mg
- Klortalidonn – tab 50 mg
- Bendroflumentiazid – tab 5 mg
- Indapamid – tab 2,5 mg
- Xipamid – tab 20 mg
b. Diuretik kuat :
a. Furosemid – tab 40 mg
c. Diuretik hemat kalium :
a. Amilorid – tab 5 mg
b. Spironolakton – tab 25 dan 100 mg
2. Penghambat Adrenergik
Efektif untuk menurunkan denyut jantung dan curah jantung, serta
menurunkan sekresi renin. Terdiri dari golongan :
- penghambat adrenoreseptor α / α –bloker : terazosin,
doxazosin, prazosin
- penghambat adrenoreseptor β / β-bloker : propanolol,
asebutolol, atenolol, bisoprolol
- penghambat adrenoreseptor α dan β : labetalol
- adrenolitik sentral : klonidin, metildopa, reserpin, guanfasin
14
3. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang
akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah. Yang termasuk
golongan ini adalah natrium nitroprusid, hidralazin, doksazosin, prazosin,
minoksidil, diaksozid.
4. Terapi Kombinasi
Biasanya bila terapi dengan satu macam obat gagal untuk mencapai
sasaran, maka perlu ditambahkan obat ke-2 dengan dosis rendah dahulu dan
tidak meningkatkan dosis obat pertama. Hal ini adalah upaya untuk
memaksimalkan efek penurunan tekanan darah dengan efek samping
seminimal mungkin. Walaupun dosis campuran tetap banyak disediakan oleh
pabrik farmasi, upaya titrasi dosis secara individual dianggap lebih baik.
15
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori.
2) Mual, muntah. c.Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat
atau menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
2. Pengkajian Persistem
a. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler
2) Episode palpitasi,perspirasi.
b. Eleminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
c. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
16
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. d.Riwayat merokok.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi
17
dalam aktivitas terhadap
yang di inginkan Berikan bantuan aktivitas
atau diperlukan sesuai kebutuhan dapat
Melaporkan paisen membantu
peningkatan menurunkan
dalam toleransi Anjurkan pasien kinerja jantung
aktivitas yang melakukan aktivitas
dapat diukur. yang tidak berat Teknik
penghematan
energi
menurunkan
penggunaan
energy
sehingga
membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan
oksigen.
Kolaborasi dengan
keluarga untuk Dapat
membantu aktvitas membantu
klien mencegah
kelemahan.
18
rentang normal
pasien.
Dapat
menurunkan
rangsangan
yang
Berikan lingkungan menimbulkan
yang nyaman, tenang, stress
kurangi aktivitas atau
keributan ligkungan,
batasi jumlah
pengunjung
membuat efek
tenang,sehingg
a akan
menurunkan
tekanan darah
Anjurkan teknik
relaksasi, dan
distraksi.
Dapat
membatu
menurunkan
tekanan darah.
Kolaborasi dengan
dokter dalam
pembrian terapi anti
hipertensi dan
diuretik.
DAFTAR PUSTAKA
19
2. Kowalski, Robert E. 2010. Terapi Hipertensi. Bandung : Mizan Pustaka.
20