Anda di halaman 1dari 14

FONETIK VOKAL DAN KONSONAN PADA KATA BAHASA

INDONESIA OLEH PENUTUR DIALEK AREK: KAJIAN

DIALEKTOLOGI

Tugas Mata Kuliah Dialektologi

Oleh:

Saflanadia P.R

NIM 121611133099

Kelas A

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul

“Fonetik Vokal dan Konsonan pada Kata Bahasa Indonesia oleh Penutur Dialek

Arek: Kajian Dialektologi” dengan tepat waktu sebagai tugas kuliah.

Penyusunan makalah ini tidak akan berhasil tanpa adanya bimbingan dan

sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih kepada: Bapak Moch Jalal, S.S., M.Hum

selaku dosen mata kuliah Dialektologi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun. Penulis berharap semoga makalah ini

dapat bermanfaat dengan baik bagi semua pihak terutama untuk

Surabaya, 19 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 6
2.1. Pelafalan bunyi vokal bahasa Indonesia .............................................................. 6
2.1.1 Pelafalan Fonem [u] dalam Bahasa Indonesia ............................................... 6
2.1.2 Pelafalan Fonem [i] dalam Bahasa Indonesia ................................................ 7
2.2. Pelafalan bunyi konsonan bahasa Indonesia ........................................................ 8
2.2.1 Pelafalan Fonem [b] dalam Bahasa Indonesia ............................................... 8
2.2.2 Pelafalan Fonem [d] dalam Bahasa Indonesia ............................................... 9
2.2.3.Pelafalan Fonem [g] dalam Bahasa Indonesia ............................................. 10
2.2.4 Pelafalan Fonem [j] dalam Bahasa Indonesia .............................................. 11
BAB III SIMPULAN .................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Nadra dan Reniwati (2009: 4) menyatakan bahwa dialektologi adalah cabang


linguistik yang mempelajari variasi bahasa. Variasi bahasa yang dimaksud adalah
perbedaan-perbedaan bentuk yang terdapat dalam suatu bahasa. Perbedaan tersebut
mencakup semua unsur kebahasaan, yaitu fonologi, morfologi, leksikon, sintaksis dan
semantik. Dari unsur kebahasaan tersebut perbedaan di bidang fonologi terkadang tidak
disadari jika terdapat perbedaan fonetik oleh penutur dialek. (Ayatrohaedi, 1983: 3).
Bahasa Indonesia secara umum memiliki 10 bunyi vokal ([a]; [i]; [I]; [u]; [U]; [e];
[ə]; [ɛ]; [o]; dan [ɔ]) dan 23 bunyi konsonan ([p]; [b]; [t]; [d]; [c]; [j]; [k]; [g]; [?]; [m];
[n]; [ñ]; [ŋ]; [l]; [f]; [v]; [s]; [z]; [h]; [r]; [w]; dan [y]). Tiap-tiap kata dalam bahasa
Indonesia memang tidak memiliki ketentuan tertentu dalam pengucapannya, tidak seperti
bahasa Inggris yang memang pengucapannya telah diatur sebelumnya. Sehingga,
beberapa kata diucapkan masing-masing berbeda oleh tiap-tiap individu, meskipun ada
cara pengucapannya yang lazim digunakan dan terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia namun hal tersebut tidaklah paten dan jika ada yang mengucapkan secara
berbeda maka tidak akan merubah makna atau menimbulkan kebingungan bagi lawan
tuturnya.
Pelafalan fonem bahasa daerah dari tiap-tiap etnik akhirnya akan memengaruhi
pelafalan fonem bahasa Indonesia. Hal ini dipandang sebagai akibat dari perbedaan
inventarisasi fonem bahasa Indonesia dan bahasa daerah ataupun perbedaan cara tiap-tiap
etnik melafalkan kosakata bahasa Indonesia (Taembo, 2016). Jadi, meskipun cara tuturan
bahasa Indonesia berbeda-beda tidak dapat disalahkan karena kekayaan budaya di
nusantara akan memperkaya baik itu bahasa maupun dialek yang ada di Indonesia.
Selain etnik yang memengaruhi dialek seseorang, jenis kelamin merupakan salah
satu yang juga memengaruhi bagaimana seseorang berbahasa. Sumarsono (2007: 113)
menyebutkan bahwa keragaman bahasa berdasarkan jenis kelamin timbul karena bahasa
sebagai gejala sosial erat hubungannya dengan sikap sosial. Secara sosial, pria dan wanita
berbeda karena masyarakat menentukan peran sosial yang berbeda untuk mereka dan
masyarakat mengharapkan pola tingkah laku yang berbeda pula. Oleh sebab itu

4
disebabkan kondisi sosial tersebut akhirnya juga akan memengaruhi bagaimana pria dan
wanita berbahasa.
Salah satu etnik terbesar di Indonesia adalah etnik Jawa. Etnik jawa pun terbagi
atas berbagai bahasa dan dialek. Salah satu dialek yang dapat dikenali saat berbicara
bahasa Indonesia adalah dialek arek yang digunakan oleh masyarakat Surabaya, Sidoarjo,
Malang, Gresik, Lamongan dan sekitarnya. Dialek arek apabila didengarkan mempunyai
intonasi yang lebih keras dibandingkan dengan dialek lainnya di Jawa Timur sehingga
terkesan kasar karena menggunakan nada yang tinggi saat berbicara. Hal itulah yang
menjadi keunikan dialek arek yang akhirnya terbawa oleh penuturnya saat menggunakan
bahasa Indonesia.
Pada makalah kali ini penulis akan mengamati bagaimana penutur dialek arek
khususnya penutur asal Surabaya atau Sidoarjo dalam mengutarakan kata dalam bahasa
Indonesia baik itu dari bunyi vokal maupun konsonan yang terbagi atas penutur laki-laki
dan perempuan. Narasumber terbagi atas empat orang laki-laki dan empat orang
perempuan dari rentang usia remaja hingga dewasa. Temuan data berupa bunyi vokal dan
konsonan tersebut itu pun akan diamati bagaimana perbedaan tuturan yang diutarakan
penutur dialek arek bila dibandingkan dengan penutur yang berbahasa Indonesia yang
sering ditemui pada saat situasi formal atau penutur yang tidak tampak dialek daerahnya
saat menggunakan tuturan bahasa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah bunyi vokal pada kata bahasa Indonesia oleh penutur dialek arek?
1.2.2. Bagaimanakah bunyi konsonan pada kata bahasa Indonesia oleh penutur dialek
arek?

5
BAB II

PEMBAHASAN

Dialek bahasa arek yang nampak berbeda dari pengucapannya yang lazim
digunakan dan menjadi penanda identitas daerah tersebut ditandai oleh bunyi vokal dan
bunyi konsonan yang sedikit berbeda. Dalam analisis kali ini penulis mengidentifikasi
bunyi vokal [i] dan [u] serta bunyi konsonan [b]; [d]; [g]; dan [j] pada beberapa kata
bahasa Indonesia yang sering kali terdengar berbeda dari penutur dari daerah lain dan
menjadi penanda identitas dari dialek arek tersebut.

2.1. Pelafalan bunyi vokal bahasa Indonesia

Pengucapan tiap-tiap bunyi vokal beragam, meskipun memang ada pemilihan


pengucapan yang lebih umum dalam situasi formal. Keragaman bunyi vokal tersebut
dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti dialek daerah, ataupun dialek individu.
Dialek arek memiliki pengucapan bunyi vokal yang terdengar saat menuturkan
bahasa Indonesia, diantara bunyi yang sangat nampak yaitu bunyi [i] dan bunyi [u]. Kedua
bunyi tersebut dalam kata-kata tertentu untuk beberapa orang akan berubah menjadi
bunyi [I] dan bunyi [U]. Hal inilah yang menjadi penanda bahwa orang tersebut berasal
dari suku Jawa atau lebih dikenal dengan “medok”.
2.1.1 Pelafalan Fonem [u] dalam Bahasa Indonesia
Dari hasil analisis yang telah dilakukan ditemukan beberapa variasi bunyi [u]
pada beberapa kata yang terbagi atas penutur laki-laki dan penutur perempuan. Variasi
tersebut adalah munculnya bunyi [U] pada kata yang lazimnya dituturkan dengan bunyi
[u]. Berikut adalah hasil dari analisis tersebut:
Jenis Kelamin
Posisi Leksem Keterangan
L P
Udara 4[u] 4[u] 3[u] menunjukkan 3 responden
Awal Uang 4[u] 4[u] menuturkan bunyi [u]. 1[U]
Uji 4[u] 4[u] menunjukkan 1 responden
Realisasi [u] (%) 100 100 menuturkan dengan bunyi [U],
Realisasi [U] (%) 0 0 begitu pula seterusnya.
Mangkuk 4[u] 4[u]
Tengah Kapuk 3[u] 1[U] 2[u] 2[U]
Duduk 3[u] 1[U] 4[u]
Realisasi [u] (%) 83,4 83,4
Realisasi [U] (%) 16,6 16,6

6
Alu 4[u] 4[u]
Akhir Belacu 4[u] 4[u]
Cerutu 4[u] 4[u]
Realisasi [u] (%) 100 100
Realisasi [U] (%) 0 0

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa huruf u yang selazimnya mempunyai
bunyi [u] akan dituturkan dalam dialek arek dengan bunyi [U] oleh beberapa narasumber.
Dalam kasus ini bunyi [U] muncul apabila huruf u berada di tengah kata dan terlihat pada
tabel sebanyak 16,6% narasumber laki-laki dan 16,6% narasumber perempuan
menuturkan dengan bunyi [U]. Pada kata yang mengandung huruf u di awal kata dan di
akhir kata semua narasumber menuturkan dengan bunyi [u].
2.1.2 Pelafalan Fonem [i] dalam Bahasa Indonesia
Dari hasil analisis yang telah dilakukan ditemukan beberapa variasi bunyi [i] pada
beberapa kata yang terbagi atas penutur laki-laki dan penutur perempuan. Variasi tersebut
adalah munculnya bunyi [I] pada kata yang lazimnya dituturkan dengan bunyi [i]. Berikut
adalah hasil dari analisis tersebut:
Jenis Kelamin
Posisi Leksem Keterangan
L P
Ide 4[i] 4[i] 3[i] menunjukkan 3 responden
Awal Imigrasi 4[i] 4[i] menuturkan bunyi [i]. 1[I]
Indeks 4[i] 4[i] menunjukkan 1 responden
Realisasi [i] (%) 100 100 menuturkan dengan bunyi [I], begitu
Realisasi [I] (%) 0 0 pula seterusnya.
Daging 3[i] 1[I] 2i 2[I]
Tengah Gingsul 2[i] 2[I] 2i 2[I]
Maling 2[i] 2[I] 3i 1[I]
Realisasi [i] (%) 58,3 58,3
Realisasi [I] (%) 41,7 41,7
Balai 4[i] 4[i]
Akhir Gawai 4[i] 4[i]
Gulai 4[i] 4[i]
Realisasi [i] (%) 100 100
Realisasi [I] (%) 0 0

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa huruf u yang selazimnya mempunyai
bunyi [i] akan dituturkan dalam dialek arek dengan bunyi [I] oleh beberapa narasumber.
Dalam kasus ini bunyi [I] muncul apabila huruf i berada di tengah kata dan terlihat pada
tabel sebanyak 41,7% narasumber laki-laki dan 41,71% narasumber perempuan

7
menuturkan dengan bunyi [I]. Pada kata yang mengandung huruf u di awal kata dan di
akhir kata semua narasumber menuturkan dengan bunyi [i].
2.2. Pelafalan bunyi konsonan bahasa Indonesia
Pengucapan tiap-tiap bunyi konsonan pada bahasa Indonesia telah dirumuskan
oleh para ahli namun terkadang ada sedikit perbedaan bunyi pada beberapa dialek. Pada
dialek arek untuk beberapa konsonan tertentu memiliki bunyi khas tidak hanya pada
dialek arek namun hampir pada dialek Jawa.
Dialek arek memiliki pengucapan bunyi konsonan yang khas karena saat
menuturkan bunyi konsonan khususnya bunyi yang memiliki cara artikulasi hambat letup.
Pada bunyi konsonan yang diartikulasikan dengan hambat letup penutur dialek arek akan
lebih terdengar pada saat menghembuskan udara dan inilah yang terkadang dianggap
banyak orang “medok”. Bunyi konsonan tersebut antara lain bunyi [b]; [d]; [g] dan [j].
2.2.1 Pelafalan Fonem [b] dalam Bahasa Indonesia
Dari hasil analisis yang telah dilakukan ditemukan beberapa variasi bunyi [b]
pada beberapa kata yang terbagi atas penutur laki-laki dan penutur perempuan. Variasi
tersebut adalah munculnya bunyi [bh] pada kata yang seharusnya dituturkan dengan bunyi
[b]. Berikut adalah hasil dari analisis tersebut:
Jenis Kelamin
Posisi Leksem Keterangan
L P
Bugis 4[b] 3[b] 1[bh] 3[b] menunjukkan 3 responden
Awal Bubur 2[b] 2[b ] 1[b] 3[bh]
h
menuturkan bunyi [b]. 1[bh]
Bali 2[b] 2[bh] 1[b] 3[bh] menunjukkan 1 responden
Realisasi [b] (%) 66,7 41,7 menuturkan dengan bunyi [bh],
Realisasi [bh] (%) 33,3 58,3 begitu pula seterusnya.
Kelabakan 2[b] 2[b ] 3[b] 1[bh]
h

Tengah Kebal 2[b] 2[bh] 1[b] 3[bh]


Tabung 3[b] 1[bh] 3[b] 1[bh]
Realisasi [b] (%) 58,3 58,3
Realisasi [bh] (%) 41,7 41,7
Kitab 4[b] 4[b]
Akhir Azab 4[b] 4[b]
Salib 4[b] 4[b]
Realisasi [b] (%) 100 100
Realisasi [bh] (%) 0 0

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa huruf b yang seharusnya mempunyai
bunyi [b] akan dituturkan dalam dialek arek dengan bunyi [bh] oleh beberapa narasumber.

8
Pengucapan bunyi [bh] muncul dalam beberapa klasifikasi seperti yang ada dalam tabel.
Huruf b yang ada dalam awal kata pada penutur laki-laki memiliki persentase sebanyak
66,7% menuturkan dengan bunyi [b] dan sebanyak 33,3% menuturkan dengan bunyi [bh]
sedangkan pada penutur perempuan memiliki persentase 41,7% menuturkan dengan
bunyi [b] dan sebanyak 58,3% menuturkan dengan bunyi [b h]. Pada huruf b yang ada di
tengah kata pada penutur laki-laki memiliki persentase sebanyak 58,3% menuturkan
dengan bunyi [b] dan sebanyak 41,7% menuturkan dengan bunyi [bh] sedangkan pada
penutur perempuan memiliki persentase 58,3% menuturkan dengan bunyi [b] dan
sebanyak 41,7% menuturkan dengan bunyi [bh]. Lalu pada huruf b yang ada dalam akhir
kalimat semua narasumber menuturkan dengan bunyi [b].
2.2.2 Pelafalan Fonem [d] dalam Bahasa Indonesia
Dari hasil analisis yang telah dilakukan ditemukan beberapa variasi bunyi [d]
pada beberapa kata yang terbagi atas penutur laki-laki dan penutur perempuan. Variasi
tersebut adalah munculnya bunyi [dh] pada kata yang seharusnya dituturkan dengan bunyi
[d]. Berikut adalah hasil dari analisis tersebut:
Jenis Kelamin
Posisi Leksem Keterangan
L P
Daerah 4[d] 4[d] 2[d] menunjukkan 2 responden
Awal Dusun 2[d] 2[d ] 2[d] 2[dh]
h menuturkan bunyi [d].
h
Diagram 3[d] 1[dh] 4[dh] 2[d ]menunjukkan 2 responden
menuturkan dengan bunyi [dh],
Realisasi [d] (%) 75 50
begitu pula seterusnya.
Realisasi [dh] (%) 25 50
Kadas 2[d] 2[d ] 1[d] 3[dh]
h

Tengah Badak 1[d] 3[dh] 2[d] 2[dh]


Madam 2[d] 2[dh] 4[dh]
Realisasi [d] (%) 41,7 25
Realisasi [dh] (%) 58,3 75
Jilid 4[d] 4[d]
Akhir Abjad 4[d] 4[d]
Babad 4[d] 4[d]
Realisasi [d] (%) 100 100
Realisasi [dh] (%) 100 100

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa huruf d yang seharusnya mempunyai
bunyi [d] akan dituturkan dalam dialek arek dengan bunyi [dh] oleh beberapa narasumber.
Pengucapan bunyi [dh] muncul dalam beberapa klasifikasi seperti yang ada dalam tabel.

9
Huruf d yang ada dalam awal kata pada penutur laki-laki memiliki persentase sebanyak
75% menuturkan dengan bunyi [d] dan sebanyak 25% menuturkan dengan bunyi [d h]
sedangkan pada penutur perempuan memiliki persentase 50% menuturkan dengan bunyi
[d] dan sebanyak 50% menuturkan dengan bunyi [dh]. Pada huruf b yang ada di tengah
kata pada penutur laki-laki memiliki persentase sebanyak 41,7% menuturkan dengan
bunyi [d] dan sebanyak 58,3% menuturkan dengan bunyi [dh] sedangkan pada penutur
perempuan memiliki persentase 25% menuturkan dengan bunyi [d] dan sebanyak 75%
menuturkan dengan bunyi [dh]. Lalu pada huruf d yang ada dalam akhir kalimat semua
narasumber menuturkan dengan bunyi [d].
2.2.3.Pelafalan Fonem [g] dalam Bahasa Indonesia
Dari hasil analisis yang telah dilakukan ditemukan beberapa variasi bunyi [g]
pada beberapa kata yang terbagi atas penutur laki-laki dan penutur perempuan. Variasi
tersebut adalah munculnya bunyi [gh] pada kata yang seharusnya dituturkan dengan bunyi
[g]. Berikut adalah hasil dari analisis tersebut:
Jenis Kelamin
Posisi Leksem Keterangan
L P
Gajih 4[g] 3[g] 1[gh] 3[g] menunjukkan 3
Awal Gurindam 4[g] 2[g] 2[gh] [gh] responden menuturkan bunyi
Geladak 2[g] 2[gh] 4gh [g]. 1[gh] menunjukkan 1
Realisasi [g] (%) 83,4 25 responden menuturkan dengan
Realisasi [gh] (%) 16,6 75 bunyi [gh], begitu pula
Dagang h
2[g] 2[g ] 1[g] 3[gh] seterusnya.
Tengah Hektograf 2[g] 2[gh] 2[g] 2[gh]
Lembaga 4[g] 1[g] 3[gh]
Realisasi [g] (%) 66,7 33,3
Realisasi [gh] (%) 33,3 66,7
Analog 4[g] 4[g]
Akhir Gudeg 4[g] 4[g]
Arkeolog 4[g] 4[g]
Realisasi [g] (%) 100 100
Realisasi [gh] (%) 0 0

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa huruf g yang seharusnya mempunyai
bunyi [g] akan dituturkan dalam dialek arek dengan bunyi [gh] oleh beberapa narasumber.
Pengucapan bunyi [gh] muncul dalam beberapa klasifikasi seperti yang ada dalam tabel.
Huruf g yang ada dalam awal kata pada penutur laki-laki memiliki persentase sebanyak
83,4% menuturkan dengan bunyi [g] dan sebanyak 16,6% menuturkan dengan bunyi [g h]

10
sedangkan pada penutur perempuan memiliki persentase 25% menuturkan dengan bunyi
[g] dan sebanyak 75% menuturkan dengan bunyi [gh]. Pada huruf g yang ada di tengah
kata pada penutur laki-laki memiliki persentase sebanyak 66,7% menuturkan dengan
bunyi [g] dan sebanyak 33,3% menuturkan dengan bunyi [g h] sedangkan pada penutur
perempuan memiliki persentase 33,3% menuturkan dengan bunyi [g] dan sebanyak
66,7% menuturkan dengan bunyi [gh]. Lalu pada huruf g yang ada dalam akhir kalimat
semua narasumber menuturkan dengan bunyi [g].
2.2.4 Pelafalan Fonem [j] dalam Bahasa Indonesia
Dari hasil analisis yang telah dilakukan ditemukan beberapa variasi bunyi [j] pada
beberapa kata yang terbagi atas penutur laki-laki dan penutur perempuan. Variasi tersebut
adalah munculnya bunyi [jh] pada kata yang seharusnya dituturkan dengan bunyi [j].
Berikut adalah hasil dari analisis tersebut:
Jenis Kelamin
Posisi Leksem Keterangan
L P
Jatuh 4[j] 4[j] 2[j] menunjukkan 2 responden
Awal Jagal 2[j] 2[jh] 1[j] 3[jh] menuturkan bunyi [j]. 2[jh]
h
Jelajah 3[j] 1[j ] 2[j] 2[jh] menunjukkan 2 responden menuturkan
Realisasi [j] (%) 75 58,3 dengan bunyi [jh], begitu pula
Realisasi [jh] (%) 25 41,7 seterusnya.
Derajat 3[j] 1[jh] 3[j] 1[jh]
Tengah Bajing 2[j] 2[jh] 3[j] 1[jh]
h
Gajih 1[j] 3[j ] 1[j] 3[jh]
Realisasi [j] (%) 50 58,3
Realisasi [jh] (%) 50 41,7

Akhir Kosong

Realisasi [j] (%)


Realisasi [jh] (%)

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa huruf j yang seharusnya mempunyai
bunyi [j] akan dituturkan dalam dialek arek dengan bunyi [jh] oleh beberapa narasumber.
Pengucapan bunyi [jh] muncul dalam beberapa klasifikasi seperti yang ada dalam tabel.
Huruf j yang ada dalam awal kata pada penutur laki-laki memiliki persentase sebanyak
75% menuturkan dengan bunyi [j] dan sebanyak 25% menuturkan dengan bunyi [jh]
sedangkan pada penutur perempuan memiliki persentase 58,3% menuturkan dengan
bunyi [j] dan sebanyak 41,7% menuturkan dengan bunyi [jh]. Pada huruf b yang ada di

11
tengah kata pada penutur laki-laki memiliki persentase sebanyak 50% menuturkan
dengan bunyi [j] dan sebanyak 50% menuturkan dengan bunyi [jh] sedangkan pada
penutur perempuan memiliki persentase 58,3% menuturkan dengan bunyi [j] dan
sebanyak 41,7% menuturkan dengan bunyi [jh]. Dalam pembendaharaan kata bahasa
Indonesia tidak huruf j yang ada dalam akhir kalimat.

12
BAB III

SIMPULAN

Berdasarkan data analisis dapat disimpulkan bahwa bunyi vokal baik itu pada
responden laki-laki maupun perempuan akan muncul dialek arek pada kata bahasa
Indonesia tersebut apabila bunyi vokal tersebut berada di tengah kata. Dalam analisis kali
ini yaitu bunyi [i] yang dituturkan dengan bunyi [I] serta bunyi [u] yang dituturkan dengan
bunyi [U].

Berdasarkan data analisis dapat disimpulkan bahwa bunyi konsonan yang berubah
bunyi sebagian besar adalah bunyi konsonan yang berada di tengah kata, sebagian berada
di awal kata dan pada akhir kata bunyi tidak mengalami perubahan. Jika diamati dari
persentase responden laki-laki dan perempuan yang lebih sering menggunakan dialek
pada saat menuturkan kata bahasa Indonesia adalah perempuan.

Jadi, saat berbahasa Indonesia penutur dialek arek lebih sering menuturkan
dengan dialek pada bunyi vokal dan konsonan tertentu yang berada di tengah kata.
Penutur dialek arek yang merupakan perempuan lebih sering memunculkan dialek pada
saat berbahasa Indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan


Pengembangan Bahasa, Depdikbud.
Nadra dan Reniwati. 2009. Dialektologi: Teori dan Metode. Yogyakarta: Elmatera
Publishing.
Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda dan Pustaka Pelajar.

Taembo, Maulid. 2016. “Kajian Dialek Sosial Fonologi Bahasa Indonesia”. Kandai.
12(1): 1-16.

Anda mungkin juga menyukai