Anda di halaman 1dari 29

SATUAN PROSES

ALKENA DAN ALKUNA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

AINIRAHMAH ISMARANIAH NURHASYIRI (061840421425)

ETYKA RAHMASARI (061840421431)

JABBOROV BEHZOD (061840421433)

RAKA ADE DWI CAHAYA (061840421641)

YURIKA DEWI SAFITRI LIZA (061840421438)

Kelas : 3 KIA

Dosen pembimbing : Idha Silviyati, S.T, M.T

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Tidak lupa shalawat serta salam selalu kami curahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya di
jalan yang benar.
Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini kami susun berdasarkan tugas dari
mata kuliah Satuan Proses yang berjudul “Alkena dan Alkuna”. Dalam makalah
ini berisi tentang pengertian, tata nama dan isomer, reaksi-reaksi yang terjadi, cara
pembuatan dan kegunaan dari alkena dan alkuna.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Palembang, Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1 Alkena……………………………………………………….....… 3
2.1.1 Pengertian dan Sifat-Sifat Alkena…………..…... 3
2.1.2 Tata Nama dan Isomer Alkena ……………..…… 5
2.1.3 Reaksi – Reaksi pada Alkena…………………..... 9
2.1.4 Cara Pembuatan Alkena……………………....… 14
2.1.5 Kegunaan Alkena…………………………...…... 15
2.2 Alkuna……………………………………………………...….…. 16
2.2.1 Pengertian dan Sifat-Sifat Alkuna………..…..... 16
2.2.2 Tata Nama dan Isomer Alkuna……………..…... 17
2.2.3 Reaksi – Reaksi pada Alkuna…………...…...…. 20
2.2.4 Cara Pembuatan Alkuna………………...…...…. 23
2.2.5 Kegunaan Alkuna……………………...……...... 23
BAB III PENUTUP .............................................................................. 25
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 25
3.2 Saran .............................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 26

iii
.BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap karbon disebut alkena,
sedangkan yang memiliki ikatan rangkap tiga karbon dinamakan alkuna. Kedua
golongan hidrokarbon ini tak jenuh (unsaturated), sebab mengandung hidrogen
per karbon lebih sedikit daripada alkana padatannya (CnH2n+2). Alkana dapat
diperoleh dari alkena atau alkuna dengan menambah 1 atau 2 mol
hidrogen.Senyawa dengan lebih satu ikatan rangkap atau ikatan rangkap tiga
memang ada. Jika terdapat dua ikatan rangkap, senyawa ini disebut alkadiena atau
lebih umum disebut diena. Adapula triena, tetraena, dan bahkan poliena (senyawa
dengan banyak ikatan rangkap, dari kata Yunani poli, berarti banyak). Poliena
menyebabkan warna pada wortel dan tomat.
Hidrokarbon alkena dan alkuna mempunyai sifat fisika yang sangan mirip.
Semua berupa senyawa tak berwarna, tak larut atau hanya sedikit sekali larut
dalam air, tetapi sangan larut dalam pelarut nonpolar. Hidrokarbon dengan bobot
molekul rendah, C1 sampai C5, adalah gas, yang bobot molekulnya tinggi berupa
zat padat. Titik didih dan titik leleh yang sebenarnya untuk molekul yang sama
banyak atom karbonnya, beraneka bergantung pada ada tidaknya ikatan rangkap,
ganda tiga, dan banyak serta macam percabangannya. Semua hidrokarbon dapat
dibakar dalam oksigen maupun udara untuk menghasilkan karbon dioksida dan
air.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian alkena dan alkuna?
2. Bagaimana tata nama dan isomer alkena dan alkuna?
3. Apa saja reaksi-reaksi pada alkena dan alkuna?
4. Bagaimana cara pembuatan alkena dan alkuna?
5. Apa kegunaan alkena dan alkuna?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian alkena dan alkuna
2. Untuk mengetahui tata nama dan isomer alkena dan alkuna
3. Untuk mengetahui reaksi-reaksi pada alkena dan alkuna
4. Untuk mengetahui cara pembuatan alkena dan alkuna
5. Untuk mengetahui kegunaan alkena dan alkuna

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Alkena
2.1.1 Pengertian dan sifat-sifat alkena
Alkena ialah suatu hidrokarbon yang mengandung satu ikatan
rangkap. Kadang-kadang alkena disebut olefin, dari kata olefiant gas (yang
membentuk minyak), suatu nama lama untuk etilena (CH2 = CH2).
Golongan senyawa ini mempunyai sifat-sifat fisika yang hampir sama
dengan alkana, tetapi sifat-sifat kimianya sangat berbeda. Alkena
mempunyai 2 atom H lebih sedikit daripada alkana dan merupakan
senyawa tidak jenuh
Rumus umum alkena = CnH2n
NAMA RUMUS MOLEKUL

ETENA C2H4

PROPENA C3H6

BUTENA C4H8

PENTENA C5H10

HEKSENA C6H12

HEPTENA C7H14

OKTENA C8H16

NONENA C9H18

DEKENA C10H20

a. Sifat – sifat fisika alkena


Alkena merupakan senyawa nonpolar sehingga tidak larut dalam air dan

3
memiliki massa jenis lebih kecil dari air. Alkena dapat larut dalam alkena
lain, pelarut-pelarut nonpolar dan etanol. Pada temperatur kamar alkena
yang memiliki dua, tiga dan empat atom karbon berwujud gas. Sedangkan
Alkena dengan dengan berat molekul lebih tinggi dapat berupa cair dan
padatan pada suhu kamar.
Sifat-sifat Umum Alkena
 Hidrokarbon tak jenuh ikatan rangkap dua
 Alkena disebut juga olefin (pembentuk minyak)
 Sifat fisiologis lebih aktif (sbg obat tidur –> 2-metil-2-butena)
 Sifat sama dengan Alkana, tapi lebih reaktif
 Sifat-sifat : gas tak berwarna, dapat dibakar, bau yang khas,
eksplosif dalam udara (pada konsentrasi 3 – 34 %)
 Terdapat dalam gas batu bara biasa pada proses “cracking”

Tabel Sifat fisika alkena

4
b. Sifat kimia
Ikatan rangkap yang dimiliki alkena merupakan ciri khas dari alkena yang
disebut gugus fungsi. Reaksi terjadi pada alkena dapat terjadi pada ikatan
rangkap dapat pula terjadi diluar ikatan rangkap. Reaksi yang terjadi pada
ikatan rangkap disebut reaksi adisi yang ditandai dengan putusnya ikatan
rangkap (ikatan M) membentuk ikatan tunggal (ikatan D) dengan atom atau
gugus tertentu.
Selain sifat-sifat tersebut dapat mengalami reaksi polimerisasi dan alkena
juga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk korbondioksida dan uap air
apabila jumlah oksigen melimpah, apabila jumlah oksigen tidak mencukupi
maka terbentuk karbonmonooksida dan uap air.

2.1.2 Tata nama dan isomer alkena


A Tata nama senyawa alkena
Sama seperti alkana, tata nama senyawa alkena juga punya ciri khas. Jika
di senyawa alkana berakhiran -ana maka pada senyawa alkena tinggal
mengganti akhiran tersebut dengan akhiran -ena. Aturan IUPAC untuk
penamaan alkena adalah sebagai berikut :
a. Rantai lurus
1. Untuk ikatan lurus diawali dengan angka yang menunjukkan letak
ikatan C rangkap dari senyawa tersebut. Contohnya :

5
b. Rantai bercabang
1. Tentukan rantai induk dan rantai cabangnya. Rantai induk ditentukan
dari rantai atom C terpanjang yang mengandung ikatan rangkap dua.

2. Karena punya ikatan rangkap, maka penomoran tidak dimulai dari


yang dekat dengan cabang melainkan yang dekat dengan ikatan atom
C rangkap.

3. Rantai induk diberi nama sesuai aturan penamaan senyawa alkena


rantai lurus.
4. Alkil-alkil atau subtituent lain yang tidak sejenis ditulis dengan
diurutkan berdasarkan susunan abjad. Misalnya antar metil dan etil
akan duluan etil, antara propil dan metil akan duluan metil.

2-etil-5 metil- 1-heptena

5. Alkil-alkil atau subtituen yang sejenis digabungkan dengan awalan di


jika jumlahnya 2, tri jika jumlahnya 3, tetra jika jumlahnya 4 dan
seterusnya.

6
2,5-dimetil-2-heptena
6. Jika sebuah atom C pada rantai utama mengikat beberapa gugus
berbeda maka penulisan nomor harus diulangi.

3-etil-3-metil-1-pentena

7. Jika ada lebih dari 1 ikatan rangkap maka letak ikatan rangkap tersebut
ditulis dan diberi awalan di = 2 tri = 3 tetra = 4 dan seterusnya di depan
akhiran ena. Salah satu contohnya sebagai berikut:

3-etil-5-metil-1,3-heksadiena

Contoh :

a.

7
2-etil-3-propil-1,4-heksadiena

b.

4,7-dietil-3,9-dimetil-3-dekena

B Isomer alkena
1. Isomer rantai atau kerangka
Isomer rantai pada alkena teradi karena rantai karbon berubah
misalnya dari lurus menjadi bercabang tetapi posisi ikatan rangkap
tetap, contoh:

2. Isomer Posisi
Isomer yang terbentuk karna perbedaan posisi ikatan rangkap
yang dimilikinya, contohnya:

8
3. Isomer Geometri
Isomer yang terjadi karena perbedaan letak bidang yang
terdapat pada gugus yang sama. Cis jika gugus yang sama terletak
pada posisi yang sama (lurus) dan trans jika posisi gugus yang
sama berseberangan. Contoh:

2.1.3 Reaksi-reaksi pada alkena


Jenis-jenis reaksi pada alkena adalah sebagai berikut :
1 Reaksi Pembakaran

9
(oksidasi dengan oksigen) Pembakaran sempurna alkena
menghasilkan CO2 dan H2O.
C2H4 + 3 O2 ⎯⎯→ 2 CO2 + 2 H2O
Pembakaran tidak sempurna alkena menghasilkan CO dan H2O.
C2H4+2O2⎯⎯→2CO+2H2O

2 Reaksi Polimerisasi
Reaksi polimerisasi adalah reaksi penggabungan molekul-molekul
sederhana
(monomer) menjadi molekul besar (polimer).
Contoh:
Polimerisasi etena menjadi polietena

n CH2 = CH2 ⎯⎯→ – CH2 – CH2– ⎯⎯→ [– CH2 – CH2 –]n

3 Reaksi Subtitusi
Jenis reaksi ini dapat dinyatakan dengan persamaan umum.
R-H+A–B R–A +H–B
Dengan R – H berarti alkena dan A – B berarti molekul halogen.
Contoh pada reaksi ini adalah halogenasi.

4 Reaksi Adisi
Pada alkena reaksi yang paling sering dijumpai ialah adisi. Dalam
suatu reaksi adisi, gugus A dari reagen A – B akan melekat pada
satu atom karbon pembawa ikatan rangkap, sementara gugus B
melekat pada atom karbon lainnya dan produknya hanya memiliki
satu ikatan tunggal diantara kedua atom karbon tadi. Beberapa
reaksi adisi alkena adalah sebagai berikut :
a. Adisi Hidrogen (Hidrogenasi Katalitik)
Hidrogenasi melibatkan pemutusan ikatan 𝜋 (40 k kal) dan
ikatan H – H (104 kkal) dan pembentukan 2 ikatan C – H (87
kkal). Jumlah panas yang dikeluarkan bila 1 mol senyawa tidak

10
jenuh di hidrogenasi disebut panas hidrogenasi. Ini merupakan
panas reaksi dengan menghilangkan tanda minusnya, harganya
sangat mendekati 30 kkal/mol. Perbedaan yang kecil disebabkan
karena perbedaan stabilitas dari masing-masing alkena.

CH2 = CH2 + H2 → CH3– CH3

etena etana

b. Adisi Hidrogen Halida

Reaksi HX terhadap alkena akan terbentuk alkil-halida. Reaksi terjadi


dengan mengalirkan gas hidrogen halida yang kering ke dalam alkena.
Kadang-kadang dipergunakan asam asetat sebagai zat pelarut. Urut-
urutan reaktivitas : HI – HBr – HCI. Pada addisi terhadap alkena yang
tidak simetris, umumnya arah addisi mengikuti hukum Empiris
Markovnikov : Pada addisi asam terhadap alkena yang tidak simetris
maka atom H akan terikat pada atom C yang telah mengikat atom H
lebih banyak.
Menurut penyelidikan Kharasch dan Mayo maka addisi HBr
terhadap alkena menjadi sebaliknya oleh pengaruh peroksida.
Pembalikan arah addisi oleh pengaruh peroksida ini disebut efek

11
peroksida dan hanya terjadi pada HBr. Adanya peroksida tidak
berpengaruh pada arah addisi dari HCI, HI, H2SO4 dan lain-lain.

Contoh:

𝐶𝐻2 − 𝐶𝐻 − 𝐶𝐻3 + 𝐻𝐶𝑙 → 𝐶𝐻3 − 𝐶𝐻 − 𝐶𝐻3


|

𝐶𝑙

Pada contoh reaksi diatas karena letak ikatan rangkapnya


simetris maka hanya akan terbentuk satu jenis senyawa
alkilhalida. Bagaimana dengan reaksi yang terjadi pada propena
? Pada reaksi dengan propena ada dua kemungkinan senyawa
alkil halida yang akan terbentuk yaitu 2-bromopropana dan 1-
bromopropana. Tetapi pada kenyataannya 1-bromopropana
tidak terbentuk. . Pada tahun 1869 seorang ahli kimia dari rusia
yaitu Vladimir Markovnikov membuat suatu aturan empiris
bahwa adisi HX pada alkena atom H akan menuju pada karbon
ikatan rangkap yang mempunyai jumlah hidrogen lebih banyak
dan X akan menuju pada karbon yang mempunyai subsitituen
lebih banyak.

12
c. Adisi Halogen
Alkena mudah mengadisi klrin atau bromin. Biasanya halogen
dilarutkan dalam pelarut lembam (inert) seperti tri- atau tetrakloro
metana, lalu larutan ini ditambahkan tetes demi tetes pada alkena.
Reaksi ini sangat cepat, meskipun pada suhu kamar atau dibawahnya.
Tidak diperlukan cahaya atau kalor seperti halnya reaksi substitusi.
Adisi bromin dapat dijadikan uji kimia untuk melihat
ketidakjenuhan pada senyawa organik. Larutan bromin pada
tetraklorometana berwarna coklat kemerahan dan senyawa tak jenuh
serta produk adisinya, biasanya tidak berwarna. Jika larutan bromin
ditambahkan pada senyawa tak jenuh, warna bromin menghilang. Jika
senyawa yang diuji merupakan senyawa jenuh, senyawa tersebut tidak
akan bereaksi dengan bromin pada konndisi ini, dan warnanya akan
tetap.

d. Adisi Air (Hidrasi)


Jika ada katalis asam, air akan menjadi alkena. Air akan mengadisi
sebagai H – OH, dan produknya ialah suatu alkohol. Katalis asam
diperlukan dalam hal ini sebab molekul air yang netral tidak cukup
asam untuk memberikan proton guna mengawali reaksi.

e. Addisi H2SO4
Alkena bereaksi dengan H2SO4 pekat, dingin, untuk membentuk
senyawa dengan rumus ROSO3H, yang disebut alkil hidrogen sulfat.
Senyawa akan terurai kembali bila dipanaskan pada temperatur 170° C
atau dapat mengalami hidrolisa dan terbentuk alkohol.
Pada addisi terhadap alkena yang tidak simetris berlaku pula.
Hukum Markovnikov. Cara ini sering pula dipergunakan untuk
pembuatan alkohol secara besar-besaran.

13
5 Reaksi oksidasi
Alkena dapat mengalami reaksi oksidasi yang akan
membentuk senyawa glikol (diol), epoksida, pemaksapisahan
(cleavage), dan oksidasi sempurna membentuk CO2 dan H2O

2.1.4 Cara Pembuatan Alkena


a. Reaksi eliminasi (penghilangan)
Adalah reaksi penghilangan dua atom yang terikat pada dua atom C
yang berdekatan. Contoh:
CH3 – CH2 – CH3 → CH3 – CH = CH2
b. Reaksi dehidrasi
Adalah reaksi pembentukan alkena dengan disertai lepasnya molekul
air. Apabila alkohol dipanaskan bersama-sama H2SO4 pekat pada suhu
170 oC sampai 180 oC, maka akan terbentuk alkena dan air. Contoh:
CH3 – CH2OH → CH2 = CH2 + H2O
c. Reaksi dehidrogenasi
Adalah reaksi pembentukan alkena disertai terlepasnya hidrogen
dengan bantuan katalis Cr2O3 atau Al2O3 pada 500 oC
CH3 – CH2 – CH3 → CH3 – CH = CH2
d. Reaksi dehalogenasi
Yaitu reaksi pembentukan alkena disertai terlepasnya gas hidrogen.
Jika haloalkana direaksikan dengan logam seng dalam pelarut aseton,
maka terbentuk alkena dan senghalida.
CH – CHCl – CH2Cl + Zn → CH3 – CH = CH2 + ZnCl2

14
2.1.5 Kegunaan Alkena
 Dalam bidang industri alkena berguna sebagai bahan plastik yang
fleksibel, tahan terhadap beberapa senyawa organik.
 Sebagai bahan dasar pembuatan polimer berupa plastik (kursi plastik),
paralon dan lain-lain.

 Butadiena, digunakan sebagai bahan baku pembuatan


polibutadiena/karet sintetis.
 Etena (C2H4), digunakan sebagai bahan baku pembuatan polietena
dan senyawa organik intermediet seperti kloroetena (vinil klorida)
dan stirena.
 Propena (C3H6, digunakan sebagai bahan baku pembuatan
polipropena untuk membuat serat sintesis dan peralatan memasak.
 Dapat digunakan sebagai obat bius (dicampur dengan O2)
 Untuk memasakkan buah-buahan
 Bahan baku industri alkohol

15
2.2 Alkuna
2.2.1 Pengertian dan sifat-sifat alkuna
Alkuna yaitu golongan senyawa hidrokarbon alifatik yang mempunyai
gugus fungsi ikatan ganda tiga karbon-karbon (—C ÷ C—). Seperti halnya
ikatan rangkap dua pada alkena, ikatan ganda tiga pada alkunapun disebut
ikatan tidak jenuh, tetapi kejenuhan ikatan ganda tiga pada alkuna lebih
tinggi dibanding ikatan rangkap. Asetilena (CH≡CH) adalah alkuna
tersederhana. Senyawa ini mempunyai rumus umum CnH2n-2 dan
mempunyai satu ikatan rangkap tiga.
NAMA RUMUS MOLEKUL

ETUNA C2H2

PROPUNA C3H4

BUTUNA C4H6

PENTUNA C5H8

HEKSUNA C6H10

HEPTUNA C7H12

OKTUNA C8H14

NONUNA C9H16

DEKUNA C10H18

Sifat-sifat fisika alkuna


 Alkuna-alkuna suku rendah pada suhu kamar berwujud gas,
sedangkan yang mengandung lima atau lebih atom karbon
berwujud gas.
 Memiliki massa jenis lebih kecil dari air.
 Tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut-pelarut
organik yang non polar seperti eter, benzena, dan karbon
tetraklorida.

16
 Titik didih alkuna makin tinggi seiring bertambahnya jumlah
atom karbon, tetapi makin rendah apabila terdapat rantai
samping atau makin banyak percabangan. Titik didih alkuna
sedikit lebih tinggi dari alkana dan alkuna yang berat
molekulnya hampir sama.
 Besarnya titik didih beberapa senyawa alkena diberikan pada
table berikut.

Suku rumus titik didih massa 1 mol


N nama
ke molekul (°C/1 atm) dalam g
2 2 C2H2 etuna -82 26
3 3 C3H4 propuna -23 40
4 4 C4H6 1-butuna 9 54
5 5 C5H8 1-pentuna 40 68
6 6 C6H10 1-heksuna 72 82
7 7 C7H12 1-heptuna 99 96
8 8 C8H14 1-oktuna 126 110
9 9 C9H16 1-nonuna 151 124
10 10 C10H18 1-dekuna 182 138

2.2.2 Tata Nama dan Isomer Alkuna


A Tata Nama Alkuna
Aturan tata nama senyawa alkuna sama dengan senyawa alkena. Jika di
senyawa alkena berakhiran -ena maka pada senyawa alkuna akhiran
tersebut diganti dengan akhiran -una. Aturan IUPAC untuk penamaan
alkuna adalah sebagai berikut :
a. Rantai lurus
Untuk ikatan lurus diawali dengan angka yang menunjukkan letak ikatan
C rangkap tiga dari senyawa tersebut. Contohnya :

17
b. Rantai bercabang
1. Tentukan rantai induk dan rantai cabangnya. Rantai induk ditentukan
dari rantai atom C terpanjang yang mengandung ikatan rangkap tiga.
2. Karena punya ikatan rangkap tiga, maka penomoran tidak dimulai dari
yang dekat dengan cabang melainkan yang dekat dengan ikatan atom
C rangkap tiga.
3. Rantai induk diberi nama sesuai aturan penamaan senyawa alkuna
rantai lurus.
4. Alkil-alkil yang tidak sejenis ditulis dengan diurutkan berdasarkan
susunan abjad. Misalnya antar metil dan etil akan duluan etil, antara
propil dan metil akan duluan metil. Alkil-alkil yang sejenis
digabungkan dengan awalan di jika jumlahnya 2, tri jika jumlahnya 3,
tetra jika jumlahnya 4 dan seterusnya.
5. Jika sebuah atom C pada rantai utama mengikat beberapa gugus
berbeda maka penulisan nomor harus diulangi.
6. Jika ada lebih dari 1 ikatan rangkap maka letak ikatan rangkap tersebut
ditulis dan diberi awalan di = 2 tri = 3 tetra = 4 dan seterusnya di depan
akhiran una.
Contoh :
a.

18
3-metil-1-butuna
b.

4-etil-2-heptuna

c.

2,2-dimetil-3-heptuna

d.

3,6-dietil-2,7-dimetil-4-oktuna

19
B Isomer Alkuna
Seperti alkena, senyawa isomer tidak dijumpai setelah
sekurangnya terdapat 4 atom karbon. Isomer alkuna terletak pada
butuna (C4H6).
a. isomer rantai (kerangka)

b. isomer posisi

2.2.3 Reaksi-reaksi pada alkuna


Sama halnya dengan alkena mengalami reaksi pembakaran, reaksi
polimerisasi, reaksi substitusi dan reaksi adisi, berikut beberapa reaksi
adisi pada alkuna :
1. Addisi Halogen
Sebenarnya ikatan rangkap tiga ini kurang reaktif bila
dibandingkan dengan ikatan rangkap dua. Bromin dan klorin dapat
mengadisi pada alkuna sepertihalnya pada alkena. Jika satu mol
halogen mengadisi pada alkuna akan dihasilkan senyawa
dihaloalkena .

R-C ≡ C-R’+X2 →R-C = C-R


I I
X X

20
X2= Cl2 atau Br2
Jika dua mol halogen mengadisi pada alkuna dihasilkan
senyawa tetrahalida.

X X

| |

R-C≡ C-R’+2X2 → R -C -C -R’

| |

X X

2. Addisi H2O
Hidrasi alkuna biasanya dilakukan dengan menggunakan
katalis merkuri sulfat dalam larutan asam sulfat. Reaksi ini
mengikuti kaidah Markovnikov, tetapi yang diperoleh bukan
alcohol melainkan suatu keton.

3. Adisi hydrogen
Pada umumnya, reaksi adisi hydrogen sama halnya dengan
Alkena yang bereaksi dengan hidrogen membentuk alkana
dengan bantuan katalis logam, dimana alkuna yang bereaksi
dengan hydrogen dapat membentuk alkena maupun alkana.

4. Adisi hydrogen halide

21
Reaksi adisi hidrogen halida (HX) pada senyawa alkuna berlangsung
sama dengan yang terjadi pada senyawa alkena. Adisi hydrogen
halide dengan aturan markovnikov pada senyawa alkena juga
berlaku pada senyawa alkuna

5. Polimerisasi
Polimerisasi alkuna terjadi berdasarkan reaksi adisi. Prosesnya mula-
mula ikatan rangkap terbuka, sehingga terbentuk gugus dengan dua
elektron tak berpasangan. Elektron-elektron tak berpasangan tersebut
kemudian membentuk ikatan antara gugus,sehingga membentuk
rantai.

6. Subtitusi
Substitusi alkuna Substitusi (pengantian) pada alkuna dilakukan
dengan menggantikan satu atom H yang terikat pada C=C di ujung
rantai dengan atom lain.

7. Pembakaran
Pembakaran alkuna Pembakaran alkuna (reaksi alkuna dengan
oksigen) akan menghasilkan CO2 dan H2O.
2CH≡CH + 5 O2 → 4CO2 + 2H2O

22
2.2.4 Cara pembuatan alkuna
a. Dehidrohalogenasi Alkil Halida
Dehidrogenasi senyawa dihalida yang berstruktur visinal maupun
geminal oleh pengaruh basa kuat menghasilkan alkuna. Reaksi ini
melalui pembentukan zat antara vinil halida.
Contoh:

CH3-CH2-CHBr-CHBr-CH3 + KOH → CH3-CH2-C≡C-CH3 + 2


KBr + 2 H2O

Pembuatan alkuna dengan cara ini biasanya menggunakan dihalida


visinal, karena dihalida visinal mudah dibuat dengan mereaksikan
alkena dengan halogen.

b. Reaksi Asetilida Logam dengan Alkil Halida Primer


Alkuna terminal dapat bereaksi dengan natrium amida, NaNH2,
menghasilkan natrium alkunida.

R-C≡C-H + NaNH2 → R-C≡C-Na+ + NH3

Jika natrium alkunida direaksikan dengan alkil halida primer


menghasilkan asetilena tersubstitusi.

R-C≡C-Na+ + R'-X → R-C≡C-R' + NaX

23
2.2.5 Kegunaan alkuna
 Sebagai penerang
 etuna (asetilena = C2H2) digunakan untuk mengelas besi dan baja
 Jika alkuna dibakar, ia akan menghasilkan suhu yang sangat tinggi.
Dengan tingginya suhu ini, maka alkuna dapat digunakan untuk
menyambung & mengelas maupun memotong logam (Gas Etuna).
 Sebagai bahan baku pembuatan senyawa organik lain seperti etanal,
asam etanoat, dan vinil klorida.
 Sebagai pelangsung reaksi adisi, polimerisasi, substitusi, dan
pembakaran.
 Bahan baku pembuatan gas karbit yang berguna dalam mempercepat
proses pematangan buah.
 Etuna digunakan sebagai bahan baku pembuatan vinil klorida yang
dipakai dalam pembuatan pipa.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Alkena ialah suatu hidrokarbon yang mengandung satu ikatan
rangkap senyawa ini mempunyai rumus umum CnH2n, sedangkan Alkuna
ialah suatu hidrokarbon dengan satu ikatan ganda tiga, senyawa ini
mempunyai rumus umum CnH2n-2 dan mempunyai satu ikatan rangkap
tiga.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
dan mengerti tentang alkena dan alkuna dan untuk memahami lebih
banyak lagi tentang alkena dan alkuna dapat membaca dibuku lain karena
belajar itu tidak dari satu buku tetapi dari buku lain kita juga bisa, karena
buku adalah ilmu pengetahuan untuk kita. Keraguan bukanlah lawan
keyakinan, keraguan adalah sebuah elemen dari kegagalan. Dan kita tidak
harus takut pada kegagalan. tetapi pada keberhasilan melakukan sesuatu
yang tidak berarti.

25
DAFTAR PUSTAKA

Respati. 1986. Pengantar Kimia Organik jilid 1. Jakarta : Aksara Baru.

Kaenan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Hart, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

Fesenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S.1991. Kimia Organik Edisi Ketiga.

Jakarta : Erlangga.

https://rumushitung.com/2014/03/10/tata-nama-dan-sifat-senyawa-alkena/

http://www.nafiun.com/2013/03/tata-nama-senyawa-alkuna-aturan-penamaan-

rumus-struktur-contoh-soal-kunci-jawaban-kimia.html

26

Anda mungkin juga menyukai