Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

RAHN ( GADAI )

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah


Dosen Pembimbing : Ahmad Fauzan Mubarok, S.E.,M.Sy.

Disusun Oleh :
( Kelompok 10 )
1. Milla Dunnaa Ilmaa ( 181420000323 )
2. Putri Widiyasari ( 181420000291 )
3. Rosalina Sa’diyah ( 181420000322 )

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “ Gadai atau Rahn ’’. Kami
menyampaikan rasa terimakasih kepada Ahmad Fauzan Mubarok, S.E.,M.Sy.
selaku dosen mata kuliah Fiqh Muamalah yang telah menyerahkan
kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

Kami juga berharap supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat
dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait indikator apa saja
sehingga menyebabkan banyak dari mahasiswa yang gagal dalam pembelajaran.

Di akhir, kami berharap makalah ini dapat dimengerti oleh setiap pihak
yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Jepara, 7 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

1.1 Latar Belakang .....................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................

2.1 Pengertian Rahn ...................................................................................

2.2 Dasar Hukum Rahn ..............................................................................

2.3 Rukun dan Syarat-Syarat Rahn ............................................................

2.4 Macam – Macam Rahn.........................................................................

2.5 Aplikasi dalam Perbankan ....................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, telah meletakkan
kaida-kaidah dasar dan aturan dalam semua sisi kehidupan manusia baik
dalam ibadah maupun muamalah. Setiap orang pasti butuh berinteraksi
dengan yang lainnya untuk saling menutupi kebutuhan dan saling tolong
menolong. Hutang piutag terkadang tidak dapat dihindari, padahal banyak
bermunculan fenomena ketidak percayaan diantara manusia, khususnya
dijaman sekarang ini, sehingga orang terdesak untuk meminta jaminan benda/
barang berharga dalam menjaminkan hartanya.
Salah satu dalam hal jual beli yang sangat beragam salah satunya
dengan cara Rahn ( gadai ) . Para ulama berpendapat bahwa gadai boleh
dilakukan dan tidak termasuk riba jika memenuhi syarat dan rukunnya.
Banyak orang yang masih belum mengetahui tentang rahn secara benar. Oleh
karena itu saya mencoba sedikit menjelaskan apa itu gadai, hukum, rukun,
syarat dan aplikasi perbankan dalam rahn.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, makalah ini mempunyai beberapa
rumusan masalah yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Rahn ?
2. Apakah dasar hukumnya Rahn ?
3. Bagaimana rukun dan syarat-syarat Rahn ?
4. Apa saja macam – macam rahn ?
5. Apa saja aplikasi perbankan dalam rahn ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas makalah ini mempunyai beberapa
tujuan :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Rahn
2. Untuk mengetahui dasar hukumnya Rahn
3. Untuk mengetahui Rukun dan Syarat Rahn
4. Untuk mengetahui macam – macam Rahn
5. Untuk mengetahui aplikasi perbankan dalam Rahn.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RAHN

Secara etimologi dalam bahasa Arab, kata ar-rahn berarti “tetap”


dan “lestari”. Kata ar-rahn juga dinamai al-habsu artinya “penahanan”,
seperti dikatakan ni’matul rahinah, artinya “karunia yang tetap dan
lestari”. Pengertian yang terkadung dalam istilah tersebut “menjadikan
barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’ sebagai
jaminan utang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil utang
atau ia bisa mengambil sebagian (manfaat) barang itu.1

Ar-rahn adalah menahan salah satu harta si peminjam sebagai


jaminan atas yang diterimanya. Barang yang ditahan tahan tersebut
memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bawah rahn adalah
semacam jaminan utang atau gadai.2

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulakn bahwa rahn atau


gadai yaitu jaminan yang diserahkan oleh pihak pengutang kepada yang
memberi utang. Pemberi utang memiliki kuasa penuh untuk menjual
barang jaminan tersebut apabila pihak pengutang tidak mampu membayar
utangnya saat jatuh tempo. Apabila uang hasil penjualan barang jaminan
tersebut melebihi jumlah utang, maka sisanya harus dikembalikan kepada
pengutang, namun bila kurang dari jumlah utang, pihak pengutang harus
menambahinya agar utangnya tersebut terbayar lunas.3

1
Dadan Muttaqien, Aspek Legal Lembaga Keuangan Syari’ah, cet 1, Yogyakarta: Safira Insani
Press, 2009 hlm.106-107
2
http://www.academia.edu/33297419/makalah_kel_8_RAHN.pdf
3
Ibid hlm. 189
B. DASAR HUKUM AR-RAHN

Akad rahn diperbolehkan oleh syara’ dengan berbagai dalil Al-Qur’an


ataupun Hadits nabi SAW. Begitu juga dalam ijma’ ulama
a. Al Qur’an

Al-Qur’an Surat Al- Baqarah ayat 283 digunakan sebagai dasar dalam
membangun konsep gadai dan berbunyi sebagai berikut :

“Jika kamu dalam perjalanan (dan kamu melakukan muamalah tidak


secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dapat dijadikan sebagai
pegangan (oleh yang mengutangkan), tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yuang dipercaya itu
menunaikan amanat (utangnya) dan hendaknya ia bertakwa kepada
Allah SWT, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyiak
kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya, sungguh hatinya
kotor (berdosa), Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat tersebut secara eksplisi menyebutkan “barang tanggungan yang
dapat dijadikan sebagai pegangan (oleh orang yang mengutangkan)”.
Dalam dunia finansial, barang tanggungan bisa dikenal dengan jaminan
(collateral) atau objek pegadaian.

b. Hadis
Hadist diriwayatkan oleh imam Bukhari dan muslim dari Aisyah ra.
Berkata; Artinya : “Dari Aisyah, sesungguhnya Nabi saw membeli
makanan secara tidak tunai dari seorang Yahudi dengan menggadaikan
baju besinya”. (HR. Bukhari)4. Menurut kesepakatan pakar fiqh,
peristiwa Rasul SAW. merahn-kan baju besinya itu, adalah kasus ar-
rahn pertama dalam islam dan dilakukan sendiri oleh Rasulullah saw.
Berdasarkan ayat dan hadis-hadis diatas, para ulama fiqh sepakat
mengatakan bahwa akad ar-rahn itu dibolehkan, karena banyak

4
Imam Mustofa, Fiqh Mu’amalah..hlm. 194
kemaslahatan yang terkandung di dalamnya dalam rangka hubungan
antar sesama manusia.
c. Ijma’
Ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai. Hal dimaksud
berdasarkan pada kisah Nabi Muhammad SAW, yang menggadaikan
baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang yahudi. Para
ulama juga mengambil indikasi dari contoh Nabi Muhammad SAW
tersebut, ketika beliau beralih dari yang biasanya bertransaksi kepada
para sahabat yang kaya kepada seorang yahudi bahwa hal itu tidak lebih
sebagai sikap Nabi Muhammad SAW yang tidak mau memberatkan
para sahabat yang biasanya enggan mengambil ganti ataupun harga
yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada mereka.
d. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (Fatwa
DSN-MUI)
Fatwa DSN-MUI menjadi salah satu rujukan yang berkenaan dengan
gadai syariah, diantaranya dikemukakan sebagai berikut :
1. Fatwa DSN-MUI No: 25/DSNMUI/III/2002 tentang Rahn;
2. Fatwa DSN-MUI No: 26/DSNMUI/III/2002 tentang Rahn Emas;
3. Fatwa DSN-MUI No: 09/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Ijarah;
4. Fatwa DSN-MUI No: 10/DSNMUI/IV/2000 tentang Wakalah;
5. Fatwa DSN-MUI No: 43/DSNMUI/VIII/2004 tentang Ganti Rugi.

C. RUKUN RAHN
Rukun akad rahn terdiri atas :
1. Aqid, adalah pihak-pihak yang melakukan perjanjian (shigat). Aqid
terdiri dari dua pihak yaitu:
a. Rahin (yang menggadaikan) yaitu orang yang telah dewasa,
berakal, bisa dipercaya, dan memiliki barang yang akan
digadaikan.
b. Murtahin (yang menerima gadai), yaitu orang, bank, atau lembaga
yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan
jaminan barang (gadai).
2. Marhun (barang yang digadaikan) yaitu barang yang digunakan
rahin untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan uang.
3. Marhun bih (utang) yaitu sejumlah dana yang diberikan murtahin
kepada rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun.
4. Sighat (ijab dan kabul) yaitu kesepakatan antara rahin dan murtahin
dalam melakukan transaksi gadai.5

D. SYARAT RAHN
Dalam menjalankan transaksi rahn harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Syarat aqid,
Baik rahin dan murtahin adalah harus ahli tabarru’ yaitu orang yang
berakal, tidak boleh anak kecil, gila, bodoh, dan orang yang terpaksa.
Serta tidak boleh seorang wali.
2. Marhun bih (utang)
Syaratnya adalah jumlah atas marhun bih tersebut harus berdasarkan
kesepakatan aqid.
3. Marhun (barang)
Syaratnya adalah harus mendatangkan manfaat bagi murtahin dan
bukan barang pinjaman.
4. Shigat (ijab dan kabul)
Syaratnya adalah shigat tidak boleh diselingi dengan ucapan yang lain
selain ijab dan kabul dan diam terlalu lama pada waktu transaksi.
Serta tidak boleh terikat oleh waktu, pemeliharaan, penjagaan, dan
penaksiran. Singkatnya, biaya gadai syariah lebih kecil dan hanya
sedikit dikenakannya.

5
Imam Mustofa, Fiqh Mu’amalah..hlm. 195
E. MACAM – MACAM RAHN
Gadai ada 2 macam yaitu :
1. Rahn Hiyazy
Merupakan praktik gadai yang telah dikenal banyak orang dari
dulu hingga sekarang. Dalam prosedur pelaksanaannya, marhun
berada dalam kekuasaan murtahin
2. Rahn Ta’miny/ Rasmy
Dalam rahn ini, pihak murtahin hanya mempunyai kewenangan
memegang surat bukti kepemilikan saja, sedangkan marhun tetap
berada ditangan rahin.

F. APLIKASI DALAM PERBANKAN


Kontrak rahn dipakai dalam perbankan dalam dua hal :
1. Sebagai Produk Pelengkap
Rahn dipakai dalam produk pelengkap, artinya sebagai akad tambahan
(jaminan/collateral) terhadap produk lain seperti dalam pembiayaan
bai’al murabahah. Bank dapat menahan nasabah sebagai konsekuensi
akad tersebut
2. Sebagai Produk Tersendiri
Di beberapa negara Islam termasuk di antaranya adalah Malaysia,
akad rahn telah dipakai sebagai alternatif dari pegadaian
konvensional. Bedanya dengan pegadaian biasa, dalam rahn nasabah
tidak dikenakan bunga, yang dipungut dari nasabah adalah biaya
penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan
utama antara biaya rahn dan bunga pegadaian adalah dari sifat bunga
yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sementara biaya rahn
hanya sekali dan di tetapkan di muka.6

6
Muhammad dan Sholikhul Hadi, Pegadaian syari’ah, Jakarta: Salemba diniyah. 2003
hlm 54
BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Ar-rahn secara etimologi berarti tetap, kekal, dan jaminan, dinamai juga
dengan al-habsu, artinya penahanan.

Rahn yaitu jaminan yang diserahkan oleh pihak pengutang kepada yang
memberi utang. Pemberi utang memiliki kuasa penuh untuk menjual barang
jaminan tersebut apabila pihak pengutang tidak mampu membayar utangnya
saat jatuh tempo.

Rukun rahn ada 5, yaitu : yang menggadaikan ( ar-Rahn ), penerima gadai


( al-murtahin ), barang jaminan ( al-marhun ), utang ( marhun bihi ), sighat,
ijab dan qabul.

Syarat rahn yang terkait dengan pihak yang berakad ada 3 yaitu : para
pihak yang harus berakal, sudah baligh, tidak dalam paksaan atau
terpaksa.Syarat yang terkait dengan utang salah satunya adalah utang
merupakan hak yang harus dibayar. Syarat yang terkait dengan barang adalah
barang tersebut harus dapat diperjualbelikan.

Rahn ada 2 macam yaitu : Rahn Hiyazy dan Rahn Ta’miny. Kontrak rahn
dipakai dalam perbankan dalam dua hal yaitu sebagai produk pelengkap dan
sebagai produk tersendiri
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqien, Dadan. 2009. Aspek Legal Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta :


Safira Insani Press

Sabiq, Sayyid. 2006. Fiqih Sunnah. Jakarta : Pena Pundi Aksara

Hadi Sholikul, Muhammad. 2003. Pegadaian Syari’ah. Jakarta : Salemba Diniyah

Nawawi, Ismail. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor : Ghlmia
Indonesia

Depag RI. 1974. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : Bumi Restu

Anda mungkin juga menyukai