Disusun Oleh:
Ketua :
Dinah, S. Kep 11194691910037
Anggota :
Ahmad Fauzan, H S.Kep 11194691910036
Indana Fitriani R, S.Kep 11194691910038
Listiyani Azriyah, S.Kep 11194691910040
Made AstePurane, S.Kep 11194691910041
Muhammad Faisal, S.Kep 11194691910045
Muhammad Helmy, S.Kep 11194691910046
M. NovyanMadya, S.Kep 11194691910047
Nanda Joko S.W, S.Kep 11194691910049
Sri Martiwi, S.Kep 11194691910054
Yennie, S.Kep 11194691910056
I. Latar Belakang
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi
di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya.Ukuran keberhasilan dalam pemenuhan
nutrisi adalah status gizi. Status gizi balita mencerminkan tingkat
perkembangan dan kesejahteraan masyarakat dalam suatu
negaraserta berhubungan dengan status kesehatan anak di masa
depan (Bhandari, et al., 2013). Kekurangan gizi terjadi sejak bayi
dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,
kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Stunting merupakan indikator keberhasilan kesejahteraan,
pendidikan dan pendapatan masyarakat. Dampaknya sangat luas
mulai dari dimensi ekonomi, kecerdasan, kuaalitas, dan dimensi
bangsa yang berefek pada masa depan anak. Anak usia 3 tahun yang
stunting severe(-3 < z ≤ 2) pada laki-laki memiliki kemampuan
membaca lebih rendah 15 poin dan perempuan 11 poin dibanding
yang stunting mild(z > -2). Hal ini mengakibatkan penurunan
intelegensia (IQ).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2014), di
Indonesia terdapat 5,7% balita dengan gizi burukatau sebanyak
26.518 anak, 13,9% gizi kurang, dan 4,5% balita gizi lebih. Prevalensi
gizi buruk pada balita di Indonesia menurut hasil Pemantauan Status
Gizi (PSG) 2014 yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan
Indonesia, tahun 2014 sebanyak 4,7%, kemudian pada tahun 2015
angka gizi buruk turun menjadi 3,8%, dan kembali turun pada tahun
2016 menjadi sebesar 3,4% (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Kalimantan Selatan
tahun 2014 prevalensi gizi buruk dan gizi kurang sebesar 26,6%
(rentang 17-35%), prevalensi masalah pendek sebesar 41,8%
(rentang 27,8-50,4%) dan prevalensi gizi sangat kurus pada balita
masih cukup tinggi yaitu sebesar 7,8% (rentang 3,7-17,0%). Rata-rata
konsumsi kalori di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 1532,2 kkal
dan protein 58,7 gram. Kualitas konsumsi garam cukup iodium pada
rumah tangga adalah 76,2%. Presentase penimbangan 6 bulan
terakhir umur 6-59 bulan sebesar 38,5%. Pada tahun 2010 balita
dengan status gizi Bawah Garis Merah (BGM) di Kabupaten Banjar
sebanyak 3,51% (Dinkes Prov Kalsel, 2012). Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kabupaten Banjar 2015 tercatat ada 45.730 balita.
Tercatat 69,8% balita yang ditimbang dengan jumlah balita sebanyak
31.938 balita. Sebanyak 1.973 balita berada pada Bawah Garis Merah
(BGM) dengan presentase 6,2%. Balita BGM menurut jenis kelamin,
ada 923 balita laki-laki dan 1.050 balita perempuan (Dinkes
Kabupaten Banjar, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan desa
dipembantanan menyatakan terdapat angka kejadian balita dengan
status gizi dibawah garis merah. Melihat permasalah tersebut maka
dari itu untuk dapat menanggulangi stunting atau balita dengan gizi
bawah garis merah perlu adanya inovasi atau terobosan baru yang
dapat menekan angka kejadian tersebut. Di pembantanan merupakan
penghasil sagu yang mana sagu memiliki karbohidrat yang tinggi
untuk menunjang status gizi balita.
Biskuit merupakan makanan jajanan renyah yang dibuat dengan
cara dipanggang (kue kering). Biskuit memiliki Istilah berbeda-beda di
berbagai wilayah di dunia. Biskuit meruapakan jenis makanan yang
terbuat dari tepung terigu dengan penbahan bahan lain dengan
proses pencetakan dan pemanggangan. Biskuit merupakan makanan
ringan yang banyak digemari oleh berbagai kalangan. Salah satu cara
untuk mengangkat produk lokal yang kaya akan gizi yaitu memberikan
inovasi dalam pembuatan biskuit dengan penambahan tepung sagu
dan jagung.
Sagu adalah tepung atau olahan yang diperoleh dari
pemrosesan teras batang rumbia atau "pohon sagu" (Metroxylon sagu
Rottb.). Tepung sagu memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan
tepung tapioka. Pohon sagu dapat tumbuh hingga setinggi 20 m,
bahkan 30 m. Dari satu pohon dapat dihasilkan 150 sampai 300 kg
pati. 100 gram sagu kering setara dengan 355 kalori. Tepung sagu
banyak dijumpai di desa pembantanan khususnya di RT 2 karena
pabrik untuk pembuatan sagu berada di desa pembantanan.
Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman
pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum
dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung
adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika
dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga
sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya
adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung
maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku
berbagai produk industri farmasi, kosmetika, dan kimia.
Maka kami menawarkan terobosan tebaru yaitu BISA “Biskuit
Sagu jAgung” yang mana sagu dan jagung merupakan makanan
mudah didapat. BISA merupakan makanan ringan yang mudah
dikonsumsi oleh segala kalangan dan harga yang terjangkau.
Pembuatan Biskuit ini diharapkan agar BB balita meningkat dan tidak
berada di bawah garis merah.
II. Tujuan
A. Tujuan Umum
Bersama Menanggulangi Stunting atau Balita dengan gizi dibawah
garis merah dengan BISA “Biskuit SAgu jagung”
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan pada kegiatan pemberian BISA “Biskuit Sagu dan
Jagung yaitu :
1. Meningkatkan pengetahuan mengenai stunting atau BB di bawah
garis merah
2. Merubah perilaku untuk peningkatan gizi
3. Mengurangi terjadinya stunting atau BB dibawah garis merah
III. Peserta
1. Ibu Hamil : 3 orang
2. Pihak puskesmas : 2 orang
3. Kader : 4 orang
4. Balita : 15 orang
Lampiran 1
(SOP Pembuatan BISA “Biskuit Sagu dan Jagung’)
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
PEMBUATAN BISA (Biskuit Sagu
dan Jagung)
Lampiran 2
(Dokumentasi Kegiatan)
Lampiran 3 (Absensi Kegiatan)
Absensi Peserta
No Nama Umur BB
1 An. Adiba 3 tahun 4 bulan 13 Kg
2 An. Kanza 2 tahun 6 bulan 9 kg
3 An. Alvin 8 bulan 7 kg
4 An. Mahud 9 bulan 10 kg
5 An. Mustofa 2 bulan 1 kg 500 gram
6 An. Laila 4 bulan 6 kg
7 An. Khotimah 1 tahun 3 bulan 11 kg
8 An. Malhuddin 1 tahun 6 bulan 10 kg
9 An. Fajrin 1 tahun 11 bulan 11 kg 500 gram
10 An. Abizar 6 bulan 5 kg
11 An. Wafa 6 bulan 5 kg
12 An. Jamilah 8 bulan 10 kg
13 An. Nurmila 4 tahun 10 bulan 15 kg
14 An. Mahfudz 4 tahun 8 bulan 16 kg
15 An. Ahmad Syaibani 2 tahun 2 bulan 11 kg
16 Ny. Milda 19 Tahun 46 kg
17 Ny. Karmila 21 Tahun 55 kg
18 Ny. Miftah 31 Tahun 65 kg
19 Ny. Qomariah 28 Tahun 61 kg
Absensi Panitia
No Nama Keterangan
1 Dinah Mahasiswa
2 Indana Ftiriani Mahasiswa
Rahmah
3 Yennie Mahasiswa
4 Lisa Bidan Desa
5 Puspa Bidan Puskesmas
6 Sitti Ruqoyyah Kader
7 Hijriah Kader
Lampiran 4
Lembar Konsultasi