Anda di halaman 1dari 38

MERANCANG PROPOSAL PENELITIAN

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia
pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia.
Dosen Pengampu Dr. Hj. Vismaia Damayanti, M.Pd. dan
Aries Setia Nugraha, M.Pd.

disusun oleh:

Kelompok 7

1. Annisa Nurul Hikmah NPM 175030032


2. Adesty Iriyas Kusuma NPM 165030065
3. Berliana Alvionita NPM 175030010
4. Indah Mien Maulida NPM 175030050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian ini
dengan sebaik-baiknya. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Selawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta
keluarga, para sahabat, serta para umatnya sampai akhir zaman.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Dr, Hj, Vismaia Damayanti
M.Pd. dan Aries Setia Nugraha M.Pd. selaku dosen Mata Kuliah Metode Penelitian
berkat bimbingan beliau kami bisa menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan yang membantu kami dalam menyusun makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyampaikan sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami menerima segala kritik juga saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-
besarnya apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini, sebab
kesempurnaan hanya milik Allah semata. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami untuk pembelajaran kedepannya.

Bandung, November 2019

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................3

C. Tujuan ..................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4

A. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................4

1. Pengunaan Kuesioner atau Angket ............................................................................. 5

2. Penggunaan Metode Interview atau wawancara ....................................................... 9

3. Penggunaan Metode Obeservasi .............................................................................. 12

4. Penggunaan Metode Dokumentasi .......................................................................... 17

B. Sumber Data ................................................................................................18

1. Sumber Data Kuantitatif ....................................................................................... 18

a. Populasi ................................................................................................................. 18

b. Sampel................................................................................................................... 19

c. Teknik Sampling..................................................................................................... 20

d. Menetukan Ukuran Sampel .................................................................................. 26

e. Contoh Menentukan Ukuran Sampel ................................................................... 27

f. Cara Mengambil Anggota Sampel.......................................................................... 27

2. Sumber Data Kualitatif .............................................................................................. 28

a. Populasi ................................................................................................................. 28

b.Sampel ................................................................................................................... 28

c.Teknik Sampling......................................................................................................29

iii
BAB PENUTUPAN .............................................................................................33

A. Simpulan ...........................................................................................................33

d. Saran ...............................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses pengumpulan data saat sedang mencari informasi sering kali
peneliti kesulitan dalam pengumpulan data, dikarenakan kurangnya
pengalaman dan pemahaman peneliti dalam hal mengumpulkan data.
Sehubungan dengan hal tersebut, Arikunto (2014, hlm.265) mengatakan
semakin kurangnya pengalaman pengumpulan data, semakin mudah
dipengaruhi oleh keinginan pribadinya, semakin condong bias data yang
terkumpul.

Menurut Sugiyono (2013, hlm.224), “Metode pengumpulan data


merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data”.

Jadi simpulan dari penjabaran diatas ialah jika seorang peneliti kurang
pengalaman dalam pengumpulan data, peneliti akan sangat mudah dipengaruhi
oleh keinginan pribadi dalam mengumpulkan data, sehingga data yang akan
dikumpulkan menjadi tidak akurat. Karena metode pengumpulan data adalah
langkah yang paling strategis dalam melakukan sebuah penelitian, sehingga
laporan yang peneliti susun dapat dibuktikan keasliannya dengan hasil data
yang dikumpulkan.

Dalam mengumpulkan data tidak mungkin peneliti tidak membutuhkan


seseorang atau beberapa orang untuk dijadikan sumber data. Peneliti
membutuhkan sumber data dari populasi ataupun sampel sebagai
keberlangsungan pengumpulan data yang nantinya akan dianalisi. Namun
populasi dan sampel tidak dipilih begitu saja. Pemilihan populasi dan sampel
yang peneliti pilih harus sesuai dengan masalah yang sedang dianalisi oleh.
Sukmadinata (2007, hlm.251), mengatakan “hal yang sangat menganggu dalam
pelaksanaan penelitian berkenan dengan masalah populasi dan sampel, adalah

1
karena adanya kesalahan dalam pemilihan dan penarikan sampel. Penelitian
yang banyak biasnya ataupun penyimpangannya bukan saja hasilnya tidak
punya arti tetapi juga membahayakan.

Narbuko dan Achmadi (2005, hlm.107), mengatakan “dalam hubungan


populasi dan sampel Prof. Sutrisno Hadi, MA, menjelaskan bahwa sampel atau
contoh (monster) adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan
penelitian. Supaya lebih objektif istilah individu sebaiknya diganti istilah objek
dan subjek sampel yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang
representatif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau
mencerminkan populasi secara maksimal tetapi walaupun mewakili sampel
bukan merupakan duplikat dari populasi.

Dapat disimpulkan bahwa populasi dan sampel sangat dibutukan dalam


proses pengumpulan data karena populasi dan sampel merupakan sumber data
bagi seorang peneliti yang sedang melakukan analisis. Namun populasi dan
sampel tersebut harus berkaitan dengan masalah yang ingin diteliti, agar hasil
penelitian tersebut akurat. Proses penelitian tersebut akan memiliki hasil yang
sesuai dengan data yang akan didapatkan dari pengambilan populasi dan sampel
tersebut.

Sehubungan dengan adanya makalah ini, tim penyusun mencoba


memahami dan mencari tahu lebih dalam mengenai teknik pengumpulan data
dan pengambilan sumber data, dimulai dengan memahami apa saja teknik
pengumpulan data yang dapat digunakan dalam mengumpulkan suatu data, dan
mencari sumber data pada sumber data populasi dan sumber data sampel.
Pengumpulan data dan sumber data sangat diperlukan bagi seorang atau
beberapa peniliti untuk memiliki data yang nantinya dapat memecahkan sebuah
masalah yang sedang dianalisis oleh peniliti tersebut.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara pengumpulkan data?
2. Apasajakah macam-macam teknik pengumpulan data ?
3. Bagaimanakah cara menentukan populasi dan sampel dalam penelitian
kuantitatif dan kualitatif ?
4. Apasajakah macam-macam sampel dalam penelitian?

C. Tujuan
1. Mengetahui cara pengumpulan data.
2. Mengetahui macam-macam teknik pengumpulan data.
3. Mengetahui cara menentukan populasi dan sampel dalam penelitian.
4. Mengetahui macam-macam sampel dalam penelitian.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Arikunto (2014, hlm. 265) mengatakan bahwa Menyusun
instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi
mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila peneliti
menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur
minat peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus
ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya
yaitu pengumpulan variabel yang tepat. Instrumen yang sifatnya masih umum,
misalnya pedoman wawancara dan pedoman pengamatan, masih mudah
diinterpretasikan (mungkin salah) oleh pengumpul data.
Menurut Sugiyono (2017, hlm. 193) menjelaskan bahwa terdapat dua hal
utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas
instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas pengumpulan
instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data.
Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan realibitasnya,
belum dapat menghasilkan data yang valid dan reabel, apabila instrumen
tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Bila dalam
penyusanan instrumennya salah, maka dalam pengumpulan data yang peneliti
akan lakukan akan berdampak negatif. Peneliti harus serius dalam menyusun
instrumen, begitupun dengan mengumpulkan data karena akan saling
berkesinambungan nantinya. Dalam mengumpulkan data peneliti harus
mempunyai keahlian yang cukup untuk melakukannya. Karena semakin
kurangnya pengalaman pengumpulan data, semakin mudah dipengaruhi oleh
keinginan pribadinya, semakin condong (bias) data yang terkumpul.

4
1. Pengunaan Kuesioner atau Angket
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuisioner sebagai metode
yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang
mempunyai banyak kebaikan sebagai isntrumen pengumpul data.
Menurut Narbuko dan Achmadi (2005, hlm. 76) mengatakan bahwa metode
kuisioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai
sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket
disebarkan kepada responden (orang-orang yang mejawab jadi yang diselidiki),
terutama pada penelitian survei.
Adapun tujuan dilakukan angket atau kuisioner ialah:
a. Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian
b. Memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak

Menurut Arikunto (2014, hlm.268) mengatakan bahwa kuesioner memang


baik, asal cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan
dalam penelitian. Sebelum kuesioner disusun, maka harus dilalui prosedur:

a. merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner;


b. mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan kuesioner;
c. menjabarkan dari setia variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan
tunggal; dan
d. menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan
teknik analisisnya.

Dengan melakukan prosedur di atas, pengerjaan kuisioner pun akan lebih


tersetruktur karena banyak hal yang harus diperhatikan agar nantinya kuisioner
yang dibuat tidak keluar dari konteks yang akan dibicarakan dan sesuai dengan
data yang dibutuhkan nantinya.

Adapun menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2017, hlm. 200)


mengatakan bahwa ada beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik
pengumpulan data yaitu: Prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik.

5
a. Prinsip penulisan angket
Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan, bahasa yang
digunakan mudah, pertanyaan tertutup tebuka-negatif positif, pertanyaan tidak
mendua, tidak menanyakan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.
1) Isi dan tujuan pertanyaan
Yang dimaksud di sini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan
bentuk pengukur atau bukan? Kalau berbentuk pengukur, maka dalam membuat
pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusun dalam skala pengukuran
dan jumlah itemnya mencukupi untuk menguku variabel yang diteliti.
2) Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuisioner (angket) harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya
resonden tidak dapat berbahasa Indonesia, maka angket jangan disusun dengan
bahasa Indonesia. Jadi, bahasa yang digunakan dalam angket harus
memperhatikan jenjang pendidikan responden, keaddan sosial dan budaya, dan
“frame of reference” dari responden.
3) Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup, dan bentuknya
dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Petanyaan terbuka adalah
pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya
berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Pertanyaan tertutup akan membantu
responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam
melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul.
Pertanyaan/penyataan dalam angket perlu dibuat kalimat positif dan negatif
agar responden dalam memberikan jawaban setiap pertanyaan lebih serius, dan
tidak mekanistis.
4) Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double-barreled)
sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.
5) Tidak menannyakan yang sudah lupa

6
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak
menannyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan
yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat.
6) Pertanyaan tidak mengiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban
yang baik saja atau ke yang jelek saja.
7) Panjang Pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan
menbuat jenuh responden dalam mengisi. Bila julah variabel banyak, sehingga
memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebutdinuat bervariasi
dalam penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara
mengisinya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah
antara 20 s/d 30 pertanyaan.
8) Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal
yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak. Hal
ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi
semangan responden untuk menjawab. Kalau pada awalnya sudah diberi
pertanyaan yang sulit, atau yang spesifik, maka responden akan patah semangat
untuk mengisi angket yang telah mereka terima. Urutan pertanyaan yang diacak
perlu dibuat bila tingkat kematangan responden terhadap masalah yang
ditanyakan sudah tinggi.
9) Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen
penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh
karena itu instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan
data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Supaya diperoleh data
penelitian yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen angket tersebut
diberikan pada responden, maka perlu diuji validitas dan reliabelitasnya terlebih

7
dulu. Instrumen yang tidak valid dan reliabel bila digunakan untuk
mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel pula.
10) Penampilan fisik angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data kan mempengaruhi
respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di
kertas buram, akan mendapat respon yang kudang menarik bagi responden, bila
dibandingkan angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna.
Tetapi angket yang dicetak di kertas yang bagus dan berwarna akan menjadi
mahal.
Biasanya dalam menjawab sebuah angket, bebrapa responden memilih
unutk tidak mencantumkan nama pada angket yang ia isi, angket yang tidak
diisi namanya itu biasanaya disebut dengan angket anonim.

Menurut Arikunto (2014, hlm. 269) mengatakan bahwa angket anonim


memang ada kebaikannya karena responden bebas mengemukakan pendapat.
Akan tetapi penggunaan angket anonim mempunyai beberapa kelemahan pula.
a. sukar ditelusuri apabila ada kekurangan pengisian yang disebabkan karena
responden kurang memahami maksud item;
b. tidak mungkin mengadakan analisis lebih lanjut apabila peneliti ingin
memecah kelompok berdasarkan karakteristik yang diperlukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Francis J. Di Vesta memberikan gambaran
hasil bahwa tidak ada perbedaan ketelitian jawaban yang diberikan oleh orang
dewasa, baik yang anonym maupun yang bernama. Faktor faktor yang
mempengaruhi perlu tidaknya angket diberi nama adalah.
a. tingkat kematangan responden;
b. tingkat subjektivitas item yang menyebabkan responden enggan
memberikan jawaban;
c. kemungkinan tentang banyaknya angket; dan
d. prosedur (teknik) yang akan diambil pada waktu menganalisis data.

8
Untuk memeroleh kuesioner dengan hasil mantap adalah dengan proses uji
coba. Sampel yang diambil untuk keperluan uji-coba haruslah sampel dari
populasi di mana sampel penelitian akan diambil. Dalam uji coba, responden
diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi kuesioner
yang diujicobakan itu. Situasi sewaktu uji coba dilaksanakan harus sama
dengan situasi kapan penelitian yang sesungguhnya dilaksanakan.
Salah satu kelemahan metode angket adalah bahwa angket sukar kembali.
Apabila demikian keadaannya maka peneliti sebaiknya mengirim surat kepada
responden yang isinya seolah-olah yakin bahwa sebenarnya sangketnya akan
diisi tetapi belum mempunyai waktu. Surat yang dikirim itu hanya sekadar
mengingatkan.

2. Penggunaan Metode Interview atau wawancara


Menurut Arikunto (2014, hlm. 270) mengemukakan di samping
memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dengan
metode interviu peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaannya.
Memberikan angket kepada responden dan menghendaki jawaban tertulis, lebih
mudah jika dibandingkan dengan mengorek jawaban responden dengan
bertatap muka.
Menurut Sugiyono (2017, hlm. 194) mengatakan bahwa wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan
melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.
Menurut Sukmadinata (2007, hlm. 216) mengemukakan bahwa wawancara
atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data
yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif
kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka
secara individual. Adakalanya juga wawancara dilakukan secara kelompok,
kalau memang tujuannya untuk menghimpun data dari kelompok seperti
wawancara dengan suatu keluarga, pengurus yayasan, pembina pramuka, dll.

9
Wawancara yang ditujukan untuk memperoleh data dari individu dilaksanakan
secara individual.
Menurut Narbuko dan Achmadi (2005, hlm. 83) mengatakan bahwa
wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka dengan
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah proses
tanya-jawab secara lisan antara dua orang atau lebih dan mendengarkan secara
langsung jawaban narasumber. Wawancara ini berguna untuk mengumpulkan
data atau informasi yang banyak digunakan untuk kepentingan penelitian.
Wawancara ini tidak hanya tanja-jawab antar individual tetapi adakalanya juga
wawancara dilakukan secara berkelompok sesuai dengan data atau informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian.
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara:
a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas
pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis
pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah
sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis interviu ini cocok untuk
penelitian kasus.
b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun
secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal
membutuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai.
Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk
“semistructured”. Dalam hal ini mula-mula interviewer menanyakan serentetan
pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam
mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh
bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.

10
Adapun jenis wawancara menurut Narbuko dan Achmadi (2005, hlm. 83)
sebagai berikut.
a. Menurut Prosedurnya
1) Wawancara Bebas
Wawancara bebas adalah proses wawancara dimana interviewer tidak
secara sengajja mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok persoalan dari
fokus penelitian dan interviewer (orang yang diwawancarai).
Dalam banyak hal wawancara bebas akan lebih mendekati pembicaraan bebas
atau free talk, sehingga menemukan kualitas wawancara. Karenannya
mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain:
a) Kualitas datanya rendah
b) Tak dapat digunakan untuk pengecekan secara mendalam
c) Memakan waktu terlalu lama
d) Hanya cocok untuk penelitian eksploratif
2) Wawancara Terpimpin
Wawancara ini juga disebut dengan interview guide. Kontralit interview
atau struktured interview, yaitu wawancara yang menggunakan panduan
pokok-pokok masalah yang diteliti.
3) Wawancara Bebas Terpimpin
Wawancara adalah kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Jadi
pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti,
selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengiku situasi
pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata
ia menyimpang. Pedoman interviu berfungsi sebagai pengendali jangan sampai
proses wawancara kehilangan arah.
b. Menurut Sasaran Penjawabannya
1) Wawancara Perorangan
Wawancara perorangan yaitu apabila proses tanya jawab tatap muka itu
ssecara langsunga antara pewawancara dengan seorang-seorang yang
diwawancarai. Cara ini akan mendapatkan data yang lebih intensif.

11
2) Wawancara Kelompok
Wawancara kelompok apabila proses interviu itu berlangsung sekaligus 2
orang pewawancara atau lebih mengahadapi 2 orang atau lebih yang
diwawancarai.
Wawancara kelompok sangat berguna sebagai alat pengumpulan data yang
sekaligus difungsikan sebagai check croos check. Wawancara kelompok juga
akan menjadi alat untuk memperoleh informasi yang luas dan lengkap tentang
hubungan sosial dan aksi reaksi pribadi dalam hubungan sosial.

3. Penggunaan Metode Obeservasi


Menurut Kelinger*) dalam Arikunto (2014, hlm. 265) mengatakan bahwa
mengobservasi adalah suatu istilah umum yang mempunyai arti semua bentuk
penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian,
menghitungnya, mengukurnya, dan mencatatnya. Metode observasi adalah
suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis,
dengan prosedur yang terstandar. Hampir semua metode mempunyai tujuan
untuk memperoleh ukuran tentang variabel. Kemudian tujuan yang pokok dari
observasi adalah ukuran mengadakan pengukuran terhadap variabel.
Menurut Narbuko dan Achmadi (2005, hlm. 70) mengatakan bahwa
pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan
mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
Menurut Arikunto (2014, hlm. 272) mengemukakan bahwa dalam
menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang
disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan
akan terjadi.
Menurut Sukmadinata (2007, hlm. 220) mengemukakan bahwa observasi
(observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

12
yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru
mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan,
personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb. Observasi dapat
dilakukan secara pastisipatif ataupun nonpartisipatif. Dalam observasi
partisipatif (participatory observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan
yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta
latihan. Dalam proses observasi nonpartisipatif (nonparticipatori observation)
pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati
kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.

Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2017, hlm. 203) mengemukakan


bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah suatu teknik
pengumpulan data dengan mengamati suatu kegiatan dan mencatat secara
sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Observasi merupakan suatu proses
yang kompleks dan tersusun, format yang disusun berisi item-item tentang
kejadian atau tingkah laku yang akan terjadi. Ketika seorang peneliti sedang
mengobservasi, peneliti mampu mendapatkan data-data yang akan diteliti.
Melakukan obeservasi dengan mencatat hal-hal mendasar hingga hal-hal
penting mampu melengkapi data yang dibutuhkan oleh seorang peneliti. Tidak
hanya itu, mengobservasi adalah hal penting yang dilakukan peneliti, karena
sumber data yang peneliti butuhkan bisa didapatkan apabila seorang peneliti
melakukan observasi.

Menurut Arikunto (2014, hlm. 272) mengemukakan bahwa dalam


menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang
disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan
akan terjadi.

13
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan
data yang lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observasion)
wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

Menurut Sugiyono (2017, hlm. 204) mengemukakan bahwa dari segi


proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi
participant observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation.

a. Observasi Berperanserta (Participant Observation)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang


yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan
oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi
partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

b. Observasi Nonpartisipan
Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan
aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartispan
peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Pengumpulan
data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang
mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna.
c. Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Jadi
observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang
variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti
menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan realibitasnya.
d. Observasi Tidak Terstruktur

14
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti
tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi
hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Menurut Arikunto (2014, hlm. 272) mengemukakan bahwa dalam


menentukan variabel yang diamati dan menyusun instrumen pengamatan ini,
peneliti harus ingat: semakin banyak objek diamati, pengamatan semakin sulit,
dan hasilnya tidak teliti.

Kadang-kadang penyusun instrumen memecah variabel tingkah laku yang


diharapkan timbul secara spesifik. Akibat yang sering timbul adalah adanya
kesulitan bagi pengamat untuk mengisi jika tingkah laku tersebut tidak muncul.
Dianjurkan disini bahwa penguraian tingkah laku memang harus spesifik dan
dengan contoh, tetapi contoh tersebut tidak dituliskan dalam format. Pedoman
pengisian perlu disusun untuk memperjelas pengamat. Dengan memahami
contoh, diharapkan para pengamat dapat mencari persamaan-persamaan
tingkah laku yang dimaksud.

Adapun alat-alat observasi menurut Narbuko dan Achmadi (2005, hlm. 73)
ssebagai berikut.

a. Anecdotal Record
Anecdotal record yang juga disebut daftar riwayat kelakuan adalah catatan-
catatan yang dibuat oleh peneliti mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang
dianggap penting oleh peneliti.
Dalam pelaksanaanya, pencatatan harus dilakukan secepat-cepatnya
seperti apa adanya baik oleh peneliti sendiri atau orang lain yang dipercayai.
Observasi semacam itu akan dapat memberikan gambaran yang lengkap
tentang obyek penelitian, tetapi memakan waktu lama.
b. Catatan Berkala

15
Dalam catatan ini; peneliti tidak mencatat macam-macam kejadian khusus,
melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu saja, oleh karena itu data yang
dicatat kurang lengkap dan banyak yang dilupakan oleh observer. Akibatnya
hasilnya kurang dapat dipercaya.
c. Check List
Check list yaitu suatu daftar yang berisi nama-nama subyek dan faktor-
faktor yang hendak diselidiki, yang bermaksud mensistematiskan catatan
observasi, alat ini lebih memungkinkan peneliti memperoleh yang data
meyakinkan di bidang yang lain. Sebab faktor-faktor yang akan diteliti sudah
dicatat dalam daftar isian, penelitian tinggal memberikan tanda (check) pada
belangko itu untuk tiap subyek yang diobervasi. Karena itu, lat itu lebih disukai
oleh peneliti.
d. Rating scale
Pencatatan dengan rating scale adalah mencatat gejala menurut tingkat-
tingkatnya, alat ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan
subyek menurut tingkatannya. Ia merupakan kriteria dan sumber data yang
penting dalam penelitian.
Pada umumnya rating sacle terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri
tingkah laku yang harus dicatar secara bertingkat, jadi hampir seperti check list,
tetapi faktor-faktor yang akan diobservasi disusun bertingkat menurut
kebutuhannya.
e. Mecanical Device
Mecanical device yaitu observasi yang menggunakan alat-alat mekanik
sebab lebih praktis dan efektif. Misalnya menggunakan foto keuntungan
menggunakan alat ini adalah :
a) Dapat diputar lagi sewaktu dibutuhkan
b) Dapat diputar lambat-lambat sehingga yakin untuk diteliti
c) Memberi sumbangan berharga kepada perancang penelitian
d) Melatih observer untuk berbuat cermat

16
4. Penggunaan Metode Dokumentasi
Menurut Sukmadinata (2007, hlm. 221) mengemukakan bahwa studi
documenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih
sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Kalau fokus penelitiannya berkenaan
dengan kebijakan pendidikan untuk pengembangan karakter bangsa, maka yang
dicari adalah dokumen-dokumen undang-undang, Kepres, PP, Kepmen,
kurikulum, pedoman-pedoman sampai dengan juklak dan juknis yang
sberkenaan dengan kebijakan pengembangannya karakter bangsa.
Menurut Arikunto (2014, hlm.274) mengatakan bahwa metode ini tidak
kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode dokumentasi, yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen. Metode ini tidak kalah penting dari metode
lain karena metode ini mencari data melalui dokumen berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya.
Dokumen-dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan sejarah kelahiran,
kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis
(diurai), dibandingkan, dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian
yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi documenter tidak sekadar
mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan
tentang sejumlah dokumen. Yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil
analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut, bukan dokumen-dokumen
mentah (dilaporkan tanpa analisis). Untuk bagian-bagian tertentu yang
dipandang kunci dapat disajikan dalam bentuk kutipan utuh, tetapi yang lainnya

17
disajikan pokok-pokoknya dalam rangkaian uraian hasil analisis kritis dari
peneliti.

B. Sumber Data
1. Sumber Data Kuantitatif
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2017, hlm. 297) mengatakan bahwa dalam penelitian
kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Arikunto (2014. hlm,273) mangatakan bahwa populasi adalah


keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen
yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.

Menurut Sukmadinata (2007. hlm,250) mengatakan bahwa dalam


penelitian populasi ini dibedakan antara populasi secara terukur dengan
populasi target atau “target population”. Populasi target adalah populasi yang
menjadi sasaran keberlakuan kesimpulan penelitian kita. Populasi terukur
adalah populasi yang secara real dijadikan dasar dalam penentuan sampel, dan
secara langsung menjadi lingkup sasaran keberlakuan kesimpulan.

Jadi dapat disimpulkan populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan
benda-bendaalam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi pula dibedakan menjadi dua
macam yaitu populasi terukur dan populasi target.

Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini


merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek
lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X juga
mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin

18
kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain; dan juga
mempunyai karakteristik obyek lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata
ruang kelas, lulusan yang dihasilkan dan lain-lain. Yang terakhir berarti
populasi dalam arti karakteristik.

Satu orang-pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu
mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi,
hobi, cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain. Misalnya akan melakukan
penelitian tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu
merupakan sampel dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y.

b. Sampel
Menurut Sugiyono (2017. hlm, 80) mengatakan sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari
sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif(mewakili).
Menurut Arikunto (2014. hlm, 174) mengatakan bahwa sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel
apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.
Menurut Sukmadinata (2007. hlm, 252) mengatakan bahwa pengambilan
sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan
perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian.
Sampel yang secara nyata akan diteliti harus refresentatif dalam arti mewakili
populasi baik dalam karakteristik maupun dalam jumlahnya.
Dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil yang dimiliki
oleh populasi tersebut yang dapat diberlakukan untuk populasi yang harus
benar-benar representatif(mewakili).

19
Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh
menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka
ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah,
maka ia akan menyimpulkan seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang
ekornya, maka ia menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah
kalau sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang
membuat kesimpulan salah tentang gajah.

c. Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2017. hlm, 80) mengatakan teknik sampling adalah
merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
1) Probability Sampling
Menurut Sugiyono (2017. hlm, 80) mengatakan probability sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik
ini meliputi, Simple random sampling, proportionate stratified random
sampling, disproportionate stratified random sampling, area (cluster) sampling
(sampling mneurut daerah).
a) Simple Random Sampling
Menurut Sugiyono (2017. hlm, 80) mengatatakan sederhana karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan
bila anggota populasi dianggap homogen.

Menurut Sukmadinata (2007. hlm, 255) mengatakan dalam pengambilan


acak sederhana (simple random sampling), seluruh individu yang menjadi
anggota populasi memiliki peluang yang sama dan bebas dipilih sebagai
anggota sampel. Setiap individu memiliki peluang yang sama untuk diambil
sebagai sampel, karean individu-individu tersebut memiliki karakteristik yang
sama. Setiap individu juga bebas dipilih karena pemilihan individu-individu

20
tersebut memiliki karakteristik yang sama. Setiap individu juga bebas dipilih
karena melihat individu-individu tersebut tidak akan mempengaruhi individu
lainnya.

Dapat disimpulkan dalam pengambilan acak sederhana (simple random


sampling) adalah pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak
yang memiliki peluang yang sama dan bebas dipilih sebagai anggota sampel.

Penentuan besarnya sampel dengan presentase seperti yang dahulu banyak


digunakan tampaknya kini sudah harus ditinggalkan. Agar diperoleh hasil
penilitian yang baik, diperlukan sampel yang baik pula, yakni betul-betul
mencerminkan populasi. Supaya perolehan sampel lebih akurat, diperlukan
rumus-rumus penentuan besarnya sampel, antara lain disebutkan sebagai
berikut.

1. Dengan rumus Jacob Cohen:

𝐿
N = 𝑓2 + 𝑢 + 1

Dengan keterangan:

N = ukuran sampel

𝑓 2 = effect size

u = banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian

L = fungsi power dari u, diperoleh dari tabel, t.s 1%

Power (p) = 0,95 dan effect size (𝑓 2 ) = 0,1

Harga L tabel dengan t.s 1% power 0,95 dan u = 5 adalah 19,76

Maka dengan rumus tersebut didapat:

19,76
N= + 5 + 1 = 203,6 dibulatkan menjadi 204.
0,1

2. dengan rumus berdasarkan proporsi, da nada dua rumus:

21
x2 𝑁𝑃 (1−𝑃)
a. 𝑆 = d2 (𝑁−1)+ 𝑥 2 𝑃(1−𝑃)

DI mana:

S = ukuran sampel

N = ukuran sampel

P = proporsi dalam populasi

D = ketelitian (error)

𝑥 2 = harga tabel chi-kuadrat untuk ∝ tertentu

𝑍
b. N = (𝑒 )2 (𝑃)(1 − 𝑃)

di mana:

N = ukuran sampel

Z = Standard score untuk ∝ yang dipiih

E = sampling error

P = proposi harus dalam populasi

Pembicaraan mengenai sampel ini akan lebih terpahami setelah pembaca


memperlajari berjeni-jenis sampel dari populasi yang tidak homogen.

b) Proportionate Stratified Random Sampling


Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai
pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai
itu berstarata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus s1= 45, s2=30, STM=800,
ST=900, SMEA=400, SD=300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi
strata pendidikan tersebut. Jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel
diberikan setelah bab ini.
c) Disproportionate Stratified

22
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proposional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu
mempunyai; 3 orang lulusan s3, 4 orang lulusan s2, 90 orang lulusan S1, 800
orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang
lulusan S2 itu diambil semuanya dari sampel. Karena dua kelompok ini telalu
kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
d) Cluster Sampling
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek
yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu
negara, provinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan
dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah
populasi yang telah ditetapkan.
Misalnya di Indonesia terdapat 30 provinsi, dan sampelnya akan
menggunakan 15 provinsi, maka pengambilan 15 provinsi itu dilakukan secara
random. Tetapi perlu diingat, karena provinsi-provinsi di indonesia itu berstrata
(tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified
random sampling.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-
orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.

2) Nonprobility Sampling
Menurut Sugiyono (2017. hlm, 80) mengatakan nonprobability sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Menurut Sukmadinata (2007. hlm, 255) mengatakan untuk tujuan-tujuan
penelitian tertentu dilakukan pengambilan sampel secara tidak acak, bukan
acak atau “non sampling” penelitian demikian dilakukan karena tidak
ditunjukkan untuk menarik kesimpulan umum atau generalisasi bagi populasi.

23
Dapat disimpulkan nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi
peluang atau pengambilan sampelnya tidak secara acak, penelitian ini tidak
ditunjukkan untuk menarik kesimpulan umum atau generalisasi bagi populasi.
1) Sampling Sistematis
Menurut Sugiyono (2017. hlm, 80) Sampling sistematis adalah teknik
pengambilan sampel berdasarkan urutan anggota populasi yang telah diberi
nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua
anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau
kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk
ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1,5,10,15,20, dan
seterusnya sampai 100.
Menurut Sukmadinata (2007. hlm, 257) mengatakan pengambilan sampel
acak sismatik hamper sama dengan sampel acak sederhana cara tersebut hanya
bisa dilakukan apabila sampelnya acak atau memiliki karakterisitik yang sama
setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk diambil angggota
sampel. Seluruh anggota populasi diberi nomor dari 1 sampai nomor terakhir.
Anggota sampel dipilih secara sistematis dengan menggunakan rentang
tertentu. Rentang ditentunkan berdasakan perhitungan jumlah populasi dibagi
jumlah sampel yang dibagikan.
Dapat disimpulkan sampling sistematis adalah pengambilan sampel
berdasarkan rentang tertentu yang telah diberi nomor urut.
a) Sampling Kuota
Menurut Sugiyono (2017. hlm, 80) mengatakan sampling kuota adalah
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh, akan
melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan
masyarakat dalam urusan ijin mendirikan bangunan. Jumlah sampel yang
ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500

24
orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum
memenuhi kuota yang ditentukan.
Menurut Arikunto (2014. hlm, 184) mengatakan bahwa dalam
mengumpulkan data, peneliti menghubungkan subjek yang memenuhi
prsyaratan, ciri-ciri, populasi, tanpa menghiraukan darimana asal subjek
tersebut (asal dalam populasi). Teknik sampling ini juga dilakukan tidak
mendasarkan diri pada strata atau daerah, tetapi mendasari diri pada jumlah
yang sudah ditentukan. Biasanya yang dihubungi adalah subjek yang mudh
ditemui, sehingga pengumpulan datanya mudah yang penting di perhatikan di
sini adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.
Dapat disimpulkan sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel
dari populasi yang mempunyai ciri-ciri populasi, tanpa menghiraukan darimana
asal subjek tersebut (asal dalam populasi).
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang
pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100
orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500
anggota sampel.
b) Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan,yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
c) Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel orang datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang
kondisi disuatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli
politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau
penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
d) Sampling Jenuh

25
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah sampling jenuh adalah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
e) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penetuan sampel, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dari dua orang inibelum merasa
lengkap terhadap data yang diberikan, maka penleiti mencari oranglain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang
sebelumnya.

d. Menetukan Ukuran Sampel


Menurut Sugiyono (2017. hlm, 80) mengatakan jumlah anggota sampel
sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan
100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu
sendiri. Jadi nila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan
diberlakukan untuk 1000 orang tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang
diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar
jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi
semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi,
maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam
penelitian? Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang
dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering
tergantung pada sumber dana, waktu dantenaga yang tersedia. Makin besar
tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang akan
diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin
besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data.

26
e. Contoh Menentukan Ukuran Sampel
Menurut Sugiyono (2017. hlm, 80) mengatakan akan dilakukan penelitian
untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah tertentu. Kelompok masyarakat terdiri 1000
orang, yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu
lulusan s1 = 50, sarjana muda = 300, SMK = 500, SMP = 100, SD = 50
(populasi berstrata). Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata.
Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan.dengan demikian masing-
maisng sampel untuk tingkat pendidikan harus proposional sesuai dengan
populasi. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk
kelompok s1= 14, sarjana muda=83, SMK=139, SMP=14, DAN SD=28.
S1 = 50/1000 X 258 = 13,90 = 12,9
SM = 300/1000 X 258 = 83,40 = 77,4
SMK = 500/1000 X 258 = 139,0 = 129
SMP = 100/1000 X 258 = 27,8 = 12,9
SD = 50/1000 X 258 = 13,91 = 12,9
JUMLAH= 258
Jadi jumlah sampelnya = 12,9 + 77,4 + 129 + 12,9 + 12,9 = 258. Jumlah yang
pecahan bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sampel menjadi 13 + 78 +
129 + 26 + 13 = 259.
Pada perhitungan yang menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya
dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya melebihi 259. Hal ini lebih aman
daripada kurang dari 258.

f. Cara Mengambil Anggota Sampel


Menurut Sugiyono (2017. hlm, 80) mengatakan di bagian depan bab ini
telah dikemukakan terdapat dua teknik sampling, yaitu probability sampling
dan nonprobabaility sampling. Probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara demikian sering

27
disebut dengan random random sampling, atau cara pengambilan sampel secara
acak.
Pengambilan sampel secara acak/random dapat dilakukan dengan bilangan
random, komputer, maupun dengan undian. Maka setiap anggota populasi
diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi.
Karena teknik pengambilan sampel adalah random, maka setiap anggota
populasi mempunyai peluang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Untuk contoh diatas peluang setiap anggota populasi = 1/1000. Dengan
demikian cara pengambilannya bila nomor satu telah diambil, maka perlu
dikembalikan lagi, kalau tidak dikembalikan peluangnya menjadi tidak sama
lagi. Mislanya nomor pertama tidak dikembalikan lagi maka peluang
berikutnya menjadi 1: (1000-1) = 1/999. Peluang akan semakin besar bila yang
telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang telah diambil keluar lagi, dianggap
tidak sah dan dikembalikan lagi.

2. Sumber Data Kualitatif


a. Populasi
Menurut Sugiyono (2017, hlm. 297) mengatakan bahwa penelitian
kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Sradley dinamakan
“social stuation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat
(place), pelaku (actors), dan aktibitas (activity) yang berinteraksi secara
sinergis.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi karena penelitian


kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan
hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke
tempat yang lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi
sosial pada kasus yang dipelajari

b.Sampel
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi
sebagai nara sumber, atau partisipan informan, teman dan guru dalam

28
penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel
statistik, tetapi sampel teoritis karena tujuan penelitian kualitatifadalah untuk
menghasilkan teori. Sampelndalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai
sampel kontruktif, karena dengan sumber data dari sampel itu dapat
dikontruksikan fenomena yang semula masih belum jelas.

Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu yang


dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan
wawancara kepada orang orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial
tersebut. penentuan sumber data pada orang yang akan diwawancarai
dilakukansecara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan
tertentu. Hasil penelitian tidak akan digeneralisasikan ke populasi. Karena,
pengambilan sampel tidak diambil secararandom. Hasil penelitian dengan
metode kualitatifhanya berlaku untuk kasus situasi sosial tersebut. hasil
penelitian tersebut dapat ditransferkan atau diterapkan ke situasi sosial lain,
apabila situasi sosial lain tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan
situasi sosial yang diteliti.

c. Teknik Sampeling
Menurut Sugiyono (2017. hlm, 300) mengatakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling,
dan snowball sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Sedangkan, snowball sampling adalah teknik pengambilan sumber data, yang
pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar.
Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa “naturalistic sampling is,
then, very different from convensional sampling. It is based on informational,
not statistical, considerations. Its purpose is to maximize information, not to
facilitate generalization”. Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif
(naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian
konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian penelitian

29
kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistic. Sampel yang dipilih berfungsi
untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.
Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985), dalam penelitian
naturalistik, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri-ciri
khusus sampel purposive, yaitu 1) emergent sampling design/sementara 2)
serial selection of sample units/menggelinding seperti bola salju (snow ball) 3)
continuous adjustment or ‘focusing’ of the sample/disesuaikan dengan
kebutuhan 4) selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh (Lincoln
dan Guba, 1985).
Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti
mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent
sampling design). Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang
dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya
berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu,
peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan
memberikan data lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang disebut sebagai
“serial selection of sample units” (Lincoln dan Guba, 1985), atau dalam kata-
kata Bogdan dan Biklen (1982) dinamakan “snowball sampling technique”.
Unit sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan terarahnya
fokus penelitian. Proses ini dinamakan Bodan dan Biklen (1982) sebagai
“continuous adjustment of ‘focusing’ of the sample”.
Dalam proses penentuan sampel seperti dijelaskan di atas, berapa besar
sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Seperti telah di kutip di atas, dalam
sampel purposive, besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi.
Seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985) bahwa “if the purpose is to
maxime information, then sampling is terminated when no new information is
forth-coming from newly sampled units; thus redundancy is the primary
criiterion”. Dalam hubungan ini S. Nasution (1988) menjelaskan bahwa
penentuan unit sampel (responden) dianggap te;ah memadai apabila telah
sampai kepada taraf “redundancy” (datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi

30
tidak memberikan informasi yang baru), artinya bahwa dengan menggunakan
sumber data selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan
informasi yang berarti.
Dalam proposal kualitatif, sampel sumber data yang dikemukakan masih
bersifat sementara. Namun demikian pembuat proposal perlu menyebutkan
siapa-siapa yang kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data. Misalnya
akan meneliti gaya belajar anak jenius, maka kemungkinan sampel sumber
datanya adalah orang-orang yang dianggap jenius, keluarga, guru yang
membimbing, serta kawan-kawan dekatnya, selanjutnya misalnya meneliti
tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka kemungkinan sampel sumber
datanya adalah pimpinan yang bersangkutan, bawahan, atasan, dan teman
sejawatnya, yang dianggap paling tahu tentang gaya kepemimpinan yang
diteliti.
Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2017. hlm, 303) mengatakan dengan
mengutip pendapat Spradley yaitu situasi social untuk sampel awal sangat
disarankan situasi social yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak
dominan lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel sebagai sumber data
atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga sesuatu itu bukan sekadar diketahui, tetapi juga dihayati.
2. mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti.
3. mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
4. mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”
sendiri. dan
5. mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti
sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
Seperti telah dikemukakan bahwa, perubahan sampel itu dihentikan,
manakala datanya sudah jenuh. Dari berbagai informan, baik yang lama
maupun yang baru, tidak memberikan data baru lagi. Bila pemilihan sampel

31
atau informan benar-benar jatuh pada subjek yang benar-benar menguasai
situasi social yang diteliti (objek), maka merupakan keuntungan bagi peneliti,
karena tidak memerlukan banyak sampel lagi, sehingga penelitian cepat selesai.
Jadi yang menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah “tuntas dan
kepastian” perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan
banyaknya sampel sumber data.
Contoh:
Seorang peneliti , ingin menemukan gaya belajar anak yang berbakat di
Sekolah Dasar. Berdasarkan hal tersebut maka langkah-langkah penentuan
sampel sumber data adalah sebagai berikut.
1. melakukan penjelajahan ke SD-SD untuk mencari adakah murid
berbakat. Penjelajahan dengan memilih kepala sekolah dan guru, serta
dokumen sebagai sumber data awal, untuk mengetahui ada tidaknya anak
berbakat pada SD yang dipimpinnya. (sampel sumber data dipilih kepala
sekolah, guru, dokumen).
2. setelah ada informasi dari kepala sekolah, guru dan dokumentasi nilai-
nilai pejalaran, selanjutnya dapat diketahui jumlah anak berbakat pada setiap
kelas, misalnya setiap kelas ditemukan ada dua murid yang berbakat. Dengan
demikian untuk satu SD ada 12 murid yang berbakat (2 x 6 kelas). Di sini
sampel sumber data kepala sekolah, guru, dan dokumentasi.
3. berdasarkan 12 murid tersebut, selanjutnya dapat diidentifikasikan nilai
rapor dari berbagai pelajaran, ranking di kelas, penghargaan yang telah
diperoleh, bakat spesifik yang dimiliki, latar belakang social dan ekonomi
keluarga dan orang tua murid (sumber data murid dan dokumentasi).
4. memulai melakukan penelitian terhadap murid-murid yang terpilih
tersebut dengan sampel sumber data murid yang bersangkutan dalam berbagai
aktivitasnya, guru-gurunya, orang tua dan teman-temannya, pengumpulan
dilakukan secara trianggulasi.

32
BAB III
PENUTUPAN

A. Simpulan
Pengumpulan data merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
melakukan penelitian, jika dalam pengumpulan data dan hasil tidak akurat maka
dapat dikatakan hasil penelitian itu tidak akurat pula, dan harus melakukan
penelitian ulang. Dalam menyusun proposal tidak hanya pengumpulan data saja
yang penting , ada populasi dan sampel juga dalam hal ini pula dalam
mengumpulkan atau menentukan populasi dan sampel peneliti tidak boleh
sembarangan dalam menentukan populasi dan sampel. Karena akan sangat
berpengaruh pada hasil pengumpulan data.

d. Saran
Tentunya makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, tetapi pembaca
kurang lebihnya akan sedikit mengetahui bagaimana cara mengumpulkan
data,dan cara mengambil sumber data. Tim peneliti berharap kepada pembaca
untuk menelaah makalah yang telah kami buat sebagaimana mestinya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono (2017) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta


Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu (2005) Metodologi Penelitian.Jakarta: PT Bumi
Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih (2007) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi (2014) Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Creswell, John (2017) Reaseacrh Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai