arah pandanganku. "Tidak ada." jawabku, tersenyum. "Pria itukah yang berhasil melengkungkan senyummu itu?" tanyanya lagi, mencurigai pemuda di seberang jalan. Aku menggeleng. "Jangan bermain api di belakangku!” bentaknya. Lalu kutatap kedua matanya dalam-dalam. “kamu tidak berubah..” “maksudmu?” “..masih sama seperti hari kematianku.” Badannya terhentak, wajahnya memucat, dan matanya melebar. Sama seperti saat ia melihatku setelah sebilah pisau menghunus dadaku hari itu.