Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ABNORMAL

WAWANCARA MENGENAI STRESS dan ADJUSTMENT

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Abnormal Semester Ganjil Tahun
Akademik 2016-2017

Dosen :
Hendro Prakoso, Drs., M.Si.

Oleh :
Cahya Fitriyani (10050014109)
Ken Kalangwan (10050014115)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2017
I. IDENTITAS

Nama : SSRAZ
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 4 Februari 1995
Suku Bangsa : Nias
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. K M, Kota M.

Nama Ayah : EZ
Usia Ayah : 50 Tahun
Suku Bangsa : Nias
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : TNI-AD
Alamat : Jl. K M, Kota M.

Nama Ibu : LM
Usia Ibu : 47 Tahun
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. K M, Kota M.

RIWAYAT PENDIDIKAN

NAMA INSTANSI TAHUN TEMPAT

TK KARTIKA X-43 2001-2007 BANDUNG

SD KARTIKA X2 2007-2010 BANDUNG

1
SMPN 13 2010-2013 BANDUNG

SMAN 22 2010-2013 BANDUNG

PRAJURIT & KOPRAL 2013-2014 MAGELANG


TARUNA

SERSAN TARUNA 2014-2015 MAGELANG

SERSAN MAYOR DUA 2015-2016 MAGELANG


TARUNA

II. STATUS PRAESENS

S memiliki tinggi badan sekitar 175 cm, serta berat badan sekitar 60kg, S terlihat
mempunyai tubuh yang proporsional. Saat pertama kali bertemu, S menggunakan
pakaian seragam TNI-AD, serta rambut di cepak rapi. Kami bertemu dengan S
terakhir pada tahun 2015. Kami melakukan wawancara melalui telepon. Saat
mengobrol volume suara S terdengar keras, dengan artikulasi yang jelas. S terdengar
ramah dan terbuka karena sesekali tertawa dan menjawab candaan yang diberikan
oleh kami, dan S menceritakan seluruh pengalamannya dengan jelas.

III. PENGALAMAN SUBJEK SELAMA PENDIDIKAN

Sejak awal, S memang menginginkan untuk menjadi TNI-AD karena sang


ayah juga merupakan TNI-AD. Dengan adanya keinginan dari diri sendiri, serta
dorongan dari keluarga, S akhirnya mengikuti sekolah TNI-AD. Pada tahun pertama,
S mengikuti seluruh kegiatan dengan adanya semangat karena keinginannya untuk
menjadi bagian dari TNI-AD. Pada saat orientasi selama 3 bulan S harus
menggunakan atribut seragam yang lengkap mulai dari petaka,chevron,name tag,
brevet, monogram, dan sabut. Apabila S tidak menggunakan salah satu atribut, S akan
dipanggil oleh senior untuk ditegur. Menurut S ketika masuk TNI-AD pola pikiran

2
S dari masyarakat biasa dirubah menjadi ke pikiran militer, menurut S semua pikiran
tentang hidup enak itu tidak ada di lingkungan militer. Pada tahun pertama adalah
masa jahiliyah dimana masa-masa menjadi junior, dan dibina oleh senior. Jadi apabila
satu orang melakukan kesalahan maka semua orang mendapatkan hukuman yang
sama. S pernah mengalami makan dari tempat sampah. Kegiatan sehari-harinya
seperti perkuliahan biasanya, yaitu pada pukul 04.00 S dibangunkan untuk melakukan
kegiatan rohani serta persiapan untuk berolahraga pagi, setelah itu S mengikuti
kegiatan perkuliahan seperti biasanya. Namun S jarang sekali memiliki waktu tidur
yang cukup, dikarenakan pada malam harinya terdapat kegiatan apel, dimana S harus
menunggu para seniornya terlebih dahulu untuk menuju barak masing-masing. Pada
tahun pertama juga S mendapatkan suatu komitmen yang harus dibangun oleh setiap
orangnya bahwa “jika tidak mau terbunuh, maka membunuh” serta dalam diri S
ditanamkan untuk menjadi abdi negara, dan untuk selalu membela negara. S
mengalami adanya kecemasan dikarenakan pada waktu tertentu terdapat kegiatan
yang bernama “KUMPUL” dimana S ditutup matanya, dan dibawa oleh pelatih
dimana adanya tindakan kekerasan seperti dipukul atau disetrum. Karena mata S
ditutup dan harus menerima seluruh perlakuan dari pelatihnya sehingga muncul
ketegangan dalam diri S. Terkadang pula S merasakan rasa lapar yang seringkali
dialami olehnya. Terkadang S merasa ingin menyerah karena merasa tidak kuat untuk
mengikuti seluruh kegiatannya, namun S bertekad untuk membanggakan
keluarganya, sehingga S selalu menerima seluruh perlakuan yang dirasanya itu sangat
menyiksa. Ketika S merasakan tegang, S selalu mengingat keluarganya di rumah
merupakan salah satu cara S untuk mengurangi ketegangan selama masa pendidikan
militer. Keluarga S juga sering memberikan nasehat kepada S, untuk selalu bersabar
dan berusaha, sehingga S memiliki kekuatan untuk melanjutkannya.

Pada tahun kedua, junior langsung berhubungan dengan senior. S lebih


mampu menyesuaikan diri saat mengikuti kegiatannya karena sudah mulai terbiasa
dengan kegiatan-kegiatan yang ia rasakan. Namun meskipun ia mampu menyesuaikan
diri lebih baik, kecemasan dalam dirinya belum juga hilang karena pada tahun kedua
tersebut, S mendapatkan kekerasan yang lebih berat dari tahun kedua, karen perlakuan
kekerasan tersebut menjadi lebih sering dan terkadang tanpa sebab yang jelas. Saat
rasa cemas itu kembali muncul, S kembali mengingat keluarganya dirumah sehingga
ia mampu menahan kecemasan yang ada pada dirinya.

3
Pada tahun ketiga, S menganggap bahwa tahun ketiga merupakan yang
terberat dari tahun-tahun sebelumnya. Dikarenakan karena akan menjadi senior,
sehingga yang turun langsung melakukan tindak kekerasan adalah para seniornya
yaitu para senior tahun ke 4. Pada tahun ini S merasa dibudakkan oleh para seniornya
karena ditekan untuk selalu mempersiapkan semua keperluan seniornya, mulai dari
pakaian, sampai makanan pun S membantu menyiapkannya sehingga S merasakan
tekanan yang sangat berat dan kelelahan yang dirasakannya pun jauh lebih
melelahkan dari sebelum-sebelumnya.

Pada tahun ke 4 S sudah menjadi senior, sehingga ia merasakan ketenangan


dan juga ia merasa senang melewati kegiatannya karena tidak mendapat tindak
kekerasan yang dirasakan pada tahun-tahun pertama. S melakuakn tindakan kekerasan
kepada adik tingkatnya, namun bukan didasari untuk membalas dendam tetapi karena
merupakan ketentuan untuk melatih adeik tingkatnya. Terkadang S hanya sekedar
memerintah adik tingkatnya untuk menyiapkan segala kebutuhannya saja. Namun
saat S dan teman-temannya melakukan tindak kekerasan, pelatihnya melihat hal
tersebut sehingga pada akhirnya ia dan teman-temannya dikeluarkan dari TNI-AD. S
merasa menyesal dengan perbuatan yang ia lakukan sampai-sampai harus dikeluarkan
dari TNI-AD.

IV. PROSES ADJUSTMENT

Proses Adjustment (Schneider, 1964) yang digunakan adalah Realistic, objective


attitude (mampu menerima kenyataan yang dihadapi secara wajar, mampu
menghindari, merespon situasi atau masalah secara rasional, tidak didasari oleh
prasangka buruk) misalnya ketika tahun pertama S menjalani kehidupan masa
pendidikan militer dikarenakan keadaan dan situasi yang seharusnya di hadapi oleh S,
kemudian ketika S dipukuli atau di setrum tidak banyak hal yang harus dilakukan
selain menerika kenyataan dan menjalani proses selama pendidikan di militer dan itu
sudah menjadi suatu resiko yang diambil oleh S dan S harus mampu menjalaninya,
serta hal yang membuat S bertahan adalah keluarga S.

4
V. COPING

Coping yang digunakan adalah Task Oriented dimana S mencoba memecahkan


masalah yang ia hadapi dan menghayati situasi. Jenis copingnya yaitu yang
berorientasi pada masalah yaitu Seeking Social Support, yaitu suatu cara untuk
mencari dukungan sosial dari orang lain misalnya menerima simpati dari orang lain,
serta meminta saran, baik dari keluarga maupun teman serupa nasehat dari
keluarganya untuk menghadapi masalahnya. Keluarganya memberi nasehat kepada S
bahwa S pasti mampu melewati semuanya dan yakin bahwa S akan sukses kelak.
Sehingga saat S merasakaan stress dan cemas dalam dirinya, S selalu mengingat
keluarganya dirumah sehingga S mampu menguatkan dirinya dengan membuat
keteguhan dalam hatinya bahwa S mampu melewati semuanya.

VII. KESIMPULAN

Jadi selama S menjalani masa pendidikan militer TNI-AD. S mampu


menyesuaikan diri dengan menggunakan proses Adjustment (Schneider, 1964) yang
digunakan adalah Realistic, objective attitude (mampu menerima kenyataan yang
dihadapi secara wajar, mampu menghindari, merespon situasi atau masalah secara
rasional, tidak didasari oleh prasangka buruk), dan ketika S dihadapkan dengan
kondisi yang membuat S cemas, S melakukan coping dengan coping yang digunakan
adalah Task Oriented dimana S mencoba memecahkan masalah yang ia hadapi dan
menghayati situasi. Jenis copingnya yaitu yang berorientasi pada masalah yaitu
Seeking Social Support, yaitu suatu cara untuk mencari dukungan sosial dari orang
lain misalnya menerima simpati dari orang lain. Sehingga selama menjalani masa
pendidikan militer S dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan dan S dapat
mengatasi stressnya tersebut dengan melakukan coping dengan baik.

5
VIII. FOTO

Anda mungkin juga menyukai