TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Kompartemen Korporasi Asosiasi
Praktisi Manajemen Resiko (ARMP), Lumumba Sirait, mengatakan bahwa
bank-bank umum perlu lebih ketat dalam mengelola resiko. Hal itu dilakukan untuk mencegah dan meredam potensi kasus penggelapan uang di Citibank terulang kembali.
“Kasus Malinda bisa digegah dengan manajemen resiko, khususnya
resiko di bidang operasional,” kata Lumumba di gedung Recapital pada Selasa 19 April 2011 sore tadi.
Menurut Lumumba, kasus penggelapan uang nasabah oleh karyawan
dapat dicegah seandainya bank menerapkan manajemen resiko dengan baik. Jikapun penggelapan terjadi bank akan lebih siap menangani permasalahan.
“Sebab manajemen resiko mendorong bank untuk menyusun skenario
mengatasi masalah,” katanya. Skenario yang dimaksud adalah prosedur tetap yang mengatur tentang tata cara penyelesaian masalah seandainya suatu kasus terjadi.
ARMP saat ini tengah mendorong setiap perusahaan di Indonesia untuk
menerapkan manajemen resiko. Menurut Ketua Umum ARMP, Ridwan Zachrie, baru sedikit perusahaan yang menerapkan menajemen resiko. “Sebab memang belum ada aturan yang mengharuskan. Baru bank saja yang harus,” kata Ridwan.
Sekretaris Jenderal ARMP, Deddy Jacobus, mengatakan manajemen
resiko tersebut meliputi pengelolaan resiko yang timbul baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Aspek internal terkait antara lain dengan kebijakan direksi dan kompetensi sumber daya manusia. Sedangkan aspek eksternal terkait dengan segala siituasi yang terjadi di yang berada di luar kendali perusahaan.