Pendahuluan
Pendahuluan
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia menjadi suatu alasan menjadikan segala hal yang
terjadi atau bentuk kebijakan, tindakan dan keputusan haruslah berdasar pada pancasila. Adapun
beberapa keputusan politik yang berpengaruh terhadap lahirnya Pancasila.
b. Panitia Sembilan (22 Juni 1945) Panitia yang beranggotakan sembilan orang ini berhasil
merumuskan naskah Rancangan Pembukaan UUD yang dikenal sebagai Piagam Jakarta
(Jakarta Charter). Adapun rumusan Pancasila yang termaktub dalam Piagam Jakarta:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksan dalam permusaywaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
c. Sidang BPUPKI II (10-16 Juli 1945) Untuk membahas hasil kerja panitia sembilan,
BPUPKI mengadakan sidang yang kedua dan menghasilkan beberapa keputusan, yang
meliputi: pertama, kesepakatan dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila seperti yang tertuang
dalam Piagam Jakarta. Kedua, negara Indonesia berbentuk negara Republik, hsail ini
merupakan kesepakatan 55 suara dari 64 orang yang hadir. Ketiga, kesepakatan mengengai
wilayah Indonesia yang meliputi wilayah Hindia Belanda, Timor Timur, sampai Malaka
(Hasil kesepakatan 39 suara). Dan yang terakhir, pembentukan tiga panitia kecil
sebagai: Panitia Perancang UUD, Panitia Ekonomi dan Keuangan, Panitia Pembela Tanah
Air.
d. Sidang PPKI (18 Agustus 1945) Dalam sejarah Pancasila, sidang PPKI yang dilakukan
sehari setelah Indonesia merdeka masih saja terjadi perubahan pada sila pertama yang
diusulkan oleh Muhammad Hatta. Sila pertama yang semula berbunyi ”Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, kemudian diubah menjadi
lebih ringkas, yaitu”Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sehingga Pancasila menjadi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara yang dijiwai dan
diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila yang tidak mungkin terlepas dari rasa
kekeluargaan.Dalam sebuah republik demokrasi, kontrak sosial atau perjanjian masyarakat ini
diwujudkan dalam sebuah pemilihan umum. Melalui pemilihan umum, rakyat dapat memilih
siapa yang menjadi wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi yang selanjutnya menentukan
bagaimana nasib suatu negara. .
II Pembahasan
Namun dalam berdemokrasi seringnya nilai pancasila itu diabaikan bahkan disalah artikan dalam
berkehidupan berbangsa.Seperti pada ilustrasi berikut ini dimana rasa persatuan Indonesia itu
hanya sebatas poin dalam pancasila.
Namun disamping itu pancasila tak seutuhnya dilanggar dalam pelaksaan demokrasi ada nilai
pancasila memang hidup didalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang memang secara utuh
dipertahankan.
Gambar pelantikan presiden jokowidodo yang sedang membacakan sumpah.
Pemilu adalah salah satu nilai nyata dalam perjalan kehidupan negara ini. Dan dimana
kerakyatan dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyaratan perwakilan.Dimana rakyat ikut
merasakan negara yang mendahulukan aspirasinya namun dalam permusyaratan dan perwakilan
oleh pilihan rakyat itu sendiri.
Kesimpulan
Dari data dan fakta-fakta diatas, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut
Pancasila sebagai asas negara adalah dimana pada pelaksaan demokrasi itu harus
menandakan bahwa pancasila sebagai dasar negara serta ideologi yang dipakai sebagai landasan
dalam berdirinya suatu bangsa indonesia. Nilai-nilai moral yang terkandung dalam demokrasi
Pancasila antara lain, yaitu :
Tanpa didasari dari nilai moral pancasila maka dalam asas demokrasi itu tidak akan pernah
berjalan dengan harapan dalam negara demokrasi. Pancasila sebagai dasar negara membawa
konsekuensi bahwa segala yang ada dalam negara tersebut haruslah taat dengan dasar
tersebut. Demi mewujudkan masyarakat pancasila yang berdasarkan nilai-nilai luhur,
dibutuhkan suatu hubungan yang serosi antara pengambilan pancasila dengan kewajiban
mentaati UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis negara Indonesia.