Anda di halaman 1dari 33

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIK

BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM

PASAL 1
SEGI LINGKUP PEKERJAAN

Uraian dalam rencana kerja dan syarat – syarat ini menyangkut segi lingkup Kegiatan Pembangunan
Jalan/ Jembatan Lokasi Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan, Badan Pengelola Perbatasan Daerah
Kabupaten Nunukan.

PASAL 2
PEMBERITAHUAN TUGAS DIREKSI

1. Direksi terdiri dari :


 Unsur Pemegang Mata Anggaran.
 Unsur Teknis yang ditunjuk oleh Pemegang Mata Anggaran.
 Badan Hukum yang ditunjuk oleh Pemegang Mata Anggaran.
2. Direksi akan menempatkan seorang pengawas di lapangan untuk memberikan pengarahan atas
petunjuk dari direksi atas pekerjaan kontraktor sehari-hari sesuai uraian dan syarat-syarat pekerjaan.
3. Kontraktor adalah suatu badan hukum yang diserahi pelaksanaan pekerjaan yang seperti diuraikan
dalam uraian ini.

PASAL 3
ASPEK ASPEK KEGIATAN

1. Aspek Keselamatan Kerja


Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan harus memperhatikan ketentuan perundangan dan
peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan bertanggung jawab atas keselamatn kerja di
lapangan. Program ini harus dilaksanakan dan disampaikan kepada Direksi Pekerjaan.
2. Aspek Lingkungan
Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan sebelum melaksanakan kegiatan fisik di lapangan,
harus membuat program pengelolaan dampak lingkungan yang terjadi akibat pelaksanaan kegiatan
dengan mengacu pada Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) atau Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL), bila tidak ada maka penyedia jasa harus menyiapkan manual/prosedur
pengelolaan dampak lingkungan. Program ini harus dilaksanakan dan mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan.
3. Aspek Administrasi
Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan harus memiliki prosedur dan tata cara administrasi
yang baku dalam bentuk surat menyurat, surat pengumuman, surat undangan dan surat-surat lainnya
untuk menunjang seluruh kegiatan pekerjaan.
Seluruh dokumen pekerjaan mulai dari pekerjaan persiapan, pelaksanaan, pengawasan, serah terima,
dan pemeliharaan harus didokumentasikan secara sistematis sesuai dengan kelompok pekerjaan,
urutan waktu, atau kategori lain yang dianggap penting.
4. Aspek Ekonomis
SDM yang digunakan harus secara efektif dapat memenuhi kebutuhan jadwal dan kualitas pekerjaan.
Jumlah dan jenis peralatan pendukung pekerjaan harus diperhitungkan dengan seksama sesuai jadwal
pekerjaan terutama bila peralatan tersebut diadakan dengan sewa. Pengadaan bahan/material harus
sesuai spesifikasi serta dalam penyimpanan harus memperhatikan mutu supaya tetap terjaga dan
diupayakan efektif sesuai pekerjaan yang dijadwalkan.
5. Aspek Kelancaran dan Keselamatan Lalu Lintas
Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan harus menjamin kelancaran dan keselamatan lalu
lintas selama pelaksanaan pekerjaan. Untuk mewujudkan hal ini, Penyedia Jasa harus memastikan
dan berkewajiban untuk melaksanakan pekerjaan sesuai manual pengelolaan lalu-lintas selama
pekerjaan.
6. Aspek Sosial dan Budaya
Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan berkewajiban memperhatikan kondisi sosial dan
budaya masyarakat, dengan mengacu hasil Dokumen RKL dan UKL yang merupakan hasil kajian
Lingkungan.

PASAL 3
JADWAL PELAKSANAAN

1. Penyedia Jasa harus membuat Jadwal Kemajuan Pekerjaan /Keuangan dalam bentuk diagram balok
horisontal dan dilengkapi kurva yang menggambarkan seluruh kemajuan pekerjaan dengan
karakteristik berikut :
(1) Setiap jenis Mata Pembayaran atau kegiatan dari kelompok Mata Pembayaran yang
berkaitan, harus digambarkan dalam diagram balok yang terpisah, dan harus dibentuk sesuai
dengan urutan dari masing-masing kegiatan pekerjaan
(2) Skala waktu dalam arah horisontal harus dinyatakan berdasarkan satuan bulan atau sesuai
dengan kebutuhan Proyek yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(3) Setiap diagram balok horisontal harus mempunyai ruangan untuk mencatat kemajuan aktual
dari setiap pekerjaan dibandingkan dengan kemajuan rencana.
(4) Skala dan format dari Jadwal Kemajuan Keuangan harus sedemikian rupa hingga tersedia
ruangan untuk pencatatan, revisi dan pemutakhiran mendatang. Ukuran lembar kertas
minimum adalah A3.
2. Jika diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan Analisa Jaringan
yang menunjukkan awal dan akhir setiap tanggal mulainya suatu kegiatan, sehingga dapat
diperoleh suatu jadwal jalur kritis (critical path schedule) dan dapat diperoleh jadwal untuk
menentukan jenis-jenis pekerjaan yang kritis dalam seluruh jadwal pelaksanaan.

3. Dalam hal terjadinya keterlambatan progres phisik oleh Penyedia Jasa, maka prosedur ini harus
diikuti dalam mengambil keputusan :
a. Jika terjadinya keterlambatan progres fisik antara 5% - 10%, maka Rapat Pembuktian
Keterlambatan akan dilaksanakan antara Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis (SE/ Supervision
Engineer) dan Penyedia Jasa.
b. Jika terjadinya keterlambatan progres fisik antara 10% - 15%, maka rapat pembuktian
keterlambatan akan dilaksanakan antara Pejabat Eselon II pada pemerintah Pusat atau Daerah
yang memiliki kewenangan pembinaan jalan, Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis, dan
Penyedia Jasa.
c. Jika terjadinya keterlambatan progres fisik pada periode I (rencana fisik 0% - 70%) lebih
besar dari 15% dan pada periode II (rencana fisik 70% - 100%) lebih dari 10 % mengacu pada
syarat-syarat umum kontrak pasal 33 (Kontrak Kritis)
4. Semua kegiatan Rapat Pembuktian Keterlambatan harus dibuat dalam Berita Acara Rapat
Pembuktian Keterlambatan yang ditandatangani oleh Pemimpin dari masing-masing pihak sebagai
catatan untuk membuat persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan berikutnya.

PASAL 4
KUASA PENANGGUNG JAWAB DI LAPANGAN

1. Kontraktor harus menguasai dan memimpin pekerjaan dengan menggunakan kecakapan dan
perhatian sepenuhnya. Harus semata mata bertanggung jawab untuk semua alat alat konstruksi, cara
cara teknik, urutan dan prosedur serta mengkordinasikan semua bagian pekerjaan yang tercantum di
dalam Rencana Kerja dan Syarat syarat.
2. Bertanggung jawab secara penuh dan mengikuti arahan/ petunjuk teknis dari penanggung jawab
pelaksana proyek.
3. Kontraktor harus mempelajari dan mendalami semua isi gambar dan bestek yang ada, sehingga tidak
terjadi kesalahan konstruksi dalam pelaksanaan di lapangan.
4. Kontraktor kerja harus mengikuti segala tata cara pelaksanaan proyek yang ditentukan oleh
penanggung jawab pelaksana proyek termasuk prosedur administrasi proyek.
5. Kontraktor berkewajiban melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Dokumen Kontrak
secara sungguh-sungguh dengan penuh pebhatian dan teliti.
6. Kontraktor harus menyediakan alat-alat yang diperlukaan sesuai dengan kebutuhannya, serta dalam
kondisi yang baik. Menyediakan tenaga kerja yang ahli dan cakap serta menunjuk seorang wakil
yang harus selalu berada di tempat untuk mempertanggungjawabkan pekerjaannya.
7. Kontraktor harus menjaga kesejahteraan dan keselamatan pegawainya selama masa pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
8. Apabila dalam pelaksanaan ada yang kurang jelas segera konsultasikan dengan pengawas.

PASAL 5
STANDAR RUJUKAN

Standar rujukan yang diacu dalam spesifikasi ini adalah SNI (Standar Nasional Indonesia), Pedoman atau
Petunjuk Teknis. Standar dari Badan-badan dan Organisasi lain dapat digunakan atas persetujuan Direksi
Pekerjaan, seperti :
AASHTO : American Association of State Highway and Transportation Officials
ACI : American Concrete Institute
AISC : American Institute of Steel Construction
ANSI : American National Standard Institute
ASTM : American Society of Testi
PASAL 6
GAMBAR-GAMBAR DAN UKURAN

1. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan menurut bestek dan gambar serta risalah pekerjaan.
2. Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah :
(a) Gambar yang termasuk dalam dokumen lelang.
(b) Gambar perubahan yang disetujui pengawas.
(c) Gambar lain yang disediakan dan disetujui pengawas.
3. Gambar-gambar pelaksanaan (Shop Drawing) dan detailnya harus mendapat persetujuan dan
pengawas sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
4. Kontraktor harus menyediakan 1 (satu) set gambar-gambar lengkap di tempat pekerjaan untuk dipakai
dalam pelaksanaan.
5. Jika terdapat perbedaan dalam spesifikasi standar, maka yang benar dan berlaku adalah yang
ditetapkan dan oleh direksi/pengawas.
6. Dalam pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus meneliti gambar dan bestek, apabila dalam
pelaksanaan terdapat kekeliruan, maka pengawas berhak menghentikan dan membongkar pekerjaan
tersebut.
7. Sebelum pekerjaan pemeriksaan lapangan dimulai, Penyedia Jasa harus mempelajari gambar asli
untuk dikonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan, dan harus memastikan dan memperbaiki setiap
kesalahan atau perbedaan yang terjadi, terutama yang berhubungan dengan lebar jalan lama, lokasi
setiap pelebaran perkerasan, struktur jembatan dan struktur drainase. Penyedia Jasa dan Direksi
Pekerjaan harus mencapai kesepakatan dalam menentukan ketepatan setiap perubahan yang dibuat
dalam gambar.

PASAL 7
PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Kontraktor harus melaksanakan, menyelesaikan dan memelihara pekerjaan sesuai dengan


persyaratan yang tercantum dalam Dokumen Kontrak sehingga memuaskan / disetujui Pengawas dan
harus melaksanakan perintah-perintah tertulis dari Pengawas tentang segala sesuatu yang langsung
berhubungan dengan pekerjaan.
2. Kontraktor harus menunjuk seorang pelaksana sebagai wakil kontraktor di lapangan yang menjadi
penanggung jawab lapangan selama pelaksanaan pekerjaan sampai dengan selesainya masa
pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.
3. Pelaksana harus mempunyai kekuasaan penuh untuk bertindak sebagai kontraktor dalam memenuhi
kewajiban menurut kontrak dan harus berada terus menerus di tempat pekerjaan serta harus
memberikan seluruh waktunya untuk melaksanakan pekerjaan. Penetapan pelaksana tersebut harus
mendapat persetujuan tertulis dari pengawas.
4. Persetujuan tertulis tersebut sewaktu-waktu dapat ditarik kembali oleh pengawas, jika Surat
Persetujuan dimaksud ayat 2 ditarik kembali oleh pengawas, maka kontraktor harus mengganti
dengan pelaksana lain yang disetujui oleh pengawas.
5. Pelaksana yang diberi kuasa harus bertindak untuk dan atas nama kontraktor untuk menerima
petunjuk-petunjuk dan perintah-perintah pengawas.
6. Kontraktor dalam rangka pelaksanaan dan pemeliharaan pekerjaan harus mengerjakan tenaga-tenaga
teknis, pelaksana, mandor, kepala tukang, yang terampil dan berpengalaman dalam tugasnya masing-
masing maupun untuk melakukan pelaksanaan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya.
7. Pengawas berwenang menolak tenaga calon tenaga lapangan atau memerintahkan untuk mengganti
tenaga lapangan yang dianggap tidak mampu melaksanakan tugas.
8. Tenaga lapangan yang ditolak harus segera diganti oleh kontraktor dengan tenaga lapangan baru yang
disetujui oleh pengawas.
9. Untuk menjaga kemungkinan diperlukan hubungan diluar jam kerja, maka kontraktor wajib
memberikan alamat rumah yang tetap, dalam arti tidak berpindah-pindah.

PASAL 8
PENJAGAAN

1. Kontraktor harus melakukan penjagaan, untuk pengamanan barang-barang bangunan serta halaman
pekerjaan baik selamanya maupun pada waktu yang tertentu ataupun pada waktu pelaksanaan
pekerjaan, hal ini berlaku pula bagi barang-barang pihak ketiga dan pihak Direksi.
2. Barang-barang dan bahan bangunan yang hilang, baik yang belum maupun yang sudah disetujui oleh
direksi tetap menjadi tanggung jawab pemborong dan tidak diperkenankan untuk diperhitungkan
sebagai biaya tambahan.

PASAL 9
LAPORAN HARIAN DAN MINGGUAN

1. Pemborong diwajibkan membuat Laporan Harian / Mingguan dimana dituliskan Tenaga kerja, alat-
alat tukang, jumlah bahan yang didatangkan dan kemajuan pekerjaan, serta keadaan cuaca dilokasi.
2. Segala laporan atau catatan tersebut dibuat berbentuk buku harian rangkap 4 (empat) diisi pada
formulir yang telah disetujui Direksi dan harus selalu berada ditempat pekerjaan.
3. Laporan tersebut diperiksa oleh Pengawas Lapangan yang dibuat dalam rangkap 4 (empat) asli untuk
Direksi dan lainnya untuk Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pengawas dan Kontraktor
sebagai arsip.

PASAL 10
TUNTUTAN PIHAK KETIGA

Kontraktor harus membebaskan Pemilik, PPTK / Direksi dan Pengawas terhadap tuntutan pihak ketiga
karena kecelakaan, kerusakan, kerugian yang timbul sebagai akibat pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 11
KEPATUHAN TERHADAP PERUNDANG-UNDANGAN

1. Kontraktor harus memperhatikan serta membayar biaya yang diwajibkan oleh Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, atau peraturan dari Instansi lain yang sehubungan dengan
pelaksanaan pelerjaan atau pelaksanaan pekerjaan penunjangnya, kontraktor juga harus
memperhatikan peraturan hukum yang berkaitan dengan gangguan atas hak atau harta lain selama
pelaksanaan pekerjaan atau pekerjaan penunjangnya.
2. Kontraktor dalam segala hal harus mentaati Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Daerah atau Peraturan Instansi lainnya yang berwenang dan berkaitan dengan pekerjaan atau
pekerjaan penunjangnya. Disamping itu Kontraktor wajib membebaskan pemilik dari semua hukum
dan denda akibat pelanggaran Undang-Undang, Peraturan dan Keputusan atau Peraturan Daerah
tersebut.
3. Suatu proses pengadilan yang mungkin timbul akibat pelanggaran hukum sebagaimana ditentukan
dalaam ayat 1 dan 2 harus diselesaikan di pengadilan.
PASAL 12
KESELAMATAN KERJA

1. Atas persetujuan pengawas :


(a). Kontraktor wajib mempersiapkan pengamanan yang diperlukan untuk melindungi keselamatan
para pekerja di tempat pekerjaan.
(b). Kontraktor wajib menyediakan tempat tinggal sementara bagi pekerja yang menginap di tempat
pekerjaan dan menyediakan sarana pengobatan serta kelengkapan pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) sesuai ketentuan yang disebut dalam Dokumen Kontrak.
(c). Jika sifat atau macam pekerjaan dapat mengakibatkan bahaya, kontraktor wajib menyediakan
pengamanan yang diperlukan untuk melindungi pekerja terhadap bahaya tersebut dan
mempersiapkan pertolongan pertama untuk penyelamatan.
2. Kontraktor harus mengadakan usaha-usaha untuk menjamin keselamatan, kesehatan dan keamanan
para pekerja sesuai ketentuan yang berlaku dan memenuhi peraturan tentang Asuransi Sosial Tenaga
Kerja (ASTEK).
3. Apabila kontraktor tidak memenuhi kewajiban seperti butir (2) tersebut diatas, maka pemilik proyek /
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) akan melaksanakan sendiri kewajiban Kontraktor tersebut
dengan biaya ditanggung oleh kontraktor dan pembayaran atas biaya tersebut dapat diperhitungkan
pada tagihan / pembayaran yang menjadi hak kontraktor.

PASAL 13
KECELAKAAN ATAU KERUGIAN YANG MENIMPA PEKERJA

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) / Direksi tidak bertanggung jawab atau bertalian dengan
setiap kerugian atau ganti rugi yang sah yang harus dibayar sebagai konsekwensi dari setiap kecelakaan
atau kerugian yang menimpa setiap pekerja atau orang lain yang dipekerjakan oleh kontraktor. Kontraktor
akan memberikan ganti rugi dan akan membebaskan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) / Direksi
dari setiap tuntutan.

PASAL 14
TENAGA KERJA KONTRAKTOR

1. Kontraktor harus mengusahakan sendiri perlengkapan tenaga kerja sesuai dengan peraturan
perundang–undangan ketenagakerjaan yang berlaku, yang mengatur antara lain transportasi,
perumahan, pengupahan, jaminan kesejahteraan, kecuali apabila didalam kontrak ditentukan lain.
Kontraktor tidak boleh mempekerjakan Tenaga Proyek maupun Direksi kecuali apabila dalam
kontrak ditentukan lain.
2. Kontraktor harus menyediakan air bersih yang cukup dilapangan untuk keperluan kontraktor sendiri.
3. Kontraktor didalam semua perjanjian dengan para pekerjanya harus menghormati semua persyaratan
resmi, hari libur, hari besar dan hari penting lainnya sesuai dengan adat istiadat setempat.
4. Dalam hal terjadi pemberhentian pekerjaan, yang disebabkan oleh wabah penyakit atau serangan
penyakit menular, maka kontraktor harus mentaati dan melaksanakan peraturan dan tindakan–
tindakan lainya yang diperintahkan oleh pejabat kesehatan, atau pejabat kebersihan guna mengatasi
wabah atau serangan penyakit menular tersebut.
5. Setiap kontraktor harus mengambil tindakan penerbitan yang dapat dipertangung- jawabkan secara
hukum yang perlu untuk mencegah perbuatan yang melanggar hukum yang diakibatkan oleh para
pegawainya atau melindungi orang maupun harta benda yang berada disekitar lokasi pekerjaan.
6. Dalam pengadaan tenaga kerja, Kontraktor harus mengutamakan tenaga kerja setempat, untuk tujuan
pemerataan Kesempatan Kerja, meskipun harus tetap memperhatikan syarat-syarat keterampilan dan
kemampuan sesuai dengan petujuk pengawas.

PASAL 15
MUTU BAHAN, HASIL KERJA DAN PENGUJIAN

1. Semua bahan dari hasil kerja harus mengikuti uraian dan ketentuan didalam dokumen kontrak dan
sesuai dengan perintah pengawas setiap saat dapat diuji ditempat pembuatan atau pabrik / di lapangan
maupun juga atas perintah pengawas.
2. Apabila diperlukan, kontraktor harus membantu menyediakan peralatan, mesin-mesin, tenaga kerja
dan bahan–bahan yang biasanya diperlukan untuk pemeriksaan, pengukuran dan pengujian setiap
pekerjaan beserta komposisinya, mutu, berat/kuantitas dari bahan yang digunakan. Kontraktor harus
menyediakan contoh bahan uji yang dipilih dan diminta oleh pengawas, untuk diuji sebelum
digunakan dalam pekerjaan.

PASAL 16
PEMINDAHAN BARANG BONGKARAN DAN
BAHAN YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT

1. Selama pekerjaan berlangsung, pengawas mempunyai wewenang untuk setiap waktu memerintah
kontraktor secara tertulis.
(a). Mengeluarkan dari lapangan semua bahan yang menurut pendapat pengawas tidak sesuai
dengan dokumen dalam jangka waktu yang ditentukan dalam perintah tersebut.
(b). Menganti bahan yang tidak memenuhi persyaratan.
(c). Mengeluarkan dan melaksanakan kembali pekerjaan tersebut sebagaimana seharusnya
dilakukan, meskipun telah diuji sebelumnya atau dibayar yang menurut pendapat pengawas,
bahan, dan hasil pekerjaan tersebut yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak.
2. Dalam hal Kontraktor lalai melaksanakan perintah tersebut pada butir 1, Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK) berhak meminta pihak ketiga untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dan semua
biaya yang diperlukan dapat dipotong dari tagihan kontraktor.

PASAL 17
PENUNDAAN PEKERJAAN

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dibebaskan dari semua tuntutan ganti rugi oleh kontraktor
akibat penundaan pekerjaan yang diperintahkan oleh Pengawas / Direksi / Pemimpin.

PASAL 18
PENGUTAMAAN JASA DAN PRODUKSI DALAM NEGERI

Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, untuk pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan,
kontraktor harus mengutamakan jasa dan produksi dalam Negeri, meskipun tetap harus memperhatikan
mutu bahan dan jasa yang bersangkutan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Pengawas/Direksi.
PASAL 19
PENYERAHAN LAPANGAN

1. Dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditandatanganinya kontrak, Pemimpin
Proyek menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Setelah diterbitakan SPMK, maka
Pemimpin Proyek dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari menyerahkan lapangan kepada
kontraktor dengan penerbitan Surat Penyerahan Lapangan (SPL). Kontraktor harus memulai
pekerjaan di lapangan setelah diterbitkan Surat Penyerahan Lapangan, dikhususkan bagi
pembangunan baru.
2. Setelah kontraktor menandatangani kontrak dan menerima SPMK, kontraktor tersebut segera
menghubungi Pengawas / Direksi untuk memulai pekerjaannya di lapangan.

PASAL 21
WAKTU PENYELESAIAN

Kontraktor harus menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sesuai yang ditetapkan dalam kontrak
dihitung dari tanggal dikeluarkannya SPMK / ditandatangani kontrak atau harus diselesaikan dalam
jangka waktu yang disetujui untuk diperpanjang.

PASAL 22
PERPANJANGAN WAKTU UNTUK PENYELESAIAN

1. Apabila jumlah pekerjaan bertambah atau keadaan-keadaan yang sifatnya khusus yang mungkin
terjadi, sehingga dipandang wajar oleh kontraktor harus mempertimbangkan untuk selanjutnya
menetapkan jumlah perpanjangan waktu tersebut.
2. Pengawas tidak terikat untuk mempertimbangkan suatu pekerjaan tambah atau keadaan–keadaan
yang sifatnya khusus, kecuali apabila kontraktor dalam kontrak sesudah pekerjaan tambah tersebut
dimulai atau keadaan yang khusus tersebut timbul, telah mengirimkan kepada pengawas suatu
permohonan tertulis disertai keterangan-keterangan terinci dan lengkap agar permohonan tersebut
dapat diselidiki dalam waktu yang singkat.

PASAL 23
VOLUME PEKERJAAN DAN HARGA SATUAN

Kontrak didasarkan atas Sistem Harga Tetap (Fixed Price) dan volume pekerjaan yang tercantum dalam
daftar rincian biaya pekerjaan harus dianggap sebagai pedoman dalam mengajukan harga penawaran tetap
dan juga menggunakan harga satuan yang tetap.

PASAL 24
PERBAIKAN-PERBAIKAN MENDESAK

1. Bila terjadi kerusakan terhadap pekerjaan atau bagian pekerjaan dan karena kegagalan atau peristiwa
lain, baik selama pelaksanaan maupun masa pemeliharaan, pengawas segera memerintahkan hal
tersebut secara tertulis kepada kontraktor dan memerintahkan kontraktor untuk melaksanakan
perbaikan.
2. Bila kontraktor tidak bersedia untuk segera melaksanakan perbaikan tersebut pada ayat 1 maka
pengawas dapat menugaskan dan membayar pihak ketiga untuk melakukan perbaikan tersebut atas
beban dan tanggung jawab kontraktor.
PASAL 25
PEMBERSIHAN DAN PERAPIHAN LAPANGAN KERJA

1. Pada saat penyelesaian pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan dan menyingkirkan dari lapangan
kerja semua peralatan konstruksi, sisa bahan dan sampah dan segala macam pekerjaan penunjangnya
dan kontraktor harus meninggalkan seluruh lapangan kerja dan pekerjaan dalam keadaan bersih dan
rapih sehingga dapat diterima oleh pengawas.
2. Bangunan Kantor (Direksi Keet) untuk Direksi / Pengawas Lapangan, setelah proyek selesai harus
diserahkan kepada pemilik, kecuali ditetapkan lain dalam Dokumen Kontrak.

PASAL 26
PENILAIAN KEMAJUAN PEKERJAAN

1. Penilaian kemajuan pekerjaan dilakukan setiap bulan oleh pengawas.


2. Pengawas memastikan dan menentukan prestasi proyek dengan jalan pemeriksaan yang dilaksanakan
sesuai dengan kontrak.
3. Apabila pengawas akan melakukan pemeriksaan, maka pengawas memberitahukan secara tertulis
kepada kontraktor, dan kontraktor harus hadir dan membantu melakukan pemeriksaan tersebut, serta
wajib memberikan keterangan yang mungkin diperlukan.
4. Apabila kontraktor tidak hadir atau sengaja tidak hadir, maka pemeriksaan yang dilakukan pengawas
dan yang disetujui Direksi / Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) wajib diambil sebagai
pemeriksaan yang benar atas prestasi pekerjaan
5. Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh ) hari setelah pemeriksaan tersebut, kontraktor wajib di ambil
sebagai pemeriksaan yang benar atas prosentase pekerjaan.
6. Untuk kepentingan pemeriksaan laporan, kontraktor diwajibkan mengambil gambar / foto proyek
untuk masing-masing tahapan kegiatan. Gambar dan foto tersebut diletakkan dalam album masing-
masing 3 (tiga) rangkap dengan latar belakang yang sama sejak awal sampai akhir.

PASAL 27
PERATURAN PEMBAYARAN

1. Pembayaran angsuran dilakukan berdasarkan Berita Acara Kemajuan Bulanan (MC) yang telah
disahkan oleh Direksi Teknik sesuai dengan kemajuan pekerjaan yang telah dicapai.
2. Penilaian Prosentase Pekerjaan :
- Penilaian Prosentase pekerjaan di hitung berdasarkan volume fisik yang dicapai terhadap bobot
pekerjaan.
- Pekerjaan yang telah selesai seluruhnya dinilai 100 %.
- Bahan-bahan yang telah tersedia dilapangan tidak dinilai
- Setiap permintaan pembayaran harus disertai dengan Berita Acara Kemajuan Pekerjaan yang
dibuat dan ditandatangani oleh kosultan Pengawas / Direksi Teknik dan disetujui oleh Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) selaku pengguna jasa berdasarkan permintaan Kontraktor.

PASAL 28
PENUNDAAN PEMBAYARAN

1. Apabila Kontraktor tidak bertindak sesuai dengan ketetapan / ketentuan Kontrak atau perintah
pengawas atau pengunduran waktu yang telah ditetapkan tidak dimulai pelaksanaan pekerjaan, maka
pengawas dapat menentukan waktu yang wajar sehingga kontraktor diberi kesempatan untuk
memenuhi kewajibannya.
2. Apabila Kontraktor tidak mentaati peringatan yang dimaksud dalam ayat 1 atau kalau dalam
pelaksanaan selanjutnya Kontraktor masih melakukan hal atau kelalaian yang sama, dan setelah diberi
peringatan tertulis tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu yang wajar maka dengan sendirinya
kontraktor dianggap dalam keadaan lalai, dan Pemimpin Proyek berhak memutuskan kontrak secara
sepihak.
3. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) berwenang untuk memutuskan kontrak segera tanpa
pernyataan kelalaian sebelumnya, setelah denda-denda yang dikenakan karena penyerahan yang
terlambat mencapai angka maksimum seperti yang ditetapkan dalam kontrak.
4. Dalam hal terjadinya pemutusan Kontrak berdasarkan pasal ini, tanpa mengurangi hak kontraktor
untuk memperoleh pembayaran bagi pekerjaan yang telah diserahkan olehnya, maka kontraktor
wajib selain membayar denda-denda yang pada saat pemutusan berdasarkan kontrak terhutang, dan
karenanya bunga yang sebagai akibat pemutusan kontrak yang diderita pemilik, dan pemilik dapat
memerintahkan agar pekerjaan dilakasanakan sendiri oleh pihak ketiga atas beban Kontraktor. Akan
tetapi Kontraktor tidak mempunyai hak apapun atas pembayaran yang belum dilakukan sebelum
pekerjan selesai seluruhnya. Apabila pekerjaan diselesaikan dengan harga yang lebih rendah dari pada
yang disebut dalam Kontrak, Kontraktor tidak mempunyai hak mendapat keuntungan yang diperoleh
dari perbedaan antara nilai kontrak dan nilai setelah pekerjaan selesai.

PASAL 29
PENYERAHAN PERTAMA PEKERJAAN

1. Setelah Pekerjaan selesai 100 %, kontraktor berhak mengajukan permintaan secara tertulis kepada
Pengawas untuk melakukan serah terima pekerjaan. Pengawas harus meneliti hasil pekerjaan dan
memberitahukan kepada Direksi dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) tentang tanggal
penyelesaian seluruh pekerjaan ( FHO ).
2. Apabila dalam penelitian pengawas terdapat kekurangan atau cacat, maka pengawas memberikan
waktu kepada kontraktor untuk memperbaikannya dan biaya tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
3. Setelah waktu perbaikan seperti tersebut di ayat 2, pengawas melakukan pemeriksaaan ulang, dan bila
menurut pertimbangannya tidak ada lagi kekurangan dan atau cacat, maka pengawas membuat Berita
Acara Pemeriksaan Tingkat Kecamatan yang disampaikan kepada Direksi dan Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK) untuk membersihkan segala bekas pekerjaan dan sampah.
4. Setelah Pekerjaan 100% selesai, diadakan pemeriksaan (PHO) oleh Tim Direksi.

PASAL 30
DENDA KETERLAMBATAN PEKERJAAN

1. Jika Kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai pada waktu yang ditentukan dalam
Kontraktor atau dalam waktu yang disetujui untuk diperpanjang, maka Kontraktor dikenakan denda
sebesar 1/1000 (satu permil) dari Nilai Kontrak untuk setiap hari keterlambatan dan setinggi-
tingginya sebesar nilai jaminan pelaksanaan.
2. Jika denda telah mencapai sebesar nilai jaminan pelaksanaan dan ternyata pihak kontraktor tetap
melakukan keterlambatan maka, pihak pertama berhak memutuskan perjanjian ini secara sepihak,
dengan pemberitahuan tertulis 7 (Tujuh) hari setelah jangka waktu peringatan kegiatan berakhir.
PASAL 31
PENYERAHAN TERAKHIR PEKERJAAN

1. Pada masa pemeliharaan, pengawas bersama Direksi, Pemimpin Proyek dan Kontraktor mengadakan
pemeriksaan terakhir atas pekerjaan selama masa pemeliharaan.
2. Apabila Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) setelah mengadakan pemeriksaan pekerjaan
merasa puas bahwa tidak ditemukan lagi kekurangan atau cacat, maka Berita Acara Penyerahan
Terakhir Pekerjaan dapat disahkan oleh Pemimpin Proyek, Direksi dan kontraktor berdasarkan hasil
pemeriksaan secara tertulis oleh pengawas.

PASAL 32
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Setiap perselisihan atau sengketa yang timbul dari atau yang berhubungan dengan Kontrak
diutamakan penyelesaiannya melalui musyawarah untuk memperoleh mufakat.
2. Atau apabila perselisihan sengketa masih belum dapat diselesaikan melalui musyawarah, maka
perselisihan diselesaikan melalui panitia Arbitrage.
3. Apabila digunakan panitia Arbitrage, maka panitia Arbitrage terdiri dari seorang arbiter sebagai
anggota yang ditunjuk oleh pemilik, seorang arbiter lain sebagai anggota ditunjuk oleh kontraktor dan
aribiter lain lagi sebagai ketua merangkap anggota yang ditunjuk oleh kedua anggota arbiter tersebut.
4. Bila tercapai Kesepakatan mengenai anggota Panitia Arbitrage tersebut, maka kedua belah pihak
menyerahkan keanggotannya kepada Pengadilan Negeri yang berdomisili yang tercantum dalam
Kontrak.
5. Keputusan Panitia Arbitrage tersebut adalah mengikat dan merupakan keputusan akhir.
6. Semua penyelengara Arbitrage dilaksanakan berdasarkan peraturan Arbitrage yang berlaku.
7. Apabila dengan cara Musyawarah dan Panitia Arbitrage belum juga mencapai penyelesaian maka
perselisihan diajukan ke Pengadilan Negeri.
8. Selama Proses penyelesaian perselisihan dengan cara musyawarah, Panitia Arbitrage atau
Pengadilan atau menurut perintah pengawas, dengan memperhitungkan biaya yang akan ditetapkan
menurut perintah pengawas, Arbitrage atau Pengadilan Negeri.

PASAL 32
SURAT – MENYURAT

Surat menyurat antara Pemilik, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) atau Pengawas dan
Kontraktor harus dilakukan dengan pengiriman langsung disertai tanda terima yang dibubuhi tanggal,
nama jelas dan tanda tangan penerima. Untuk keperluan tersebut Kontraktor wajib memberi alamat kantor
lapangan yang jelas.

PASAL 33
BEA DAN PAJAK

1. Semua Bea, Pajak, cukai dan pungutan resmi lainnya menjadi beban dan tanggung jawab kontraktor,
untuk pembayaran itu Kontraktor tidak menerima pembayaran tambahan.
2. Bea Materai kontrak ditanggung oleh Kontraktor yang besarnya sesuai peraturan yang berlaku.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIK

BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIK

PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

UMUM
Uraian
a) Yang dimaksud dengan Persiapan adalah pekerjaan yang mecakup pemeriksaan lapangan,
mobilisasi dan demobilisasi, kantor lapangan dan fasilitas, fasilitas pengujian dan pelayanan
pengujian serta logistik.
b) Pekerjaan yang diatur dalam Seksi ini harus mencakup pemeriksaan lapangan, mobilisasi dan
demobilisasi, kantor lapangan dan fasilitas, fasilitas pengujian dan pelayanan pengujian serta
logistik.

PERSYARATAN
Standar Rujukan
Peraturan Presiden RI No 8 tahun 2006 tentang Perubahan ke 4 Kepres No 80 tahun 2003 Kepmen
Kimpraswil No 257/KPTS/M/2004, Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi.
Pd T-12-2003 : Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan
Pd T-14-2005-B : Pedoman inspeksi dan pemeliharaan drainase jalan
Pd T-16-2004-B : Survei inventarisasi geometri jalan perkotaan
Pd T-21-2004-B : Survei kondisi rinci jalan beraspal di perkotaan

PEMERIKSAAN LAPANGAN
Prinsip Dasar
a) Penyedia Jasa harus menyediakan personil ahli teknik untuk memperlancar pelaksanaan
pekerjaan sehingga diperoleh mutu, dan dimensi sesuai yang disyaratkan dalam ketentuan.
b) Pada awal pelaksanaan pekerjaan, personil tersebut harus disertakan dalam pelaksanaan suatu
survei lapangan yang lengkap dan menyiapkan laporan hasil survei lapangan untuk menentukan
kondisi fisik dan struktur perkerasan lama, struktur jembatan, perlindungan lereng, fasilitas
perlengkapan jalan dan fasilitas drainase yang bersangkutan. Dengan demikian akan
memungkinkan Direksi Pekerjaan melaksanakan revisi minor dan menyelesaikan serta
menerbitkan detail pelaksanaan sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai. Selanjutnya personil
tersebut harus disertakan dalam pematokan (staking out) dan survei seluruh proyek, investigasi
dan pengujian bahan tanah dan campuran aspal, dan rekayasa serta penggambaran untuk
menyimpan Dokumen Rekaman Proyek. Direksi Teknis dan Direksi Pekerjaan harus disertakan
pada saat survei
c) Survei harus dilaksanakan di bawah pengawasan Direksi Teknis, yang harus menjamin bahwa
semua kondisi yang ada telah dicatat dengan baik dan teliti. Formulir pelaporan kondisi tersebut
harus dalam format yang dapat diterima Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan Survei Lapangan untuk Peninjauan kembali Rancangan
Selama 30 hari pertama sejak periode mobilisasi, Penyedia Jasa harus mengerahkan personil
tekniknya untuk melakukan survei lapangan dan membuat laporan tentang kondisi fisik dan struktur
dari perkerasan, selokan samping, gorong-gorong, jembatan dan struktur lainnya, dan perlengkapan
jalan lainnya seperti rambu jalan, patok kilometer, pagar pengaman, landscape awal. Pekerjaan survei
lapangan ini harus dilaksanakan pada seluruh panjang jalan dalam lingkup Kontrak, dan harus
mencakup berikut ini, tetapi tidak terbatas pada :
a) Pengkajian terhadap Persiapan dan Gambar
(1) Penyedia Jasa harus mempelajari Gambar Asli yang terdapat dalam Dokumen Kontrak dan
berkonsultasi dengan Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis sebelum pekerjaan survei
dimulai. Gambar ini harus diantisipasi terhadap perubahan kecil pada alinyemen, ruas dan
detail yang mungkin terjadi selama pelaksanaan.
(2) Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi, dan
tidak boleh mengambil keuntungan atas setiap kesalahan atau kekurangan dalam Gambar
atau perbedaan antara Gambar dan Spesifikasi. Penyedia Jasa harus menandai dan
memperbaiki setiap kesalahan atau kekurangan gambar dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
(3) Direksi Pekerjaan akan melakukan perbaikan dan interpretasi untuk melengkapi Gambar ini.
Setiap penyimpangan dari Gambar sehubungan dengan kondisi lapangan yang tidak
terantisipasi akan ditentukan dan diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
(4) Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan terhadap ketepatan atas
setiap perubahan yang diambil terhadap Gambar dalam Kontrak ini.
b) Survei Kondisi Perkerasan dan Geometri Jalan
(1) Penyedia jasa harus melakukan survei inventarisasi geometrik jalan dan survei kondisi jalan
atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
(2) Survei kekuatan perkerasan untuk perkerasan berpenutup aspal dilakukan dengan pengujian
lendutan dengan alat Benkelman Beam atau alat lain yang disetujui oleh Direksi Teknis
(Direksi Pekerjaan).
(3) Survei kekuatan perkerasan tidak berpenutup aspal atau perkerasan berpenutup aspal yang
sudah rusak dengan pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP) atau metode lain yang
disetujui oleh Direksi Teknis (Direksi Pekerjaan).
(4) Survei kekasaran permukaan perkerasan diwajibkan menggunakan alat pengukur kekasaran
secara otomatis (NAASRA Roughmeter), atau peralatan sejenis lainnya.
(5) Bilamana diminta oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa harus melakukan pengujian
pada jalan dengan “proof rooling” (pembebanan dengan kendaraan berjalan untuk
mengetahui lendutan secara visual).
c) Survei Sistem Drainase Yang Ada
(1) Penyedia Jasa harus melakukan survei ketinggian (elevasi) dan survei memanjang pada
kedua sisi jalan dan harus menyiapkan gambar potongan memanjang yang akurat dan
menggambarkan profil permukaan tanah asli dan profil lantai dasar (invert profile) selokan
dan detail penampang melintang dari semua selokan yang ada. Gambar penampang
memanjang harus diambil sepanjang lantai dasar dari semua selokan dan saluran air, dan
juga harus ditentukan hulu dan hilir lantai dasar, dan dimensi dalam dari semua saluran
gorong-gorong atau sungai dalam batas pekerjaan dalam Kontrak ini. Jarak antara pada
pembacaan ketinggian sepanjang profil penampang memanjang maksimum 25 meter.
(2) Gambar penampang memanjang sepanjang kedua sisi jalan yang telah disiapkan harus
dalam bentuk standar yang dapat diterima Direksi Pekerjaan dan harus diserahkan kepada
Direksi Pekerjaan dengan jumlah 1 (satu) asli dan 3 (tiga) salinan sebagai bagian dari
laporan survei Penyedia Jasa.
d) Survei Pekerjaan Perlindungan Talud
Untuk daerah berbukit atau bergunung, Penyedia Jasa harus melakukan survei detail terhadap
talud alam atau buatan yang diperkirakan tidak stabil dan membutuhkan pekerjaan perlindungan
talud.
e) Survei Jembatan Lama
(1) Jenis, dimensi, dan lokasi jembatan di sepanjang lingkup Kontrak.
(2) Detail kondisi struktur setiap jembatan dan setiap elemen dalam struktur yang sangat
membutuhkan pekerjaan pengembalian kondisi.
f) Survei Fasilitas Perlengkapan Jalan Lama
(1) Lokasi dan fungsi detail dari semua marka jalan lama, paku jalan (road studs), dan mata
kucing (reflectorised studs).
(2) Lokasi dan detail semua patok kilometer, patok pengarah, kerb, trotoar, median.
(3) Lokasi, jenis, dan dimensi detail dari semua rel pengaman.
Pekerjaan Pelaksanaan Survei
a) Setelah Direksi Pekerjaan menyelesaikan revisi minor dan menerbitkan gambar kerja, Penyedia
Jasa harus yakin bahwa juru ukur yang telah dilengkapi dengan semua gambar yang berisi
informasi yang paling mutakhir tentang lebar perkerasan yang diperlukan dan potongan
melintang standar. Semua pengukuran survei lapangan harus dicatat dalam buku catatan standar
untuk survei lapangan. Lembar halaman yang terlepas tidak boleh digunakan.
b) Pemeriksaan Stasiun (Sta) pada setiap patok kilometer lama dan menyiapkan sebuah denah yang
menunjukkan dengan pasti posisi setiap patok kilometer yang berhubungan dengan Sta proyek.
Dalam keadaan bagaimanapun, patok kilometer lama tidak boleh dipindah atau digeser selama
Periode Kontrak, kecuali kalau mutlak dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan yang
sebagaimana mestinya.
c) Pada lokasi di mana pekerjaan yang akan diadakan berupa perbaikan tepi perkerasan atau
pelebaran, penampang melintang asli dari jalan lama harus diukur dan dicatat untuk perhitungan
kuantitas.
d) Untuk pengukuran semua lapis perata, dan bilamana diperlukan penyesuaian punggung jalan,
harus diadakan pengukuran profil memanjang sepanjang sumbu jalan bersama dengan dan profil
penampang melintang.
Penetapan Titik Pengukuran
a) Pada umumnya, alinyemen jalan lama, permukaan jalur lalu lintas (carriageway surface), dan
patok kilometer lama harus menjadi patokan untuk memulai pekerjaan pemeliharaan rutin,
kecuali bila diperlukan perubahan kecil pada alinyemen jalan, maka dalam hal ini diperlukan
titik kontrol sementara yang akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan dan data-data detailnya
akan diserahkan kepada Penyedia Jasa bersama dengan semua data yang bersangkutan untuk
menentukan titik pengukuran pada alinyemen yang akan diubah.
b) Jika dipandang perlu menurut pendapat Direksi Teknis maka Penyedia Jasa harus melakukan
survei dengan akurat dan memasang “Bench Mark” (BM) pada lokasi tertentu di sepanjang
proyek untuk revisi minor terhadap Gambar, pengukuran ketinggian permukaan perkerasan atau
penetapan titik pengukuran (setting out) yang akan dilakukan. BM permanen harus dibuat di atas
tanah yang tidak akan mudah bergeser.
c) Penyedia Jasa harus memasang titik patok pelaksanaan yang menunjukkan garis dan ketinggian
untuk pekerjaan perbaikan tepi perkerasan, lebar bahu, dan selokan samping sesuai dengan
penampang melintang standar yang diberikan dalam Gambar dan harus mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Jika menurut pendapat
Direksi Pekerjaan diperlukan perubahan setiap garis dan ketinggian, baik sebelum maupun
sesudah penempatan patok, maka Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan perintah yang terinci
kepada Penyedia Jasa untuk melaksanakan perubahan tersebut dan Penyedia Jasa harus
mengubah penempatan patok sambil menunggu persetujuan lebih lanjut.
d) Bilamana diperlukan untuk tujuan pengukuran kuantitas, maka Penyedia Jasa harus melakukan
pengukuran penampang melintang pada permukaan tanah asli dalam interval 25 m, atau jika
diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
e) Profil yang diterbitkan harus digambar dengan skala, ukuran dan tata letak (layout) sebagaimana
yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Gambar penampang melintang harus menunjukkan
elevasi permukaan akhir yang diusulkan, yang diperoleh dari gambar detail rancangan.
f) Gambar profil asli bersama dengan tiga salinannya harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.
Direksi Pekerjaan akan menandatangani satu salinan untuk disetujui atau untuk direvisi, dan
selanjutnya dikembalikan kepada Penyedia Jasa.
g) Bilamana Direksi Pekerjaan memandang perlu, maka Penyedia Jasa harus menyediakan semua
instrumen, personil, pekerja dan bahan yang mungkin diperlukan untuk memeriksa penetapan
titik pengukuran atau untuk setiap pekerjaan relevan lainnya yang harus dilakukan.
Tenaga Ahli
a) Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga ahli dalam bidang Jalan dan Jembatan yang
berpengalaman, untuk mengarahkan dan mengatur kegiatan pekerjaan perbaikan perkerasan,
pelaksanaan lapis ulang, pelaksanaan bahu jalan, saluran samping, jembatan dan sebagainya.
b) Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga ahli dalam bidang Lingkungan yang bertanggung
jawab atas pengelolaan dampak lingkungan yang terjadi dilokasi pelaksanaan.
Pengendalian Mutu Bahan
Personil bidang tanah/aspal yang disediakan Penyedia Jasa harus melakukan investigasi sumber
bahan, membuat rancangan campuran percobaan untuk campuran aspal panas, dan secara rutin
melakukan pengujian laboratorium untuk pengendalian mutu bahan aspal, pondasi dan bahu jalan.
Catatan harian dan arsip hasil pengujian harus disimpan dan setiap saat dapat ditunjukkan kepada
Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis jika ada pemeriksaan.
Seluruh pengujian laboratorium harus dilakukan oleh Penyedia Jasa di bawah pengawasan Direksi
Teknis seperti diuraikan dalam Pasal 1.2.6 dari Spesifikasi ini.
Dasar Pembayaran
Penyediaan pekerja, bahan dan peralatan untuk kegiatan survei lapangan, pekerjaan pelaksanaan
survei, penetapan titik pengukuran, tenaga ahli dan pengendalian mutu, harus dipenuhi tanpa
pembayaran tambahan dan semua biaya tersebut harus dipandang termasuk dalam harga satuan yang
telah dimasukkan dalam berbagai mata pembayaran yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.
MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
Prinsip Dasar
Lingkup kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan tergantung pada jenis dan
volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari
Dokumen Kontrak, dan secara umum Penyedia Jasa harus memenuhi ketentuan berikut:
a. Mampu memobilisasi sumber daya manusia, material dan sumber daya fasilitas serta peralatan,
sesuai dengan kebutuhan yang diatur dalam dokumen kontrak.
b. Menyediakan lahan yang dapat digunakan sebagai kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel,
gudang, dan sebagainya.
Mobilisasi Personil
Penyedia Jasa harus memobilisasi personil sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Mobilisasi personil dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dengan persetujuan
Direksi Pekerjaan. Untuk tenaga inti harus mengacu pada daftar personel inti (key personnel)
yang dilampirkan dalam berkas penawaran
b. Mobilisasi Kepala Penyedia Jasa (General Superintendant) yang memenuhi jaminan kualifikasi
(sertifikasi) menurut cakupan pekerjaannya (pembangunan, pemeliharaan berkala, atau
pemeliharaan rutin jalan/jembatan).
c. Dalam pengadaan tenaga kerja dengan kemampuan dan keahlian sesuai dengan yang diperlukan
maka prioritas harus diberikan kepada pekerja setempat.
Mobilisasi Fasilitas Kantor dan Peralatan
Penyedia Jasa harus memobilisasi fasilitas dan peralatan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan sudah mengikuti aturan perizinan
yang ditetapkan oleh Dinas Angkutan Lalu lintas Jalan Raya, pihak Kepolisian dan Badan
Lingkungan.
b. Menyediakan sebidang lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan pekerjaan di sekitar
lokasi proyek. Dimana terdapat kantor proyek, gudang dan sebagainya yang telah disebutkan
dalam kontrak.
c. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam
Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan di mana peralatan tersebut akan digunakan
menurut Kontrak ini.
d. Bilamana setiap alat berat yang dianggap telah selesai melaksanakan tugasnya dan tidak mungkin
digunakan lagi maka alat berat tersebut segera dikembalikan.
e. Perkuatan jembatan lama untuk pengangkutan alat-alat berat.
f. Penyedia Jasa melaksanakan operasional dan pemeliharaan kendaraan/peralatan harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatnya dan tidak mencemari air dan tanah.
Mobilisasi Material
Penyedia jasa harus memobilisasi material sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Menyediakan fasilitas quary yang diusahakan dekat dengan lokasi proyek dan sudah mengikuti
aturan perizinan yang ditetapkan oleh daerah dan Badan Lingkungan .
b. Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi pelaksanaan fisik.
c. Pengajuan izin menggunakan quary kepada Pemerintah Daerah.
d. Material yang akan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan harus terlebih dahulu diambil
contohnya untuk diuji keandalannya di laboratorium, apabila tidak memenuhi syarat, harus
segera diperintahkan untuk diangkut ke luar lokasi proyek dalam waktu 3 x 24 jam.
Periode Mobilisasi
Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan yang terdaftar harus diselesaikan dalam jangka waktu 60
(enam puluh) hari terhitung mulai tanggal mulai kerja, kecuali penyediaan Fasilitas dan Pelayanan
Pengendalian Mutu harus diselesaikan dalam waktu 45 hari.
Program Mobilisasi
Pelaksanaan mobilisasi harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Dalam waktu 7 hari setelah Penandatanganan Kontrak, Penyedia Jasa harus melaksanakan Rapat
Pra Pelaksanaan (PCM) yang dihadiri Pemilik, Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis dan Penyedia
Jasa untuk membahas semua hal baik yang teknis maupun yang non teknis dalam proyek ini.
b. Dalam waktu 14 hari setelah Rapat Pra Pelaksanaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan Program
Mobilisasi (termasuk program perkuatan jembatan, bila ada) dan Jadwal Kemajuan Pelaksanaan
kepada Direksi Pekerjaan untuk dimintakan persetujuannya.
c. Program mobilisasi harus menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi dan harus
mencakup informasi tambahan berikut :
1. Lokasi basecamp Penyedia Jasa dengan denah lokasi umum dan denah rinci di lapangan
yang menunjukkan lokasi kantor Penyedia Jasa, bengkel, gudang, mesin pemecah batu dan
instalasi pencampur aspal, serta laboratorium bilamana fasilitas tersebut termasuk dalam
cakupan Kontrak.
2. Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua peralatan yang
tercantum dalam Daftar Peralatan yang diusulkan dalam Penawaran, bersama dengan usulan
cara pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan di lapangan.
3. Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan dalam Penawaran harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
4. Suatu daftar detail yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan agar aman
dilewati alat-alat berat, usulan metode pelaksanaan dan jadwal tanggal mulai dan tanggal
selesai untuk perkuatan setiap struktur.
5. Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar chart) yang
menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi utama dan suatu kurva kemajuan untuk menyatakan
persentase kemajuan mobilisasi.
Demobilisasi
Kegiatan Demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa pada saat akhir
Kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik
Pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum
pekerjaan dimulai.
Pengukuran
Pengukuran kemajuan mobilisasi akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan atas dasar jadwal kemajuan
mobilisasi yang lengkap dan telah disetujui seperti yang diuraikan dalam Butir 1.2.4.5) di atas.
Dasar Pembayaran
Mobilisasi harus dibayar atas dasar lumpsum, dimana pembayaran tersebut merupakan kompensasi
penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua peralatan, dan untuk semua pekerja, bahan,
perkakas, dan biaya lainnya yang perlu untuk menyelesaikan pekerjaan
a. Pembayaran biaya lumpsum ini akan dilakukan dalam tiga angsuran sebagai berikut:
1. 50% (lima puluh persen) bila mobilisasi 70% selesai, dan pelayanan atau fasilitas pengujian
laboratorium telah lengkap dimobilisasi.
2. 20% (dua puluh persen) bila semua peralatan utama berada di lapangan dan diterima oleh
Direksi Pekerjaan.
3. 30% (tiga puluh persen) bila demobilisasi selesai dilaksanakan.
4. Bilamana Penyedia Jasa tidak menyelesaikan mobilisasi sesuai dengan salah satu dari kedua
batas waktu yang disyaratkan dalam Butir 1.2.4.5) maka jumlah yang disahkan Direksi
Pekerjaan untuk pembayaran adalah persentase angsuran penuh dari harga lumpsum
Mobilisasi dikurangi sejumlah dari 1% (satu persen) nilai angsuran untuk setiap
keterlambatan satu hari dalam penyelesaian sampai maksimum 50 (lima puluh) hari.

Satuan
Nomor Mata Pembayaran Uraian
Pengukuran

1.2 Mobilisasi dan Demobilisasi Lumpsum

KANTOR LAPANGAN DAN FASILITASNYA


Prinsip Dasar
Penyedia Jasa harus menyediakan kantor lapangan dan fasilitasnya dengan memperhatikan prinsip
dasar berikut :
1. Penyedia Jasa harus mentaati semua peraturan-peraturan Nasional maupun Daerah.
2. Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sesuai dengan Lokasi Umum dan Denah Lapangan, di
mana penempatannya harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja (site) dan telah
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
3. Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik, tahan cuaca, dan elevasi
lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.
4. Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan pelindung yang cocok sehingga bahan-
bahan yang disimpan tidak akan mengalami kerusakan.
5. Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan di atas pondasi yang mantap dan
dilengkapi dengan penghubung dengan untuk pelayanan utilitas.
6. Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan dapat baru atau bekas pakai,
tetapi dengan syarat harus dapat berfungsi, cocok dengan maksud pemakaiannya dan tidak
bertentangan dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.
7. Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus ditimbun dan diratakan sehingga layak
untuk ditempati bangunan, bebas dari genangan air, diberi pagar keliling, dan minimum
dilengkapi dengan jalan masuk dari kerikil serta tempat parkir.
8. Penyedia Jasa harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan P3K yang memadai
di seluruh barak, kantor, gudang dan bengkel.
Kantor Penyedia Jasa dan Fasilitasnya
Untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan jalan, Penyedia Jasa harus menyediakan kantor Penyedia
Jasa dan fasilitas penunjang yang menenuhi ketentuan sebagai berikut ini :
1. Penyedia Jasa harus menyediakan akomodasi dan fasilitas kantor yang cocok dan memenuhi
kebutuhan proyek.
2. Ukuran kantor dan fasilitasnya sesuai untuk kebutuhan umum Penyedia Jasa dan harus
menyediakan sebuah ruangan yang digunakan untuk rapat kemajuan pekerjaan.
3. Penyedia jasa harus memiliki alat komunikasi yang dapat berkomunikasi dengan jelas dan dapat
diandalkan antara kantor Pemilik di Ibukota Propinsi, kantor Tim Supervisi Lapangan dan titik
terjauh di lapangan.
4. Bilamana izin atau perizinan dari instansi Pemerintah yang terkait diperlukan untuk pemasangan
dan pengoperasian sistem telepon satelit semacam ini, Direksi Pekerjaan akan melakukan semua
pengaturan, tetapi semua biaya yang timbul harus dibayar oleh Penyedia Jasa.
5. Rak atau laci untuk penyimpanan gambar dan arsip untuk Dokumentasi Proyek secara vertikal
atau horisontal, yang ditempatkan di dalam atau dekat dengan ruang rapat.
6. Bilamana Penyedia Jasa menganggap perlu untuk mendirikan satu kantor pendukung atau lebih,
yang akan digunakan untuk keperluan sendiri pada jarak 50 km atau lebih dari kantor utama di
lapangan, maka Penyedia Jasa harus menyediakan, memelihara dan melengkapi satu ruangan
pada setiap kantor pendukung dengan ukuran sekitar 12 meter persegi yang akan digunakan oleh
Staf Direksi Pekerjaan untuk setiap kantor pendukung.
Bengkel dan Gudang Penyedia Jasa
Untuk menunjang pemeliharan peralatan pelaksanaan pekerjaan dan peyimpanan bahan, Penyedia
Jasa harus menyediakan fasilitas bengkel dan gudang yang memenuhi ketentuan sebagai berikut;
a. Penyedia Jasa harus menyediakan sebuah bengkel di lapangan yang diberi perlengkapan yang
memadai serta dilengkapi dengan daya listrik, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki
peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan Pekerjaan. Sebuah gudang untuk penyimpanan
suku cadang juga harus disediakan.
b. Bengkel tersebut harus dikelola oleh seorang kepala bengkel yang mampu melakukan perbaikan
mekanis dan memiliki sejumlah tenaga pembantu yang terlatih.
Dasar Pembayaran
Bangunan yang diuraikan dalam Seksi ini akan dibayar menurut pembayaran Lumpsum untuk
Mobilisasi, dimana pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk pembuatan, penyediaan,
pelayanan, pemeliharaan, pembersihan dan pembongkaran semua bangunan tersebut setelah
Pekerjaan selesai.

FASILITAS DAN PELAYANAN PENGUJIAN


Prinsip Dasar
Lingkup kegiatan yang diperlukan dalam penyediaan fasilitas pelayanan pengujian dalam kontrak ini
secara umum Penyedia Jasa harus memenuhi ketentuan berikut:
a. Pengujian yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
Penyedia Jasa sebagaimana disyaratkan dalam kontrak harus menyediakan tempat kerja, bahan,
fasilitas, pekerja, pelayanan dan pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian
yang diperlukan. Umumnya Penyedia Jasa di bawah perintah dan pengawasan Direksi Teknis
akan melakukan semua pengujian sehubungan dengan pengendalian mutu bahan baku, campuran
dan bahan yang diproses untuk menjamin bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi mutu bahan,
kepadatan dari pemadatan.
b. Pengujian yang dilaksanakan oleh Direksi Teknis
Penyedia Jasa harus membangun dan melengkapi, memelihara, membersihkan, menjaga dan
pada akhir Kontrak membongkar atau menyingkirkan bangunan yang digunakan sebagai
laboratorium lapangan oleh Direksi Teknis, dan memasok serta memasang peralatan
laboratorium di laboratorium Direksi Teknis untuk pelaksanaan pengujian.
Direksi Teknis akan bertanggungjawab atas semua pengujian yang dilakukan untuk pekerjaan
yang sudah selesai. Hasil pengujian-pengujian ini akan menjadi dasar persetujuan atau penolakan
dari pekerjaan terkait.
Fasilitas Laboratorium dan Pengujian
a. Penyedia Jasa harus menyediakan pelayanan pengujian dan/atau fasilitas laboratorium
sebagaimana disyaratkan untuk memenuhi seluruh ketentuan pengendalian mutu dari Spesifikasi
ini. Untuk menjamin kelancaran pekerjaan dan ketepatan waktu pengujian, penyedia jasa
diwajibkan memiliki beberapa peralatan minimum yang memenuhi ketentuan untuk mengambil
contoh pengujian. Jenis dan jumlah peralatan minimum yang tersedia harus dikonsultasikan
dengan dan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan dengan mempertimbangkan efektifitas
dan efisiensi pelaksanaan pengujian.
b. Bilamana diatur secara khusus dalam lingkup Kontrak, maka Penyedia Jasa harus menyediakan
dan memelihara sebuah laboratorium lengkap dengan peralatannya di lapangan, sesuai dengan
ketentuan berikut:
1. Tempat Kerja
(a) Laboratorium haruslah merupakan bangunan terpisah yang ditempatkan sesuai dengan
Lokasi Umum dan Denah Tempat Kerja yang telah disetujui dan merupakan bagian dari
program mobilisasi sesuai dengan Butir 1.2.4.3). Lokasi laboratorium harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai jarak tertentu dari peralatan
konstruksi, bebas dari polusi dan gangguan berupa getaran selama pengoperasian
peralatan.
(b) Bangunan harus dilengkapi dengan lantai beton beserta fasilitas pembuangan air kotor,
dan dilengkapi dengan dua buah pendingin udara (air conditioning) masing-masing
berkapasitas 1,5 PK, serta harus memenuhi semua ketentuan lainnya dalam Butir
1.2.4.3) dari Spesifikasi ini.
(c) Perlengkapan di dalam ruangan bangunan harus terdiri atas meja kerja, lemari, ruang
penyimpan yang dapat dikunci, tangki perawatan, laci arsip (filing cabinet), meja dan
kursi dengan mutu standar dan jumlah yang mencukupi kebutuhan.
2. Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan laboratorium yang dibutuhkan harus sudah disediakan dalam
waktu 45 hari terhitung sejak Tanggal Mulai Kerja, sehingga pengujian sumber bahan dapat
dimulai sesegera mungkin.
Alat-alat ukur yang digunakan dan memerlukan kalibrasi harus dikalibrasi oleh instansi
yang berwenang dengan menunjukkan sertifikat kalibrasi.
Prosedur Pelaksanaan Pengujian
1. Peraturan dan Rujukan
Dalam segala hal, Penyedia Jasa harus menggunakan SNI, sebagai standar pengujian. Penyedia
Jasa dapat menggunakan standar lain yang relevan sebagai pengganti SNI atas perintah Direksi
Pekerjaan.
2. Personil
Personil yang bertugas pada pengujian haruslah terdiri atas tenaga-tenaga yang mempunyai
pengalaman cukup dan telah terbiasa melakukan pengujian yang diperlukan. Personil pelaksana
pengujian harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan.
3. Formulir
Formulir yang digunakan untuk pengujian harus sesuai dengan jenis uji yang dilakukan.
Pelaporan hasil pengujian menggunakan formulir yang telah disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknis.
4. Pemberitahuan
Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis rencana waktu
pelaksanaan pengujian, paling sedikit 1 (satu) jam sebelum pengujian dilaksanakan sehingga
memungkinkan Direksi Teknis atau Direksi Pekerjaan untuk mengawasi setiap pengujian
yang mereka inginkan.
5. Distribusi
Laporan pengujian harus segera dikerjakan dan didistribusikan sehingga memungkinkan
untuk melakukan pengujian ulang, penggantian bahan atau pemadatan ulang sedemikian
hingga dapat mengurangi keterlambatan dalam pelaksanaan Pekerjaan.
6. Inspeksi dan Pengujian
Inspeksi dan pengujian akan dilaksanakan oleh Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis untuk
memeriksa pekerjaan yang telah selesai apakah telah memenuhi mutu bahan, kepadatan dari
pemadatan dan setiap ketentuan lanjutan yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan.
Setiap ruas secara keseluruhan yang terdiri dari bahan dan pengerjaan yang tidak memenuhi
ketentuan yang disyaratkan harus dibongkar dan diganti dengan bahan dan pengerjaan yang
memenuhi Spesifikasi ini. Bilamana Direksi Pekerjaan mengizinkan, pekerjaan yang tidak
diterima harus diperbaiki sedemikian hingga setelah diperbaiki akan memenuhi semua
ketentuan dalam kontrak. Semua perbaikan semacam ini harus dilaksanakan atas biaya
Penyedia Jasa.
7. Pemberitahuan untuk Pengujian atas Pekerjaan yang telah selesai
Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis paling tidak 5
(lima) hari di muka bahwa suatu ruas telah selesai dikerjakan dan siap untuk diuji.
Direksi Pekerjaan harus memberitahu hasil pengujian tersebut kepada Penyedia Jasa dalam
10 (sepuluh) hari setelah benda uji diterima dari lapangan, disertai surat keterangan yang
menyebutkan apakah pekerjaan yang diuji diterima atau ditolak.
Bilamana pekerjan tersebut ditolak, dalam 10 (sepuluh) hari Penyedia Jasa harus
mengajukan surat yang menanyakan tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki
pekerjaan yang ditolak.
Dasar Pembayaran
Biaya untuk melaksanakan semua pengujian yang diperlukan untuk penyelesaian Pekerjaan yang
sebagaimana mestinya, sesuai dengan berbagai ketentuan pengujian yang disyaratkan atau ditentukan
dalam Dokumen Kontrak, harus ditanggung oleh Penyedia Jasa, dan seluruh biaya tersebut sudah
harus dimasukkan dalam Harga Satuan Bahan yang bersangkutan, kecuali seperti disyaratkan di
bawah ini.
Jika setiap pengujian yang tidak diperuntukkan atau tidak disyaratkan, atau karena belum perlu
dilaksanakan, atau karena belum disyaratkan di dalam Dokumen Kontrak ternyata diperintahkan
untuk dilaksanakan oleh Direksi Pekerjaan, atau bilamana Direksi Pekerjaan memerintahkan kepada
Pihak Ketiga untuk melaksanakan pengujian yang tidak termasuk ketentuan Butir 1.2.6.1) atau
pelaksanaan pengujian di luar lingkup Pekerjaan atau pengujian di tempat suatu pabrik pembuat atau
fabrikasi bahan, maka biaya untuk pelaksanaan pengujian tersebut menjadi beban Direksi Pekerjaan,
kecuali jika hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa pengerjaan atau bahan tersebut tidak sesuai
dengan yang disyaratkan dalam Dokumen Kontrak, dengan demikian maka biaya pengujian menjadi
beban Penyedia Jasa.
Biaya penyediaan dan pemeliharaan bangunan laboratorium, perlengkapan dalam bangunan,
peralatan dan perlengkapan tidak boleh diukur atau dibayar menurut Seksi ini. Bila secara khusus
dimasukkan ke dalam lingkup pekerjaan dalam Kontrak ini, kompensasi untuk pekerjaan ini harus
dimasukkan dalam pembayaran Lumpsum untuk Mobilisasi.

PENGADAAN DAN PENYIMPANAN BAHAN


Bahan
1. Prinsip Dasar
2. Bahan yang dipergunakan di dalam Pekerjaan harus :
(a) Memenuhi spesifikasi dan standar yang berlaku.
(b) Memenuhi ukuran, pembuatan, jenis dan mutu yang disyaratkan dalam Gambar dan
Seksi lain dari Spesifikasi ini, atau sebagaimana secara khusus disetujui tertulis oleh
Direksi Pekerjaan.
(c) Semua produk harus baru.
3. Pengajuan penyiapan bahan
(a) Sebelum mengadakan pemesanan atau membuka daerah sumber bahan untuk setiap
jenis bahan, maka Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan contoh
bahan, bersama dengan detail lokasi sumber bahan dan Pasal ketentuan bahan dalam
Spesifikasi yang mungkin dapat dipenuhi oleh contoh bahan, untuk mendapatkan
persetujuan.
(b) Penyedia Jasa harus melakukan semua pengaturan untuk memilih lokasi, memilih
bahan, dan mengolah bahan alami sesuai dengan Spesifikasi ini, dan harus
menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan semua informasi yang berhubungan dengan
lokasi sumber bahan paling sedikit 30 hari sebelum pekerjaan pengolahan bahan
dimulai, untuk mendapatkan persetujuan. Persetujuan Direksi Pekerjaan atas sumber
bahan tersebut tidak dapat diartikan bahwa seluruh bahan yang terdapat di lokasi
sumber bahan telah disetujui untuk dipakai.
(c) Bilamana bahan aspal, semen, baja dan bahan-bahan fabrikasi lainnya akan digunakan,
maka sertifikat pabrik (mill certificate) bahan tersebut harus diserahkan kepada Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan awal. Direksi Pekerjaan akan memberikan
persetujuan tertulis kepada Penyedia Jasa untuk melakukan pemesanan bahan.
Selanjutnya bahan yang sudah sampai di lapangan harus diuji ulang seperti yang
diuraikan dalam Butir 1.2.6.1), di bawah pengawasan Direksi Teknis atau sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
4. Pengadaan Bahan
(a) Lokasi sumber bahan yang mungkin dapat dipergunakan dan pernah diidentifikasikan
serta diberikan dalam Gambar hanya merupakan bahan informasi bagi Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa tetap harus bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan memeriksa
ulang apakah bahan tersebut cocok untuk dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
(b) Penyedia Jasa harus menentukan sendiri jumlah serta jenis peralatan dan pekerja yang
dibutuhkan untuk menghasilkan bahan yang memenuhi Spesifikasi. Penyedia Jasa harus
menyadari bahwa contoh-contoh bahan tersebut tidak mungkin dapat menentukan
batas-batas mutu bahan dengan tepat pada seluruh deposit, dan variasi mutu bahan
harus dipandang sebagai hal yang biasa dan sudah diperkirakan. Direksi Pekerjaan
dapat memerintahkan Penyedia Jasa untuk melakukan pengadaan bahan dari setiap
tempat pada suatu deposit dan dapat menolak tempat-tempat tertentu pada suatu deposit
yang tidak dapat diterima.
(c) Pemesanan bahan tidak boleh dilakukan sebelum mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan sesuai dengan maksud penggunaannya. Bahan tidak boleh
dipergunakan untuk maksud lain selain dari peruntukan yang telah disetujui.
(d) Jika mutu bahan yang dikirim ke lapangan tidak sesuai dengan mutu bahan yang
sebelumnya telah diperiksa dan diuji, maka bahan tersebut harus ditolak, dan harus
disingkirkan dari lapangan dalam waktu 48 jam, kecuali terdapat persetujuan lain dari
Direksi Pekerjaan.
Pengangkutan Bahan
a. Prinsip Dasar
Seksi ini menetapkan ketentuan-ketentuan untuk transportasi dan penanganan tanah, bahan
campuran panas, bahan-bahan lain, peralatan, dan perlengkapan.
Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota, yang berlaku maupun ketentuan-ketentuan tentang pelestarian sumber daya
alam dan lingkungan hidup.
c. Koordinasi
d. Penyedia Jasa harus memperhatikan koordinasi yang diperlukan dalam kegiatan transportasi baik
untuk pekerjaan yang sedang dilaksanakan atau yang sedang dilaksanakan dalam Kontrak-
kontrak lainnya, maupun untuk pekerjaan dengan Sub Penyedia Jasa atau perusahaan utilitas dan
lainnya yang dipandang perlu.
e. Bilamana terjadi tumpang tindih pelaksanaan antara beberapa Penyedia Jasa, maka Direksi
Pekerjaan harus mempunyai kekuasaan penuh untuk memerintahkan setiap Penyedia Jasa dan
berhak menentukan urutan pekerjaan selanjutnya untuk menjaga kelancaran penyelesaian seluruh
proyek, dan dalam segala hal keputusan Direksi Pekerjaaan harus diterima dan dianggap sebagai
keputusan akhir tanpa menyebabkan adanya tuntutan apapun.
f. Pembatasan Beban Lalu lintas
g. Bilamana diperlukan, Direksi Pekerjaan dapat mengatur batas beban dan muatan sumbu untuk
melindungi jalan atau jembatan yang ada di lingkungan proyek.
h. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas setiap kerusakan jalan maupun jembatan yang
disebabkan oleh kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
i. Bilamana menurut pendapat Direksi Pekerjaan, kegiatan pengangkutan yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa akan mengakibatkan kerusakan jalan raya atau jembatan, atau bilamana terjadi
banjir yang dapat menghentikan kegiatan pengangkutan Penyedia Jasa, maka Direksi Pekerjaan
dapat memerintahkan Penyedia Jasa untuk menggunakan jalan alternatif, dan Penyedia Jasa tak
berhak mengajukan tuntutan apapun untuk kompensasi tambahan sebagai akibat dari perintah
Direksi Pekerjaan.
Penyimpanan Bahan
a. Prinsip Dasar
Bahan harus disimpan sedemikian rupa sehingga mutunya terjamin dan terpelihara serta siap
dipergunakan untuk Pekerjaan. Bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga selalu siap pakai, dan mudah diperiksa oleh Direksi Pekerjaan. Tanah dan bangunan
(property) orang lain tidak boleh dipakai tanpa izin tertulis dari pemilik atau penyewanya.
b. Tempat Penyimpanan di Lapangan
Tempat penyimpanan di lapangan harus bebas dari tanaman dan sampah, bebas dari genangan air
dan permukaannya harus lebih tinggi dari sekitarnya. Bahan yang langsung ditempatkan di atas
tanah tidak boleh digunakan untuk Pekerjaan, kecuali jika permukaan tanah tersebut telah
disiapkan sebelumnya dan diberi lapis permukaan yang terbuat dari pasir atau kerikil setebal 10
cm sedemikian hingga diterima oleh Direksi Pekerjaan.
c. Penumpukan Bahan (Stockpiles)
d. Bahan harus disimpan sedemikian hingga dapat mencegah terjadinya segregasi dan menjamin
gradasi yang sebagaimana mestinya, serta tidak terdapat kadar air yang berlebihan. Tinggi
maksimum dari penumpukan bahan harus dibatasi sampai maksimum 5 meter.
e. Penumpukan berbagai jenis agregat yang akan dipergunakan untuk campuran aspal, burtu atau
burda, penetrasi macadam atau beton harus dilakukan secara terpisah menurut masing-masing
ukuran nominal agregat. Dinding pemisah dari papan dapat digunakan untuk mencegah
tercampurnya agregat-agregat tersebut.
f. Tumpukan agregat untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah harus dilindungi dari hujan
untuk mencegah terjadinya kejenuhan agregat yang akan mengurangi mutu bahan yang dihampar
atau paling tidak mempengaruhi penghamparan bahan.
Pembuangan Bahan
a. Penyedia Jasa harus mengatur pembuangan bahan di luar Ruang Milik Jalan (Rumija).
b. Bilamana terdapat bahan yang hendak dibuang di luar Rumija, maka Penyedia Jasa harus
mendapatkan izin tertulis dari pemilik tanah dimana bahan buangan tersebut akan ditempatkan,
dan izin tersebut harus ditembuskan kepada Direksi Pekerjaan bersama dengan permohonan
(request) untuk pelaksanaan.
c. Bilamana bahan yang dibuang seperti yang disyaratkan di atas dan lokasi pembuangan tersebut
terlihat dari jalan, maka Penyedia Jasa harus membuang bahan tersebut dan meratakannya
sedemikian hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Dasar Pembayaran
a. Penyedia Jasa harus melakukan semua pengaturan dengan pemilik atau pemakai lahan untuk
memperoleh hak konsesi yang diperlukan sehingga dapat mengambil bahan yang akan
digunakan dalam Pekerjaan. Penyedia Jasa bertanggungjawab atas semua kompensasi dan
retribusi yang harus dibayarkan sehubungan dengan penggalian bahan atau keperluan lainnya.
Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dilakukan untuk kompensasi dan retribusi yang
dibayar Penyedia Jasa, dan seluruh biaya tersebut harus sudah dimasukkan ke dalam Harga
Satuan untuk mata pembayaran yang terkait dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
b. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk membuat jalan masuk, membuang gundukan tanah
dan semua biaya pelaksanaan lainnya yang diperlukan untuk pengadaan bahan, termasuk
pengembalian lapisan humus dan meninggalkan daerah dan jalan masuk itu dalam kondisi rapih
dan dapat diterima. Seluruh biaya tersebut harus sudah dimasukkan ke dalam Harga Satuan
untuk mata pembayaran yang terkait dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
PASAL 2
PEKERJAAN PENYIAPAN BADAN JALAN

7.1 Pekerjaan Penyiapan tanah dasar yang langsung terletak di bawah pondasi jalan harus dilakukan
hingga keadaan siap menerima struktur perkerasan .

7.2 Ukuran kemiringan dan ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih dari satu centimeter
lebih tinggi atau lebih rendah dari pada yang ditetapkan atau diatur dilapangan dan disetujui oleh
direksi teknik.

7.3 Permukaan akhir tanah dasar harus dibuat miring melintang jalan seperti yang ditetapkan atau
ditunjukan pada gambar dan dibuat cukup rata serta seragam untuk menjamin limpasan air permukaan
bebas.

7.4 Kontraktor akan memperbaiki setiap alur bekas roda, gundukan dan kerusakan kerusakan lain yang
diakibatkan oleh lalulintas atau tenaga kerja kontraktor terhadap pekerjaan yang sudah selesai.

7.5 Pemadatan harus dilakukan sesuai dengan persyaratan spesifikasi teknik dimana
a. Lapisan lapisan yang lebih dari 30 cm di bawah permukaan tanah dasar harus dipadatkan
samapai 45 % kepadatan kering maksimum yang ditetapkan sesuai AASHTO T99.
b. Lapisan lapisan yang berada pada 30 cm atau kurang dan sampai permukaan tanah dasar harus
dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum.

7.6 Pengujian pengujian kualitas untuk kepadatan dilapangan dan daya dukung harus dilakukan untuk
setiap 200 m panjang jalan dengan CBR minimum untuk tanah dasar harus 5 %.

7.7 Luas penyiapan yang selesai dan disetujui akan diukur sebagai jumlah meter persegi permukaan yang
dipadatkan dan dibentuk.

7.8 Tidak ada pembayaran untuk penyiapan tanah dasar mengenai pekerjaan berkala, meliputi perbaikan
lobang, bagian ambles atau pecahnya ujung ujung ( pinggiran ) jalan.

PASAL 3
PEKERJAAN GALIAN TANAH BIASA

8.1 Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk badan jalan, parit, gorong gorong, plat dueker dan box
culvert.

8.2 Sebelum pekerjaan galian tanah ini dikerjakan kontraktor bertanggung jawab terhadap penentuan
garis batas, kelandaian dan potongan melintang yang ditunjukan pada gambar rencana atau seperti
diperintahkan oleh direksi teknik.

8.3 Ukuran kelandaian, garis batas dan formasi akhir setelah penggalian tidak boleh berbeda dari yang
ditentukan lebih besar 2 cm pada setiap titik. Pekerjaan yang tidak memenuhi toleransi ini harus
diperbaiki sehingga memuaskan direksi teknik.

8.4 Setiap pekerjaan galian yang dibayar, ketinggian dan garis batasnya harus disetujui oleh direksi
teknik, sebelum kontraktor memulai pekerjaan.
8.5 Sesudah masing masing penggalian untuk lapis tanah dasar, formasi atau pondasi dipadatkan,
kontraktor harus memberitahukan kepada direksi teknik, dan tidak ada bahan alas dasar atau bahan
lainya boleh dipasang sampai direksi teknik menyetujui kedalaman penggalian dan kualitas serta
kekerasan bahan pondasi.

8.6 Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan untuk timbunan atau setiap bahan yang tidak disetujui
direksi teknik menjadi bahan urugan yang cocok, harus dibuang dan diratakan dalam lapisan tipis
oleh kontraktor diluar daerah milik jalan atau seperti diperintahkan direksi teknik.

8.7 Selama pekerjaan penggalian, kemiringan galian yang stabil yang mampu menyangga bangunan,
struktur atau mesin disekitarnya harus dijaga sepenuhnya.

8.8 Alat alat berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau maksud maksud semacam, tidak diijinkan
berdiri atau beroperasi lebih dekat dari 1,5 m dari ujung galian terbuka.

8.9 Semua galian terbuka harus dipasang penghalang yang memadai untuk menghindari tenaga kerja atau
yang lainya jatuh dengan tidak sengaja, dan setiap galian terbuka didalam daerah badan jalan atau
bahu jalan sebagai tambahan harus diberi marka atau tanda peringatan.

8.10 Setiap bahan beban di atas harus disingkirkan dari tebing yang tidak stabil sebelum penggalian dan
talud tebing harus dipotong menurut sudut rencana talud.

8.11 Untuk tebing yang tinggi harus dibuatkan berm pada setiap ketinggian 5,0 m yang sesuai dengan
gambar standar atau menurut perintah direksi teknik.

8.12 Pekerjaan galian akan diukur untuk pembayaran sebagai volume setempat dalam meter kubik
bahan bahan yang digali. Berdasarkan prhitungan penampang melintang dan profil yang ditunjukan
pada gambar atau diukur ditempat sebelum penggalian, dan garis batas, kemiringan serta
ketinggian pekerjaan galian akhir yang ditentukan dan diterima. Cara penghitungan harus berupa
cara luas rata rata akhir, menggunakan penampang melintang pekerjaan berjarak tidak lebih dari 25
m terpisah.

PASAL 4
PEKERJAAN URUGAN TANAH BIASA

9.1 Toleransi ketinggian dan kemiringan urugan setelah pemadatan tidak boleh 2 cm lebih tinggi atau 3
cm lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.

9.2 Semua permukaan akhir urugan yang nampak keluar harus cukup halus dan seragam dan mempunyai
kemiringan yang cukup menjamin limpasan air permukaan bebas.

9.3 Permukaan akhir urugan tidak boleh berbeda dari garis profil yang ditentukan lebih dari 10 cm.

9.4 Sebelum menempatkan urugan di atas suatu lapangan, semua operasi pemotongan dan pembersihan
termasuk pengisian lobang lobang disebabkan pembongkaran akar akar harus diselesaikan sesuai
dengan spesifikasi dan semua bahan bahan yang tidak cocok harus dibuang dari lapangan tersebut
seperti diperintahkan direksi teknik.
9.5 Urugan harus disiapkan sampai permukaan yang telah dibuat dan ditebarkan dalam lapisan yang rata
dan tidak melebihi ketebalan 20 cm, yang memenuhi toleransi tebal lapisan yang diberikan.

9.6 Urugan tanah harus diangkut secara langsung dari daerah galian bahan ketempat yang sudah
disiapkan dan dihampar ( dalam cuaca kering ). Penumpukan tanah pada umumnya tidak diijinkan,
khususnya selama musim hujan.

9.7 Kemiringan tebing harus dibentuk dan dirapihkan menurut sudut talud rencana dan bagi tebing yang
tinggi diberikan berm yang sesuai dengan gamabr rencana, serta dibuatkan penyediaan untuk drainase
yang memadai.

9.8 Segera setelah penempatan dan penghamparan urugan, lapisan harus dipadatkan menyeluruh dengan
peralatan pemadatan yang cocok dan memadai yang disetujui oleh direksi teknik sampai pada
persyaratan berikut :
a. Lapisan yang lebih dari 30 cm di bawah permukaan tanah dasar harus dipadatkan sampai 45 %
kepadatan kering standar maksimum yang ditetapkan AASHTO T99.
b. Lapisan didalam 30 cm atau kurang, dibawah permukaan tanah dasar harus dipadatkan sampai
100 % kepadatan kering standar maksimum yang ditetapkan sesuai AASHTO T99
c. Apabila dipandang perlu atau diperintahkan oleh direksi teknik pengujian kepadatan dilapangan
dengan methode kerucut pasir ( sand cone ) dapat dilakukan , dengan jarak tidak boleh lebih dari
200 m
d. Pemadatan urugan tanah harus dilakukan hanya bila kadar air bahan urugan berada pada batas 3
% kurang dari kadar air optimum sampai 1 % lebih dari kadar air optimum. Penentuan Kadar air
optimum dilakukan di laboratorium sesuai perintah direksi teknik.

9.9 Urugan timbunan harus dipadatkan dimulai dari ujung paling luar serta masuk ke tengah dalam satu
cara dimana masing masing bagian menerima desakan pemadatan yang sama.

9.10 Urugan ditempat yang sulit dicapai oleh peralatan pemadatan dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin pemadat yang disetujui direksi ( stamper )

9.11 Volume yang diukur untuk pembayaran harus atas dasar penampang melintang dan profil melintang
dan profil yang disetujui yang ditunjukan dalam gambar rencana atau diukur dilapangan sebelum
suatu urugan telah ditempatkan pada garis batas, kelandaian dan permukaan yang disetujui dan
diterima. Cara penghitungan berupa cara luas rata rata dan menggunakan penampang melintang
pekerjaan berjarak tidak lebih dari 25 m, dalam satuan meter kubik.

PASAL 5
PEKERJAAN PASANGAN BATU

10.1 Ukuran batu maksimum akan ditentukan oleh direksi teknik dengan mempertimbangkan jenis,
struktur, lokasi dalam struktur dan persyaratan umum untuk stabilitas dan saling mengunci, atau
ukuran minimum seperti berikut tebal minimum 15 cm, lebar minimum 1,5 x tebal, panjang
minimum 1,5 x lebar.

10.2 Contoh material batu gunung dan agregat halus yang digunakan untuk adonan semen harus
diserahkan kepada direksi teknik untuk mendapatkan persetujuan.
10.3 Kondisi lapangan pekerjaan dimana pekerjaan pasangan batu akan dilaksanakan harus bebas air
atau dilakukan pengalihan lintasan air.

10.4 Pematokan untuk garis, ketinggian dan kelandaian harus diselesaikan sehingga disetujui direksi
teknik sebelum pekerjaan pasangan batu dimulai.

10.5 Batu harus bersih dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan waktu untuk penyerapan
air. Pondasi atau lapisan dasar yang sudah disiapkan harus juga dibasahi.

10.6 Tebal alas adonan untuk masing masing lapisan pekerjaan batu adalah dalam batas 2 – 5 cm, tetapi
harus dipertahankan sampai keperluan minimum untuk menjamin bahwa semua rongga diantara
batu yang dipasang telah diisi sepenuhnya.

10.7 Suatu lapisan dasar adonan segar tebal paling sedikit 3 cm harus dipasang diatas pondasi yang telah
disiapkan secepatnya sebelum pemasangan batu batu pada lapis pertama. Batu pilihan yang besaar
harus digunakan untuk lapisan bawah dan di sudut sudut. Harus diperhatikan dan dihindari
pengelompokan batu yang sama ukuranya.

10.8 Batu harus diletakan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan permukaan batu yang
terlihat harus diatur sejajar dengan permukaan dinding yang sedang dibangun.

10.9 Batu batu harus diletakan dengan hati hati untuk menghindarkan pergeseran atau gerakan batu yang
sudah dipasang.

10.10 Agar diusahakan banyaknya penyediaan adonan untuk dasar yang dipasang satu kali harus dibatasi
sampai tingkat kemajuan pemasangan batu sehingga batu batu hanya dipasang diatas adonan segar.
Jika sebuah batu dalam struktur menjadi lepas atau tergeser sesudah adonan diletakan, batu tersebut
harus disingkirkan, dibersihkan dari adonan adonan yang mengeras dan dipasang kembali dengan
adonan segar.

10.11 Segera setelah semua batu muka dipasang dan sementara adonan masih segar permukaan yang
menonjol dari struktur harus dibersihkan seluruhnya dari noda noda adonan.

10.12 Pasangan batu akan diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume normal pekerjaan
terselesaikan dan dapat diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang ditentukan oleh garis dan
penampang melintang yang disetujui atau telah ditetapkan.

PASAL 6
LAPIS PONDASI BAWAH

11.1 Permukaan akhir lapis pondasi bawah harus diberi punggung atau kemiringan melintang yang
ditetapkan atau ditunjukan pada gambar rencana. Tidak boleh ada ketidakteraturan dalam bentuk
dan permukaan tersebut harus rata dan seragam.

11.2 Kemiringan dan ketinggian akhir sesudah pemadatan tidak boleh lebih dari 1.5 cm kurang dari yang
ditentukan pada gambar atau diatur dilapangan dan disetujui direksi teknik.

11.3 Contoh bahan yang akan digunakan untuk lapis pondasi bawah harus diserahkan kepada direksi
teknik untuk mendapatkan persetujuan paling sedikit 14 hari sebelum pekerjaan dimulai, dan harus
disertai dengan hasil hasil data pengujian sesuai dengan persyaratan spesifikasi untuk kualitas dan
bahan bahan.

Sifat – sifat Lapis Pondasi Agregat Kelas B


Abrasi dari Agregat Kasar ( SNI 03-2417-1990) 0 - 40 %
Indek Plastisitas ( SNI 03 -1996-1990 ) 0 – 10
Hasil kali Indek Plastisitas dg. % Lolos Ayakan N0. 200 -
Batas Cair ( SNI 03-1967-1990) 0 – 35
Bagian yg. Lunak ( SK SNI M-01-1994-03 ) 0–5%
CBR ( SNI 03-1774-1989 ) Min 35 %

11.4 Apabila satu jalan pengalihan tidak disediakan, pekerjaan tersebut harus dilaksanakan sedemikian
sehingga dimungkinkan dilewati oleh laluintas dalam satu arah.

11.5 Setiap bahan lapis pondasi yang tidak sesuai dengan spesifikasi, apakah sudah dipasang atau belum
akan ditolak atau dipindahkan dari lapangan kerja atau digunakan sebagai urugan seperti yang
diperintahkan oleh direksi teknik.

11.6 Setiap Bagian perkerasan yang menunjukan ketidakteraturan atau cacat karena penanganan yang
jelek atau kegagalan kontraktor untuk memenuhi persyaratan spesifikasi atau gambar rencana harus
dibetulkan dengan perbaikan perbaikan atau penggantian atas beban biaya kontraktor.

11.7 Bahan lapis pondasi bawah terdiri dari kerikil, pasir dan lempung alami yang lolos 100 % saringan
1.5” atau 37.5 mm, lolos 80 % saringan 2.36 mm dan lolos 15 % saringan 0.075 mm.

Ukuran saringan ( mm ) Persentasi lolos atas berat ( % )


50,0 100
37,5 88 – 95
25,0 70 – 85
9,50 30 – 65
4,75 25 – 55
2,0 15 – 40
0,425 8 – 20
0,075 2–8

11.8 Penghamparan akhir LPB sampai ketebalan dan kemiringan melintang jalan yang diminta, harus
dilaksanakan dengan kelonggaran penurunan ketebalan kira kira 15 % untuk pemadatan lapisan
lapisan lapis pondasi bawah.

11.9 Segera setelah penghamparan dan pemadatan akhir, masing masing lapisan harus dipadatkan
sampai lebar penuh lapis pondasi perkerasan, dengan menggunakan mesin gilas roda baja atau
mesin gilas roda ban pneumatic atau peraltan lain yang disetujui direksi teknik.

11.10 Penggilasan untuk pemadatan bahan lapis pondasi bawah dilakukan sedikit demi sedikit dari
pinggir ke tengah, sejajar dengan garis sumbu jalan sampai seluruh permukaan telah dipadatkan
secara merata. Pada bagian super elevasi kemiringan melintang jalan atau kelandaian yang terjal,
penggilasan harus bergerak daari bagian yang lebih rendah ke bagian yang lebih tinggi.
11.11 Apabila diperlukan direksi teknik dapat memerintahkan untuk melakukan tes pengendalian
kepadatan dengan tes kerucut pasir ( sand cone ) atau penentuan CBR ditempat dengan DCP (
Dinamic Cone Penetrometer )

11.12 Setiap ketidakteraturan bentuk atau bagian yang ambles yang mungkin terjadi harus dibetulkan
dengan menggaru atau meratakan dengan menambahkan lapis pondasi bawah untuk membuat
permukaan tersebut mencapai bentuk dan ketinggian yang benar.

11.13 Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga didalam batas 3 % kurang dari kadar air
optimum samapi 1 % lebih dari kadar air optimum dengan penyemprotan air atau pengeringan
seperlunya.

11.14 Volume yang dibayar merupakan jumlah meter kubik lapis pondasi bawah yang dipasang sesuai
dengan gambar rencana serta spesifikasi atau seperti diperintahkan direksi teknik di lapangan, yang
dipadatkan dan diterima oleh direksi teknik.

PASAL 7
PEKERJAAN BETON

13.1 Kontraktor harus menyerahkan contoh contoh semua bahan bahan yang digunakan untuk pekerjaan
beton bersama sama dengan data data pengujian yang menunjukan kecocokan dengan persyaratan
mutu/ spesifikasi.

13.2 Kontraktor harus melakukan job mix design untuk mendapatkan perbandingan bahan yang
digunakan guna menghasilkan beton dengan mutu yang ditetapkan.

13.3 Dalam pelaksanaan kontraktor harus senantiasa menerapkan hasil perbandingan bahan dari hasil job
mix desain dan sebagai control untuk volume tertentu diambil sampelnya untuk kemudian
dilakukan uji desak beton, atau sesuai permintaan direksi.

13.4 Pencampuran bahan beton dianjurkan untuk menggunakan mesin pencampur beton ( concrete mixer
) agar didapatkan adukan beton yang lebih homogen.

13.5 Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 1.5 menit untuk mesin dengan kapasitas ¾ m3. Diatas
ukuran ini jangka waktu pencampuran minimum ditambah 15 detik untuk setiap penambahan ½ m3
campuran beton.

13.6 Pencampur / mixer tersebut pertama tama harus dimuati / diisi dengan agregat yang sudah ditakar
beserta semen dan dicampur kering untuk waktu yang pendek sebelum ditambah air.

13.7 Sebelum mencampurkan satu takaran beton baru, mesin tersebut harus dikosongkan sama sekali
dari takaran sebelumnya.

13.8 Semua Acuan/ bekisting , penulangan dan sarana pelengkap lainya harus ditempatkan secara benar
dan aman untuk mencegah penggeseran.

13.9 Acuan / bekisting dapat menggunakan kayu atau baja dengan sambungan yang kedap terhadap
adonan dan cukup kaku untuk memelihara posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan
dan perawatan mengeras beton.
13.10 Permukaan dalam dari bekisting harus bersih dari kotoran lepas atau bahan bahan lain sebelum
penggunaan dan harus disiram air sampai jenuh atau diolesi dengan minyak mineral anti karat
sebelum digunakan.

13.11 Kayu dengan permukaan kasar/ tidak diserut dapat digunakan untuk sisi yang tidak diekpose
sebaliknya untuk sisi yang diekpose permukaan kayu bekisting harus halus dan rata.

13.12 Penuangan beton dapat dilakukan setelah acuan, penulangan dan pekerjaan persiapan lainya
diselesaikan sesuai dengan spesifikasi dan telah diperiksa dan disetujui oleh direksi teknik.

13.13 Beton harus dituangkan dalam satu cara sehingga tidak terjadi segregasi agregat, dan tidak ada
beton yang harus dijatuhkan secara bebas dari satu ketinggian lebih besar dari 1.5 m.

13.14 Pengecoran beton harus dilaksanakan sebagai pekerjaan yang menerus tanpa penghentian sampai
akhir yang dipersiapkan atau sampai sambungan konstruksi yang sudah disiapkan sebelumnya.

13.15 Lokasi sambungan sambungan konstruksi bagi setiap struktur harus ditentukan sebelumnya dan
ditunjukan dalam gambar rencana , serta harus disetujui oleh direksi teknik.

13.16 Beton harus dipadatkan dengan mesin penggetar dan digetar selama 30 deetik pada setiap lokasi
berjarak masing masing 45 cm atau dengan cara manual dengan pemadatan cerucuk dengan
persetujuan direksi teknik.

13.17 Tidak ada bekisting dibongkar sebelum beton telah cukup kaku dan mengeras dan telah mencapai
kekuatan yang cukup untuk mendukung berat sendiri. Harus diperoleh ijin dari direksi teknik
sebelum pembongkaran berlangsung, tanpa melepaskan tanggung jawab kontraktor terhadap
keselamatan pekerjaan.

13.18 Perawatan beton harus dilakukan setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari hujan lebat, panas
matahari atau setiap kerusakan yang dapat menggesser beton tersebut.

13.19 Untuk jangka waktu paling sedikit 3 hari beton harus dilakukan pembasahan dan kemudian dirawat
dalam keadaaan lembab untuk 4 hari berikutnya.

13.20 Volume beton yang dibayarkan merupakan jumlah meter kubik beton yang dikerjakan sesuai
dengan gambar rencana.

PASAL 8
PEKERJAAN BAJA TULANGAN

14.1 Paling sedikit 14 hari sebelum dimulainya pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan kepada direksi
teknik untuk disetujui, rincian diagram pembengkokan dan daftar batang penulangan yang
disyaratkan. Rincian ini harus sesuai dengan gambar pelaksanaan yang disediakan untuk kontrak
atau seperti petunjuk direksi teknik.

14.2 Jarak penulangan yang sejajar tidak boleh kurang dari diameter batang atau ukuran maksimum
agregat kasar ditambah 1 cm, dengan minimum 3,0 cm diambil yang lebih besar.
14.3 Apabila penulangan terdiri dari lebih satu lapis batang, penulangan lapis atas diletakan tepat di atas
lapis bawah penulangan dengan ruang bebas / jarak vertical minimum 2,5 cm.

14.4 Batang tulangan baja harus diletakan sedemikian sehingga selimut beton minimum menutupi
pinggir luar penulangan.

14.5 Tebal selimut beton untuk permukaan beton terbuka di bawah permukaan air, minimum tebalnya
5,0 cm pada penggunaan baja tulangan diameter lebih kecil atau sama dengan 16 mm. Pada
penggunaan baja tulangan dengan diametr lebih besar dari 16 mm digunkan tebal selimut beton
minimum 6,0 cm

14.6 Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memastikan ketepatan daftar batang dan diagram
pembengkokan, dan untuk meyakinkan bahwa daftar urutan dipakai secara benar.

14.7 Baja tulangan yang disediakan dan akan dipakai tetapi tidak sesuai dengan persyaratan sebenarnya
atau spesifikasi akan dittolak dan harus diganti.

14.8 Batang baja penulangan adalah polos atau ulir sesuai persyaratan SK SNI T-15 1991. Kecuali
dinyatakan lain mutu baja tulangan yang digunakan harus mutu U24 dengan tegangan leleh 2400
kg/cm2.

14.9 Baja tulangan yang dipakai harus bersih dan bebas dari debu, Lumpur, minyak, gemuk atau karat.

14.10 Rangkaian baja tulangan pada sisi bawah harus menggunakan ganjal penulangan/ beton tahu bertali
terbuat dari adukan semen 1 : 2, sehingga menjamin terpenuhinya tebal selimut beton yang
disyaratkan.

14.11 Kawat baja/ bendrat yang digunakan untuk pengikatan dan pengamanan batang tulangan baja harus
kawat baja yang sesuai dengan persyaratan SK SNI T-15 1991 dan disetujui direksi teknik.

14.12 Batang baja tulangan dipotong menurut panjang yang diperlukan, dibengkokan secara hati hati
menurut bentuk dan ukuran yang sesuai gambar rencana dan menurut persetujuan direksi teknik.

14.13 Batang tulangan mutu tinggi tidak boleh dibengkokan dua kali. Pemanasan batang tulangan harus
dilarang, kecuali dengan persetujuan direksi teknik, dimana harus dipertahankan sampai kepada
pemanasan minimum atau dilaksanakan dengan kemungkinan pemanasan yang paling rendah.

14.14 Apabila jari jari pembengkokan untuk batang tulangan tidak ditunjukan dalam gambar rencana, ia
harus paling sedikit 5 kali diameter yang bersangkutan untuk U24 atau 6,5 kali diameter batang
yang bersangkutan untuk mutu baja tulangan yang lebih tinggi.

14.15 Batang baja tulangan harus diikat bersama dengan kokoh untuk menghindari pergeseran tempat
selama penuangan dan penempatan beton.

14.16 Pengelasan batang baja tulangan kecuali terinci pada gambar atau diijinkan secara tertulis oleh
direksi teknik.

14.17 Semua baja tulangan harus dipasang menurut panjang sepenuhnya seperti dinyatakan dalam
gambar. Penyambungan batang baja, kecuali apabila ditunjukan lain pada gambar, tidak akan
diijinkan tanpa persetujuan direksi teknik. Setiap penyambungan demikian yang disetujui direksi
teknik harus selang seling sejauh mungkin dan ditempatkan pada titik tegangan tarik minimum.
14.18 Volume baja tulangan yang dibayarkan merupakan jumlah kilogram baja tulangan yang dikerjakan
dan dipasang sesuai dengan gambar rencana.

PASAL 9
PEKERJAAN PEMANCANGAN

15.1 Pekerjaan pemancangan ini meliputi pemancangan kayu laut untuk plat deuker, box culvert dan
dinding penahan tanah serta pemancangan kayu ulin untuk jembatan.

15.2 Pekerjaan pemancangan dilakukan dengan menggunakan alat pemancang mekanis atau alat lain
yang disetujui oleh direksi teknik.

15.3 Sebelum dilakukan pemancangan, titik titik pancang sudah diukur terlebih dahulu sesuai dengan
gambar rencana dan memperoleh persetujuan direksi teknik.

15.4 Pemancangan dilakukan hingga mencapai kedalaman sampai dengan tanah keras yang disyaratkan,
apabila perlu dilakukan penyambungan atau sesuai perintah direksi teknik.

15.5 Bahan bahan tiang pancang harus dalam kondisi baik, lurus tidak bengkok bengkok, tidak terdapat
garis garis pecah atau cacat lobang. Penggunaan tiang tiang pancang harus dengan persetujuan
direksi teknik.

15.6 Pemotongan tiang pancang dilakukan hingga Cut in level dalam hal ini sampai dengan lantai kerja
atau sesuai persetujuan direksi teknik.

15.7 Volume pekerjaan pemancangan yang dibayarkan merupakan jumlah titik pancang yang dikerjakan
dan dipasang sesuai gambar rencana dan persetujuan direksi teknik.

PASAL 19
PENUTUP

Guna mendapatkan hasil yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini tetapi
tidak dimasukan/ disebutkan kata demi kata di dalam RKS ini, harus diselenggarakan oleh kontraktor dan
diterima sebagai hal yang disebutkan, bilamana perlu akan diadakan perubahan/ perbaikan di dalam RKS
ini.

Anda mungkin juga menyukai