TINJAUAN TEORITIS
Ada tiga factor utama yang mempengaruhi timbulnya bronhitis yaitu rokok ,infeksi,dan
polusi .Selain itu ada pula hubungan ketururan dan status sosial .
a. Rokok
Rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis .Terdapat hubungan yang erat antara
merokok dan penurunan VEP( Volume Eksipirasi paksa ) 1 detik . Secara patologis rokok
berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel
saluran pernafasan menyebabkan bronchitis akut.
b. Infeksi
Infeksi menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejalanya pun lebih hebat .
Eksaserbasi bronchitis kronik di sangka paling sering di awali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri-bakteri yang diisolasi paling
banyak adalah hemophilus influenza dan steptococus pneumonia .
c. Polusi udara
Polusi tidak besar pengarunya sebagai faktor penyebab ,tetapi bila di tambah merokok
resiko akan menjadi tinggi .Zat kimia yang dapat menyebabkan bronchitis adalah zat-zat
pereduksi seperti O2 ,zat-zat pengoksida seperti N2O , hidrokarbon dan ozon .
d. Pekerjaan
Bronchitis lebih sering di temukan pada pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan
yang sering terpapar pada debu anorganik atau organic atau terhadap gas beracun .
e. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah
,mungkin di sebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih buruk .
f. Faktor keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak ,kecuali pada
penderita defesiensi alfa-1- antitrypsin yang merupakan suatu problem , dimana kelainan
ini diturunkan secara autosom resesif . Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik
yang sering di keluarkan pada peradangan dan merusak jaringan ,termasuk jaringan paru
.
3. Menifestasi klinik
a. Batuk
Mulai dengan batuk pada pagi hari yang sering diperkirakan karena merokok ,makan
lama batuk makin berat ,timbul siang maupun malam sehingga penderita terganggu
tidur batuk dan produksi spatum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi
setiap hari .Intensitas batuk , jumlah dan frekuensi produksi spatum bervariasi dari
pasien ke pasien . Dahak berwarna yang bening ,putih atau hijau-kekuningan.
b. Sesak nafas
Keluhan sesak nafas akan timbul dini,jika disertai infeksi sesak napas akan
bertambah.
c. Hemoptoe
Terjadi karena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri pilmonalis) cabang
arteri (arteri bronchus) atau anatomi pembuluh darah.
d. Sakit pada tenggorokan
e. Demam
f. Hipoksemia/Hiperkapnea
g. Nyeri dada
h. Kelelahan
4. pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan rongent
Pemeriksaan foto thoraks sangat membantu dalam penegakkan suatu diagnosis .Pada
penderita bronchitis akan terlihat corak bayangan garis-garis yang pararel dan corak
paru yang bertambah.
b. Pemeriksaan laboratorium
1). Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi ,mengidentifikasi patogen .
2). Analisa Gas Darah
GDA: PaO2rendah (normal 25-100 mmHg ),
PaCO2 tinggi(36-44mmHg)
3). Bronchogram : menunjukan dilatasi selinder bronchus saat inspirasi
4). Terapi oksigen :pemberian oksigen sesuai kebutuhan EKG
c. Drainase sekret dengan bronkhoskop : Cara ini penting dilakukan terutama saat
permulaan perawatan pasien
Bronkhitis dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembli sebagai
eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis . Pada infeksi saluran napas atas ,infeksi virus seringkali
menjadi awal dari serangan bronkhitis akut .
Bronkhitis timbul sebagai akibat dari adanya paparan terhadap agen infeksi maupun non
infeksi . Iritan akan memicu timbulnya respon inflamasi yang akan menyebabkan
vasodilatasi,kongesti ,edema mukosa dan brongkospasme. Tidak seperti empisema ,bronkhitis
mempengaruhi jalan nafas kecil dan besar dibandingkan dengan alveoli .
Oleh karena itu ,mucosiliari defence dari paru mengalami kerusakan ,maka meningkatkan
kecanderungan untuk terserang infeksi .Ketika infeksi timbul,kelenjar mukus akan menjadi
hipertropi dan hyperplasia, sehingga produksi mukus akan meningkat .Dinding bronkhus
akan meradang dan menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal ) dan
mengganggu aliran udara . Mukus kental ini bersama-sama dengan produksi mukus yang
banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan memperkecil saluran udara yang
besar .Bronkhitis mula-mula mempengaruhi hanya pada bronkhus besar, dan pada akhirnya
seluruh saluran nafas akan terkena.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus menyebabkan obstruksi jalan nafas
,terutama saat ekspirasi. Jalan nafas menjadi kolaps ,dan udara terperangkap pada bagian distal
paru-paru .Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar,hipoksia dan osidosis.Klien
akan mengalami kekurangan oksigen jaringan dan timbul rasio ventilas –perfusi abnormal,
dimana terjadi penurunan PaO2.Kerusakan ventilasi dapat juga meningkatkan nilai PaC2 ,klien
akan terlihat sianosis ketika mengalami kondisi ini . Sebagai kompensasi dari hipoksemia
,terjadilah polisitemia (over produksi eritrosit).Selanjutnya,leukosit akan mengeluarkan enzim
yang akan merusak jaringan elastis paru .
a. Pneumonia
Dengan atau tanpa ektoletasis ,bronchitis sering mengalami infeksi saluran napas bagian
atas .Hal ini sering terjadi pada mereka yang drainase sputumnya yang kurang baik .
b. Haemaptoe
Terjadi karena pecahnya pembulah darah cabang vena (arteri pulmonalis), cabang arteri
(arteri bronkhitis )atau anatomi pembuluh darah .
c. Efusi pleura
d. Cor pulmonal kronik pada kasus ini terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena
pulponalis pada dinding bronkus ,akan terjadi hipoksemia .Pada keadaan lanjut akan
terjadi gagal jatung kanan .
e. Kegagalan pernapasan merupakan komplikasi paling akhir bronchitis yang paling berat
dan luas .
7. Pengobatan
Penanganan bronkitis pada tiap pasien dapat berbeda, tergantung keparahan dan kondisi pasien secara
menyeluruh. Pada bronkitis akut atau yang tergolong ringan, gejala yang muncul akan mereda dengan
sendirinya dalam beberapa minggu. Namun, jika bronkitis berlangsung berlarut-larut atau terasa sangat
mengganggu, dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan atau terapi yang bertujuan untuk meredakan
gejala.
Untuk meredakan gejala batuk, obat yang diberikan dapat berupa antitusif atau ekspektoran. Beberapa
obat pereda batuk yang dapat digunakan meliputi:
Dextromethorpan
Guaifenesin
Codeine
Noscapine
Lalu, untuk meredakan gejala sesak napas, metode penanganannya dapat berupa:
Penggunaan bronkodilator.
Pemberian kortikosteroid. Obat ini digunakan ketika bronkodilator tidak efektif. Dokter dapat
memberikan kortikosteroid dalam bentuk tablet atau dihirup.
Rehabilitasi paru. Metode ini mengandalkan komitmen pasien dalam berolahraga, menjaga pola
makan, dan melatih pernapasan.
Selain pemberian obat dan terapi khusus, pasien juga dapat melakukan perawatan mandiri di rumah untuk
meredakan gejala. Beberapa upaya yang dapat dilakukan meliputi:
8. Pencegahan Bronkitis
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena bronkitis. Di antaranya
adalah:
7. Pengkajian
A .identifikasi
Pasien
Nama : Ny.lisa
Umur : 78 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Jumalah anak : 3 anak
Agama : Kristen
Warga Negara :Indonesia
Bahasa yang digunakan :Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat rumah : jl .toddopuli 6 no.5 makassar
Penanggung jawab
Nama : Rico
Umur : 37 tahun
Alamat : jl. Bau mangga no.23 makassar
Hubungan dengan pasien : cucu pasien
B. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharan kesehatan
1 ) keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit dulu dia selalu berusaha merawat kesehatannya .dia
mengatakan kadang mengalami flu dan meminum obat-obat yang telah dibelinya di
warung tetapi jika tak kunjung sembuh pasien berobat ke dokter/rumah sakit.pasien juga
mengatakan bahwa ia tidak pernah berolahraga dan tidak mengkonsumsi vitamin sebagi
suplemen tambahan . pasien hidup lingkungan yang memiliki banyak polusi udara dan
asap rokok karena ayah dan sebagain besar teman kampus pasien merokok.
Pasien mengatakan pernah mengalami demam beberapa bulan yang lalu dan berlangsung selama
± 3 hari tetapi ia hanya mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter sampai sembuh.
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
seperti yang dialami pesien saat ini. Hanya saja terdapat penyakit keturunan dalam keluarganya
yaitu hipertensi yang diderita oleh nenek dan ayah pasien dan DM di derita oleh kakek pasien.
4) Pemeriksaan fisik :
Kebersihan rambut : tampak bersih
Kulit kepala : tampak bersih
Kebersihan kulit : tampak bersih dan tampak kemerahan
Hygiene rongga mulut : tampak bersih
Kebersihan genitalia : tidak dikaji karena pasien menolak
Kebersihan anus : tidak dikaji karena pasien menolak
5. 11 Pola Gordon
4.bantuan penuh.
- Bunga air besar : 0
- Bunga air kecil :2
b) Postur tubuh : pasien tampak memungkuk
c) Gaya jalan : sedikit lambat.
d) Anggota gerak yang cacat : tidak ada
e) Fiksasi : tidak ada
f) Tracheostomi :tidak ada
4) Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah
Berbaring :130/60mmHg
Duduk : 140/70 mmHg
Berdiri : - mmHg
Kesimpulan :Hipotensi ortostatik –(positif) – (negatif)
b) HR : 80 ×/menit
c) Kulit
Keringat dingin : pasien tampak keringat
Basah : kulit lembab
d) JVP : 5-2 cmH20
Kesimpulan :pemompaan ventrikel jantung memadai
e) Perfusi perifer pembuluh kuku : kembali dalam 3 detik.
f) Thorax dan pernapasan :
-inspeksi :
-palpasi : redup
f) palpasi :
g) perkusi : redup
h) auskultasi :
suara napas :bronkovesikuler
suara ucapan :getaran paru kiri sama dengan
paru kanan
suara tambahan :ronchi
5) jantung
- Inspeksi :
- palpasi :
- perkusi:
- auskultasi :
bruit: aorta:
-A.atrofi :Negatif
Tangan : kanan 4
kiri 4
kaki : kanan 4
kiri 4
keterangan :
K sentuhanakan jtuh
- reflex fisiologi: tricep (+/+) dan bicep (+/+), pada kedua tungkai
- reflex patologi
babinski kiri:
kanan
3) Obervasi :
Pasien mengatakan tidak mambu membaca dengan jarak ± 30cm
4) Pemeriksaan fisik :
a) Penglihatan :
- Cornea : tampak jernih.
- Pupil : tampak isokor kiri dan kanan
- Lensa mata : tampak jernih.
- Tekanan intra okuler (TIO) sama antara kita dan kanan.
b) Pendengaran :
- Pina : simestris antara kiri dan kanan
- Kanalis : bersih ,tidak tampak adanya serumen .
- Membran timpani : tampak utuh.
c) Pengenalan rasa pada gerakan lengan dan tungkai :mampu merasakan rangsangan
yang diberikan.
i) Pola reprodukssakit :
1) Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan dirinya terbuka,bila ada masalah yang timbul dalam keluarga pasien
mendiskusikannya dengan anak-anaknnya.
3) Observasi :
Tampak pasien bertanya mengenai kondisi kesehatannya.
3) Observasi :
Tampak tasbi berada disamping bantai pasien.
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Nama/ umur : Ny D
No Diagnosa Keperawatan
1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubunga dengan mucus dalam jumlah
berlebihan
2 Hipetermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
3 Hambatan mobilitas fisik berhubungan engan penurunan kekuatan otot
9. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama/umur : Ny D / 65 tahun
Ruang/kamar: Bernadedh ll / 501
Tanngal Evaluasi SOAP
19 April 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubunga dengan mukus dalam jumlah
2015 berlebihan
S: pasien mengatakan masih sesak
O: pasien tampak lemas
A: ketidakefektifan bersihaan jalan nafas belum teratasi
P: lanjut intervensi 1,2,3,4,5,6,7
2. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
S: pasien mengatakan massih demam
O: pasien tampak lemas
A: Masaalah hipertemi belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7
3. Hambatan mobilitasi fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
S: pasien mengatakan badan masih lemas
O: pasien tampak lemas
A: masalah hambatan mobilitas fisik belum terkhir
P: lanjutkan lanjutkan 1,2,3,4,5,
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang bronkus.
Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya banyak polutan, misalnya orang
tua yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak
yang menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari
menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian penyakit bronkhitis sangat
tinggi.
Negara berkembang seperti Indonesia infeksi saluran pernafasan bawah masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang penting. Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di
anggap cukup tinggi. Di Indonesia yang terinfeksi bronkhitis sekitar 1.6 juta orang. Bronkhitis
adalah suatu peradangan pada bronkus, bronkhiali, dan trakhea (saluran udara ke paru-paru).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada
penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru)
dan usia lanjut, bronkhitis bisa menjadi masalah serius.
B. Rumusan Masalah
C. Apa pengertian dari Bronchitis?
D. Apa-apa saja faktor yang mempengaruhi Bronchitis dan jelaskan?
E. Tanda-tanda da gejala apa saja yang dapat biasa terjadi pada penderita penyakit Bronchitis ?
F. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Bronchitis?
G. Jelaskan apa saja komplikasi dari penyakit Bronchitis?
H. Jelaskan bagaimana cara mengobati penyakit Bronchitis ?
I. Jelaskan bagaimana cara mencegah penyakit BronchitiS?
J. Buatkanlah patoflow (perjalanan penyakit) dari BronchitiS?
K. Jelaskan bagaimana proses asuhan keperawatan dari penyakit Bronchitis?
C. Tujuan Penulisan
A. Kesimpulan
Pada saat proses pengkajian tanda dan gejala yang paling sering muncul adalah klien mengeluh
batuk, klien mengeluh sesak nafas, dan klien mengeluh nyeri pada bagian dadanya. Dokter mendiagnosa
klien dengan diagnosa medis bronchitis akut.
Pada perumusan diagnosa keperawatan terdapat beberapa diagnosa yang muncul sesuai dengan
teori pada Tn. P yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas oleh sekresi,
spasme bronkus, pola napas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus, perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah, kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.
Rencana keperawatan disusun berdasarkan perencanaa yang telah disusun pada setiap diagnosa
dan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, namun semua tindakan yang dilakukan pada pelaksanaan
dilakukan tidak sesuai dengan tindakan seperti di rumah sakit dan kepada pasien sesungguhnya.
Gangguan pertukaran gas berhubunga dengan obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, pola
napas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus, perubahan nutris kurang dari kebutuhan
berhubungan denga dispnoe anoreksia, mual muntah, kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka kami penulis dapat memberikan saran yang diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya dibidang keperawatan guna meningkatka
kualitas asuhan keperawatan. Untuk itu penulis memberikan saran sebagai berikut :
1) Pada perawat
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
dengan bronchitis akut dan bisa kerjasama dengan tim kesehatan lainnya agar dapat melakukan asuhan
keperawatan secara komprehensif sehingga hasil asuhan keperawatan tercapai dengan maksimal dan
melakukan mendokumentasikan dengan benar sehingga dapat menidaklanjuti masalah yang belum
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3.Jakarta: EGC.
Mutaqqin, Arif, 2009. Asuahan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta:
Salemba Medika.
Smeltzer dan Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Surapto, Imam, 2013. Asuahn Keperawatan Pada gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: TIM.