“PENYAKIT SIFILIS”
OLEH :
A. Latar Belakang
Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya.
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu dari sepuluh
penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda
laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di
negara berkembang. (Upik, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO, 2011) sebanyak 70%
pasien wanita dan beberapa pasien pria yang terinfeksi gonore atau klamidia
mempunyai gejala yang asimptomatik. Antara 10% – 40% dari wanita yang
menderita infeksi klamidia yang tidak tertangani akan berkembang menjadi
pelvic inflammatory disease. Penyakit menular seksual juga merupakan
penyebab infertilitas yang tersering, terutama pada wanita. (Upik,2015).
Angka kejadian PMS dari 340 juta kasus baru yang dapat disembuhkan
(sifilis, gonore, infeksi klamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi setiap
tahunnya pada laki-laki dan perempuan usia 15- 49 tahun. Secara
epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling
tinggi. (Upik, 2015).
Tercatat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, diikuti Afrika bagian
Sahara, Amerika Latin, dan Karibean. Di Amerika, jumlah wanita yang
menderita infeksi klamidial 3 kali lebih tinggi dari laki- laki. Dari seluruh
wanita yang menderita infeksi klamidial, golongan umur yang memberikan
kontribusi yang besar ialah umur 15-24 tahun (Centers for Disease Control
and Prevention (CDC). (Upik, 2015).
Prevalensi PMS di negara berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan di negara maju. Pada perempuan hamil di dunia, angka kejadian
gonore 10 – 15 kali lebih tinggi, infeksi klamidia 2 – 3 kali lebih tinggi, dan
sifilis 10 – 100 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kejadiannya
pada perempuan hamil di negara industri. Pada usia remaja (15 – 24 tahun)
merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual, tetapi
memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus PMS baru yang
didapat. Kasus-kasus PMS yang terdeteksi hanya menggambarkan 50% -
80% dari semua kasus PMS yang ada di Amerika. Ini mencerminkan
keterbatasan “screening” dan rendahnya pemberitaan akan PMS. (Upik,
2015).
Di Indonesia, berdasarkan Laporan Survei Terpadu dan Biologis
Perilaku (STBP) oleh Kementrian Kesehatan RI (2011), prevalensi penyakit
menular seksual (PMS) pada tahun 2011 dimana infeksi gonore dan klamidia
sebesar 179 % dan sifilis sebesar 44 %. Pada kasus Human
immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS) selama delapan tahun terakhir mulai dari tahun 2005 – 2012
menunjukkan adanya peningkatan. Kasus baru infeksi HIV meningkat dari
859 kasus pada 2005 menjadi 21.511 kasus di tahun 2012. Sedangkan kasus
baru AIDS meningkat dari 2.639 kasus pada tahun 2005 menjadi 5.686 kasus
pada tahun 2012. (Upik, 2015).
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang
pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya
perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial.
Pergaulan remaja saat ini perlu mendapat sorotan yang utama, karena pada
masa sekarang pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan
perkembangan arus moderenisasi yang mendunia serta menipisnya moral
serta keimanan seseorang khususnya remaja pada saat ini. Pergaulan remaja
saat ini sangat mengkhawatirkan, ini dapat dilihat dari beberapa hal yakni
tingginya angka pemakaian narkoba di kalangan remaja, dan adanya seks
bebas di kalangan remaja di luar nikah. (Upik,2015).
Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia terakhir Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan sebanyak
5.912 wanita di umur 15 – 19 tahun secara nasional pernah melakukan
hubungan seksual. Sedangkan pria di usia yang sama berjumlah 6.578, atau
3,7% pernah melakukan hubungan seks. Tidak adanya mata pelajaran yang
secara khusus yang mengajarkan dan memberikan informasi bagi murid
SMA, juga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian penyakit
menular seksual di kalangan remaja. Hal ini mungkin disebabkan masih
kurangnya penyuluhanpenyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah dan
badan-badan kesehatan lainnya. (Upik, 2015).
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia terhadap
sesuatu, atau segala perbuatan dari manusia untuk memahami suatu objek
tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera
maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk
ideal atau bersangkutan dengan masalah kejiwaan. Tingginya angka kejadian
penyakit menular seksual di kalangan remaja terutama wanita, merupakan
bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan remaja akan penyakit menular
seksual. Wanita dalam hal ini sering menjadi korban dari penyakit menular
seksual. (Upik, 2015).
Sifilis atau lues merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang
disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang menyebabkan kelainan
pada kulit dan dapat bermanifestasi sistemik. (Bernadya, 2019).
Infeksi ini ditularkan melalui kontak seksual atau dari ibu kepada bayi
melalui plasenta, dapat juga ditularkan melalui transfusi darah.1 Sifilis
melewati beberapa stadium, yaitu stadium primer, stadium sekunder, stadium
tersier dan sifilis yang tidak menunjukkan gejala klinis disebut sebagai sifilis
laten. Stadium laten merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis sifilis
primer ataupun sekunder namun pemeriksaan serologis menunjukkan hasil
yang reaktif. (Bernadya, 2019).
Sifilis tersebar diseluruh dunia dan telah dikenal sebagai penyakit
kelamin klasik yang dapat dikendalikan dengan baik. Di Amerika Serikat
kejadian sifilis dan sifilis kongenital yang dilaporkan meningkat sejak tahun
1986 dan berlanjut sampai dengan tahun 1990 dan kemudian menurun
sesudah itu. Peningkatan ini terjadi terutama di kalangan masyarakat dengan
status sosial ekonomi rendah dan di kalangan anak-anak muda dengan
kelompok usia yang paling sering terkena infeksi adalah golongan usia muda
berusia antara 20–29 tahun, yang aktif secara seksual. (Bernadya, 2019).
Angka kejadian sifilis mencapai 90% di negara berkembang. World
Healthy Organization (WHO) memperkirakan terdapat 5 juta kasus baru
sifilis di dunia dan 12 juta kasus baru terjadi di Afrika, Asia Selatan, Asia
Tenggara, Amerika Latin dan Caribbean Di Indonesia insidensinya sekitar
0,61%. Angka kejadian sifilis di Indonesia berdasarkan laporan Survey
Terpadu Dan Biologis Perilaku (STBP) tahun 2011 oleh Kementrian
Kesehatan RI, terjadi peningkatan angka kejadian sifilis di tahun 2011 jika
dibandingkan dengan tahun 2007. (Bernadya, 2019).
Sifilis merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang masih
menjadi permasalahan secara global. Banyak orang dewasa yang terinfeksi
akibat penyakit ini. Sifilis tidak hanya menyebabkan morbiditas, tetapi juga
dapat menyebabkan mortalitas. (Surya, 2017).
Sifilis disebabkan oleh bakteri treponema pallidum, di dapat dari
hubungan seksual dan dapat ditularkan dari ibu ke janin atau yang diketahui
sebagai vertical transmission.2 Vertical transmission dari infeksi sifilis dapat
terjadi selama kehamilan yang menuju kepada infeksi fetal pada kasus
setidaPada tahun 2008 diperkirakan kejadian kasus baru sebanyak 10,6 juta
orang di dunia terinfeksi oleh penyakit sifilis. Pada tahun yang sama, kejadian
kasus baru sifilis di Asia Tenggara diperkirakan sebanyak 3 juta kasus.3
Jumlah populasi di dunia tahun 2008 diperkirakan sebanyak 6,7 milyar.4
Insiden sifilis di Indonesia pada tahun 1996 adalah sebanyak 0,61%.5
Sedangkan angka kejadian kasus penyakit sifilis di Provinsi Bali belum
diketahui secara pasti. dua per tiga kasus, terutama pada kasus sifilis dini dari
ibu (Surya,2017).
Distribusi sifilis dapat ketahui berdasarkan stadium dan faktor
risikonya. Faktor risiko yang berhubungan dengan sifilis yaitu umur dan jenis
kelamin. Jumlah kasus sifilis laten dini yang dilaporkan ke Centers of
Diseases Control (CDC) pada periode 2009-2010 meningkat sebanyak 4,1%
(Dari 13.066 menjadi 18.079 kasus), dan jumlah kasus sifilis lanjut dan sifilis
laten lanjut meningkat sebanyak 4,3% (dari 17.338 menjadi 18.079 kasus).
Pada periode yang sama, sifilis primer dan sekunder meningkat sebanyak
1,3% pada laki-laki (dari 7,8 menjadi 7,9 kasus per 100.000 laki-laki), dan
pada perempuan menurun sebanyak 21,4% (dari 1,4 menjadi 1,1 kasus per
100.000 perempuan). Pada tahun 2010, sifilis primer dan sekunder tertinggi
pada orang-orang yang berumur 20-24 tahun dan 25-29 tahun (13,5 dan 11,3
kasus per 100.000 populasi). (Surya, 2017).
B. Rumusan masalah
a. Bagaimana Hasil dan Pembahasan dari jurnal ”Pengetahuan Siswa Kelas
XI tentang penyakit seksual” ?
b. Bagaimana Hasil dan Pembahasan dari jurnal “ Study Retrospektif : Sifilis
Laten” ?
c. Bagamaina Hasil dan Pembahasan dari jurnal “Gambaran Karakteristik
Sifilis di Poliklinik Kulit dan Kelamin Sub Divisi Infeksi Menular Seksual
RSUP Sanglah Denpasar/FK Unud Periode Januari 2011 - Desember
2013” ?
C. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui Hasil dan Pembahasan dari jurnal ”Pengetahuan Siswa
Kelas XI tentang penyakit seksual”
b. Untuk mengetahui Hasil dan Pembahasan dari jurnal “ Study Retrospektif:
Sifilis Laten”
c. Untuk mengetahui Hasil dan Pembahasan dari jurnal “Gambaran
Karakteristik Sifilis di Poliklinik Kulit dan Kelamin Sub Divisi Infeksi
Menular Seksual RSUP Sanglah Denpasar/FK Unud Periode Januari 2011-
Desember 2013”
BAB II
PEMBAHASAN