Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam

mengukur derajat kesehatan masyarakat. Menurut Millenium Development Goals

(MDGS) dan World Health Organization (WHO), angka kematian ibu meskipun

menurun, tetapi masih tinggi di Indonesia dan perkiraan World Health Organization

(WHO) adalah 227 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2012. Tercatat bahwa kejadian

yang tertinggi yang menyebabkan kematian ibu di Indonesia adalah Perdarahan

(24,8%), Infeksi (14,9%), Partus lama (6,9%), Eklampsia (12,9%). Tingginya angka

kematian ibu menempatkan Indonesia pada urutan teratas di Asia Tenggara. Salah

satu sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) menjadi sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan

Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 Kelahiran Hidup pada tahun

2015 (Depkes RI, 2012).

Di Sulawesi Tengah angka kematian ibu pada tahun 2010 sebesar 247 per

100.000 kelahiran hidup, ini lebih tinggi dari jumlah kematian ibu pada tahun 2009

yaitu sebesar 229 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Sulteng, 2010). Sedangkan

pada tahun 2011 angka kematian ibu sebesar 220,9 per 100.000 kelahiran hidup

(Dinkes Sulteng, 2011)

Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu adalah pelayanan Antenatal

Care yang tidak teratur dilakukan oleh ibu hamil, terdapat beberapa faktor penyebab

mengapa ibu hamil kurang termotivasi dalam melakukan pemeriksaan kehamilan


2

atau Antenatal Care antara lain: kurangnya pengetahuan ibu tentang Antenatal Care,

tingkat sosial ekonomi yang rendah. Status ekonomi memegang peranan penting

untuk ibu melakukan Antenatal Care. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat

memeriksakan kehamilannya secara rutin dan merencanakan persalinan dengan baik

(Prawirohardjo, 2006).

Pada siklus kehamilan fokus pelayanan diarahkan pada pelayanan kesehatan

ibu hamil atau Antenatal Care yang dilakukan pada awal kehamilan. Antenatal Care

merupakan suatu upaya pemeriksaan terhadap wanita hamil guna menyiapkan

sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,

persalinan dan masa nifas sehingga keadaan mereka sehat dan normal tidak hanya

fisik juga mental.

Antenatal care (ANC) menjadi salah satu program kebijakan Departemen

Kesehatan yaitu dengan mengupayakan pelayanan obstetric sedekat mungkin kepada

semua ibu hamil, dengan program ini diharapkan terjadi penurunan angka kematian

ibu (AKI). Pemantauan pelayanan ANC dilakukan pada pelayanan K1 sebagai

aksesibilitas ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan dan K4 yang dianggap mutu

terhadap pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil.

Selama masa kehamilan Antenatal Care minimal dilakukan sebanyak empat

kali, yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua

kali pada trimester ketiga. Antenatal Care dikatakan teratur jika ibu hamil melakukan

Antenatal Care ≥ 4 kali kunjungan, kurang teratur jika dua sampai tiga kali

(Saifudin, 2005).
3

Pada wilayah kerja Puskesmas Mamboro diperoleh angka kematian ibu untuk

tahun 2007 mencapai 5/100 kelahiran hidup. Tahun 2008 mencapai 0,38/100

kelahiran hidup, tahun 2009 dan 2010 tidak terjadi kematian ibu baik pada saat

persalinan, kehamilan atau selama masa nifas. Akan tetapi pada tahun 2011 tejadi

kasus kematian ibu dengan 2 kematian ibu atau 0,62/100 kelahiran hidup.

Berdasarkan data Dinkes Kota Palu tahun 2012 kasus kematian ibu di Puskesmas

Mamboro ditemukan mencapai 66 kasus (Dinkes Kota Palu, 2012). Penulis memilih

Puskesmas Mamboro Palu sebagai tempat penelitian karena dapat dilihat terjadi

peningkatan kasus kematian ibu pada tahun 2012 dibanding tahun 2011.

Berdasarkan hal diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang

“Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sosial Ekonomi pada ibu dengan

Frekuensi Kunjungan Antenatal care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas

Mamboro Palu”

B. Rumusan Masalah

Adakah Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sosial Ekonomi pada ibu

dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas

Mamboro Palu.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi ibu

dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas

Mamboro Palu.
4

2. Tujuan Khusus

1) Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dengan frekuensi kunjungan

Antenatal Care (ANC).

2) Menganalisa hubungan tingkat pendidikan dengan frekuensi kunjungan

Antenatal Care (ANC).

3) Menganalisa hubungan pekerjaan dengan frekuensi kunjungan Antenatal

Care (ANC).

4) Menganalisa hubungan tingkat pendapatan dengan frekuensi kunjungan

Antenatal Care (ANC).

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu Hamil

Diharapkan dari hasil penelitian dapat memberikan informasi bagi ibu tentang

bagaimana mendeteksi dini masalah yang mungkin terjadi pada kehamilan yang

berpengaruh pada janin.

2. Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian diharapkan masyarakat mampu mendukung ibu hamil untuk

melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC)

3. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan bahan acuan untuk penelitian

selanjutnya

E. Keaslian Penelitian

Terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya,

Zaki Kusumawati Farida (2010) tentang “Hubungan antara tingkat sosial ekonomi
5

ibu hamil dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC).” Jenis penelitian ini

bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional menggunakan teknik

random sampling pada semua ibu hamil trimester III di desa A dengan jumlah

sampel 52 ibu. Pada penelitian ini, penulis belum memiliki atau melampirkan hasil

dari penelitiannya.

Pada penelitian lain yang dilakukan Muhammad Rustam (2012), yang

menggunakan desain penelitian cross sectional dengan judul hubungan antara

pengetahuan dan sikap tentang kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan Antenatal

Care (ANC) pada ibu primigravida di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar dengan

jumlah sampel 44 juga belum melampirkan hasil dari penelitiannya.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Fitrianti (2012) di Puskesmas Talise Palu

dengan judul ‘Hubungan antara tingkat pendidikan, pendapatan dan pengetahuan ibu

hamil dengan Jumlah kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Talise Palu” dengan

tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, penghasilan dan

pengetahuan ibu hamil dengan Jumlah Kunjungan Antenatal Care, dilakukan dengan

metode cross sectional dan analisis data secara bivariat menggunakan uji statistik chi

square. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat pendidikan ibu hamil dengan Jumlah kunjungan Antenatal Care (p=0,040),

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan dengan Jumlah

Kunjungan Antenatal Care (p=0,149), terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat pengetahuan dengan Jumlah Kunjungan Antenatal Care (p=0,052).

Penelitian yang dilakukan oleh Sarminah (2010) dengan judul “faktor-faktor

yang berhubungan dengan kunjungan Antenatal Care di Provinsi Papua tahun 2010”
6

dilakukan dengan metode cross sectional, pengambilan sampel yang digunakan

simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kelengkapan kunjungan Antenatal

Care (p=0,07), tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan pada ibu

hamil dengan kelengkapan kunjungan Antenatal Care (p=0,10), untuk penghasilan

diperoleh hasil bahwa kelompok yang melakukan kunjungan Antenatal Care secara

lengkap yaitu pada kelompok penghasilan keluarga tinggi (kuintil 5) yaitu sebanyak

36 nibu hamil (67,9%), sedangkan kelompok paling rendah dalam memanfaatkan

antenatal secara lengkap adalah kelompok ibu hamil dengan penghasilan keluarga

rendah (kuintil 1) yaitu hanya ada 9 ibu hamil (36%). Dari hasil uji analisi statistik

diperoleh nilai p pada kuintil 1 dan 2 adalah 0,02 yang dapat disismpulkan terdapat

perbedaan yang yang bermakna antara kelengkapan kunjungan dengan status

ekonomi pada kuintil 1 dan 2. Sedangkan hasil uji statistik pada kuintil 3 diperoleh

nilai p=0,85, begitu juga hasil uji statistik pada kuintil 4 diperoleh nilai p=0,10.hal

ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara ibu hamil berada

pada kuintil 3 maupun kuintil 4.

Perbedaan penelitian ini dengan semua penelitian diatas terletak pada sampel

penelitian, tempat penelitian. Dalam penelitian sebelumnya menggunakan responden

ibu hamil trimester ketiga, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan responden

ibu yang telah partus atau memliki anak usia 0-6 bulan. Untuk tempat penelitian

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mamboro.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Antenatal Care (ANC)

a. Pengertian Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan

umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan,

menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan

(Manuaba, 2008)

Antenatal Care merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung

kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu

hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin

semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan

Antenatal Care (Prawirohardjo, 2006)

Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini

mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan ANC.

Pada setiap kunjungan ANC, petugas mengumpulkan dan menganalisis data

mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk

mendapatkan diagnosis kehamilan serta ada tidaknya masalah atau komplikasi

(Saifuddin, 2005).

Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali

pada masa kehamilan. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga

kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal


8

sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung. Sedangkan K4

adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar (Hamidah, 2009).

b. Tujuan Antenatal Care (ANC)

Menurut Saifuddin (2005) tujuan Antenatal Care adalah :

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi.

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan

bayi.

c) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan.

d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian Air Susu

Ibu (ASI) eksklusif.

f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara normal.

Menurut Mochtar Rustam (2005), tujuan Antenatal Care adalah menyiapkan

seoptimal mungkin fisik dan mental untuk menyelamatkan ibu dan anak selama

dalam kehamilan, persalinan, dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang

sehat.
9

c. Jadwal Antenatal Care (ANC)

Menurut Saifuddin (2005), kunjungan ANC untuk pemantauan dan

pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan

dalam waktu sebagai berikut :

a) Kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan

b) Kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan, dan

c) Kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali

kunjungan.

Macam-macam kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2002) :

a) Kunjungan I (umur kehamilan 0-16 minggu)

Kunjungan ibu hamil yang pertama adalah kontak ibu hamil yang pertama

kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.

b) Kunjungan II (20-28 minggu)

Kunjungan yang kedua kali pada ibu hamil, pemeriksaan terutama untuk

menilai resiko kehamilan, laju pertumbuhan janin dan kelainan atau cacat

bawaan. Pelayanan berupa :

1) Anamnesis : keluhan dan perkembangan yang dirasakan oleh ibu

2) Pemeriksaan fisik dan obstetric (pengukuran panggul luar)

3) Pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi), biometri janin (besar dan usia

kehamilan), aktifitas janin, kelainan cacat bawaan, cairan ketuban dan letak

plasenta serta keadaan paling sentral.

4) Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dan vitamin bila perlu.

c) Kunjungan III (28-36 minggu)


10

Kunjungan yang ketiga kali pada ibu hamil pemeriksaan terutama untuk

menilai resiko kehamilan dan pemeriksaan laboratorium, pelayanan berupa :

1) Anamnesis: keluhan , gerakan janin

2) Pemeriksaan fisik dan obstetric (pemeriksaan panggul dalam bagi kehamilan

pertama)

3) Pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, gula darah

4) Pemberian imunisasi TT II

d) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir)

1) Sama seperti kunjungan II dan III

2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

3) Memantapakan rencana persalinan

4) Mengenali tanda-tanda persalinan

d. Tempat Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Pelayanan Antenatal Care bisa ditemukan di Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan

Praktek Swasta, Dokter Praktek Swasta, Posyandu. Pelayanan Antenatal Care

hanya diberikan dan dilakukan oleh tenaga kesehatan dan bukan dukun beranak

(Meilani, 2009).

e. Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar

pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal

dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut

(Depkes RI, 2009) :

a) Timbang berat badan dan tinggi badan dengan alat ukur yang terstandar
11

b) Pemeriksaan tekanan darah

c) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

d) Pemeriksaan tinggi fundus uteri

e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin

f) Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid

g) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

h) Tes laboratorium

i) Tata laksana kasus

j) Temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

f. Pelayanan Edukasi dalam Antenatal Care (ANC)

Menurut Symonds (2006) salah satu bagian yang terpenting dari pelayanan

Antenatal Care adalah edukasi untuk para ibu serta pendamping tentang

kehamilan, persalinan serta perawatan bayi. Adapun beberapa edukasi yang perlu

diberikan pada pelayanan Antenatal Care sebagai berikut :

1) Nutrisi dalam kehamilan

Wanita hamil harus makan makanan bergizi yang memiliki banyak variasi.

Kebutuhan kalori ibu hamil sebanyak 300-500 kkal/hari tergantung dari berat

badan sebelum hamil, aktivitas, dan tipe kehamilan (1 bayi atau kembar).

Selama kehamilan, peningkatan kalori makanan didapatkan melalui pilihan

makanan sehat dan suplemen vitamin. Peningkatan berat badan yang normal

selama kehamilan adalah 6,5 sampai 16 kg. selama triwulan pertama dan kedua,

kenaikan berat badan terutama terjadi pada ibu yaitu peningkatan jumlah air
12

dalam tubuh, sementara pertumbuhan janin terutama pada triwulan ketiga. Bila

berat badan naik dari lebih dari sewajarnya, maka dianjurkan untuk mengurangi

makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan lemak, sayur mayur serta

buah-buahan jangan dikurangi. Jenis makanan yang sehat dan variatif selama

kehamilan diantaranya adalah :

a) Buah dan sayuran

b) Makanan mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, kentang

c) Protein seperti daging, ikan, kacang.

d) Makanan berserat yang dapat ditemukan pada roti gandum, buah, sayur.

e) Susu dan keju.

2) Obat-obatan selama kehamilan

Beberapa obat cukup aman untuk dikonsumsi selama kehamilan. Namun

bagaimanapun juga disarankan untuk mengkonsumsi obat sesedikit mungkin di

dalam kehamilan untuk mengurangi faktor resiko efek samping. Adapun obat-

obatan yang tidak boleh dikonsumsi ibu hamil ialah Diethylstilbestrol,

Methotrexate, Tetracycline, serta Carbamazepine.

3) Olahraga selama kehamilan

Latihan teratur selama kehamilan dapat mempersiapkan fisik maupun mental

yang baik untuk persalinan maupun ketika bayi sudah lahir. Merawat bayi baru

lahir dapat mengakibatkan stress dan kelelahan. Latihan fisik secara teratur

mencegah rasa tidak nyaman, meningkatkan tenaga, dan meningkatkan

kesehatan.
13

Latihan yang diperlukan adalah latihan yang nyaman dan tidak membuat

tubuh mengeluarkan energi terlalu besar. Jalan-jalan dan aerobic low impact

dapat ditoleransi. Berjalan adalah olahraga yang baik untuk pemula. Berjalan

memiliki efek seperti aerobic namun tanpa beban berat pada persendian.

Pakailah jenis sepatu yang nyaman ketika berolahraga. Latihan dapat

mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan seperti konstipasi, pegal pada

punggung, mudah lelah, bengkak, dan varises vena.

Hindari olahraga yang melakukan gerakan berbaring dengan punggung

sebagai dasarnya, olahraga yang dapat menyebabkan jatuh atau trauma pada

perut, dan olahraga dengan beban persendian yang berat. Hindari mengangkat

beban berat diatas kepala dan melakukan gerakan yang mengakibatkan

peregangan dari otot punggung. Pada triwulan 2 dan 3, hindari latihan yang

melibatkan gerakan berbaring di punggung karena akan menurunkan aliran

darah ke rahim.

4) Bekerja Selama Kehamilan

Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktivitas yang djalaninya tidak boleh

terlalu berat. Istirahat untuk wanita hamil dianjurkan sesering mungkin. Seorang

wanita hamil disarankan untuk menghentikan aktivitasnya apabila mereka

merasakan gangguan dalam kehamilan.

5) Berhubungan Seksual selama kehamilan

Pada umumnya senggama diperbolehkan selama kehamilan asalkan dilakukan

dengan hati-hati. Peningkatan aktivitas kandungan (kontraksi) setelah

berhubungan seksual umum didapatkan pada kehamilan. Untuk wanita dengan


14

riwayat kehamilan preterm, placenta previa, atau abortus berulang dianjurkan

untuk menghindari berhubungan seksual selama kehamilan. Pada akhir

kehamilan, ketika kepala sudah masuk rongga panggul, senggama sebaiknya

dihentikan karena dapat menimbulkan rasa sakit dan perdarahan.

6) Merokok, alkohol, dan narkotik selama kehamilan

Wanita hamil yang merokok dapat mengakibatkan beberapa gangguan pada

janinnya seperti berat bayi lahir rendah, ketuban pecah dini, placenta previa

serta kematian janin. Sebaiknya rokok dihindari ketika wanita sedang hamil.

Etanol yang terkandung di dalam alkohol dapat menembus plasenta dan masuk

dalam peredaran darah janin. Etanol diketahui sebagai zat teratogen

(menyebabkan kecacatan bagi janin). Keracunan etanol pada janin tergantung

dari jumlah alcohol yang dikonsumsi, resiko terbesar kecacatan terjadi pada

triwulan pertama karena pada saat itulah pembentukan organ-organ pada janin

sedang terjadi. Kokain juga diketahui sebagai zat teratogen. Opiate dan

amfetamin dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Kunjungan Antenatal Care merupakan salah satu bentuk dari perilaku.

Perilaku merupakan semua kegiatan atau aktivitas seseorang baik yang dapat

diamati secara langsusng maupun yang tidak diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo, 2003). perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:

1) Faktor predisposisi (Predisposising Factors)

Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah dan mendasari

untuk terjadinya perilaku seseorang. Yang termasuk dalam kelompok ini antara
15

lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut, tingkat pendidikan

dan tingkat sosial ekonomi.

2) Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau

memfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah saran dan

prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Untuk berperilaku

sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, ibu hamil yang

ingin periksa kehamilan tidak hanya karena ia tahu dana sadar manfaat periksa

hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh

fasilitas atau tempat periksa hamil. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.

3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Faktor penguat merupakan faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya perilaku pada ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC. Faktor ini

meliputi dukungan suami dan tindakan petugas kesehatan. Sebagai contoh, ibu

hamil akan melakukan kunjungan ANC dengan rutin apabila suami

menganjurkan, memberikan dukungan maka ibu hamil mau untuk

melaksanakannya. Apabila tindakan petugas kesehatan baik dan ramah maka ibu

hamil akan melakukan kunjungan ANC dengan rutin dan sebaliknya apabila

petugas kesehatan kurang ramah ibu hamil akan enggan untuk melakukannya

dan mungkin akan berpindah ke tempat kunjungan ANC dengan pelayanan yang

lebih baik.
16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Faktor yang secara langsung mempengaruhi ibu hamil melakukan kunjungan

Antenatal Care (ANC) antara lain sebagai berikut :

1. Pengetahuan

a. Definisi

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil penginderaan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang

dimiliknya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai tingkat berbeda-beda.

Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman seseorang dapat

menghayati, mendalami, memperdalam perhatian seperti sebagaimana manusia

menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep baru dan kemampuan dalam

belajar di kelas. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi

terbentuknya tindakan seseorang. Jika seseorang didasari dengan pengetahuan

yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami pentingnya

menjaga kesehatan dan memotivasi untuk diaplikasikan dalam kehidupannya

(Notoatmodjo, 2007). Ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang baik tentang

tentang kesehatan selama kehamilan akan termotivasi untuk menjaga

kehamilannya dengan melakukan Antenatal Care yang teratur.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup di dalam domain

kognitif ada 6 tingkatan, yaitu :


17

1) Tahu (Know), merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu

artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang dipelajari

sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan.

2) Memahami (Comprehension), artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui seseorang

yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan

contoh dan menyimpulkan.

3) Aplikasi (Application), yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan

hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

4) Analisis (Analysis), artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke

dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek

tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat

menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan.

5) Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan unntuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran

kemampuan adaah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan

menyesuaikan teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun

sendiri.
18

2. Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang yang diukur dari segi

kedudukan atau jabatan seseorang dan tingkat penghasilan atau pendapatannya.

Perencanaan layanan bimbingan karier adalah suatu layanan yang membantu

siswa untuk memahami dirinya, bakat dan minat yang dimiliki untuk membantu

kehidupannya di masa depan. Pilihan karier adalah kecenderungan seseorang

menentukan dan membuat keputusan pekerjaan yang akan ditekuni sebagai

sumber nafkah hidupnya dan dilakukan sepanjang hidupnya. Status ekonomi

yang rendah dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan yang didapatkan tidak

cukup dan praktek kesehatan yang buruk.

Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan adalah

pendidikan, pekerjaan, penghasilan. Berdasarkan ini masyarakat tersebut dapat

digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah dan tinggi.

1) Pendidikan Ibu

Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula

tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007). Tingkat pendidikan sangat

mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab

serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan

bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih

mudah menerima gagasan baru (Notoatmodjo,2003). Tingkat pendidikan yang

tinggi berkaitan dengan pemahaman mengenai masalah kesehatan dan

kehamilan yang mempengaruhi sikap terhadap kehamilan maupun dalam

pemenuhan gizi selama kehamilan.


19

Pendidikan yang rendah merupakan salah satu masalah yang berpengaruh

terhadap kunjungan ANC pada ibu hamil. Demikian halnya dengan ibu yang

berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi

menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya.

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat atau jenjang pendidikan terdiri atas :

a. Pendidikan Tinggi

Yang dilihat berdasarkan pendidikan tinggi adalah tamat SMA atau

sederajat, tamat Perguruan Tinggi.

b. Pendidikan Rendah

Yang temasuk berpendidikan rendah adalah tidak sekolah, tidak tamat/tamat

SD, tamat/tidak tamat SMP atau sederajat.

2) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo,

2007). Bekerja yang pada umumnya menyita waktu, ibu yang bekerja memang

mempunyai kesibukan yang banyak sehingga tidak mempunyai waktu untuk

memeriksakan kehamilan. Akan tetapi, pekerjaan tersebut yang dapat

memberikan akses lebih baik terhadap berbagai informasi termasuk kesehatan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Pasaribu (2005) yang menyatakan bahwa ibu

hamil yang bekerja tidak hanya memiliki sumber penghasilan untuk pemeriksaan

kehamilan tetapi juga dalam pekerjaannya dapat berinteraksi dengan orang lain

yang memiliki pengetahuan yang lebih dan memiliki motivasi untuk


20

memeriksakan kehamilannya. Ibu hamil harus mempertimbangkan gaya hidup

yang mendukung kesehatan sendiri maupun bayinya (Helen, 2006).

3) Pendapatan

Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor bagi seseorang untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan (Green, 2005).

Pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik

dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam

penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan

pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang Antenatal Care yang baik

dan kesadaran untuk periksa, karena dapat menyediakan semua kebutuhan

dirinya baik yang primer maupun sekunder. Menurut Umayah (2010)

Rendahnya pendapatan keluarga meningkatkan hambatan untuk mendapatkan

prioritas kesehatan dalam urutan tinggi daripada prioritas kebutuhan pokok

sehingga memperlambat atau menyebabkan terabaikannya frekuensi Antenatal

Care.

Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebakan karena biaya

penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus menyediakan dana

yang diperlukan. Adapun tingkat ekonomi yang diteliti berdasarkan upah

minimum kota (UMR) khusus kota Palu yaitu sebesar Rp. 905.000.

4) Dukungan Suami

Dukungan suami adalah dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara moral

maupun material (Bobak, 2005). Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu
21

membutuhkan keberadaan orang lain dimanapun berada, keberadaan orang lain

tersebut akan sangat dirasakan ketika sesorang mengalami kesulitan atau suatu

masalah, kehadiran orang lain bagi seseorang yang mengalami kesulitan

diharapkan dapat memberikan dukungan sehingga dapat mengurangi beban yang

dirasakan.

Dukungan suami dapat melemahkan dampak stress atau tekanan dan secara

langsung memperkokoh kesehatan mental ibu, individu dan keluarga. Dukungan

suami merupakan suatu strategi preventif untuk mengurangi stress.

5) Interaksi dengan tenaga kesehatan

Hubungan yang telah lama dilakukan antara seseorang sebagai pasien, bidan,

atau tenaga kesehatan lainnya sangat memilki pengaruh terhadap keinginan

sesorang melakukan pemeriksaan kehamilan atau Antenatal care. Begitu pula

penanganan tenaga kesehatan terhadap pasiennya. Jika tenaga kesehatan yang

ramah, sopan, bijksana, dan suka membesarkan hati pasien akan cenderung

dipatuhi saran-sarannya daripada mereka yang suka menakuti dan kurang ramah.
22

B. Kerangka Teori

Faktor predisposisi

1. Pengetahuan Pendidikan
mm
2. Tingkat Sosial Pekerjaan
Ekonomi
Pendapatan

Faktor Pemungkin
Kunjungan ANC
Ketersediaan fasilitas dan sarana

Dukungan suami

Faktor Pendukung

Sikap dan perilaku petugas


Pemeriksaan 10T kesehatan

1. Timbang BB dan TB
2. Tekanan Darah
3. Nilai status gizi
4. Tinggi Fundus Uteri
5. Presentasi janin & DJJ
6. TT
7. Tablet Fe
8. Tes Lab
9. Tata laksana kasus
10. Temu Wicara

Keterangan :

: Tidak Diteliti

: Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori


23

C. Kerangka Konsep

PENGETAHUAN
Variabel Independen Frekuensi Kunjungan
ANC

Variabel Dependen
SOSIAL EKONOMI

Variabel Independen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

Variable Dependen/Terikat : Frekuensi Kunjungan ANC

Variabel Independen/Bebas : Pengetahuan dan Sosial Ekonomi

D. Landasan Teori

Antenatal care (ANC) merupakan suatu upaya pemeriksaan terhadap wanita

hamil guna menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu

dan anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas sehingga keadaan mereka

sehat dan normal tidak hanya fisik tetapi juga mental. Kunjungan Antenatal care

ialah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji

kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan

member informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2006). Pada setiap

kunjungan Antenatal Care, petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai

kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis

kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah komplikasi (Saifuddin, 2002).

ANC minimal dilakukan 4 kali selama kehamilan dengan distribusi satu kali

pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester

ketiga (Cunningham, et, al,2005). Pelayanan dalam Antenatal Care dikenal dengan
24

pemeriksaan 10T yaitu : timbang berat badan & tinggi badan, ukur tekanan darah,

nilai status gizi, ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan DJJ,

pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemberian tablet Fe, tes laboratorium, tata

laksanan kasus, serta temu wicara (konseling). Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi seorang ibu hamil melakukan kunjungan Antenatal Care adalah :

kurangnya pengetahuan, tingkat sosial ekonomi yang rendah, kesibukan, dukungan

suami yang kurang, serta kurangnya kemudahan dalam pelayanan. Apabila ibu hamil

tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah

kehamilan berjalan dengan baik atau mengalami keadaan resiko tinggi bahkan

komplikasi dalam kehamilan yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin

(Saifuddin, 2005).

E. Hipotesa Penelitian

a. H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi pada

ibu dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas

Mamboro

b. Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi pada ibu

dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas

Mamboro
25

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan

Cross Sectional dimana pengukuran pengambilan variabel dilakukan pada satu saat

yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi pada ibu dengan frekuensi

kunjungan Antenatal Care (ANC) di wilayah kerja Puskesmas Mamboro.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada 17 mei-30 juli 2013

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mamboro

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti. Populasi

dalam peneltian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Mamboro

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil dari suatu populasi. Besarnya

sampel dengan tingkat ketepatan yang diinginkan 0,05-0,1 dan untuk populasi

kecil atau lebih kecil dari 10.000 dapat menggunakan formula sederhana

(Notoatmojo, 2010) sebagai berikut :


26

𝐍
𝒏=
𝟏 + 𝐍(𝐝𝟐 )

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05-0,1)

Berdasarkan rumus diatas diketahui besar sampel adalah :

296
𝑛=
1 + 296(0,12 )

= 75

=
Maka besar sampel dalam penelitian ini adalah 75 ibu yang memiliki anak usia

0-6 bulan di wilayah Puskesmas Mamboro.


6
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah ibu yang memiliki anak usia
6
0-6 bulan, subyek yang dapat dijadikan sampel dalam peneitian ini harus memiliki

kriteria sampel yang telah ditetapkan. Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah
6
kriteria inklusi yang merupakan karakteristik umum subyek penelitian. Kriteria
6
inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan

2. Ibu yang bersedia ikut dalam penelitian


27

Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

1. Ibu yang tidak memiliki anak usia 0-6 bulan yang berada di wilayah puskesmas

Mamboro

2. Ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan tetapi tidak bersedia ikut dalam penelitian

Dalam penelitian ini bentuk teknik sampling yang akan digunakan adalah

proportional random sampling.

Penyebaran Proporsi sampel :

Mamboro : 159/296 x 75 = 40

Taipa : 137/296 x 75 = 35

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu. variabel juga termasuk konsep dari berbagai level dari abstrak yang

didefenisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran suatu penelitian. Jenis

variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel

terikat (dependent variabel):

1. Variable bebas (independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sosial

ekonomi tentang Antenatal Care.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitain ini adalah frekuensi kunjungan Antenatal

Care.

E. Defenisi Operasional
28

1. Pengetahuan tentang ANC dalam hal ini pemahaman ibu tentang kunjungan

Antenatal Care meliputi, tujuan pelayanan Antenatal, serta frekuensi kunjungan

Antenatal. Untuk mengukur pengetahuan, alat ukur yang digunakan yaitu

kuesioner berupa pertanyaan sebanyak 13. Hasil ukurnya bila jawaban benar

diberi nilai 1 dan bila jawaban salah atau tidak tahu diberi nilai 0, analisis skor

ditentukan dengan rumus berikut :

Keterangan :

P : Persentase

F : jumlah jawaban yang benar

n : jumlah seluruh pertanyaan

Sedangkan dalam penentuan kategori penelitian dinilai dengan menggunakan

metode presentasi sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):

a. Bila ≤ 75% pertanyaan dijawab benar atau nilai < 10 pertanyaan dijawab benar

oleh responden termasuk kategori kurang.

b. Bila 76%-100% pertanyaan dijawab benar atau nilai 10-13 pertanyaan dijawab

benar oleh responden termasuk kategori baik.

2. Sosial Ekonomi, meliputi :

a. Pendidikan ibu dalam hal ini tingkat pendidikan formal yang terakhir dari ibu

yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu:


29

Skala Ukur : Nominal

Cara Ukur : kuesioner

I. Pendidikan Rendah, apabila ibu pernah memiliki pendidikan terakhir meliputi

tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP

II. Pendidikan Tinggi, apabila ibu memiliki pendidikan terakhir meliputi tamat

SMA dan Perguruan Tinngi (Diploma, Sarjanan)

b. Pekerjaan merupakan mata pencaharian sehari-hari dari ibu hamil yang

dikategorikan bekerja dan tidak bekerja.

Skala Ukur : Nominal

Cara Ukur : kuesioner

I. Bekerja, bila ibu setiap hari bekerja yang diluar rumah dan yang memiliki

usaha di dalam rumah.

II. Tidak Bekerja, jika ibu hanya tinggal dirumah tanpa ada penghasilan atau ibu

rumah tangga.

c. Penghasilan keluarga adalah seluruh penghasilan keluarga baik itu suami

maupun istri yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, karena kesulitan

mengukur pendapatan maka pendapatan keluarga hanya dicatat berdasarkan

pengakuan responden dan diukur dalam rupiah. Berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Sulawesi Tengah Nomor:567/190/R.HUK-GST/2011 tangga 05

Desember 2011tentang UMK Kota Palu Tahun 2012, maka Pemerintah Kota

Palu menyampaikan bahwa UMK Kota Palu sebesar Rp.905.000,-.

Skala Ukur : Nominal

Cara Ukur : kuesioner


30

I. Penghasilan kurang, bila ibu memiliki pendapatan keluarga <Rp. 905.000,-

II. Penghasilan cukup, bila ibu memiliki pendapatan keluarga ≥ Rp. 905.000,-

F. Instrument Penelitian

1. Alat tulis.

2. Informed consent (persetujuan penelitian).

3. Kuesioner berupa pertanyaan sebanyak 13.

G. Prosedur penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini :

1. Peneliti mengajukan surat izin penelitian kepada kepala puskesmas untuk

mengambil data jumlah ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan

2. Peneliti mengajukan surat izin meneliti kepada kepala kelurahan Mamboro dan

kelurahan Taipa untuk mendapatkan persetujuan melakukan penelitian di tempat

tersebut.

3. Peneliti melakukan kunjungan ke rumah-rumah Responden yang telah terdata di

puskesmas mamboro.

4. Peneliti melakukan pendekatan kepada klien untuk mendapatkan persetujuan dari

klien sebagai responden penelitian.

5. Menerangkan tujuan penelitian kepada responden

6. Memberikan lembar persetujuan responden untuk di tandatangani

7. Memberikan lembar kuesioner kepada responden untuk mempelajari terlebih

dahulu, jika ada pertanyaan yang kurang jelas di beri kesempatan untuk bertanya
31

8. Melakukan pengolahan dan analisis data.

H. Metode Pengumpulan Data

a) Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah wawancara dengan responden degan

alat bantu Kuesioner yang didalamnya meliputi identitas responden (nama,

alamat, umur, pekerjaan, pendidikan, penghasilan), pengetahuan dan frekuensi

kunjungan Antenatal Care (ANC) yang berpedoman pada pertanyaan-

pertanyaan dalam kuesioner tentang kunjungan Antenatal Care ibu selama

kehamilan. Ada beberapa tahapan sebelum melakukan penyebaran kuesioner,

yaitu :

1. Penyusunan Kuesioner

Kuesioner dapat berfungsi sebagai alat dan sekaligus teknik pengumpulan data

yang berisi sederet pertanyaan dalam wujud konkrit. Penyusunan kuesioner

dilakukan dalam bentuk pertanyaan tertutup. Yang dimaksud dengan pertanyaan

tertutup adalah pertanyaan yang membawa responden ke jawaban yang

alternatifnya sudah ditetapkan sebelumnya, sehingga responden tinggal memilih

pada option yang sudah disediakan dengan memberi tanda ‘x’ (Arikunto, 2006).

Dalam hal ini, kuesioner dibagi menajdi 3 (tiga) bagian :


32

1. Bagian I berisi tentang pertanyaan mengenai data umum responden (nama,

alamat, umur, pekerjaan, pendidikan, penghasilan), dan kunjungan Antenatal

Care (ANC) selama kehamilan

2. Bagian II berisi pertanyaan mengenai pengetahuan ibu.

b. Penyebaran Kuesioner Pendahuluan

Penyebaran kuesioner pada responden yang sebelumnya telah dilakukan uji

validitas dan reliabilitas kuesioner. Uji coba kuesioner telah dilakukan

sebelum digunakan pada subjek penelitian, untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Reliabilitas ialah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan (Notoatmodjo,2005).

Pada penelitian ini uji coba dilakukan terhadap kuesioner. Responden yang

dijadikan sampel untuk uji validitas ini terdiri dari ibu-ibu yang memiliki

anak usia 0-6 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Singgani. Uji tersebut

dilakukan terhadap 20 orang responden yang memenuhi kriteria inklusi yang

telah ditentukan sebelumnya. Dari hasil uji validitas didapatkan 1 item pada

pertanyaan pengetahuan yang tidak valid. Item yang tidak valid tersebut tidak

digunakan pada penelitian ini. Item yang valid kemudian diuji reliabilitasmya

dan didapatkan 13 item pada pertanyaan pengetahuan

b) Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data ibu yang terdaftar di Puskesmas

Mamboro memiliki anak usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mamboro.
33

I. Uji validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Untuk mengukur apakah kuesioner yang kita susun

tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan

uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total

kuesioner sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang

(Notoatmodjo, 2010). Uji validitas kuesioner dilakukan dengan uji korelasi

antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan nilai total kuesioner tersebut.

Adapun teknik korelasi yang dipakai adalah korelasi product moment.

Rumus r Product Moment:

𝑁 (∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟=
√{𝑛 ∑ 𝑥² − (∑ 𝑥)²} . {𝑛 ∑ 𝑦² − (∑ 𝑦)²}

Keterangan :

rhitung : koefisien korelasi product moment

ΣXi : jumlah skor item

ΣYi : jumlah skor total (item)

n : jumlah responden
(Machfoedz, I 2005).

Pada penelitian ini, pengujian validitas dilakukan menggunakan teknik

korelasi “product moment” dengan bantuan program Statistic Package for Social
34

Science (SPSS) versi 16.0. Apabila terdapat pertanyaan yang tidak valid maka

pertanyaan tersebut diganti dan dilakukan uji validitas kembali.

2. Uji Relialibilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan.Perhitungan reliabilitas harus

dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas. Uji

ini dilakukan dengan mengujikan kuesioner yang sama kepada sekelompok

responden yang sama sebanyak dua kali, selang waktu pengujian antara 15 – 30

hari. Hasil pengukuran pertama dikorelasikan dengan hasil pengukuran yang

kedua dengan menggunakan tehnik korelasi product moment (Notoatmodjo,

2010). Kuesioner yang telah disusun akan diuji reliabilitasnya dengan

menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha). Perhitungan Cronbach Alpha

dilakukan dengan menghitung rata-rata interkorelasi diantara butir-butir

pertanyaan dalam kuesioner.

Variabel dikatakan reliable jika nilai alphanya lebih dari 0,3. Rumus

Cronbach Alpha adalah sebagai berikut:

rtt = M 1- Vx
M-1 Vt

Keterangan:

rtt = koefisien Alpha

Vx = variansi Butir

Vt = Variansi Total (faktor)

M = Jumlah Butir
35

Pada penelitian ini kuesioner yang telah tervaliditas akan di uji

realibilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach’s Alpha) dengan

bantuan program Statistic Package for Social Science (SPSS)versi 16.0.

J. Pengolahan Data

Metode pengolahan data melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a) Editing

Dilakukan setelah semua data yang dikumpulkan melalui kusioner terkumpul

untuk mengecek apaka setiap kuesioner telah diisi sesuai petunjuk.

b) Scoring

Data pengetahuan dikumpulkan dan diberi skor 1 untuk jawaban benar dan

skor 0 untuk jawaban salah. Lalu seluruh jawaban dijumlahkan skornya.

c) Coding

Memberi tanda kode pada pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan, hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah waktu untuk tabulasi dan analisis.

1) Pengetahuan

1. Kurang : Jika skor ≤ 75% atau <10

2. Baik : Jika skor 76%-100% atau 10-13

2) Pendidikan

1. Rendah : Tamat SD, Tamat SMP

2. Tinggi : Tamat SMA, Diploma, Sarjana

3) Pekerjaan
36

1. Bekerja : PNS dan Wiraswasta

2. Tidak Bekerja : URT

4) Pendapatan

1. Kurang : Jika pendapatan < Rp. 905.000

2. Cukup : Jika pendapatan ≥ Rp 905.000

5) Frekuensi kunjungan ANC selama kehamilan

1. Tidak Baik : kunjungan ANC < 4 kali selama kehamilan

2. Baik : kunjungan ANC ≥ 4 kali selama kehamilan

d) Tabulating

Tabulating adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan dalam

tabel atau database computer kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana

atau dengan membuat tabel kontingensi untuk mengukur masing-masing variabel.

Tabulasi dilakukan jika semua masalah editing dan coding telah selesai.

K. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam pengolahan data dengan menggunakan :

a) Analisis Univariat

Menganalisis variabel-variabel yang ada secara deksriptif dengan menghitung

distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui karakteristik dari subyek

penelitian serta mendeksripsikan semua variabel bebas. Pada penelitian ini

analisis univariat meliputi :

1) Gambaran tingkat pengetahuan Ibu di wilayah kerja puskesmas Mamboro

2) Gambaran sosial ekonomi ibu di wilayah kerja puskesmas Mamboro

3) Gambaran frekuensi kunjungan ANC di wilayah kerja Puskesmas Mamboro


37

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk melihat Hubungan tingkat pengetahuan

dan sosial ekonomi dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care dengan

menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui hubungan antara variabel

dependen dan variabel independen dengan kemaknaan 0,05. Dimana, hipotesis

dari penelitian ini yaitu :

1. H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi pada

ibu dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas

Mamboro

2. Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi pada ibu

dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas

Mamboro

Pembuatan keputusan tentang hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak

dengan cara sebagai berikut :

1. Jika p-value > 0,05 maka H0 diterima artinya menunjukkan dua variabel tersebut

tidak ada hubungan.

2. Jika p-value ≤ 0,05 maka H0 ditolak artinya menunjukkan dua variabel tersebut

ada hubungan.

Bila pada tabel Crosstab 2x2 dijumpai nilai expected kurang dari 5 maka nilai p

yang digunakan adalah nilai yang tertera pada uji Fisher’s exact

L. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada


38

instansi tempat penelitian dilaksanakan. Setelah mendapat persetujuan tersebut,

barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian

meliputi :

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang ingin diteliti dan

memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi, disertai judul penelitian. Responden

yang merupakan objek penelitian berhak mengetahui selengkap-lengkapnya

prosedur yang akan dilakukan, resiko yang akan dihadapi, dan apa yang diharap

darinya.

2. Invasion of privacy (Invasi keleluasaan Pribadi)

Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi secara langsung serta

pengambilan data yang dilakukan sesuai dengan persetujuan responden. Tidak

dibenarkan melakukan penelitian dengan cara sembunyi-sembunyi, misalnya

dengan menggunakan kamera atau cara-cara lain menyangkut kerahasiaan

responden.

3. Confidential (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian, sesuai dengan persetujuan yang

responden.

M. Keterbatasan Penelitian

Kesulitan

Penelitian ini memiliki beberapa kesulitan yang timbul selama penelitian

antara lain penulisan data para responden seperti alamat para responden yang
39

kurang akurat dan terdapat beberapa responden yang menolak untuk mengisi

kuesioner.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Puskesmas Mamboro

Puskesmas Mamboro merupakan salah satu dari tiga buah Puskesmas yang ada

di wilayah Kecamatan Palu Utara. Puskesmas Mamboro berjarak ±13 Km dan ±10

Km dari Ibu kota Kecamatan Palu Utara. Luas wilayah kerja adalah ±29.67 Km2

yang terbagi dalam dua wilayah kelurahan yaitu Kelurahan Mamboro ( ±18.17 Km2)

dan Kelurahan Taipa ( ±11.50 Km2)

Tabel 4.1
Wilayah Kerja, Luas Kelurahan, Jumlah RT/RW & Kepala Keluarga Di
Wilayah Puskesmas Mamboro
Jumlah RT/RW Jumlah
No Kelurahan Luas (Km2)
RT RW KK
1 Mamboro 18.17 36 8 1979
2 Taipa 11.50 18 5 946
Jumlah 29.76 54 13 2.925
Sumber : Profil Puskesmas Mamboro (Data Sekunder)
40

Daerah kerja Puskesmas Mamboro adalah dataran rendah yang terletak tepat

ditepi pantai Teluk Palu, yang beriklim panas dengan suhu udara rata-rata 32o C

dengan kelembaban udara antara 70-76%. Adapun batas-batas wilayah kerja

Puskesmas Mamboro adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kayu Malue Ngapa.

 Sebelah Timur berbatasan dengan daerah perbukitan.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Palu.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tondo.

B. Hasil Penelitian Univariat

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, analisis ini dilakukan terhadap

tiap variabel dari penelitian. Pada umumnya dalam analisis hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel.

Adapun variabel yang dianalisa dalam penelitian ini meliputi Tingkat Sosial

Ekonomi (Pendidikan, Pekerjaan, dan Pendapatan) dan Tingkat Pengetahuan

Responden.
41

1) Pendidikan Terakhir Responden

Responden yang ikut dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang

berbeda. Berdasarkan pengolahan data, maka distribusi responden berdasarkan

tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mamboro
Pendidikan N %
Rendah (SD, SMP) 17 22,7
Tinggi (SMA, PT) 58 77,3
Total 75 100
Sumber : Data Primer

Dari tabel diatas didapatkan bahwa jumlah responden penelitian dengan

tingkat pendidikan rendah (SD, SMP) berjumlah 17 orang (22,7)%), tingkat

pendidikan tinggi (SMA,Perguruan Tinggi) berjumlah 58 orang (77,3) Hal ini

menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat Pendidikan tinggi

2) Pekerjaan Responden

Responden dalam penelitian ini memiliki pekerjaan yang berbeda. Distribusi

responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3


42

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Mamboro
Pekerjaan N %

Bekerja (PNS, Wiraswasta) 13 17,3


Tidak Bekerja (URT) 62 82,7
Total 75 100

Sumber : Data Primer

Dari Tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian

ini memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga yakni sebanyak 62 orang

(82,7%) dan terdapat 13 orang (17,3%) memiliki pekerjaan sebagai PNS ataupun

Wiraswasta.

3) Pendapatan Keluarga

Distribusi responden menurut tingkat pendapatan/penghasilan keluarga dalam

penelitian ini bervariasi antara 500.000-3.500.000, seperti yang dapat dilihat di

tabel berikut

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Mamboro
Pendapatan/Bulan N %
< 905.000 30 40
≥ 905.000 45 60
Total 75 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebanyak 30 responden (40%)

memiliki Pendapatan per bulan < 905.000 dan 45 responden (60%) memiliki

pendapatan per bulan ≥ 905.000.


43

4) Pengetahuan tentang Antenatal Care

Hasil uji pengetahuan responden terhadap ANC dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Antenatal Care di
Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro
Pengetahuan N %

Kurang ≤ 75% 12 16
Baik 76%-100% 63 84
Total 75 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa 63 responden (84%) memiliki

pengetahuan yang baik tentang pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care),

sedangkan 12 responden (16%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang

pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care). Jadi sebagian besar responden dalam

penelitian ini memiliki tingkat pengetahuan yang baik.

5) Frekuensi Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada responden selama kehamilan dapat

dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kunjungan Antenatal Care di
Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro
Kunjungan ANC N %
< 4 kali 12 16
≥ 4 kali 63 64
Total 75 100
Sumber : Data Primer
44

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 63 responden (64%)

melakukan kunjungan Antenatal Care ≥ 4 kali sedangkan 12 responden (16%)

melakukan kunjungan Antenatal Care kurang dari 4 kali.

C. Hasil Penelitian Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel

independen yaitu karakteristik responden dalam hal ini tingkat sosial ekonomi

(pendidikan, pekerjaan, penghasilan) dan tingkat pengetahuan dengan variabel

dependen yaitu frekuensi kunjungan Antenatal Care. Analisis ini dideteksi dengan

menggunakan analisis uji Fisher exact untuk hipotesis pada tingkat kepercayaan

95% (α = 0,05)

1) Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal

Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro

Tabel 4.7

Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Frekuensi Kunjungan

Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro

Frekuensi Kunjungan
ANC Total P Value
Pendidikan < 4 kali ≥ 4 kali
N % N % N %
Rendah 9 75 8 12,7 17 22,7
3 25 55 87,3 58 77,3
0,000
Tinggi

Total 12 100 63 100 75 100

Berdasarkan tabel silang (cross tabulation) diatas didapatkan dari 17 responden

dengan pendidikan rendah dapat dilihat 9 responden melakukan kunjungan


45

Antenatal Care kurang dari 4 kali dan 8 responden (12,7%) melakukan kunjungan

Antenatal Care ≥ 4 kali. Sedangkan dari total 58 responden dengan pendidikan

yang tinggi dapat dilihat 3 responden (25%) yang melakukan kunjungan

pemeriksaan kehamilan kurang dari 4 kali dan 55 responden (87,3%) melakukan

kunjungan pemeriksaan kehamilan ≥ 4 kali. Berdasarkan hasil uji statistik

Fisher’s exact diperoleh p-value 0,000 yang berarti p-value lebih kecil dari α

(0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat pendidikan ibu dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care.

2) Hubungan Pekerjaan dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care di

Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro

Tabel 4.8

Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care

Di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro

Frekuensi Kunjungan
ANC Total P Value
Pekerjaan < 4 kali ≥ 4 kali
N % N % N %
Bekerja 2 16,7 11 17,5 13 17,3

Tidak Bekerja 10 83,3 52 82,5 62 82,7 1,000


Total 12 100 63 100 75 100

Berdasarkan tabel silang (cross tabulation) diatas didapatkan dari 13 responden

yang bekerja dapat dilihat 11 responden (17,5%) melakukan kunjungan Antenatal

Care ≥ 4 kali dan 2 responden (16,7%) melakukan kunjungan kurang dari 4 kali.
46

Dari 62 responden yang tidak bekerja dapat dilihat 10 responden (83,3%)

melakukan kunjungan Antenatal Care kurang dari 4 kali dan 52 responden

(82,5%) melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) ≥ 4 kali.

Dari hasil uji statistik Fisher’s exact diperoleh nilai p-value yaitu 1,000 yang

menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden

dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care.

3) Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal

Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro

Tabel 4.9

Analisis Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Frekuensi Kunjungan

Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro

Frekuensi Kunjungan
ANC Total P Value
Pendapatan < 4 kali ≥ 4 kali
N % N % N %
< 905.000 7 58,3 23 36,5 30 40

≥ 905.000 5 41,7 40 63,5 45 60 0,203


Total 12 100 63 100 75 100

Berdasarkan tabel silang (cross tabulation) diatas didapatkan dari 30 responden

dengan penghasilan dibawah UMR 905.000 dapat dilihat 7 responden (58,3%)

yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) kurang dari

4 kali dan 23 responden (36,5%) melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan ≥

4 kali. Sedangkan dari 45 responden dengan penghasilan diatas UMR 905.000

terdapat 5 responden (41,7%) yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan


47

kurang dari 4 kali dan 40 responden (63,5%) yang melakukan kunjungan

Antenatal Care ≥ 4 kali. Hasil uji analisis statistik Fisher’s exact diperoleh p-

value sebesar 0,203 yang berarti p-value lebih besar dari α (0.05) yang artinya

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat penghasilan responden

dengan frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care).

4) Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal

Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro

Tabel 4.10

Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan frekuensi Kunjungan

Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro

Frekuensi Kunjungan
ANC Total P Value
Pengetahuan < 4 kali ≥ 4 kali
N % N % N %
Kurang ≤ 75% 10 83,3 2 3,2 12 16

Baik 76-100% 2 16,7 61 96,8 63 84 0,000


Total 12 100 63 100 75 100
Dari tabel silang (crosstab) 5.0 dapat dilihat dari 63 responden yang memiliki

pengetahuan yang baik terdapat 2 responden (16,7%) yang melakukan kunjungan

Antenatal Care kurang dari 4 kali dan 61 responden yang melakukan kunjungan ≥

4 kali. Sedangkan dari 12 responden dengan pengetahuan yang kurang, terdapat

10 responden (83,3%) melakukan kunjungan Antenatal Care kurang dari 4 kali

dan 2 responden (3,2%) melakukan kunjungan Antenatal Care ≥ 4 kali. Dari hasil

uji statistik Fisher’s exact diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti terdapat
48

hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan frekuensi

kunjungan Antenatal Care.

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mamboro yakni kelurahan

Mamboro dan kelurahan Taipa mulai bulan Juni-Juli 2013 terhadap ibu-ibu yang

memiliki anak 0-6 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi pada ibu dengan frekuensi

kunjungan Antenatal Care didapatkan 75 sampel yang memenuhi kriteria inkusi

dan menyetujui secara tertulis untuk ikut dalam penelitian ini. Peneliti melakukan

wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner yang telah ditetapkan.

1. Analisis univariat

a. Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Pengetahuan dan Kunjungan

Antenatal Care

Sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan

akhir SMA. Pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi

diperoleh sebagai hasil dari proses belajar. Tingkat pendidikan yang dicapai oleh

individu dapat mempengaruhi daya terima otak. Menurut Notoatmodjo (2003)

jenjang pendidikan terbagi 2 yakni pendidikan tinggi dan pendidikan rendah.

Pendidikan tinggi meliputi tamat SMA atau sederajat, tamat Perguruan Tinggi.

Pendidikan rendah meliputi tidak sekolah tamat/tidak tamat SD, tamat/tidak tamat

SMP atau sederajat.

Responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai ibu

Rumah tangga. Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang


49

untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kehidupan sehari-hari. menurut

Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Sebanyak 60% responden dalam penelitian ini memiliki penghasilan diatas

UMR ≥ Rp. 905.000, pendapatan adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh

dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan baik dari orang tua maupun

anggota keluarga lainnya.

Pengetahuan baik tentang antenatal care sebanyak 84%. Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang

diketahui oleh orang yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan

formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal

diperoleh dari luar sekolah. Selain itu, pengetahuan juga dapat diperoleh dari

media informasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, dan

lain-lain, juga dari media elektronika seperti televisi, radio, dan internet. Sebanyak

64% responden telah melakukan kunjungan Antenatal Care yang baik yaitu

minimal satu kali pada trimester 1, satu kali pada trimester 2, dan dua kali pada

trimester 3.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal

Care

Pada penelitian ini didapatkan 9 responden dengan pendidikan rendah

melakukan kunjungan Antenatal care kurang dari 4 kali dan 8 reponden


50

melakukan kunjungan Antenatal Care 4 kali yaitu pada trimester pertama 1 kali,

trimester kedua 1 kali dan trimester ketiga 2 kali. Pada responden yang pendidikan

tinggi dapat dilihat 3 responden melakukan kunjungan Antenatal Care kurang dari

4 kali dan 55 responden yang melakukan kunjungan Antenatal Care ≥ 4 kali.

Dari hasil analisis uji statistik dengan uji Fisher’s exact diperoleh p-value

0,000 secara statistik dapat diartikan p-value lebih kecil dari α 0.05 yang artinya

terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan frekuensi

kunjungan Antenatal Care.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat

diperlukan untuk mengembangkan diri. Tingkat pendidikan merupakan faktor

predisposisi seseorang untuk berperilaku sehingga latar belakang pendidikan

merupakan faktor yang sangat mendasar untuk memotivasi seseorang dalam

melakukan terhadap perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Pada penelitian ini

didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan

frekuensi kunjungan Antenatal Care, Ibu dengan Pendidikan rendah akan

mempengaruhi perilakunya untuk melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan.

Demikian halnya pada ibu dengan berpendidikan yang tinggi, ia akan cenderung

melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan secara teratur demi menjaga

kesehatannya dan janinnya.

Hasil yang sama juga didapatkan Fitrianti (2012) yang mengungkapkan

terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan jumlah kunjungan

Antenatal Care. Pendidikan yang tinggi mencerminkan pengetahuan ibu dimiliki


51

semakin baik dan mempengaruhi seseorang dalam menerapkannya terhadap

pelaksanaan Antenatal Care.

b. Hubungan Pekerjaan pekerjaan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care

Dari hasil tabel silang (crosstab) dapat dilihat 13 responden yang bekerja

terdapat 2 responden yang melakukan kunjungan Antenatal Care kurang dari 4

kali dan 11 responden yang melakukan kunjungan Antenatal Care ≥ 4 kali.

Sedangkan dari 62 responden yang tidak bekerja didapatkan 10 responden

melakukan kunjungan Antenatal Care kurang dari 4 kali dan 52 responden

melakukan kunjungan Antenatal Care ≥ 4 kali.

Hasil uji statistik Fisher’s exact diperoleh p-value sebesar 1,000 berarti p-value

lebih besar dari α (0.05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara pekerjaan responden dengan frekuensi kunjungan Antenatal

Care.

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo,

2003). Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara

pekerjaan dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care. Hasil ini sejalan dengan

penelitian yang di dapatkan oleh Sarminah (2010), Pada dasarnya Ibu hamil yang

tidak bekerja memiliki waktu yang lebih banyak untuk melakukan aktivitasnya

sehari-hari termasuk pergi ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan

kehamilannya. Bagi ibu hamil yang bekerja memang akan memberikan kesibukan

tambahan sehingga terkadang mereka tidak mempunyai waktu untuk

memeriksakan kehamilan. Namun, dari lingkungan pekerjaannya, mereka akan


52

mendapatkan akses informasi yang lebih baik dan beragam terhadap segala

informasi termasuk informasi kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh Pasaribu

(2005) wanita hamil yang bekerja dapat berinteraksi dengan orang lain yang

memiliki pengetahuan tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan

sehingga wanita hamil yang bekerja mendapatkan pengetahuan yang lebih dan

termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa ibu hamil yang bekerja maupun tidak bekerja sama sama memiliki waktu

utuk melakukan kunjungan Antenatal Care.

c. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal

Care

Dari tabel 4.9 dapat dilihat 30 responden dengan penghasilan dibawah UMR

905.000, terdapat 7 responden melakukan kunjungan Antenatal Care kurang dari

4 kali dan 23 responden melakukan kunjungan Antenatal Care ≥ 4 kali.

Sedangkan dari 45 responden dengan penghasilan diatas UMR 905.000 terdapat 5

responden (41,7%) yang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan kurang

dari 4 kali dan 40 responden (63,5%) yang melakukan kunjungan Antenatal Care

≥ 4 kali.

Dari hasil uji analisis statistik Fisher’s exact diperoleh p-value sebesar 0,203

yang berarti p-value lebih besar dari α (0.05) yang artinya tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara tingkat pendapatan responden dengan frekuensi kunjungan

pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care).

Dalam literatur Green (2005) yang mengungkapkan Pendapatan keluarga

merupakan salah satu faktor bagi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan


53

kesehatan. Rendahnya pendapatan keluarga meningkatkan hambatan untuk

mendapatkan prioritas kesehatan dalam urutan tinggi sehingga akan

memperlambat atau menyebabkan terabaikannya frekuensi kunjungan Antenatal

Care. Pada penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

tingkat pendapatan dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care. Sejalan dengan

hasil penelitian yang didapatkan penelitian Fitrianti (2012), bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan jumlah kunjungan Antenatal

Care.

Hal ini dapat terjadi karena adanya kebijakan dari pemerintah melalui program

kementerian kesehatan yaitu program jaminan persalinan (Jampersal) untuk

semua ibu hamil, dimana Jampersal bertujuan untuk menghilangkan hambatan

financial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan yang didalamnya

termasuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan dan pelayanan bayi baru

lahir (Depkes RI,2011). Dengan tidak adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh

ibu hamil untuk melakukan Antenatal Care, keluarga dapat fokus mengalokasikan

pendapatannya untuk kebutuhan yang lain.

d. Hubungan tingkat Pengetahuan dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal

Care

Berdasarkan tabel 5.0 dapat dilihat dari 63 responden yang memiliki

pengetahuan yang baik terdapat 2 responden (16,7%) yang melakukan kunjungan

Antenatal Care kurang dari 4 kali dan 61 responden yang melakukan kunjungan ≥

4 kali. Sedangkan dari 12 responden dengan pengetahuan yang kurang, terdapat


54

10 responden (83,3%) melakukan kunjungan Antenatal Care kurang dari 4 kali

dan 2 responden (3,2%) melakukan kunjungan Antenatal Care ≥ 4 kali.

Dari hasil uji analisis Fisher’s exact diperoleh p-value sebesar 0,000 yang

menunjukkan p-value lebih kecil dari nilai α (0.05) artinya terdapat hubungan

yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan frekuensi kunjungan Antenatal

Care.

Pengetahuan merupakan indikator seseorang dalam melakukan tindakan.

Seseorang yang didasari dengan pengetahuan yang baik tentang kesehatan maka

orang tersebut akan memahami pentingnya menjaga kesehatan dan memotivasi

untuk diaplikasikan dalam kehidupannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

tingkat pengetahuan dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care. Menurut

Notoatmodjo (2007) Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang baik pada ibu hamil akan

menumbuhkan pemahaman mereka tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan

(Antenatal Care) agar dapat di kelola dengan baik bila ada tanda pertumbuhan

sehingga saat persalinan dapat berlangsung secara optimal serta kematian ibu

dan bayi dapat ditekan seminimal mungkin. Selain itu dapat memberikan

kesadaran bahwa Antenatal Care merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan

yang digunakan untuk memonitor kondisi kesehatan ibu dan bayi selama masa

kehamilan. Semakin baik pengetahuan ibu semakin termotivasi pula dirinya

untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care).


55

Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian fitrianti (2012) yang

mengungkapkan bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang baik tentang

kesehatan selama kehamilannya akan termotivasi untuk menjaga kehamilan

dengan melakukan Antenatal Care secara teratur.


56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat beberapa kesimpulan antara lain

sebagai berikut :

1) Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan

frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC).

2) Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu selama

kehamilan dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC).

3) Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan keluarga

dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC).

4) Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan

frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC).

B. Saran

Disarankan para petugas kesehatan lebih sering memotivasi semua ibu hamil untuk

melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) agar semua ibu hamil dapat dimonitoring

keadaan ibu dan bayinya sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi baik masih

dalam masa kehamilan, persalinan maupun masa nifas.


57

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.


Jakarta.
Bobak., Lowdermilk., Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC.
Jakarta.
Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C., Wenstrom,
K.D.,. 2005. William Obstetric 22nd ed, McGraw-Hill Professional. EGC.
Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta.
Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah tahun 2011. Palu.
Dinas Kesehatan Kota Palu. 2012. Profil Kesehatan Kota Palu 2012. Sulawesi
Tengah. Palu
Green, L.W., Johnson, K.W. 2005. Health education and health promotion In
Handbook of Health, Health Care, and the Health Professions, ed. D. Mechanic.
Free Press. New York.
Henderson, C, Jones, K (Eds.). 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. EGC. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Standar Pelayanan Kebidanan.
Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Sistem Kesehatan Nasional.
Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Jaminan Persalinan, upaya
terobosan kementerian kesehatan dalam percepatan pencapaian target MDGS.
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/99. diakses pada tanggal 20 mei
2013
Mahfoedz, i. 2005. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan.
Fitramaya. Jakarta
Manuaba, IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. EGC. Jakarta.
Meilani, N. 2009. Kebidanan Komunitas. Fitramaya. Yogyakarta.
Mochtar Rustam, 2005. Synopsis Obstetric 1. EGC. Jakarta.
Mufdillah. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Nuha Medika
Press.Yogyakarta.
58

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.


Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Pasaribu, S. 2005. Pengaruh Faktor Sosial Budaya dan Sosial Ekonomi terhadap
Pemeriksaan Kehamilan di desa Bandar Sakti Puskesmas Rantau Laban Kota
Bukit Tinggi. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14747. diakses pada
tanggal 8 oktober 2012.
Pemerintah Kota Palu, 2011, SK Gubernur Sulawesi Tengah tentang Upah Minimun
Kota (UMK) Kota Palu Tahun 2012. Dinsos dan Tenaga Kerja, Palu.
Prawirohardjo. S, 2006. Pelayanan Antenatal Care (ANC). Ilmu kebidanan. Yayasan
Bina Pustaka. Jakarta.
Saifuddin. 2005. Upaya Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Safrudin, H. 2009. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas. EGC. Jakarta.
Symonds, E, Malcolm. 2006. Essential Obstetrics and Gynaecology 4th edition.
Elsevier Department in Philadelphia, USA.
Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi IV. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai