Anda di halaman 1dari 12

Nama : Paulina Marsolina

Prodi : Akuntansi Keuangan Publik 5A


NIM : 5304171070

Pengelolaan Keuangan Negara Dan Akuntansi Pemerintah

BAB 2
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
A. Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Negara
Pada dasarnya asas-asas pengelolaan keuangan negara bukan merupakan kaidah
hukum atau norma hukum, sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, kecuali
hanya mempunyai kekuatan moral yang boleh dijadikan pedoman dalam pengelolaan
keuangan negara. Sekalipun demikian, pengelolaan keuangan negara tidak boleh terlepas dari
asas-asas pengelolaan keuangan negara agar dapat menghasilkan pekerjaan terbaik sehingga
tidak menimbulkan kerugian keuangan negara.
Terdapat beberapa asas yang digunakan dalam pengelolaan keuangan negara dan
diakui keberlakuannya dalam pengelolaan keuangan negara ke depan sebagai berikut:
a. Asas kesatuan, menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara disajikan
dalam satu dokumen anggaran;
b. Asas universalitas, mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara
utuh dalam dokumen anggaran;
c. Asas tahunan, membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu;
d. Asas spesialitas, mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas
peruntukannya;
Kemudian berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara terdapat lagi asas-asas yang bersifat baru dalam pengelolaan keuangan negara sebagai
berikut:
a. Asas akuntabilitas berorentasi pada hasil adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan keuangan negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. b. Asas proporsional adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban pengelola keuangan negara;
c. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian berdasarkan kode etik
dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. Asas keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara adalah asas yang membuka
diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;
e. Asas pemeriksaan keuangan negara oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
adalah asas yang memberikan kebebasan bagi Badan Pemeriksa Keuangan Negara
untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara dengan tidak boleh dipengaruhi oleh
siapapun;

B. Pejabat Pengelola
Keuangan Negara Menurut ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan
pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan
tersebut meliputi kewenangan yang bersifat umum (administratif) dan kewenangan yang
bersifat khusus (kebendaharaan). Kewenangan tersebut selanjutnya dikuasakan secara yuridis
kepada:
a. Menteri Keuangan selaku Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik
Indonesia dan pengelola fiskal serta wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan
negara yang dipisahkan;
b. Menteri atau pimpinan lembaga pada hakikatnya adalah Chief Operational Officer
(COO) untuk suatu bidang tertentu pemerintahan, dan selaku pengguna anggaran atau
penggunaan barang kementerian negara atau lembaga yang dipimpinnya. Selanjutnya
menteri-menteri tersebut dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pejabat-pejabat
di bawahnya.
c. Berkaitan dengan otonomi daerah, Presiden mendelegasikan kewenangan
pengelolaan keuangan negara kepada gubernur, bupati/walikota selaku kepala
pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah
daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan;
Hal tersebut dapat digambarkan skema pada gambar di bawah ini;

Pendelegasian Kewenangan dalam Pelaksanaan Anggaran Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun


2003 dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

Dalam rangka pelaksanaan kewenangan atas pengelolaan fiskal, menteri keuangan


mempunyai tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 UndangUndang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara sebagai berikut:
a. Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;
b. Menyusun rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara serta rancangan
perubahan anggaran pendapatan dan belanja negara;
c. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
d. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
e. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-
undang;
f. Melaksanakan fungsi bendahara umum negara;
g. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggung jawaban pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja negara;
h. Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan
undang-undang;
Berkaitan dengan pelaksanaan fungsi bendahara umum negara, menteri keuangan
berwenang sebagaimana dimaksud dengan Pasal 7 ayat (2) undangundang keuangan yakni:
a. Menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara;
b. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran negara;
c. Melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara;
d. Menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara;
e. Menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran anggaran negara;
f. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran
negara;
g. Menyimpan uang negara;
h. Menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan investasi;
i. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas
beban rekening kas umum negara;
j. Melakukan pinjaman atas nama pemerintah;
k. Memberikan pinjaman atas nama pemerintah;
l. Melakukan pengelola utang dan piutang negara;
m. Mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintah;
n. Melakukan penagihan piutang negara;
o. Menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara;
p. Menyajikan informasi keuangan negara;
q. Menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
negara;
r. Menetapkan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam rangka pembayaran
pajak;
s. Menunjuk pejabat kuasa bendahara umum negara;

Tugas kuasa bendahara umum negara meliputi kegiatan, yakni:


a. Menerima;
b. Menyimpan;
c. Membayar atau menyerahkan;
d. Menatausahakan; dan
e. Mempertanggungjawabkan uang dan surat berharga yang berada dalam
pengelolaannya;

Selanjutnya, Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara merumuskan bahwa konsekuensi pembagian tugas antara menteri
keuangan dengan menteri lainnya tercermin dalam pelaksanaan anggaran. Untuk
meningkatkan akuntabilitas dan menjamin terselenggaranya saling uji (check and balance)
dalam proses pelaksanaan anggaran perlu dilakukan pemisahan secara tegas antara pemegang
kewenangan administratif dengan pemegang kewenangan kebendaharaan.
BAB 6
KEUANGAN DAERAH
A. Dasar Hukum
Pengelolaan Keuangan Daerah Pengaturan pengelolaan keuangan daerah merupakan
bagian dari pengelolaan keuangan negara, oleh karenanya diatur di dalam peraturan
perundang-undangan sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Bab VIII tentang
Hal Keuangan-Pasal 23).
2) Undang-Undang di bidang Keuangan Negara terdiri atas:
a. Undang-Undang yang secara khusus materi pokoknya mengatur substansi
administrasi keuangan daerah, antara lain seperti UndangUndang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara; Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Negara; UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
b. Undang-Undang yang di dalamnya mengatur satu bagian mengenai keuangan
daerah atau merupakan dasar dalam pengaturan keuangan daerah, antara lain
seperti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah
jo. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014; dan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
c. Undang-Undang yang mengatur unsur pendukung keuangan daerah, antara
lain seperti Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
d. Undang-Undang pendukung lainnya, yaitu undang-undang lainnya yang
berkaitan dan banyak hubungannya dengan kegiatan keuangan daerah, yaitu:
 Undang-Undang yang mengatur badan usaha, antara lain seperti;
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara; Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas; Undang-Undang Nomor UndangUndang Nomor 5 Tahun
1962 tentang Perusahaan Daerah.
 Undang-Undang yang mengatur kegiatan ekonomi lainnya
khususnya berkaitan dengan investasi dan obligasi daerah, antara lain
seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
 Undang-Undang yang berkaitan dengan pinjaman daerah, antara lain
seperti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang berkaitan
dengan Tanah.
3) Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah yang merupakan peraturan yang secara khusus materi
pokoknya mengatur substantif administrasi keuangan daerah sebagai
pelaksanaan dari undang-undang substantif di bidang keuangan daerah,
antara lain seperti Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan; Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011
tentang Pinjaman Daerah;
b. Peraturan Pemerintah sebagai tindak lanjut pelaksanaan dari undangundang
yang mengatur di dalamnya satu bagian mengenai keuangan daerah atau
merupakan dasar dalam pengaturan keuangan daerah, antara lain seperti
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 37
Tahun 2006 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan serta
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
c. Peraturan Pemerintah sebagai tindak lanjut pelaksanaan dari undangundang
yang mengatur unsur pendukung keuangan daerah, antara lain 85 seperti
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

4) Peraturan Presiden, yaitu peraturan yang secara khusus materi pokoknya mengatur
substantif administrasi keuangan daerah, antara lain seperti Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaaan Barang dan Jasa.
5) Peraturan Daerah, antara lain seperti Peraturan Daerah tentang APBD, Peraturan
Daerah tentang Perubahan APBD, dan lain sebagainya.

B. Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Daerah


Kata “asas”dapat berarti dasar atau alas, atau sesuatu kebenaran yang menjadi pokok
dasar atau sesuatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berpikir. Asas pada
hakikatnya selalu mewarnai tingkah laku, sikap, dan perbuatan baik perorangan, lembaga,
maupun aturan-aturan yang dibuat oleh administrasi. Demikian pula asas-asas yang
digariskan dalam pengelolaan keuangan daerah merupakan sesuatu yang dianggap benar yang
menjadi pokok dasar dari aturan-aturan yang dibuat lebih lanjut. Asas menjadi filosofi yang
mendasari aturan-aturan tersebut.
Terdapat beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai asas-asas
pengelolaan keuangan daerah, antara lain Ahmad Yani yang mengemukakan 15 asas sebagai
berikut:
1) APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu.
Ketentuan ini berarti, APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan
daerah dan semua belanja daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dalam
tahun anggaran tertentu. Dengan demikian, pemungutan semua penerimaan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi bertujuan untuk memenuhi target yang
ditetapkan dalam APBD.
2) Tahun fiskal APBD sama dengan tahun fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
3) Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka desentralisasi
dicatat dan dikelola dalam APBD. Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah
yang tidak berkaitan dengan pelaksanaan dekonsentrasi atau tugas pembantuan
merupakan penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
4) APBD, Perubahan APBD, dan perhitungan APBD ditetapkan dengan peraturan
daerah dan merupakan dokumen daerah.
5) APBD disusun dengan pendekatan kinerja. Anggaran dengan pendekatan kinerja
adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapain hasil kerja atau
output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.
6) Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya
kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Ketentuan pasal ini
berarti daerah tidak boleh menganggarkan pengeluaran tanpa kepastian terlebih
dahulu mengenai ketersediaan sumber pembiayaannya dan mendorong daerah untuk
meningkatkan efisiensi pengeluaran
7) Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang
terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
8) Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk
setiap jenis belanja.
9) Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban
APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai
pengeluaran tersebut.
10) Perkiraan sisa lebih perhitungan APBD tahun lalu dicatat sebagai saldo awal pada
APBD tahun berikutnya, sedangkan realisasi sisa lebih perhitungan APBD tahun lalu
dicatat sebagai saldo awal perubahan APBD.
11) Semua transaksi keuangan daerah baik penerimaan daerah maupun pengeluaran
daerah dilaksanakan melalui kas daerah.
12) Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya tidak tersangka disediakan
dalam bagian anggaran tersendiri. Anggaran pengeluaran tidak tersangka tersebut
dikelola oleh Bendahara Umum Daerah.
13) Pengeluaran yang dibebankan pada pengeluaran tidak tersangka adalah untuk
penanganan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak tersangka lainnya
yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah
daerah.
14) Daerah dapat membentuk dana cadangan guna membiayai kebutuhan dana yang tidak
dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.
15) Dana cadangan dibentuk dengan kontribusi tahunan dari penerimaan APBD, kecuali
dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah, dan Dana Darurat.
Sementara itu, Mardiasmo menjelaskan asas-asas pengelolaan keuangan daerah yaitu:
1) Value for money; indikasi keberhasilan otonomi daerah dan desentralisasi adalah
terjadinya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat (social welfare)
yang semakin baik, kehidupan demokrasi yang semakin maju, keadilan,
pemerataan, serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta
antar daerah. Keadaan tersebut hanya akan tercapai apabila lembaga serta sektor
publik dikelola dengan memerhatikan konsep value for money.
2) Akuntabilitas; mensyaratkan bahwa pengambilan keputusan berperilaku sesuai
dengan mandat yang diterimanya. Untuk ini, perumusan kebijakan, bersama-
sama dengan cara dan hasil kebijakan tersebut harus dapat diakses dan
dikomunikasikan, baik secara vertikal maupun horizontal dengan baik.
3) Kejujuran; Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang
memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi sehingga kesempatan untuk korupsi
dapat diminimalkan.
4) Transparansi; keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakankebijakan
keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan
masyarakat.
5) Pengendalian; penerimaan dan pengeluaran daerah (APBD) harus sering
dimonitor, yaitu dibandingkan antara yang dianggarkan dan dicapai.

C. Ruang Lingkup Keuangan Daerah


Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam
kerangka anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Pendekatan yang diambil dari
rumusan pengertian keuangan daerah tersebut adalah dari sisi obyek, subyek, proses, dan
tujuan:
 Dari sisi obyek; yang dimaksud dengan keuangan daerah meliputi semua hak dan
kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang, dan pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, serta sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik daerah berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut,
tetapi tidak termasuk bidang fiskal dan moneter.
 Dari sisi subyek; yang dimaksud dengan keuangan daerah meliputi seluruh obyek
sebagaimana tersebut sebelumnya yang dimiliki oleh daerah, dan/atau dikuasai oleh
pemerintah daerah, perusahaan daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan
keuangan daerah.
 Dari sisi proses; keuangan daerah mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana dijelaskan pada bagian obyek
mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggungjawaban.
 Dari sisi tujuan; keuangan daerah meliputi seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan
hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana
tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Berdasarkan 4 (empat) pendekatan keuangan daerah tersebut, ruang lingkup


keuangan daerah terdiri atas:
1) Keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan;
2) Keuangan daerah yang dikelola langsung adalah anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD), dan barang-barang inventaris milik daerah;
3) Kekayaan daerah yang dipisahkan adalah dana daerah yang terdapat pada Badan
Usaha Milik Daerah; dan
4) Keuangan daerah tersebut sebenarnya merupakan suatu pengorganisasian dan
pengelolaan sumber daya atau kekayaan yang ada pada suatu daerah untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki;

D. Lembaga Pengelola Keuangan Daerah


1. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Keuangan daerah merupakan bagian dari
kekuasaan pemerintahan daerah karena itu secara kelembagaan para pejabat
pengelolaan keuangan daerah terdiri atas:
a. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dijabat oleh Kepala
Daerah selaku kepala pemerintahan daerah
b. Koordinator pengelolaan keuangan daerah dijabat oleh Sekretaris Daerah
c. Pejabat pengelola keuangan daerah terdiri atas Kepala Badan/Dinas/Biro
Keuangan/Bagian Keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.
d. Pejabat pengguna anggaran daerah/barang daerah. Adapun pengertian
pengguna anggaran daerah adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran satuan kerja perangkat daerah, sedangkan pengertian
pengguna barang daerah adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
barang milik daerah. Adapun Pejabat pengguna anggaran daerah/barang
daerah dijabat oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pada
setiap SKPD terdapat:
1) Kuasa Pengguna Anggaran
2) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD
3) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
4) Bendahara Pengeluaran
5) Bendaharawan Penerimaan bagi SKPD yang juga mengelola
anggaran pendapatan daerah

2. Tugas dan Wewenang


a. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Kepala daerah selaku kepala pemerintahan daerah memegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan, yang mempunyai
wewenang sebagai berikut:
1) Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD.
2) Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah.
3) Menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang.
4) Menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran.
5) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan
penerimaan daerah.
6) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan
piutang daerah.
7) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang
milik daerah.
8) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan
dan memerintahkan pembayarannya.

b. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah


Koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai tugas
koordinasi di bidang;
1) Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;
2) Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;
3) Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD
4) Penyusunan Raperda APBD, Perubahan APBD, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
5) Tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas
keuangan daerah; dan
6) Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

Selain tugas-tugas tersebut di atas, koordinator pengelolaan keuangan


daerah juga mempunyai tugas :
1) Memimpin tim anggaran pemerintah daerah;
2) Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;
3) Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;
4) Memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD; dan
5) Melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah
lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah;

c. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)93 PPKD mempunyai tugas


sebagai berikut :
1) Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan
daerah;
2) Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
3) Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah;
4) Melaksanakan furigsi Bendahara Umum Daerah (BUD);
5) Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; dan

Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan


oleh kepala daerah; PPKD selaku BUD berwenang :
1) Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
2) Mengesahkan DPA-SKPD;
3) Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
4) Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan
pengeluaran kas daerah;
5) Melaksanakan pemungutan pajak daerah;
6) Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh
bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk;
7) Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam
pelaksanaan APBD;
8) Menyimpan uang daerah;
9) Menetapkan SPD;
10) Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/
menatausahakan investasi;
11) Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna
anggaran atas beban rekening kas umum daerah;
12) Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas
nama pemerintah daerah;
13) Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;
14) Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
15) Melakukan penagihan piutang daerah;
16) Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
17) Menyajikan informasi keuangan daerah;
18) Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta
penghapusan barang milik daerah.

PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja


pengelola keuangan daerah selaku kuasa BUD. Penunjukan kuasa BUD
ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Kuasa BUD mempunyai tugas :
1) Menyiapkan anggaran kas;
2) Menyiapkan SPD;
3) Menerbitkan SP2D; dan
4) Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;

d. Pejabat Pengguna Anggaran/Penggunan Barang Daerah94 Pejabat pengguna


anggaran/pengguna barang daerah mempunyai tugas dan wewenang :
1) Menyusun RKA--SKPD;
2) Menyusun DPA-SKPD;
3) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja
4) Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
5) Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
6) Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
7) Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam
batas anggaran yang telah ditetapkan;
8) Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD
yang dipimpinnya;
9) Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
10) Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
11) Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang
lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah;
12) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah.

Pejabat pengguna anggaran dalam melaksanakan tugasnya dapat


melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD
selaku kuasa pengguna anggaran/pengguna barang. Pelimpahan wewenang
ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD. Penetapan kepala unit
kerja pada SKPD berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran
SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi
dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. Kuasa pengguna
anggaran bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna
anggaran/pengguna barang.
Pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dalam
melaksanakan program dan kegiatan dapat menunjuk pejabat pada unit kerja
SKPD selaku PPTK. Penunjukan PPTK berdasarkan pertimbangan
kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang
kendali dan pertimbangan objektif lainnya. Adapun PPTK mempunyai tugas
mencakup :
1) mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
2) melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
3) menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan.

PPTK bertanggung jawab kepada pejabat pengguna anggaran/kuasa


pengguna anggaran.
Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan anggaran
yang dimuat dalam Dokumen Pelaksanaan Aanggaran (DPA)-SKPD, kepala
SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
pada SKPD sebagai pejabat penatausahaan keuangan SKPD. Pejabat
penatausahaan keuangan SKPD mempunyai tugas :
1) Meneliti kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) langsung
(LS) yang diajukan oleh PPTK;
2) Meneliti kelengkapan SPP Uang Persediaan (UP), SPP Ganti Uang
Persediaan (GU) dan SPP Tambahan Uang Persediaan (TU) yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran;
3) Menyiapkan Surat Perintah Membayar (SPM); dan
4) Menyiapkan laporan keuangan SKPD;

Pejabat penatausahaan keuangan SKPD tidak boleh merangkap


sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
negara/daerah, bendahara, dan/ atau PPTK.
Atas usul pejabat pengelola keuangan daerah, kepala daerah
mengangkat bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan
dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan bendahara pengeluaran
dalam pelaksanaan anggaran belanja pada SKPD. Bendahara penerima dan
bendahara pengeluaran adalah pejabat fungsional. Bendahara penerima dan
bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang
melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa
atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut,
serta menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas
nama pribadi. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara
fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD
selaku BUD.

1. Bagan Lembaga Pengelolaan Keuangan Daerah


Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

Bab 1 Ketentuan Umum


Pasal 1 Ayat 1:
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Pasal 1 Ayat 9-14:
 Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.
 Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara.
 Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
 Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
 Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.
 Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.
Pasal 2 Ayat a:
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga;
Pasal 3 Ayat 1:
Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
Bab 2 Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara
Pasal 6 Ayat 1:
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara
sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.
Pasal 7 Ayat 1:
Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara

Anda mungkin juga menyukai