Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator pembangunan kesehatan

sekaligus indikator pemenuhan hak reproduksi perempuan serta kualitas pelayanan

kesehatan secara umum, penyebab kematian ibu di Indonesia sama seperti halnya di

Negara lain adalah perdarahan 30-35%, infeksi 20-25%, gestosis 15-17%. Saat ini angka

kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 307/100.000 kelahiran hidup dan

angka kematian bayi (AKB) 34/1000 kelahiran hidup. Salah satu sasaran Millenium

Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi

sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

23 per 1.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015.

Menurut Millenium Development Goals (MDGS), WHO, Kematian ibu meskipun

menurun, tetap tinggi di Indonesia dan perkiraan World Health Organization (WHO)

adalah 227 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2012. Menurut hasil survei kesehatan

rumah tangga (SKRT), angka kematian ibu (AKI) pada Tahun 2012 sebesar 228/100.000

Kelahiran hidup. Tercatat bahwa kejadian yang tertinggi yang menyebabkan kematian

ibu di Indonesia adalah Perdarahan (24,8%), Infeksi (14,9%), Partus lama (6,9%),

Eklampsia (12,9%), penyebab langsung kematian ibu (7,9%), dan penyebab tidak lansung

(19,8%). (MDGS, 2012). Indonesia menduduki peringkat 12 dari 18 negara di ASEAN

dan SEARO untuk AKI tertinggi.(MDGS, 2012)


2

Di Sulawesi Tengah angka kematian ibu pada tahun 2010 sebesar 247 per

100.000 kelahiran hidup, ini lebih tinggi dari jumlah kematian ibu pada tahun 2009 yaitu

sebesar 229 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu di Sulawesi

Tengah adalah perdarahan, hipertensi, dan infeksi (Profil Kesehatan Kota Palu 2010). Di

tahun 2012, jumlah kasus kematian maternal tertinggi di kota Palu terletak pada wilayah

Puskesmas Mabelopura sebesar 200 kasus ditemukan, Puskesmas Talise sebanyak 98

kasus, dan Puskesmas Mamboro sebanyak 66 kasus.(Dinas Kesehatan Kota Palu, 2012)

Tingginya angka kematian ibu antara lain disebabkan rendahnya tingkat

pengetahuan ibu dan frekuensi kunjungan ANC yang tidak teratur. Terdapat beberapa

faktor penyebab mengapa ibu hamil kurang termotivasi dalam melakukan pemeriksaan

kehamilan atau antenatal care (ANC) antara lain : kurangnya pengetahuan ibu tentang

Antenatal Care, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dukungan suami yang kurang,

kurangnya kemudahan untuk pelayanan maternal. (Prawirohardjo, 2006)

Pada siklus kehamilan fokus pelayanan diarahkan pada pelayanan kesehatan ibu

hamil atau ANC yang dilakukan pada awal kehamilan. antenatal care merupakan suatu

upaya pemeriksaan terhadap wanita hamil guna menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan

mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas

sehingga keadaan mereka sehat dan normal tidak hanya fisik juga mental.

Antenatal care (ANC) menjadi salah satu program kebijakan Departemen

Kesehatan yaitu dengan mengupayakan pelayanan obstetric sedekat mungkin kepada

semua ibu hamil, dengan program ini diharapkan terjadi penurunan angka kematian ibu

(AKI). Pemantauan pelayanan ANC dilakukan pada pelayanan K1 sebagai aksesibilitas


3

ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan dan K4 yang dianggap mutu terhadap pelayanan

kesehatan terhadap ibu hamil.

Ibu hamil dengan status K4 sedikitnya telah mendapat pelyanan 7T (timbang

berat badan,pemberian tetanus toksoid (TT), ukur tekanan darah (TD), ukur tinggi fundus

uteri (TFU), pemberian tablet Fe, tes laboratorium (Hb, protein urin, gula darah, dan

hepatitis B), serta temu wicara selama minimal 4 kali kunjungan mulai dari trimester 1

sebanyak satu kali, trimester ll sebanyak satu kali, dan trimester lll sebanyak dua kali

(Adriansz G, 2008). Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan

hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi

kehamilan patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena

kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-

angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik

umtuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun

keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya juga

dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah

gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan keselamatan bayi yang dikandungnya

(Adriansz G, 2008).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang

“Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi pada ibu dengan

frekuensi kunjungan Antenatal care (ANC)”


4

B. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat sosial ekonomi pada ibu

dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC).

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi ibu dengan

frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC).

2. Tujuan Khusus

1) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang Antenatal Care (ANC).

2) Mengidentifikasi tingkat sosial ekonomi ibu.

3) Menghitung frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC).

4) Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan frekuensi kunjungan Antenatal

Care (ANC).

5) Menganalisis hubungan tingkat sosial ekonomi dengan frekuensi kunjungan

Antenatal Care (ANC).

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu Hamil

Diharapkan dari hasil penelitian dapat memberikan informasi bagi ibu tentang

bagaimana mendeteksi dini masalah yang mungkin terjadi pada kehamilan yang

berpengaruh pada janin.

2. Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian diharapkan masyarakat mampu mendukung ibu hamil untuk

melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC)


5

3. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan bahan acuan untuk penelitian

selanjutnya

E. Keaslian Penelitian

Terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya :

Zaki Kusumawati Farida (2010) tentang hubungan antara tingkat sosial ekonomi ibu

hamil dengan frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC). Jenis penelitian ini bersifat

deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional menggunakan tekhnik random

sampling pada semua ibu hamil trimester III di desa A dengan jumlah sampel 52 ibu.

Pada penelitian ini, penulis belum memiliki atau melampirkan hasil dari penelitiannya.

Pada penelitian lain yang dilakukan Muhammad Rustam (2012), yang

menggunakan desain penelitian cross sectional dengan judul hubungan antara

pengetahuan dan sikap tentang kehamilan dengan kepatuhan pelaksanaan Antenatal Care

(ANC) pada ibu primigravida di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar dengan jumlah

sampel 44 juga belum melampirkan hasil dari penelitiannya.

Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Ika Fauziah Priani dengan judul

Faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan ibu hamil melakukan Antenatal Care di

Puskesmas Cimanggis Kota Depok, pada penelitian ini desain yang digunakan ialah

desain penelitian deskriptif dengan sampel ibu hamil trimester ketiga dan teknik

sampling yang digunakan non probability sampling.untuk hasil dari penelitian

didapatkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kunjungan pemeriksaan

kehamilan pada ibu hamil yaiti tingkat penegetahuan.


6

Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian diatas terletak pada sampel

penelitian, tempat penelitian. Dalam penelitian sebelumnya menggunakan responden ibu

hamil trimester ketiga, sedangkan dalam penelitian ini menggunak responden ibu yang

telah partus atau memliki anak usia 0-6 bulan. Untuk tempat penelitian dilakukan di

wilayah Puskesmas Mamboro.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Antenatal Care (ANC)

a. Pengertian Antenatal Care (ANC)

Antenatal care adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan

umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan,

menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan

(Manuaba, 2009).

Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk

memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya

koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan pada ibu hamil secara berkala

untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya (Depkes RI, 1994).

Antenatal care merupakan cara penting untuk memonitoring dan

mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan

normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini

mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan

asuhan antenatal care ( Prawirohardjo, S, 2006).

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan

atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan ANC. Pada setiap kunjungan ANC, petugas mengumpulkan dan


8

menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik

untuk mendapatkan diagnosis kehamilan serta ada tidaknya masalah atau

komplikasi (Saifuddin, 2005).

Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama

kali pada masa kehamilan. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan

tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan

antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsusng.

Sedangkan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat

atau lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar

(Hamidah, 2009).

b. Tujuan Antenatal Care (ANC)

Menurut Manuaba (1999) tujuan antenatal care adalah :

a) Mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat selama kehamilan,

persalinan, dan masa nifas

b) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan dan

nifas

c) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,

persalinan, masa nifas, laktasi dan aspek keluarga berencana.

d) Menurunkan angka kematian dan kesakitan serta perinatal

Menurut Mochtar Rustam (2005), tujuan antnatal care adalah menyiapkan

seoptimal mungkin fisik dan mental untuk menyelamatkan ibu dan anak selama
9

dalam kehamlan, persalinan, dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang

sehat.

c. Jadwal Antenatal Care (ANC)

Menurut Saifuddin (2005), kunjungan ANC untuk pemantauan dan

pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam

waktu sebagai berikut :

a) Kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan

b) Kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan, dan

c) Kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali

kunjungan.

Macam-macam kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2002) :

a) Kunjungan I (umur kehamilan 0-16 minggu)

Kunjungan ibu hamil yang pertama adalah kontak ibu hamil yang pertama kali

dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.

b) Kunjungan II (20-28 minggu)

Kunjungan yang kedua kali pada ibu hamil, pemeriksaan terutama untuk

menilai resiko kehamilan, laju pertumbuhan janin dan kelainan atau cacat bawaan.

Pelayanan berupa :

1) Anamnesis : keluhan dan perkembangan yang dirasakan oleh ibu.

2) Pemeriksaan fisik dan obstetric (pengukuran panggul luar)

3) Pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi), biometri janin (besar dan usia

kehamilan), aktifitas janin, kelainan cacat bawaan, cairan ketuban dan letak

plasenta serta keadaan paling sentral.


10

4) Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dan vitamin bila perlu.

c) Kunjungan III (28-36 minggu)

Kunjungan yang ketiga kali pada ibu hamil pemeriksaan terutama untuk

menilai resiko kehamilan dan pemeriksaan laboratorium, pelayanan berupa :

1) Anamnesis: keluhan , gerakan janin

2) Pemeriksaan fisik dan obstetric (pemeriksaan panggul dalam bagi kehamilan

pertama)

3) Pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, gula darah

4) Pemberian imunisasi TT II

d) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir)

1) Sama seperti kunjungan II dan III

2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

3) Memantapakan rencana persalinan

4) Mengenali tanda-tanda persalinan

d. Tempat Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Pelayanan Antenatal Care bisa ditemukan di Rumah Sakit, Puskesmas,

Bidan Praktek Swasta, Dokter Praktek Swasta, Posyandu. Pelayanan antenatal

care hanya diberikan dan dilakukan oleh tenaga kesehatan dan bukan dukun

beranak (Meilani, et, al., 2009).

e. Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Dalam pelayanan Antenatal Care, penerapan operasionalnya dikenal

dengan standar minimal “7T” yang terdiri dari :


11

a) Timbang berat badan dan tinggi badan dengan alat ukur yang terstandar

Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan diri, karena

hubungannya erat dengan pertumbuhan berat badan lahir bayi. Berat badan

ibu hamil yang sehat akan bertambah antara 10-12 kg sejak sebelum hamil

(Nadesul, 2006).

Tinggi badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Ibu dengan tinggi

<145 cm perlu diperhatikan kemungkinan panggul sempit sehingga

menyulitkan pada saat persalinan (Depkes RI, 1998).

b) Mengukur Tekanan darah dengan prosedur yang benar

Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan

untuk melakukan deteksi dini terhadap tiga gejala preeklampsi. Tekanan darah

tinggi, protein urin positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas.

Apabila tekanan darah mengalami kenaikan 15 mmHg dalam dua kali

pengukuran denganjarak 1 jam atau tekanan darah >140/90 mmHg, maka ibu

hamil mengalami preeklampsi. Apabila preeklampsi tidak dapat diatasi maka

akan terjadi eklampsi (Mufdlillah, 2009).

c) Mengukur Tinggi Fundus uteri dengan prosedur yang benar

Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendetaksi

secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin

intrauterine, tinggi fundus uteri juga dapat digunakan untuk mendeteksi

terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion (Nadesul,

2006).

d) Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid lengkap (sesuai jadwal)


12

Departemen kesehatan menganjurkan agar ibu mendapat dua kali

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) selama kehamilan pertama. Imunisasi ulang

dberikan satu kali pada setiap kehamilan berikutnya untuk memelihara

perlindungan penuh terhadap penyakit tetanus (Depkes RI, 2000).

Pemberian imunisasi tetanus toksoid dilakukan untuk mencegah terjadinya

penyakit tetanus

Tabel 1. Jadwal pemberian imunisasi tetanus toksoid

Antigen Interval (selang Lama Perlindungan % Perlindungan

waktu minimal)

TT1 Pada Kunjungan - -

antenatal pertama

TT2 4 minggu setelah 3 tahun* 80

TT1

TT3 6 bulan setelah 5 tahun 95

TT2

TT4 1 tahun setelah 10 tahun 99

TT3

TT5 1 tahun setelah 25 tahun/seumur 99

TT4 hidup

Keterangan: * artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut

melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus

Neonatorum) Sumber : (Prawirohardjo, 2006).


13

e) Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

Pemberian tablet tambah darah dimulai setelah rasa mual hilang satu tablet

setiap hari, minimal 90 tablet. Tiap tablet mengandung FeSO4 mg (zat besi 60

mg) dan asam folat 500 mg, tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama

kopi , teh karena dapat mengganggu penyerapan (Prawirorahardjo, 2006).

f) Tes Laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin,

protein urin, gula darah dan hepatitis B. pemeriksaan khusus dilakukan

didaerah prevalensi tinggi dan atau kelompok perilaku terhadap HIV, sifilis,

malaria, tuberculosis, cacingan dan thalassemia (Meilani, et, al 2009).

g) Temu Wicara (konseling)

Memberikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan seperti perawatan diri

selama hamil, perawatan payudara, gizi ibu hamil, tanda-tanda bahaya

kehamilan dan janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil

keputusan dalam perawatan selanjutnya dan mendengarkan keluhan yang

disampaikan (Meilani, et, al, 2009).

f. Pelayanan Edukasi dalam Antenatal Care (ANC)

Menurut Symonds (2006) salah satu bagian yang terpenting dari

pelayanan antenatal Care adalah edukasi untuk para ibu serta pendamping tentang

kehamilan, persalinan serta perawatan bayi. Adapun beberapa edukasi yang perlu

diberikan pada pelayanan antenatal care sebagai berikut :

1) Nutrisi dalam kehamilan


14

Wanita hamil harus makan makanan bergizi yang memiliki banyak variasi.

Kebutuhan kalori ibu hamil sebanyak 300-500 kkal/haritergantung dari berat

badan sebelum hamil, aktivitas, dan tipe kehamilan (1 bayi atau kembar).

Selama kehamilan, peningkatan kalori makanan didapatkan melalui pilihan

makanan sehat dan suplemen vitamin. Peningkatan berat badan yang normal

selama kehamilan adalah 6,5 sampai 16 kg. selama triwulan pertama dan

kedua, kenaikan berat badan terutama terjadi pada ibu yaitu peningkatan

jumlah air dalam tubuh, sementara pertumbuhan janin terutama pada triwulan

ketiga. Bila berat badan naik dari lebih dari sewajarnya, maka dianjurkan

untuk mengurangi makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan lemak,

sayur mayur serta buah-buahan jangan dikurangi. Jenis makanan yang sehat

dan variatif selama kehamilan diantaranya adalah :

a) Buah dan sayuran

b) Makanan mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, kentang

c) Protein seperti daging, ikan, kacang.

d) Makanan berserat yang dapat ditemukan pada roti gandum, buah, sayur.

e) Susu dan keju.

2) Obat-obatan selama kehamilan

Beberapa obat cukup aman untuk dikonsumsi selama kehamilan. Namun

bagaimanapun juga disarankan untuk mengkonsumsi obat sesedikit mungkin

di dalam kehamilan untuk mengurangi faktor resiko efek samping. Adapun

obat-obatan yang tidak boleh dikonsumsi ibu hamil ialah Diethylstilbestrol,

methotrexate, tetracycline, serta carbamazepine.


15

3) Olahraga selama kehamilan

Latihan teratur selama kehamilan dapat mempersiapkan fisik maupun

mental yang baik untuk persalinan maupun ketika bayi sudah lahir. Merawat

bayi baru lahir dapat mengakibatkan stress dan kelelahan. Latihan fisik secara

teratur mencegah rasa tidak nyaman, meningkatkan tenaga, dan meningkatkan

kesehatan.

Latihan yang diperlukan adalah latihan yang nyaman dan tidak membuat

tubuh mengeluarkan energi terlalu besar. Jalan-jalan dan aerobic low impact

dapat ditoleransi. Berjalan adalah olahraga yang baik untuk pemula. Berjalan

memiliki efek seperti aerobic namun tanpa beban berat pada persendian.

Pakailah jenis sepatu yang nyaman ketika berolahraga. Latihan dapat

mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan seperti konstipasi, pegal

pada punggung, mudah lelah, bengkak, dan varises vena.

Hindari olahraga yang melakukan gerakan berbaring dengan punggung

sebagai dasarnya, olahraga yang dapat menyebabkan jatuh atau trauma pada

perut, dan olahraga dengan beban persendian yang berat. Hindari mengangkat

beban berat diatas kepala dan melakukan gerakan yang mengakibatkan

peregangan dari otot punggung. Pada triwulan 2 dan 3, hindari latihan yang

melibatkan gerakan berbaring di punggung karena akan menurunkan aliran

darah ke rahim.

4) Bekerja Selama Kehamilan

Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktivitas yang djalaninya tidak

boleh terlalu berat. Istirahat untuk wanita hamil dianjurkan sesring mungkin.
16

Seorang wanita hamil disarankan untuk menghentikan aktivitasnya apabila

mereka merasakan gangguan dalam kehamilan.

5) Berhubungan sexual selama kehamilan

Pada umumnya senggama diperbolehkan selama kehamilan asalkan

dilakukan dengan hati-hati. Peningkatan aktivitas kandungan (kontraksi)

setelah berhubungan sexual umum didapatkan pada kehamilan. Untuk wanita

dengan riwayat kehamilan preterm, placenta previa, atau abortus berulang

dianjurkan untuk menghindari berhubungan sexual selama kehamilan. Pada

akhir kehamilan, ketika kepala sudah masuk rongga panggul, senggama

sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan rasa sakit dan perdarahan.

6) Merokok, alkohol, dan narkotik selama kehamilan

Wanita hamil yang merokok dapat mengakibatkan beberapa gangguan

pada janinnya seperti berat bayi lahir rendah, ketuban pecah dini, placenta

previa serta kematian janin. Sebaiknya rokok dihindari ketika wanita sedang

hamil. Etanol yang terkandung di dalam alkohol dapat menembus plasenta

dan masuk dalam peredaran darah janin. Etanol diketahui sebagai zat

teratogen (menyebabkan kecacatan bagi janin). Keracunan etanol pada janin

tergantung dari jumlah alcohol yang dikonsumsi, risiko terbesar kecacatan

terjadi pada triwulan pertama karena pada saat itulah pembentukan organ-

organ pada janin sedang terjadi. Kokain juga diketahui sebagai zat teratogen.

Opiate dan amfetamin dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan.

2. Faktor Yang mempengaruhi Perilaku Kesehatan


17

Kunjungan Antenatal Care merupakan salah satu bentuk dari perilaku. Perilaku

merupakan semua kegiatan atau aktivitas seseorang baik yang dapat diamti secara

langsusng maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2005). perilaku

kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu :

1) Faktor predisposisi (Predisposising Factors)

Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah dan mendasari

untuk terjadinya perilaku seseorang. Yang termasuk dalam kelompok ini antara

lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut, tingkat pendidikan

dan tingkat sosial ekonomi.

2) Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau

memfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah saran dan

prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Untuk berperilaku

sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, ibu hamil yang

ingin periksa kehamilan tidak hanya karena ia tahu dana sadar manfaat periksa

hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh

fasilitas atau tempat periksa hamil. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatn.

3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Faktor penguat merupakan faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya perilaku pada ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC. Faktor ini

meliputi dukungan suami dan tindakan petugas kesehatan. Sebagai contoh, ibu
18

hamil akan melakukan kunjungan ANC dengan rutin apabila suami

menganjurkan, memberikan dukungan maka ibu hamil mau untuk

melaksanakannya. Apabila tindakan petugas kesehatan baik dan ramah maka ibu

hamil akan melakukan kunjungan ANC dengan rutin dan sebaliknya apabila

petugas kesehatan kurang ramah ibu hamil akan enggan untuk melakukannya dan

mungkin akan berpindah ke tempat kunjungan ANC dengan pelayanan yang lebih

baik.

Faktor yang secara langsung mempengaruhi ibu hamil melakukan kunjungan

Antenatal Care (ANC) antara lain sebagai berikut :

1. Pengetahuan

a. Defenisi

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan adalah hasil penginderaan

manusia, atau hasil tahu sesorang terhadap objek mealui indera yang dimiliknya

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan sesorang terhadap objek

mempunyai tingkat berbeda-beda.

Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman sesorang dapat

menghayati, mendalami, memperdalam perhatian seperti sebagaimana manusia

menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep baru dan kemampuan dalam

belajar di kelas. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi

terbentuknya tindakan sesorang.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan yang tercakup di dalam

domain kognitif ada 6 tingkatan, yaitu :


19

1) Tahu (Know), merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu

artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang dipelajari

sebelumnya. Ukuran bahwa sesorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan.

2) Memahami (Comprehension), artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui seseorang

yang telah paham tentang seuatu harus dapat menjelaskan, memberikan

contoh dan menyimpulkan.

3) Aplikasi (Application), yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan

hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

4) Analisis (Analysis), artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke

dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek

tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat

menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan.

5) Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan unntuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran

kemampuan adaah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan

menyesuaikan teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan criteria yang telah ada atau disusun

sendiri.
20

2. Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang yang diukur dari segi

kedudukan atau jabatan seseorang dan tingkat penghasilan atau pendapatannya.

Perencanaan layanan bimbingan karier adalah suatu layanan yang membantu

siswa untuk memahami dirinya, bakat dan minat yang dimiliki untuk membantu

kehidupannya di masa depan. Pilihan karier adalah kecenderungan seseorang

menentukan dan membuat keputusan pekerjaan yang akan ditekuni sebagai

sumber nafkah hidupnya dan dilakukan sepanjang hidupnya.

Posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat selanjutnya disebut

dengan status sosial. Status sosial secara spesifik biasanya dihubungkan dengan

tingkat pendidikan, sedangkan status ekonomi biasanya dihubungkan dengan

tingkat pendapatan dan pekerjaan.

1) Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk

bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang

berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu

orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru

(Notoatmodjo,2003).

Pendidikan yang rendah merupakan salah satu masalah yang berpengaruh

terhadap kunjungan ANC pada ibu hamil. Demikian halnya dengan ibu yang

berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi

menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya.

2) Pekerjaan
21

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kehidupan sehari-hari

(Notoatmodjo, 2003). Bekerja yang pada umumnya menyita waktu, ibu yang

bekerja mempunyai kesibukan yang banyak sehingga tidak mempunyai waktu

untuk memeriksakan kehamilan. Akan tetapi, pekerjaan tersebut memberikan

akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi termasuk kesehatan. Hal ini

sesuai dengan penelitian Pasaribu (2005) yang menyatakan bahwa ibu hamil

yang bekerja tidak hanya mempunyai sumber penghasilan untuk pemeriksaan

kehamilan tetapi juga dalam pekerjaannya dapat berinteraksi dengan orang

lain yang memiliki pengetahuan yang lebih dan memelii motivasi untuk

memeriksakan kehamilannya. Ibu hamil harus mempertimbangkan gaya hidup

yang mendukung kesehatan sendiri maupun bayinya (Helen, 2006).

3) Pendapatan

Pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang

baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Menurut Depdiknas (2002),

pendapatan adalah hasil pencarian atau perolehan usaha. Jadi yang dimaksud

pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang

diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan

anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga yang memadai akan

menunjang antenatal care yang baik dan kesadaran untuk periksa, karena

dapat menyediakan semua kebutuhan dirinya baik yang primer maupun

sekunder. Menurut Budioro (2002), keterbatasan sarana dan sumber daya,

rendahnya tingkat penghasilan, adanya peraturan atau perundangan yang


22

menjadi penghambat akan membatasi keberdayaan orang perorang maupun

masyarakat untuk merubah perilakunya.

Pendapatan mempengaruhi kunjungan Antenatal Care (ANC). Hal ini

disebakan karenan biaya penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien

harus menyediakan dana yang diperlukan. Adapun tingkat ekonomi yang

diteliti berdasarkan upah minimum kota (UMR) khusus kota Palu yaitu

sebesar Rp. 905.000.

Menurut kusumaning (2008) meskipun faktor ekonomi bukan penentu

utama ketidakpatuhan seseorang terhadap saran tenaga kesehatan, namun

kemampuan sesorang untuk membeli obat dari kantong sedikit banyak

mempengaruhi kepatuhan sesorang terhadap tenanga kesehatan. Biaya

pembelian obat yang dirasa terlalu mahal untuk ukuran kemampuan

ekonominya, cenderung tidak di beli meskipun itu disarankan oleh tenaga

kesehatan.

3. Dukungan Suami

Dukungan suami adalah dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara moral

maupun material (Bobak, 2005). Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu

membutuhkan keberadaan orang lain dimanapun berada, keberadaan orang lain

tersebut akan sangat dirasakan ketika sesorang mengalami kesulitan atau suatu

masalah, kehadiran orang lain bagi seseorang yang mengalami kesulitan

diharapkan dapat memberikan dukungan sehingga dapat mengurangi beban yang

dirasakan.
23

Dukungan suami dapat melemahkan dampak stress atau tekanan dan secara

langsung memperkokoh kesehatan mental ibu individu dan keluarga. Dukungan

suami merupakan suatu strategi preventif untuk mengurangi stress.

4. Interaksi dengan tenaga kesehatan

Hubungan yang telah lama dilakukan antara seseorang sebagai pasien, bidan,

atau tenaga kesehatan lainnya sangat memilki pengaruh terhadap keinginan

sesorang melakukan pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care. Begitu pula

penanganan tenaga kesehatan terhadap pasiennya. Jika tenaga kesehatan yang

ramah, sopan, bijkasana, dan suka membesarkan hati pasien akan cenderung

dipatuhi saran-sarannya daripada mereka yang suka menakuti dan kurang ramah.
24

B. Kerangka Teori

Faktor Pemungkin

Ketersediaan fasilitas dan


sarana
Dukungan suami

Faktor predisposisi

Kunjungan ANC 1. Pengetahuan Pendidikan

2. Tingkat Sosial Pekerjaan


Ekonomi
Pendapatan
Faktor Pendukung
Sikap dan perilaku petugas
kesehatan

Pemeriksaan 7T

1. Timbang BB dan
TB
2. Tekanan Darah
3. Tinggi Fundus Uteri
4. TT
5. Tablet Fe
6. Tes Lab
7. Temu Wicara
Keterangan :

: Yang Diteliti

: Tidak Diteliti
25

C. Kerangka Konsep

PENGETAHUAN
Variabel Independen Frekuensi Kunjungan
ANC

Variabel Dependen
SOSIAL EKONOMI

Variabel Independen

Keterangan :

Variable Dependen/Terikat : frekuensi Kunjungan ANC

Variabel Independen/Bebas : Pengetahuan Dan Sosial Ekonomi

D. Landasan Teori

Antenatal care (ANC) merupakan suatu upaya pemeriksaan terhadap wanita

hamil guna menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan

anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas sehingga keadaan mereka sehat dan

normal tidak hanya fisik tetapi juga mental. Kunjungan Antenatal care ialah kontak ibu

hamil dengan pemberi perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan

kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan member informasi

bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2006). Pada setiap kunjungan Antenatal

Care, petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui

anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine,

serta ada tidaknya masalah komplikasi (Saifuddin, 2002).


26

ANC minimal dilakukan 4 kali selama kehamilan dengan distribusi satu kali pada

trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga

(Cunningham FG, 2005). Pelayanan dalam Antenatal Care dikenal dengan pemeriksaan

7T yaitu : timbang berat badan & tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus

uteri, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemberian tablet Fe, tes laboratorium serta

temu wicara (konseling). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi seorang ibu hamil

melakukan kunjungan Antenatal Care adalah : kurangnya pengetahuan, tingkat sosial

ekonomi yang rendah, kesibukan, dukungan suami yang kurang, serta kurangnya

kemudahan dalam pelayanan. Apabila ibu hamil tidsak melakukan pemeriksaan

kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilan berjalan dengan baik atau

mengalami keadaan resiko tinggi bahkan komplikasi dalam kehamilan yang dapat

membahayakan keselamatan ibu dan janin (Saifuddin, 2002).

E. Hipotesa Penelitian

a) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan frekuensi kunjungan Antenatal

Care (ANC)

b) Ada hubungan antara tingkat social ekonomi dengan frekuensi kunjungan Antenatal

Care (ANC)
27

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui

adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi pada ibu dengan

frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC) di wilayah Puskesmas Mamboro dengan

menggunakan metode penelitian Cross Sectional.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan maret-mei 2013

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Mamboro

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki

anak usia 0-6 bulan yang berada di wilayah Puskesmas Mamboro sebanyak 103

orang.

2. Sampel dan Tekhnik Sampling

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil dari suatu populasi. Besarnya

sampel dengan tingkat ketepatan yang diinginkan 0,05-0,1 dan untuk populasi kecil
28

atau lebih kecil dari 10.000 dapat menggunakan formula sederhana

(Notoatmojo,2002) sebagai berikut :

N
𝑛 = 1+N(d2 )

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05-0,1)

Berdasarkan rumus diatas diketahui besar sample adalah :

1
𝑛 = 1+88(0,12 )

= 53,05

= 54

Maka besar sampel dalam penelitian ini adalah 53 ibu yang memiliki anak

usia 0-6 bulan di wilayah Puskesmas Mamboro.

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah ibu yang memiliki anak

usia 0-6 bulan, subyek yang dapat dijadikan sampel dalam peneitian ini harus

memiliki kriteria sampel yang telah ditetapkan. Adapun kriteria sampel penelitian ini

adalah kriteria inklusi yang merupakan karakteristik umum subyek penelitian.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:


29

1. Ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan

2. Ibu yang bersedia ikut dalam penelitian

Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

1. Ibu yang tidak memiliki anak usia 0-6 bulan yang berada di wilayah puskesmas

Mamboro

2. Ibu yang tidak bersedia ikut dalam penelitian

Dalam penelitian ini bentuk teknik sampling yang akan digunakan adalah

Random Sampling.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap

sesuatu. variabel juga termasuk konsep dari berbagai level dari abstrak yang

didefenisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran suatu penelitian (Nursalam, 2011).

Jenis variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (independent variabel) dan

variabel terikat (dependent variabel):

1. Variable bebas (independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sosial

ekonomi tentang Antenatal Care (ANC).

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitain ini adalah frekuensi kunjungan Antenatal Care

(ANC).
30

E. Defenisi Operasional

1. Pengetahuan tentang Antenatal Care (ANC) dalam hal ini pemahaman ibu tentang

kunjungan antenatal care meliputi perlunya antenatal, tujuan pelayanan antenatal,

serta frekuensi kunjungan antenatal. Untuk mengukur pengetahuan, alat ukur yang

digunakan yaitu kuesioner berupa pertanyaan sebanyak 10. Hasil ukurnya bila

jawaban benar diberi nilai 1 dan bila jawaban salah atau tidak tahu diberi nilai 0,

analisis skor ditentukan dengan rumus berikut :

P = F/N x 100%

Keterangan :

P : Persentase

F : jumlah jawaban yang benar

N : jumlah seluruh pertanyaan

Kriteria penilaian sebagai berikut :

a. Baik bila dapat menjawab kuesioner > 70%

b. Kurang bila menjawab kuesioner < 60%

2. Sosial Ekonomi, meliputi :

a. Pendidikan ibu dalam hal ini tingkat pendidikan formal yang terakhir dari ibu.

Dikategorikan rendah bila pernah sekolah atau tamat SD dan SMP, kategori tinggi

bila bila minimal lulus SMA, Diploma dan Sarjana.

b. Pekerjaan merupakan mata pencaharian sehari-hari dari ibu hamil yang

dikategorikan bekerja dan tidak bekerja. Kategori bekerja bila ibu hamil setiap
31

hari bekerja yang diluar rumah dan yang memiliki usaha di dalam rumah.

Kategori tidak bekerja jika ibu hanya tinggal dirumah tanpa ada pengahsilan atau

ibu rumah tangga.

c. Penghasilan keluarga adalah seluruh penghasilan keluarga baik itu suami maupun

istri yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kategori rendah bila

penghasilan kurang dari < Rp. 905.000 dan kategori tinggi bila penghasilan >Rp.

905.000. angka nominal ini sesuai UMR kota palu tahun 2012 sebesar Rp.

905.000

F. Instrument Penelitian

1. Alat tulis.

2. Informed consent (persetujuan penelitian).

3. Kuesioner berupa pertanyaan sebanyak 10.

G. Prosedur penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini :

1. Peneliti mengajukan surat izin penelitian kepada kepala puskesmas untuk

mengambil data jumlah ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan

2. Peneliti mengajukan surat izin meneliti kepada kepala kelurahan Mamboro untuk

mendapatkan persetujuan melakukan penelitian di tempat tersebut.

3. Peneliti melakukan kunjungan ke rumah-rumah klien yang telah terdata di

puskesmas mamboro.
32

4. Peneliti melakukan pendekatan kepada klien untuk mendapatkan persetujuan dari

klien sebagai responden penelitian.

5. Menerangkan tujuan penelitian kepada responden

6. Memberikan lembar persetujuan responden untuk di tandatangani

7. Memberikan lembar kuesioner kepada responden untuk mempelajari terlebih

dahulu, jika ada pertanyaan yang kurang jelas di beri kesempatan untuk bertanya

8. Melakukan pengolahan dan analisis data.

H. Metode Pengumpulan Data

a) Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah wawancara dengan responden degan alat

bantu Kuesioner yang didalamnya meliputi identitas responden (nama, alamat, umur,

pekerjaan, pendidikan, penghasilan), pengetahuan dan frekuensi kunjungan Antenatal

Care (ANC) yang berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner tentang

kunjungan Antenatal Care ibu selama kehamilan. Ada beberapa tahapan sebelum

melakukan penyebaran kuesioner, yaitu :

1. Penyusunan Kuesioner

Kuesioner dapat berfungsi sebagai alat dan sekaligus teknik pengumpulan data

yang berisi sederet pertanyaan dalam wujud konkrit. Penyusunan kuesioner dilakukan

dalam bentuk pertanyaan tertutup. Yang dimaksud dengan pertanyaan tertutup adalah

pertanyaan yang membawa responden ke jawaban yang alternatifnya sudah

ditetapkan sebelumnya, sehingga responden tinggal memilih pada option yang sudah
33

disediakan dengan memberi tanda ‘x’ (Arikunto, 2006). Dalam hal ini, kuesioner

dibagi menajdi 3 (tiga) bagian :

1. Bagian I berisi tentang pertanyaan mengenai data umum responden (nama, alamat,

umur, pekerjaan, pendidikan, penghasilan),dan Jumlah kunjungan Antenatal Care

(ANC) selama kehamilan

2. Bagian II berisi pertanyaan mengenai pengetahuan ibu.

b. Penyebaran Kuesioner Pendahuluan

Penyebaran kuesioner pada responden yang sebelumnya telah dilakukan uji

validitas dan reliabilitas kuesioner. Uji coba kuesioner telah dilakukan sebelum

digunakan pada subjek penelitian, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Validitas

adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang

diukur. Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,2005).

Pada penelitian ini uji coba dilakukan terhadap kuesioner. Responden yang

dijadikan sampel untuk uji validitas ini terdiri dari ibu hamil yang berkunjung ke

Puskesmas Singgani. Uji tersebut dilakukan terhadap 20 orang responden yang

memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan sebelumnya. Dari hasil uji validitas

didapatkan 2 item pada pertanyaan pengetahuan yang tidak valid. Item yang tidak valid

tersebut tidak digunakan pada penelitian ini. Item yang valid kemudian diuji realibilitas

dan didapatkan 13 item pada pertanyaan pengetahuan

b) Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data ibu yang terdaftar di Puskesmas

Mamboro memiliki anak usia 0-6 bulan di wilayah Puskesmas Mamboro.


34

A. Uji validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Untuk mengukur apakah kuesioner yang kita susun

tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji

korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner

sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang (Notoatmodjo,

2010).

Uji validitas kuesioner dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap

item pertanyaan dengan nilai total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi yang

dipakai adalah korelasi product moment.

Rumus r Product Moment:

𝑁 (∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟=
√{𝑛 ∑ 𝑥² − (∑ 𝑥)²} . {𝑛 ∑ 𝑦² − (∑ 𝑦)²}

Keterangan :

rhitung : koefisien korelasi product moment

ΣXi : jumlah skor item

ΣYi : jumlah skor total (item)

n : jumlah responden
(Machfoedz, I 2005).

Pada penelitian ini, pengujian validitas dilakukan menggunakan teknik korelasi

“product moment” dengan bantuan program Statistic Package for Social Science
35

(SPSS)versi 15.0. Apabila terdapat pertanyaan yang tidak valid maka pertanyaan

tersebut diganti dan dilakukan uji validitas kembali.

2. Uji Reabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran

dapat dipercaya atau dapat diandalkan.Perhitungan reliabilitas harus dilakukan hanya

pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas. Uji ini dilakukan dengan

mengujikan kuesioner yang sama kepada sekelompok responden yang sama sebanyak

dua kali, selang waktu pengujian antara 15 – 30 hari. Hasil pengukuran pertama

dikorelasikan dengan hasil pengukuran yang kedua dengan menggunakan tehnik

korelasi product moment (Notoatmodjo, 2010).

Kuesioner yang telah disusun akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji

Cronbach (Cronbach Alpha). Perhitungan Cronbach Alpha dilakukan dengan

menghitung rata-rata interkorelasi diantara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner.

Variabel dikatakan reliable jika nilai alphanya lebih dari 0,3. Rumus Cronbach Alpha

adalah sebagai berikut:


rtt = M 1- Vx
M-1
rtt = MVt 1- Vx
M-1 Vt

Keterangan:

rtt = koefisien Alpha

Vx = variansi Butir

Vt = Variansi Total (faktor)

M = Jumlah Butir
36

Pada penelitian ini kuesioner yang telah tervaliditas akan di uji reabilitasnya

dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach’s Alpha) dengan bantuan program

Statistic Package for Social Science (SPSS)versi 15.0.

B. Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

Metode pengolahan data melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a) Editing

Dilakukan setelah semua data yang dikumpulkan melalui kusioner

terkumpul untuk mengecek apaka setiap kuesioner telah diisi sesuai petunjuk.

b) Scoring

Data pengetahuan dikumpulkan dan diberi skor 1 untuk jawaban benar dan

skor 0 untuk jawaban salah. Lalu seluruh jawaban dijumlahkan skornya.

c) Coding

Memberi tanda kode pada pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan, hal

ini dimaksudkan untuk mempermudah waktu untuk tabulasi dan analisis.

1) Pengetahuan

1. Baik : jika skor > 70%

2. Kurang : jika skor < 60%

2) Pendidikan

1. Tamat SD/Tidak Tamat

2. Tamat SMP/Tidak Tamat

3. Tamat SMA/Tidak Tamat


37

4. Diploma

5. Sarjana

3) Pekerjaan

1. Bekerja

2. Tidak bekerja

4) Penghasilan

1. > Rp. 906.000

2. < Rp 906.000

5) Frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC) selama kehamilan

1. Melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali selama kehamilan

2. Melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 kali selama kehamilan

d) Tabulating

Tabulating adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

dalam tabel atau database computer kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana atau dengan membuat tabel kontingensi untuk mengukur masing-

masing variabel. Tabulasi dilakukan jika semua masalah editing dan coding

telah selesai.

C. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam pengolahan data dengan menguunakan :

a) Analisis Univariat

Menganalisis variabel-variabel yang ada secara deksriptif dengan menghitung

distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui karakteristik dari subyek


38

penelitian serta mendeksripsikan semua variabel bebas. Pada penelitian ini

analisis univariat meliputi :

1) Gambaran tingkat pengetahuan Ibu di wilayah puskesmas Mamboro

2) Gambaran sosial ekonomi ibu di wilayah puskesmas Mamboro

3) Gambaran frekuensi kunjungan ANC di wilayah Puskesmas Mamboro

Rumus :

Keterangan :

X = Hasil presentasi

F = Frekuensi hasil penelitian

N = Total seluruh observasi

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara

variabel bebas (Tingkat Pengetahuan Ibu dan Sosial Ekonomi) dan variabel terikat

(sikap Ibu dalam pemberian ASI eksklusif) dilakukan analisis Chi-Square.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.0 for Windows

Evaluation Version.

D. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada

instansi tempat penelitian dilaksanakan. Setelah mendapat persetujuan tersebut,


39

barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian

meliputi :

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang ingin diteliti

dan memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi, disertai judul penelitian.

Responden yang merupakan objek penelitian berhak mengetahui

selengkaplengkapnya prosedur yang akan dilakukan, resiko yang akan

dihadapi, dan apa yang diharap darinya.

2. Invasion of privacy (Invasi keleluasaan Pribadi)

Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi secara langsung serta

pengambilan data yang dilakukan sesuai dengan persetujuan responden. Tidak

dibenarkan melakukan penelitian dengan cara sembunyi-sembunyi, misalnya

dengan menggunakan kamera atau cara-cara lain menyangkut kerahasiaan

responden.

3. Confidential (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian, sesuai dengan

persetujuan yang responden.


40

DAFTAR PUSTAKA

Adriansz, G. Asuhan Antenatal. Saifuddin, AB (ed), 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono


Prawirihardjo. Edisi keempat. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Bobak., Lowdermilk., Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.,Jakarta: EGC

Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C., Wenstrom, K.D.,. 2005.
William Obstetric 22nd ed, McGraw-Hill Professional.Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat


Pelayanan Dasar Puskesmas. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Palu, 2010. Profil Kesehatan Kota Palu 2010. Palu

Dinas Kesehatan Kota Palu. 2012. Profil Kesehatan Kota Palu 2012. Sulawesi Tengah. Palu

Henderson, C, Jones, K (Eds.), 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

Ika Fauzi Priani. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi keteraturan Ibu Hamil Melakukan
Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Cimanggis kota Depok. Universitas Indonesia Jakarta

Kusumaning. 2008. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya
Kehamilan Dengan Kepatuhan Melakukan ANC (Antenatal Care) di Puskesmas Pojong II
GunungKidul.http://libraryump.org/index.php?option=com-content&task-
blogsection&id=0&itemid=9&limit=10&limitstart=50. Diakses pada tanggal 28 november
2012.

Kusumawati Farida, Z. 2010. Hubungan Antara Tingkat Sosial Ekonomi Ibu Hamil dengan
Frekuensi Kunjunga Antenatal Care (ANC). Diakses pada tanggal 6Agustus 2012

Mahfoedz, ircham. 2005. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta:
Fitramaya.

Manuaba IBG, 1999. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
41

Manuaba IBG, 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan

Meilani, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya

Mochtar Rustam, 2005. Synopsis Obstetric 1. Jakarta: EGC.

Mufdillah. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika Press.

Muhammad Rustam. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap tentang Kehamilan dengan
Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care (ANC) Pada Ibu Primigravida di Puskesmas Batua
Raya Kota Makassar.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky Makassar.

Notoatmodjo Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pasaribu, S. 2005. Pengaruh Faktor Sosial Budaya dan Sosial Ekonomi terhadap Pemeriksaan
Kehamilan di desa Bandar Sakti Puskesmas Rantau Laban Kota Bukit Tinggi.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14747. diakses pada tanggal 8 oktober 2011.

Prawirohardjo. S, 2006. Pelayanan Antenatal Care (ANC). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.

Saifuddin Abdul Bani, Andriaansz G, Winkjasostro GH, Waspodo Djoko, 2005. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Saifuddin, AB, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, AB, 2005. Upaya Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer. Dalam: Bunga
Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Safrudin, Hamidah. 2009. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

Symonds, Malcolm, E, 2006. Essential Obstetrics and Gynaecology 4th edition. Elsevier
Department in Philadelphia, USA.

Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi IV. Jakarta: EGC
42

Anda mungkin juga menyukai