TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Pandan
Pada tanggal Januari 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana seorang individu
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambang kata-kata) untuk
merubah tingkah laku orang lain. Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian
pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu
sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-
pikiran atau informasi.
Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak sesuai
dengan yang diinginkan komunikator. Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang
disampaikan oleh komunikator sesuai dengan pengalaman yang pernah diperoleh
komunikan.
Komunikasi harus dilaksanakan dengan terencana, terpola, efektif dan sistematis
agar terhindar dari kesalahpahaman yang dapat menimbulkan masalah, seperti
ketidakpuasan pelanggan yang akan mengakibatkan terjadinya permasalahan hukum.
Komunikasi dengan pasien ataupun keluarga pasien harus dibangun dengan baik
sesering mungkin agar dapat membantu proses penyembuhan. Keluarga pasienpun perlu
diberi edukasi agar mengetahui hal-hal yang terkait dengan kesehatan sehingga secara
tidak langsung RSUD Pandan dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat.
Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik dan berdampak efektif, maka seluruh
karyawan di RSUD Pandan harus memiliki nilai-nilai etika berkomunikasi diantaranya
jujur, terbuka, terpercaya, sopan, transparan, empati, dan memotivasi.
Yang bertujuan memberikan panduan teknis bagi pelaksana serta pimpinan
tentang tata cara berkomunikasi yang efektif di RSUD Pandan, sebagai bahan acuan
dalam mengembangkan sistem pengumpulan data / informasi / pesan sesuai dengan
kondisi masing –masing unit kerja dan menyampaikannya dengan baik kepada
komunikan, menciptakan sistem komunikasi yang cepat, tepat, berkelanjutan, up to date
dan dapat dipercaya agar efektif sertaberdampak pada kepuasan pelanggan.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang Lingkup
1. Komunikasi antar pegawai RSUD Pandan di setiap unit kerja.
2. Komunikasi kepada pasien.
3. Komunikasi kepada keluarga pasien.
4. Komunikasi kepada masyarakat rumah sakit.
5. Komunikasi kepada pers.
6. Komunikasi kepada stakeholder (pihak-pihak yang memiliki kepentingan seperti
LSM, organisasi masyarakat, rekanan, kolega, dan instansi lain)
7. Komunikasi kepada pemerintah.
B. Batasan Operasional
Komunikasi adalah sebagai proses dimana seorang individu (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambang kata-kata) untuk merubah tingkah
laku orang lain. Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak
sesuai dengan yang diinginkan komunikator.
Unsur-unsurKomunikasiEfektif :
1. Komunikator (sender) adalah orang yang melakukan komunikasi dengan orang lain
untuk mengirimkan suatu pesan/informasi kepada orang lain yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak.
2. Komunikan (receiver)adalah orang yang menerima pesan /informasi dari komunikator.
3. Pesan (message) adalah informasi yang disampaikan baik secara langsung maupun
tidak langsung dari komunikator ke komunikan.
4. Media (channel)adalah alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke
komunikan.
5. Umpan balik, adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap respon pesan yang
diterimanya.
BAB III
TATA LAKSANA
A. Proses Komunikasi
Proses komunikasi secara umum digambarkan sebagai berikut :
1. Proses pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
2. Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, atau
untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, baik secara langsung atau tidak langsung.
3. Proses dimana seseorang (komunikator) mengatakan sesuatu (pesan) kepada
seseorang (komunikan), menggunakan saluran tertentu (media) dan dengan efek
tertentu (feedback).
4. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran
dan perasaan komunikator kepada komunikan.
5. Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua untuk
melancarkan komunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat
yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.
B. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi),
komunikasi yang bersifat informasi asuhan didalam rumah sakit :
Jam pelayanan
Pelayanan yang tersedia
Cara mendapatkan pelayanan
Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan
asuhan pasien melebihi kemampuan rumahsakit.
Akses informasi dapat diperoleh dengan melalui Customer Service, Admission, dan
Website, sedang komunikasi yang bersifat edukasi (Pelayanan Promosi) adalah :
Edukasi tentang obat
Edukasi tentang penyakit
Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari
Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas
hidupnya pasca dari rumah sakit
Edukasi tentang gizi.
b. Faktor komunikator
Terdapat dua faktor penting pada diri komunikator agar komunikasi berjalan efektif
yaitu :
1) Kepercayaan pada komunikator (sourcecredibility)
Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya
ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat
meningkatkan daya perubahan sikap. Dengan lebih dikenal dan disenanginya
komunikator oleh komunikan maka lebih besar kecenderungan komunikan untuk
merubah sikap sesuai dengan yang diinginkan komunikator.
2) Daya tarik komunikator (source attractiveness).
Seorang komunikator juga akan mempunyai kemampuan merubah sikap
komunikan dengan menonjolkan atau menampilkan daya tariknya. Misalnya
komunikator menonjolkan kesamaan dirinya dengan komunikan, bersenda gurau
sesuai dengan nilai komunikan, menggiring komunikan ke arah opini yang sama
dan memuaskan sehingga komunikator meraih simpati komunikan. Kesamaan
yang dapat dibangun seperti kesamaan ideologi dan kesamaan demografi.
Kemampuan yang tidak kalah penting adalah kemampuan membaca pikiran/
memahami kepentingannya, kebutuhannya, kecakapannya, pengalamannya,
kemampuan berpikirnya, kesulitannya, dan sebagainya.
c. Faktor pesan
1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik
perhatian komunikan.
2) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang
sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyajikan/menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4) Pesan harus menyarankan sesuatu untuk memperoleh kebutuhan sesuai situasi
kelompok komunikan dalam memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya hasil pemeriksaan, nama obat,
nama orang,dan tindakan yang tidak jelas.Untuk memverifikasi dan mengklarifikasi, maka
komunikan sebaiknya mengeja huruf demi huruf menggunakan ejaan alphabet yang sudah
distandarisasi di RSUD Pandan, yaitu :
Untuk melakukan komunikasi secara verbal atau melalui telpon dengan aman
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemesanaan obat atau permintaan obat secara verbal sebaiknya dihindari;
2. Dalam keadaan darurat karena komunikasi secara tertulis atau komunikasi
elektronik tidak mungkin dilakukan maka harus ditetapkan panduannya meliputi
permintaan pemeriksaan, penerimaan hasil pemeriksaaan dalam keadaan darurat,
identifikasi dan penetapan nilai kritis, hasil pemeriksaaan diagnostik, serta kepada
siapa dan oleh siapa hasil pemeriksaaan kritis dilaporkan;
3. Prosedur menerima perintah lisan atau lewat telpon meliputi penulisan secara
lengkap permintaan atau hasil pemeriksaaan oleh penerima informasi, penerima
membaca kembali permintaan atau hasil pemeriksaaan, dan pengirim memberi
konfirmasi atas apa yang telah ditulis secara akurat
Perintah/ instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan
yang disampaikan harus ditulis pada Formulir Catatan Terintegrasi di berkas
rekam medis pasien, dan diberi stempel konfirmasi.
2) Baca ulang perintah / instruksi yang diberikan, waspadai nama-nama obat
NORUM / LASA ( Nama Obat Rupa Ucapan Mirip / Look Alike Sound Alike),
harus dieja menggunakan alphabet di RSUD Pandan seperti :
- Aminophilin 200 mg – Amitriptyline 25 mg
- Acyclovir 200 mg – Acyclovir 400 mg
Perintah / instruksi lisan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan, nama-nama
obat atau tindakan yang tidak jelas akan dieja dengan ejaan alphabet yang sudah
distandarisasi dan berlaku di RSUD Pandan.
3) Konfirmasi ulang Instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil
pemeriksaan dikonfirmasi oleh penerima perintah kepada pemberi perintah dan
diberi cap konfirmasi (stempel read back) di berkas rekam medis pasien. Petugas
yang melapor menandatangani stempel dan menulis tanggal dan jam melapor.
Pada saat DPJP visite atau maksimal 24 jam, instruksi harus dicek kembali oleh
DPJP kemudian ditandatangani dan diberi tanggal dan jam pada kolom Pemberi
Perintah. Apabila dokter DPJP sedang tidak ada ditempat maka dituliskan
mengapa dokter belum menandatangani konfirmasi dan dapat ditanda tangani
oleh dokter DPJP setelah ada di tempat.
Teknik SBAR
SBAR digunakan untuk melaporkan :
a. Pasien dengan kondisi kritis
b. Pasien yang memiliki hasil nilai kritis pemeriksaan penunjang
c. Pasien dalam pengobatan yang memerlukan pengawasan khusus
d. Kondisi yang memerlukan monitoring ketat
Perawat/ dokter jaga melaporkan kondisi pasien dengan sistem SBAR (Situation-
Background-Assessment-Recommendation) yang sebaiknya sudah disiapkan sebelum
melapor kepada DPJP.
- Situation yaitu: identitas pasien mencakup nama, umur, tempat dirawat dan keluhan
pasien saat ini.
- Background yaitu: informasi penting tentang sejak kapan pasien dirawat, diagnosa,
tindakan kedokteran / tindakan keperawatan, obat-obatan terakhir diberikan.
- Assessment yaitu: keadaan saat ini yang menjadi perhatian, apa yang ditemukan :
keadaan umum, vital sign, hasil lab, radiologi dan pemeriksaan penunjang lain.
- Recommendation yaitu: Tindakan / rencana apa yang perlu dilakukan, diantaranya
pemberian obat, tindakan ataupun pemeriksaan penunjang yang dirasakan perlu
dilakukan termasuk intervensi mandiri dan kolaborasi dokter ruangan / dokter
merawat pasien.
5. Pemeriksaan Cito
a. Proses permintaan dan penyampaian pemeriksaan tes cito.
b. Pemeriksaan cito adalah pemeriksaan yang harus segera dilakukan dan segera
disampaikan hasilnya, baik hasil normal maupun abnormal misalnya pemeriksaan
analisa gas darah, foto thorak dan lain sebagainya.
Transfer pasien adalah proses pemindahan pasien dari suatu unit pelayanan ke unit
pelayanan lain. Serah terima asuhan pasien (hand over) di dalam rumah sakit terjadi:
1. Antar PPA seperti antara staf medis dan staf medis, antara staf medis dan staf
keperawatan atau dengan staf klinis lainnya, atau antara PPA dan PPA lainnya pada
saat pertukaran sif (shift);
2. Antar berbagai unit layanan di dalam RS yang sama seperti jika pasien dipindah dari
unit intensif ke unit perawatan atau dari unit darurat ke kamar operasi; dan dari unit
rawat inap ke unit layanan diagnostik atau unit tindakan seperti radiologi atau unit
terapi fisik.
Kesiapan standar peralatan minimal transfer harus terpenuhi, seperti oksigen mobile.
Selama transfer berlangsung, semua peralatan yang berhubungan dengan pasien letaknya
harus berada sejajar atau di bawah pasien.
3) Nutrisi
Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan pengadaan makanan
yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan bahan makanan, persiapan,
pengolahan, pemorsian, serta pendistribusian. Manajemen Sistem Penyelenggaraan
Makanan Institusi merupakan proses yang mengatur jalannya suatu penyelenggaraan
penyelenggaraan makanan institusi, mulai dari perencanaan sampai dengan
pemorsian. Kegiatan manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi
dilakukan oleh bagian Instalasi Gizi dan Bagian Logistik. Makanan memegang
peranan penting dalam upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit. Pemberian
nutrisi yang tepat berperan penting bagi proses kesembuhan pasien rumah sakit.
Nutrisi adalah hasil akhir dari semua interaksi antara organism dan makanan yang
dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi adalah apa yang dimakan seseorang dan
bagaimana tubuh menggunakannya. Peran nutrisi tidak dapat diremehkan nilainya
karena tidak hanya mengoptimalkan fungsi fisik dan kognitif pasien yang dirawat
tetapi juga kualitas kehidupannya. Oleh karena itu, mengkaji dan meningkatkan
nutrisi yang adekuat untuk klien adalah aspek perawatan yang penting dan vital.
Edukasi ini bertujuan sebagai acuan penerapan langkah-langkah ahli gizi atau
dokter gizi atau tim terapi gizi dalam memberikan pelayanan nutrisi di rumah sakit
dan memberikan, meningkatkan pengetahuan pasien mengenai terapi gizi yang
dijalankan.
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan tempat hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan
sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat
lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit ( Tarwoto & Wartonah, 2006).
Prosedur pemberian edukasi gizi pada pasien:
1. Pasien yang datang dilakukan pengisian data di RM dan dilakukan assesmemt
nutrisi.
2. Assesment nutrisi meliputi IMT (Indeks Masa Tubuh), bila termasuk gizi kurang
atau malnutrisi dilakukan terapi gizi lanjut dan dilakukan konsultasi gizi, dan yang
mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, DM, jantung, kolesterol, asam urat,
dll.
3. Petugas/ahli gizi melakukan screening gizi kepada pasien.
4. Petugas/ahli gizi melakukan penentuan status gizi lebih lanjut.
5. Jika status gizi pasien kurang, bahkan gizi buruk maka dilakukan assessment gizi
lebih lanjut dan dilakukan konsultasi gizi.
6. Jika status gizi pasien adalah normal, maka diet yang diberikan adalah biasa/normal
sesuai dengan kondisi dan penyakit pasien dalam bentuk makanan berupa air, saring,
lunak, biasa dan makanan diberikan secara oral.
7. Perhitungan kebutuhan kalori per hari pada pasien yang memerlukan terapi.
8. Ahli gizi melakukan edukasi gizi kepada pasien dan keluarga pasien (konsultasi
gizi).
9. Monitoring meliputi keadaan pasien, hasil labuoratorium, pola makan dan kepatuhan
pasien menjalankan diet.
10. Evaluasi meliputi perubahan pola makan, status gizi mendekati normal.