Anda di halaman 1dari 33

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN

KABUPATEN TAPANULI TENGAH

NOMOR : 001/ /AKR/MKE/I/2019

TENTANG

PENETAPAN PANDUAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF


DI RSUD PANDAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN

Menimbang : a. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan dan memberikan


perlindungan terhadap keselamatan pasien, maka perlu diterapkan
komunikasi yang efektif.
b. Bahwa untuk mewujudkan sebagaimana tersebut dalam huruf a,telah
disusun Panduan Pelaksanaan Komunikasi Efektif di RSUD
PANDAN.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b di atas, perlu
diatur dan ditetapkan dengan suatu surat keputusan

Mengingat : 1. Undang-UndangNomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan


Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah
Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1092);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-UndangNomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antar Pemerintah Pusa tdan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5036);
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
6. Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 2001 tentang Pedoman
Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit Daerah;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/Menkes/Per/I/2010
tentang Perizinan Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 340/Menkes/Per/III/2010
tentang Klasifikasi RumahSakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993
tentang Berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar
Pelayanan Medis di Rumah Sakit;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 5 Tahun 2008,
tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah;
11. Peraturan Bupati Tapanuli Tengah Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah;
12. Peraturan Bupati Tapanuli Tengah Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum Daerah Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah;
13. Peraturan Bupati Tapanuli Tengah Nomor 4 Tahun 2013 tentang Pola
Tata Kelola Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli
Tengah;
14. Keputusan Bupati Tapanuli Tengah Nomor 1029/RSUD/2013 tentang
Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD) pada Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten
Tapanuli Tengah.
15. KeputusanBupatiTapanuli Tengah Nomor 897/BKD/2013
tentangPerberhentian Dan PengangkatanPejabatStrukturalEselon III
dan IV Di LingkunganPemerintahKabupatenTapanuli Tengah;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD PANDAN TENTANG PANDUAN


PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF DI RSUD PANDAN
SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM LAMPIRAN
KEPUTUSAN INI.

KESATU : Keputusan ini agar dilaksanakan oleh unit terkait.


KEDUA : Biaya yang timbul sebagai akibat diterbitkannya Keputusan ini
dibebankan kepadaAnggaranOperasionalBadan Layanan Umum Daerah
(BLUD) RSUD PandanKabupatenTapanuli Tengah.
KETIGA : Keputusaniniberlakusejak
tanggalditetapkan,denganketentuanapabiladikemudianhariternyataterdapat
kekeliruandidalamnyaakandiadakanperbaikansebagaimanamestinya.

Ditetapkan di Pandan
Pada tanggal Januari 2019

DIREKTUR RSUD PANDAN


KABUPATEN TAPANULI TENGAH

dr. SRI INDRA SUSILO


PEMBINA
NIP. 19660202 200212 1 004
Lampiran : Keputusan Direktur RSUD Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah
Nomor : 001/ /AKR/PPI/I/2019
Tanggal : Januari 2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana seorang individu
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambang kata-kata) untuk
merubah tingkah laku orang lain. Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian
pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu
sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-
pikiran atau informasi.
Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak sesuai
dengan yang diinginkan komunikator. Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang
disampaikan oleh komunikator sesuai dengan pengalaman yang pernah diperoleh
komunikan.
Komunikasi harus dilaksanakan dengan terencana, terpola, efektif dan sistematis
agar terhindar dari kesalahpahaman yang dapat menimbulkan masalah, seperti
ketidakpuasan pelanggan yang akan mengakibatkan terjadinya permasalahan hukum.
Komunikasi dengan pasien ataupun keluarga pasien harus dibangun dengan baik
sesering mungkin agar dapat membantu proses penyembuhan. Keluarga pasienpun perlu
diberi edukasi agar mengetahui hal-hal yang terkait dengan kesehatan sehingga secara
tidak langsung RSUD Pandan dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat.
Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik dan berdampak efektif, maka seluruh
karyawan di RSUD Pandan harus memiliki nilai-nilai etika berkomunikasi diantaranya
jujur, terbuka, terpercaya, sopan, transparan, empati, dan memotivasi.
Yang bertujuan memberikan panduan teknis bagi pelaksana serta pimpinan
tentang tata cara berkomunikasi yang efektif di RSUD Pandan, sebagai bahan acuan
dalam mengembangkan sistem pengumpulan data / informasi / pesan sesuai dengan
kondisi masing –masing unit kerja dan menyampaikannya dengan baik kepada
komunikan, menciptakan sistem komunikasi yang cepat, tepat, berkelanjutan, up to date
dan dapat dipercaya agar efektif sertaberdampak pada kepuasan pelanggan.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup
1. Komunikasi antar pegawai RSUD Pandan di setiap unit kerja.
2. Komunikasi kepada pasien.
3. Komunikasi kepada keluarga pasien.
4. Komunikasi kepada masyarakat rumah sakit.
5. Komunikasi kepada pers.
6. Komunikasi kepada stakeholder (pihak-pihak yang memiliki kepentingan seperti
LSM, organisasi masyarakat, rekanan, kolega, dan instansi lain)
7. Komunikasi kepada pemerintah.

B. Batasan Operasional
Komunikasi adalah sebagai proses dimana seorang individu (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambang kata-kata) untuk merubah tingkah
laku orang lain. Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak
sesuai dengan yang diinginkan komunikator.
Unsur-unsurKomunikasiEfektif :
1. Komunikator (sender) adalah orang yang melakukan komunikasi dengan orang lain
untuk mengirimkan suatu pesan/informasi kepada orang lain yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak.
2. Komunikan (receiver)adalah orang yang menerima pesan /informasi dari komunikator.
3. Pesan (message) adalah informasi yang disampaikan baik secara langsung maupun
tidak langsung dari komunikator ke komunikan.
4. Media (channel)adalah alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke
komunikan.
5. Umpan balik, adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap respon pesan yang
diterimanya.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Proses Komunikasi
Proses komunikasi secara umum digambarkan sebagai berikut :
1. Proses pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
2. Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, atau
untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, baik secara langsung atau tidak langsung.
3. Proses dimana seseorang (komunikator) mengatakan sesuatu (pesan) kepada
seseorang (komunikan), menggunakan saluran tertentu (media) dan dengan efek
tertentu (feedback).
4. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran
dan perasaan komunikator kepada komunikan.
5. Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua untuk
melancarkan komunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat
yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.

B. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi),
komunikasi yang bersifat informasi asuhan didalam rumah sakit :
 Jam pelayanan
 Pelayanan yang tersedia
 Cara mendapatkan pelayanan
 Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan
asuhan pasien melebihi kemampuan rumahsakit.
Akses informasi dapat diperoleh dengan melalui Customer Service, Admission, dan
Website, sedang komunikasi yang bersifat edukasi (Pelayanan Promosi) adalah :
 Edukasi tentang obat
 Edukasi tentang penyakit
 Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari
 Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas
hidupnya pasca dari rumah sakit
 Edukasi tentang gizi.

Hambatan komunikasi diantaranya adalah :


a. Gangguan (barrier)
Menurut sifatnya, gangguan komunikasi terbagi kedalam dua jenis, yaitu gangguan
mekanik dan gangguan semantik. Gangguan mekanik yaitu gangguan yang disebabkan
oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Contohnya adalah gangguan
suara ganda (interferensi) pesawat radio, kebisingan kendaraan di jalan raya. Gangguan
semantik yaitu gangguan yang berkaitan dengan makna dari pesan tersebut, biasanya
ditimbulkan saat penggunaan bahasa. Contohnya secara denotatif semua orang akan
setuju, bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat. Secara konotatif banyak
yang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat dan panjang
ingatan. Tetapi untuk sebagian lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan binatang yang
menakutkan dan berbahaya.
b. Kepentingan
Kepentingan akan membuat orang selektif dalam menerima pesan. Seseorang yang
sedang tersesat di hutan dan beberapa hari tidak menemukan makanan sedikit pun, dan
diberi pilihan berlian dan makanan, maka seseorang tersebut dipastikan akan memilih
makanan.
Contoh lain, memberi materi mengenai operasi tulang tidak akan efektif, tetapi jika
memberi materi mengenai perawatan luka dan gizi seimbang bagi keluarga yang sedang
menunggu pasien pasca operasi barangkali akan lebih efektif.
c. Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan,
kebutuhan dan kekurangannya. Motivasi seseorang berbeda dari waktu ke waktu, dari
tempat ke tempat. Perbedaan motivasi itu yang dapat menjadi hambatan komunikasi.
Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi maka semakin besar pesan akan
diterima dengan baik. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang
motivasinya tak sesuai dengan komunikan.
d. Prasangka
Prasangka merupakan suatu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi karena orang
yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang
komunikator yang hendak memberikan komunikasi. Contohnya prasangka terhadap suatu
ras, agama, pendirian politik, kelompok, pendek kata perangsang yang dalam pengalaman
pernah memberi kesan yang tidak baik.
Contohnya seorang politikus yang di suatu tempat mengemukakan suatu analisis
yang ternyata meleset akan ditanggapi dengan penuh prasangka apabila ia kembali
berpidato di tempat tersebut.

C. Teknik Komunikasi Efektif


Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap
(attitude change) atau perubahan perilaku (behavior change) atau setidaknya perubahan
opini (opinion change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Dalam komunikasi
efektif, proses penyampaian informasi harus tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah
dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahpahaman.

Proses komunikasi efektif adalah sebagai berikut :


1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara lengkap
isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
2. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan.
3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.

Lima fondasi membangun komunikasi efektif yaitu :


 Berusaha benar - benar mengerti orang lain (emphatetic communication).
 Memenuhi komitmen / janji.
 Menjelaskan harapan.
 Meminta maaf dengan tulus ketika membuat kesalahan.
 Memperlihatkan integritas pribadi.
Faktor-faktor penunjang komunikasi efektif adalah :
a. Faktor komunikan
Seseorang atau sekelompok orang dapat menerima pesan dengan baik, jika berada
dalam kondisi sebagai berikut :
1) Mengerti pesan yang disampaikan, baik itu dari bahasa, dialek dan gaya bahasa
jika diperlukan gunakan bahasa daerah.
2) Menyadari bahwa keputusan sesuai dengan tujuan dan bersangkutan dengan
kepentingan pribadinya.
3) Waktu / timing menerima suatu pesan harus tepat.
4) Sikap, nilai, penampilan harus sesuai dengan norma komunikan.
5) Jenis kelompok komunikan harus diperhatikan.

b. Faktor komunikator
Terdapat dua faktor penting pada diri komunikator agar komunikasi berjalan efektif
yaitu :
1) Kepercayaan pada komunikator (sourcecredibility)
Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya
ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat
meningkatkan daya perubahan sikap. Dengan lebih dikenal dan disenanginya
komunikator oleh komunikan maka lebih besar kecenderungan komunikan untuk
merubah sikap sesuai dengan yang diinginkan komunikator.
2) Daya tarik komunikator (source attractiveness).
Seorang komunikator juga akan mempunyai kemampuan merubah sikap
komunikan dengan menonjolkan atau menampilkan daya tariknya. Misalnya
komunikator menonjolkan kesamaan dirinya dengan komunikan, bersenda gurau
sesuai dengan nilai komunikan, menggiring komunikan ke arah opini yang sama
dan memuaskan sehingga komunikator meraih simpati komunikan. Kesamaan
yang dapat dibangun seperti kesamaan ideologi dan kesamaan demografi.
Kemampuan yang tidak kalah penting adalah kemampuan membaca pikiran/
memahami kepentingannya, kebutuhannya, kecakapannya, pengalamannya,
kemampuan berpikirnya, kesulitannya, dan sebagainya.

c. Faktor pesan
1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik
perhatian komunikan.
2) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang
sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyajikan/menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4) Pesan harus menyarankan sesuatu untuk memperoleh kebutuhan sesuai situasi
kelompok komunikan dalam memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Proses Komunikasi yang Efektif :


Untuk mendapatkan komunikasi yang efektif, dilakukan melalui prinsip sebagai berikut:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan.
b. Penerima pesan menuliskan secara engkap isi pesan tersebut.
c. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan.
d. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada penerima pesan.
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesam dengan hasil
verifikasi.

Proses komunikasi yang efektif dengan prisip: terima,catat,verifikasi dan klarifikasi.


Proses tersebutdapat digambarkan sebagai berikut :

Yah..benar Dikomfirmasik Jadi isi pesannya ini yah pak


an …

Komunikato Isi pesan Ditulis Dibacakan Komunika


r n

Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya hasil pemeriksaan, nama obat,
nama orang,dan tindakan yang tidak jelas.Untuk memverifikasi dan mengklarifikasi, maka
komunikan sebaiknya mengeja huruf demi huruf menggunakan ejaan alphabet yang sudah
distandarisasi di RSUD Pandan, yaitu :

Kode Alfabet Yang berlaku di RSUD Pandan :


A : Alpha N : November
B : Bravo O : Oscar
C : Charlie P : Papa
D : Delta Q : Queen
E : Echo R : Romeo
F : Fanta S : Sierra
G : Golf T : Tango
H : Hotel U : Ultra
I : India V : Victor
J : Juliet W : Whiskey
K : Kilo X : X - Ray
L : Lima Y : Yankee
M : Mama Z : Zebra
D. Syarat Komunikasi Efektif
Syarat dalam komunikasi yang efektif adalah :
 Tepat waktu
 Akurat
 Lengkap
 Jelas
 Mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman).

E. Hukum Dalam Komunikasi Efektif


Hukum komunakasi yang efektif terdiri dari 5 (lima)bagian yang disingkatdengan kata
‘REACH’ yaitu :
1. Respect
yaitusikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan
sehingga kita dapat membangun kerjasama yang akan meningkatkan efektifitas kinerja
kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
2. Empati
adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan,
yang akan membangun kepercayaan dan merupakan unsurutama dalam membangun
teamwork.
3. Audible.
yaitu dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik oleh penerima pesan, yang
disampaikan melalui media atau delivery channel, berupa perlengkapan/alat bantu audio
visual yang akan membantu kita dalam menyampaikan pesan.
4. Clarity.
adalah terkait dengan kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkanmulti
interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti
keterbukaan dan transparansi (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga
dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan dan tidak
menimbulkansikap saling curiga yang dapat menurunkan semangat dan antusiasme
kelompok atau tim kita.
5. Humble.
Yaitu sikap rendah hati. Ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama yang
didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki.

F. Macam-Macam Teknik Komunikasi Efektif


1. Teknik Komunikasi Efektif Antar Pribadi
Komunikasi antarpribadi adalah suatu proses pengiriman pesan antara dua orangatau
kelompok kecil orang, dengan beberapa efek dan umpan balik seketika.
Komunikasi antarpribadi terjadi secara dialog dan memungkinkan terjadi feedback dan
interaksi secara langsung dari komunikan. Dibandingkan dengan bentuk komunikasi
lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah
opini, kepercayaan, sikap, dan perilaku komunikan.
Dalam komunikasi antarpribadi, komunikasi efektif tercapai bila terjadi kesamaan
persepsi antara komunikator dengan komunikan.
Kiat sukses berkomunikasi :
a. Kenali dengan baik lawan bicara.
b. Jangan terlalu banyak bicara dan kurang mendengar.
c. Jangan merasa dan memperlihatkan bahwa kita lebih tahu daripada lawan kita
bicara.
d. Kenali betul diri sendiri dan kemampuan diri sendiri.

2. Teknik Komunikasi Efektif Antara Dokter dan Pasien


Pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsungsecara
efisien, dengan tujuan utama komunikasi dalam penyampaian informasi
ataupemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerjasama
antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secaraverbal dan non-verbal
menghasilkan pemahaman pasien terhadapkeadaan kesehatannya, peluang dan
kendalanya, sehingga dapatbersama-sama dokter mencari alternatif untuk
mengatasipermasalahannya.

Dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan:


a. Disease centered communication style atau doctor centered communication style
yaitukomunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan
diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-
gejala.
b. Illness centered communication style atau patient centered communication style
yaitu komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang
secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.

Kiat komunikasi dalam menyampaikan informasi menurut Konsil Kedokteran


Indonesia yaitu :
 Tanyakan, apakah ada yang dikhawatirkannya.
 Gunakan bahasa yang mudah dimengerti, sesuai tingkat pemahamannya (usia, latar
belakang pendidikan, sosial budaya).
 Tidak dianjurkan memakai bahasa atau menggunakan istilah kedokteran. Kalaupun
harus menggunakannya, beri penjelasandan padanan katanya (kalau memang ada).
 Tidak perlu tergesa-gesa dan sekaligus, pemberian informasi biasdilakukan secara
bertahap.
 Jika menyampaikan berita buruk, gunakan kata atau kalimat persiapan atau
pendahuluan, misalnya, “Boleh saya minta waktuuntuk menyampaikan sesuatu?”
untuk melihat apakah dia (yangdiajak berkomunikasi) siap mendengar berita
tersebut.
 Hindari memakai kata-kata yang bersifat mengancam, seperti“Kalau tidak
melakukan anjuran saya, kalau ada apa-apa jangandatang ke saya”.
 Gunakan kata atau kalimat yang menimbulkan semangat atau meyakinkannya.
 Ulangi pesan yang penting.
 Pastikan pasien / keluarga mengerti apa yang disampaikan.
 Menanggapi reaksi psikologis yang ada, terlihat dari ucapan atau sikap dan dengan
empati. ”Saya dapat mengerti jika ibu khawatir”.
 Menyimpulkan apa yang telah disampaikan.
 Beri kesempatan pasien/ keluarga untuk bertanya, jangan memonopoli
pembicaraan.
 Berikan nomor telepon yang bisa dihubungi jika sewaktu-waktudiperlukan.

Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan


melahirkan kenyamanan dankepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat
dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengardan berbicara yang
keduanya dapat dipelajari dan dilatih.
Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic
Communicationin Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa
pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam
batasan definisi berikut:
1) Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician
cognitive capacity to understand patient’s needs),
2) Menunjukkan afektifitas / sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an
affectivesensitivity to patient’s feelings),
3) Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan / menyampaikan empatinya
kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient).

A. Teknik Komunikasi Efektif Antara Tenaga Kesehatan dengan Pasien


Tujuan komunikasi kepada pasien adalah :
1. Menghindari miskomunikasi dengan pasien dan keluarganya
2. Mengurangi kecemasan pasien akibat tidak mendapatkan informasi yang jelas
3. Pasien lebih kooperatif dengan pemeriksaan yang akan dilakukan

Teknik komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terapeutik. Komunikasi


terapeutik merupakan teknik komunikasi yang disampaikan sehingga menimbulkan
dampak terapeutik terhadap pasien. Ada 4 fase terapeutik :
1. Fase Pra interaksi
 Fase pra interaksi dimulai sebelum kontak dengan pasien
 Persiapkan diri dan kondisi emosional yang baik
 Siapkan materi informasi agar tidak lupa saat berkomunikasi dengan pasien
2. Fase Interaksi
 Pada fase ini, kita meyakinkan pasien bahwa kita adalah petugas kesehatan
 Berikan salam terapeutik (tatap pasien, senyum, bicara)
 Perkenalkan diri dan unit kerja
 Identifikasi pasien dengan benar, menanyakan kabar
3. Fase kerja
 Gunakan sikap terapeutik selama fase kerja, yaitu pertahankan kontak mata, jadilah
pendengar yang baik
 Berikan informasi yang dibutuhkan
4. Fase terminasi
 Evaluasi hasil komunikasi secara subjektif dan objektif
 Subjektif dengan menanyakan keluhan dan perasaan pasien
 Objektif dengan menanyakan pemahaman pasien atas informasi yang diberikan
B. Komunikasi Efektif via Telepon
Sangatlah penting untuk memperhatikan komunikasi via telepon selama bertugas di
lingkungan rumah sakit. Menjawab telepon dengan asal-asalan akan mengubah suasana
hati sehingga dapat mengganggu pelayanan selanjutnya.

Untuk melakukan komunikasi secara verbal atau melalui telpon dengan aman
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemesanaan obat atau permintaan obat secara verbal sebaiknya dihindari;
2. Dalam keadaan darurat karena komunikasi secara tertulis atau komunikasi
elektronik tidak mungkin dilakukan maka harus ditetapkan panduannya meliputi
permintaan pemeriksaan, penerimaan hasil pemeriksaaan dalam keadaan darurat,
identifikasi dan penetapan nilai kritis, hasil pemeriksaaan diagnostik, serta kepada
siapa dan oleh siapa hasil pemeriksaaan kritis dilaporkan;
3. Prosedur menerima perintah lisan atau lewat telpon meliputi penulisan secara
lengkap permintaan atau hasil pemeriksaaan oleh penerima informasi, penerima
membaca kembali permintaan atau hasil pemeriksaaan, dan pengirim memberi
konfirmasi atas apa yang telah ditulis secara akurat

Metode komunikasi via telepon :


a. Angkat telepon dan ucapkan salam (Selamat pagi)
b. Sebutkan ruangan Anda (Ini ruang perawat....)
c. Sebutkan nama Anda (Dengan Aldi di sini)
d. Tawarkan bantuan (Ada yang bisa dibantu?)
e. Akhiri dengan salam.
3. Teknik Komunikasi Efektif Antara Tenaga Kesehatan
Komunikasi dalam menyampaikan informasi antara tenaga kesehatan
membutuhkan perhatian yang utama. Metode yang digunakan untuk komunikasi
tersebut harus dapat digunakan sebagai komunikasi verbal dan non verbal yang
akurat, jelas dan mudah dipahami sehingga tidak terjadi misinterpretasi yang dapat
berpengaruh terhadap penanganan pasien selanjutnya.Diantaranya adalah:
1. Komunikasi antara dokter umum dengan dokter spesialis (DPJP)
2. Komunikasi antara dokter spesialis (DPJP) dan dokter spesialis terkait.
3. Komunikasi antara dokter dengan perawat.
4. Komunikasi antara perawat/ antar petugas rumah sakit.

Dalam melaksanakan komunikasi perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :


1. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi dilakukan oleh petugas di unit kerja masing-masing baik antar pegawai,
maupun antara pegawai RSUD Pandan dengan pelanggan.
2. Komunikasi Kelompok Kecil
Kegiatan komunikasi kelompok kecil dilakukan di RSUD Pandan dalam bentuk
promosi kesehatan, pemberian informasi kesehatan, seminar, pelatihan dan lain
sebagainya. Komunikator dapat melakukan kegiatan komunikasi tersebut di unit
kerja masing-masing, atau berkoordinasi dengan unit kerja lain untuk menunjang
kelancaran kegiatan.
Komunikasi berupa edukasi kepada pasien, keluarga pasien dan pelanggan lainnya
dilakukan di setiap unit kerja serta harus berkoordinasi dengan Panitia Promosi
KesehatanRumah Sakit agar lebih terorganisir dan efektif.
3. Komunikasi Kelompok Besar
Kegiatan komunikasi dalam lingkup kelompok besar di RSUD Pandan seperti
briefing dan rapat bulanan semua unit.
4. Komunikasi Massa
Kegiatan komunikasi formal dengan organisasi/ instansi di luar RSUD Pandan,
misalnya wawancara/sebagai narasumber di media cetak, media elektronik, dan lain-
lain.
Apabila masyarakat memerlukan data/informasi/pesan yang berhubungan dengan
layanan publik harus berkoordinasi dengan Bagian Informasi RSUD Pandan.
Media komunikasi resmi milik RSUD Pandan seperti telepon, papan pengumuman,
leaflet dan bannerdengan meminta sumberinformasi/ pesan dari berbagai unit kerja di
RSUD Pandan. Sedangkan materi komunikasi untuk media massa didapat dari
berbagai narasumber. Narasumber yang berwenang memberikan pernyataan dalam
bentuk ucapan maupun tulisan adalah anggota/ staf RSUD Pandan atau narasumber
lain atas persetujuan Direktur Rumah Sakit.

Teknik Komunikasi Efektif di RSUD Pandan:


 Teknik TULBAK (Tulis Lengkap, Baca Ulang, Konfirmasi)
1) Perintah harus ditulis/dicatat secara lengkap oleh petugas kesehatan yaitu
meliputi :
 Isi perintah.
 Nama pemberi perintah dan tanda tangan.
 Nama penerima perintah dan tanda tangan.
 Tanggal dan jam.

Perintah/ instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan
yang disampaikan harus ditulis pada Formulir Catatan Terintegrasi di berkas
rekam medis pasien, dan diberi stempel konfirmasi.
2) Baca ulang perintah / instruksi yang diberikan, waspadai nama-nama obat
NORUM / LASA ( Nama Obat Rupa Ucapan Mirip / Look Alike Sound Alike),
harus dieja menggunakan alphabet di RSUD Pandan seperti :
- Aminophilin 200 mg – Amitriptyline 25 mg
- Acyclovir 200 mg – Acyclovir 400 mg
Perintah / instruksi lisan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan, nama-nama
obat atau tindakan yang tidak jelas akan dieja dengan ejaan alphabet yang sudah
distandarisasi dan berlaku di RSUD Pandan.
3) Konfirmasi ulang Instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil
pemeriksaan dikonfirmasi oleh penerima perintah kepada pemberi perintah dan
diberi cap konfirmasi (stempel read back) di berkas rekam medis pasien. Petugas
yang melapor menandatangani stempel dan menulis tanggal dan jam melapor.
Pada saat DPJP visite atau maksimal 24 jam, instruksi harus dicek kembali oleh
DPJP kemudian ditandatangani dan diberi tanggal dan jam pada kolom Pemberi
Perintah. Apabila dokter DPJP sedang tidak ada ditempat maka dituliskan
mengapa dokter belum menandatangani konfirmasi dan dapat ditanda tangani
oleh dokter DPJP setelah ada di tempat.

 Teknik SBAR
SBAR digunakan untuk melaporkan :
a. Pasien dengan kondisi kritis
b. Pasien yang memiliki hasil nilai kritis pemeriksaan penunjang
c. Pasien dalam pengobatan yang memerlukan pengawasan khusus
d. Kondisi yang memerlukan monitoring ketat
Perawat/ dokter jaga melaporkan kondisi pasien dengan sistem SBAR (Situation-
Background-Assessment-Recommendation) yang sebaiknya sudah disiapkan sebelum
melapor kepada DPJP.
- Situation yaitu: identitas pasien mencakup nama, umur, tempat dirawat dan keluhan
pasien saat ini.
- Background yaitu: informasi penting tentang sejak kapan pasien dirawat, diagnosa,
tindakan kedokteran / tindakan keperawatan, obat-obatan terakhir diberikan.
- Assessment yaitu: keadaan saat ini yang menjadi perhatian, apa yang ditemukan :
keadaan umum, vital sign, hasil lab, radiologi dan pemeriksaan penunjang lain.
- Recommendation yaitu: Tindakan / rencana apa yang perlu dilakukan, diantaranya
pemberian obat, tindakan ataupun pemeriksaan penunjang yang dirasakan perlu
dilakukan termasuk intervensi mandiri dan kolaborasi dokter ruangan / dokter
merawat pasien.

4. Pelaporan hasil pemeriksaan kritis


a. Proses penyampaian hasil pemeriksaan kritis kepada dokter yang merawat pasien.
b. Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang
memerlukan penanganan segera dan harus dilaporkan ke DPJP dalam waktu
˂ 120 menit.
c. Perawat menyampaikan hasil kritis ke DPJP, bila tidak bisa dihubungi maka
perawat menghubungi dokter Ruangan / dokter UGD.
d. Dokter/ petugas yang melaporkan hasil kritis menulis di lembar hasil pemeriksaan
penunjang “sudah dilapor kepada dr. ……….”

5. Pemeriksaan Cito
a. Proses permintaan dan penyampaian pemeriksaan tes cito.
b. Pemeriksaan cito adalah pemeriksaan yang harus segera dilakukan dan segera
disampaikan hasilnya, baik hasil normal maupun abnormal misalnya pemeriksaan
analisa gas darah, foto thorak dan lain sebagainya.

6. Alur pelaporan nilai kritis dari penunjang

ANALIS/ Dr. PENANGGUNG JAWAB


RADIOGRAFER

RAWAT INAP RAWAT JALAN & UGD


PERAWAT PERAWAT
DPJP/Dr. Jaga/Konsulen Jaga DPJP/Dr. Poli/ Dokter spesialis

7. Mekanisme pelaporan hasil pemeriksaan kritis dan pemeriksaan cito


a. Pada 5 menit pertama, analis/radiografer harus melaporkan hasil nilai kritis kepada
DPJP. DPJP memberikan instruksi kepada perawat atau dokter ruangan untuk
penanganan kegawat daruratan.
b. Setelah 5 menit pertama: Bila DPJP tidak bisa dihubungi, analis/radiografer
melaporkan hasil tersebut kepada perawat. Bila DPJP tidak bisa juga dihubungi,
perawat melapor kepada dokter ruangan atau dokter UGD untuk penanganan
kegawatdaruratan.

8. Teknik Komunikasi Lisan


- Teknik Berbicara Efektif
Teknik berbicara yang efektif dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Menarik nafas dalam-dalam sebelum memulai berbicara.
b. Mengatur volume bicara agar lebih keras dari biasanya. Caranya dengan
mengatur, agar suara dapat didengar oleh jajaran orang yang duduk atau berdiri
paling jauh dari tempat kita berbicara.
c. Menggunakan kata-kata sehari-hari, yang dikenal oleh pendengar. Orang akan
tertarik pada pembicaraan yang menggunakan kata-kata yang akrab ditelinganya
daripada kata-kata yang tidak dimengerti (misalnya istilah-istilah dalam bahasa
asing).
d. Layangkan pandangan ke seluruh pendengar.

- Teknik Mendengar Efektif


Ada ungkapan yang mengatakan kalau kita ingin didengar orang maka belajarlah
menjadi pendengar yang baik.Mendengar adalah hal yang utama dalam
berkomunikasi, mendengar dengan efektif berarti mendengar untuk mengerti apa
yang dikatakan dibalik pesan.
Prosesnya adalah :
a. Mendengar efektifdengan menangkap ungkapan non verbal sebaik
isyarat/petunjuk verbal. Artinya pada saat mendengarkan dengan efektif
penerima akan mendapatkan umpan balik dengan menguraikan sendiri melalui
kata-katanya tentang pesan yang disampaikan oleh pengirim, dan mengulang
kembali dengan caranya sendiri.
b. Penerima pesan mengecek kembali, yaitu apa yang ada dibalik pesan yang
diterimanya untuk mengerti pesan apa yang sesungguhnya diterima.
c. Gambaran perilaku, ini merupakan gambaran individual yang sangat spesifik,
kegiatan pengamatan kepada orang lain tanpa membuat keputusan atau
generalisasi tentang latar belakang, orangnya atau sifatnya.

Teknik mendengar efektif dapat membantu dan memastikan para komunikator


mempunyai informasi yang akurat. Memastikan bahwa kualitas informasi yang baik
tidak hanya merupakan tantangan dalam komunikasi. Keduanya baik pengirim
maupun penerima ingin memastikan bahwa mereka mempunyai kualitas ketepatan
dari informasi yang benar.

C. Komunikasi Efektif Saat Serah Terima dan Transfer Pasien


Serah terima asuhan pasien (hand over) di dalam rumah sakit terjadi :
1. Antar Profesional Pemberi Asuhan (PPA) seperti antara staf medis dan staf medis, antara
staf medis dan staf keperawatan atau staf klinis lainnya, atau antara PPA dengan PPA
lainnya pada saat pertukaran shift,
2. Antar berbagai tingkat layanan di dalam rumah sakit yang sama seperti jika pasien
dipindah dari unit intensif ke unit perawatan atau dari unit gawat darurat ke kamar operasi,
dan
3. Dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostik atau unit tindakan seperti radiologi dan unit
terapi fisik.

Metode Hand Over :


a. Verbal handover, secara lisan
b. Bedside handover, di samping tempat tidur pasien
c. Recorded Handover, melalui rekaman
d. Written handover, melalui tulisan

Komunikasi yang efektif saat serah terima pasien :


1. Perawat ruangan melaporkan kondisi pasien kepada petugas shift selanjutnya dengan
metode SBAR, saat pergantian dinas.
2. Situation : melaporkan nama lengkap pasien, umur dengan masalah keperawatan yang
dialami pasien saat ini.
3. Background : sebutkan diagnosis medis pasien serta dokter penanggungjawabnya.
4. Assessment : sebutkan data klinis pasien seperti vital sign, data-data keperawatan dan hasil
pemeriksaan penunjang.
5. Recommendation : berikan informasi tentang :
a. Instruksi yang sudah dilakukan
b. Instruksi yang belum dilakukan
c. Hal-hal yang perlu dilakukan saat shift selanjutnya
6. Serah terima dapat dilakukan secara verbal atau lisan jika kondisi pasien stabil. Jika pasien
kondisi kritis, lakukan serah terima dengan menuliskannya pada lembar overran kondisi
kritis.

Transfer pasien adalah proses pemindahan pasien dari suatu unit pelayanan ke unit
pelayanan lain. Serah terima asuhan pasien (hand over) di dalam rumah sakit terjadi:
1. Antar PPA seperti antara staf medis dan staf medis, antara staf medis dan staf
keperawatan atau dengan staf klinis lainnya, atau antara PPA dan PPA lainnya pada
saat pertukaran sif (shift);
2. Antar berbagai unit layanan di dalam RS yang sama seperti jika pasien dipindah dari
unit intensif ke unit perawatan atau dari unit darurat ke kamar operasi; dan dari unit
rawat inap ke unit layanan diagnostik atau unit tindakan seperti radiologi atau unit
terapi fisik.

Kondisi pasien yang memerlukan prosedur transfer :


a. Pasien dengan kondisi derajat 0
Pasien dengan Airway, Breathing, Circulation (ABC) atau hemodinamik stabil yang
dapat terpenuhi kebutuhannya dengan rawat inap biasa.
b. Pasien dengan kondisi derajat 1
Pasien dengan Airway, Breathing, Circulation (ABC) /atau hemodinamik stabil,
namun berpotensi menjadi tidak stabil. Misalnya pasien yang baru menjalani
perawatan di HCU/ICU yang sudah memungkinkan untuk perawatan di ruang rawat
inap biasa
c. Pasien dengan kondisi derajat 2
Pasien dengan Airway, Breathing, Circulation (ABC) tidak stabil dan membutuhkan
observasi lebih ketat dan intervensi lebih mendalam termasuk penanganan kegagalan
satu sistem organ atau pasien yang baru selesai menjalani operasi besar
d. Pasien dengan kondisi derajat 3
Pasien dengan Airway, Breathing, Circulation (ABC) tidak stabil yang membutuhkan
bantuan pernafasan dan atau dengan kegagalan sistem organ lainnya

Jenis transfer pasien :


a. Transfer intra Rumah Sakit
Merupakan transfer antara instalasi pelayanan yang ada di lingkungan rumah sakit.
Transfer antar unit pelayanan yang ada di Rumah Sakit Madina adalah :
 Instalasi rawat jalan atau IGD ke rawat inap
 Instalasi rawat inap atau IGD ke kamar operasi
 Dari RR ke instalasi rawat inap
 Dari instalasi rawat inap atau IGD ke pemeriksaan penunjang

Kesiapan standar peralatan minimal transfer harus terpenuhi, seperti oksigen mobile.
Selama transfer berlangsung, semua peralatan yang berhubungan dengan pasien letaknya
harus berada sejajar atau di bawah pasien.

b. Transfer antar Rumah Sakit


Transfer dari luar rumah sakit atau ke rumah sakit Madina. Transfer juga mungkin berasal
dari kejadian kecelakaan lalu lintas dan sebagainya.

Maksud dan tujuan transfer :


a. Transfer untuk perawatan klinis, artinya transfer pasien yang membutuhkan
pengobatan / tindakan medis spesialistik yang tidak dapat disediakan di instalasi asal
pasien berobat.
b. Transfer untuk non-klinis, misalnya karena kurang tempat tidur, tidak tersedia
spesialistik yang dibutuhkan.

Pertimbangan yang perlu diambil sebelum transfer dilakukan :


a. Apabila keputusan transfer sudah diambil, maka lakukan komunikasi dengan unit
penerima. Bila transfer antar rumah sakit maka perlu terlebih dahulu kontak dengan
rumah sakit penerima
b. Berikan informasi yang jelas kepada keluarga mengenai alasan dilakukannya transfer
c. Tidak menganggap remeh resiko yang akan dialami pasien selama proses transfer
berlangsung. Pastikan tim transfer telah siap dengan semua peralatan medis dan obat-
obatan tersedia
d. Keputusan transfer harus didokumentasikan pada rekam medis pasien beserta kondisi
umum pasien

D. Komunikasi Asuhan dan Edukasi

1) Penggunaan Obat secara efektif dan Aman


Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi.
Penggunaan obat yang baik dan benar, gunakan obat hanya seperti petunjuk
cara pakai, pada waktu yang tepat dan penuh selama pengobatan. Selalu membaca
label sebelum minum obat terutama tanggal kadaluarsa dan petunjuk pemakaian
obat.
Pada saat dilakukan pengobatan dengan menggunakan dosis yang normal,
sering timbul efek samping yang tidak diinginkan. Efek samping ini terjadi setelah
beberapa saat minum obat. Efek samping ini dapat terjadi pada saluran pencernaan
berupa rasa mual, diare, perut sembelit, dapat juga terjadi pada kulit, bercak merah,
gatal, rasa panas pada kulit selain itu juga menyebabkan wajah menjadi bengkak (
semua jenis obat), mengantuk ( obat anti alergi sedative, narkotika, obat syaraf dan
obat batuk), pada saluran pencernaan lambung terasa perih ( obat analgetik), nual dan
muntah ( obat sitostatika), sesak nafas, batuk, urin berwarna merah sampai hitam.
Efek samping obat adalah setiap respon obat yang merugikan akibat penggunaan
obat dengan dosis atau takaran normal. Jika timbul efek samping obat maka hentikan
penggunaan obat dan mencari pertolongan ke sarana kesehatan.
Interaksi obat dengan obat sering kali terjadi pada penggunaan obat diare
dengan obat lain. Cara kerja obat diare ( attapulgite dan carbo absorben) mempunyai
daya serap untuk meyerap racun, bakteri dan entero virus yang menyebabkan diare.
Karena bekerja menyerap racun jika diminum bersamaan dengan obat lain sehingga
obat lain tidak berefek. Pada saat menggunakan obat diare dengan obat lain,
minumlah berselang 2 jam sehingga kedua obat dapat berefek dengan baik.
Interaksi obat dengan makanan sehingga menurunkan atau memperkuat efek
obat. Seperti teh yang mengandung senyawa tannin, senyawa ini dapat mengikat
berbagai zak aktif obat sehingga sulit diabsorbsi. Jika obat kurang diabsorbsi berarti
daya khasiatnya berkurang. Sebaiknya diberi jarak 2 jam setelah atau sebelum
minum obat dapat minum teh. Susu memiliki sifat yang dapat menghambat absorbsi
zat aktif antibiotik. Sebaiknya tunggu sampai 2 jam sebelum atau setelah minum
antibiotik. Kafein yang terdapat pada kopi, teh dan coklat atau minuman berenergi
bekerja merangsang susunan syaraf pusat sehingga memberikan efek berlebih jika
digunakan bersamaan dengan obat yang bekerja merangsang susunan syaraf (obat
asma yaitu theofilin dan epinefrin).

2) Penggunaan Peralatan Medis yang Aman


Peralatan medis merupakan sarana dan prasarana pendukung pelayanan
perawatan dan pengobatan di rumah dan di rumah sakit. Sehingga sangat diperlukan
pengetahuan serta ketrampilan untuk menggunakannya, sehingga maksud dan tujuan
dari penggunaan alat itu sendiri bisa tercapai.
Pengguna peralatan medis di rumah sakit mutlak hak petugas pemberi
pelayanan sedangkan peralatan medis yang digunakan di rumah merupakan
tanggung jawab pengguna namun harus dipastikan tahu tata cara penggunaannya
melalui bimbingan dan pengajaran sebelumnya oleh petugas yang kompeten dengan
peralatan medis yang dimaksud.
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan
peralatan medis yang digunakan oleh pasien secara aman, tujuannya mencegah
terjadinya kesalahan penggunaan peralatan medis dan menjaga keamanan dan
keselamatan dalam menggunakan perlatan medis
Berikut prosedur pelaksanaan edukasi peralatan medis :
a) Memperkenalkan diri
b) Berikan informasi tentang peralatan medis yang digunakan
c) Berikan penjelasan tentang tujuan penggunaan peralatan medis
d) Berikan penjelasan kepada pasien tentang bagaimana penggunaan peralatan medis
e) Evaluasi kemampuan pasien dalam menggunakan peralatan medis yang tepat
f) Berikan penjelasan kepada pasien tentang efek samping yang mungkin ada dari
pemakaian peralatan medis
g) Libatkan keluarga/ orang terdekat
h) Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya apabila ada materi yang
dianggap kurang jelas
i) Dokumentasi tindakan pedidikan kesehatan yang sudah dilakukan dalam lembar
informasi dan edukasi

3) Nutrisi
Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan pengadaan makanan
yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan bahan makanan, persiapan,
pengolahan, pemorsian, serta pendistribusian. Manajemen Sistem Penyelenggaraan
Makanan Institusi merupakan proses yang mengatur jalannya suatu penyelenggaraan
penyelenggaraan makanan institusi, mulai dari perencanaan sampai dengan
pemorsian. Kegiatan manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi
dilakukan oleh bagian Instalasi Gizi dan Bagian Logistik. Makanan memegang
peranan penting dalam upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit. Pemberian
nutrisi yang tepat berperan penting bagi proses kesembuhan pasien rumah sakit.
Nutrisi adalah hasil akhir dari semua interaksi antara organism dan makanan yang
dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi adalah apa yang dimakan seseorang dan
bagaimana tubuh menggunakannya. Peran nutrisi tidak dapat diremehkan nilainya
karena tidak hanya mengoptimalkan fungsi fisik dan kognitif pasien yang dirawat
tetapi juga kualitas kehidupannya. Oleh karena itu, mengkaji dan meningkatkan
nutrisi yang adekuat untuk klien adalah aspek perawatan yang penting dan vital.
Edukasi ini bertujuan sebagai acuan penerapan langkah-langkah ahli gizi atau
dokter gizi atau tim terapi gizi dalam memberikan pelayanan nutrisi di rumah sakit
dan memberikan, meningkatkan pengetahuan pasien mengenai terapi gizi yang
dijalankan.
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan tempat hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan
sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat
lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit ( Tarwoto & Wartonah, 2006).
Prosedur pemberian edukasi gizi pada pasien:
1. Pasien yang datang dilakukan pengisian data di RM dan dilakukan assesmemt
nutrisi.
2. Assesment nutrisi meliputi IMT (Indeks Masa Tubuh), bila termasuk gizi kurang
atau malnutrisi dilakukan terapi gizi lanjut dan dilakukan konsultasi gizi, dan yang
mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, DM, jantung, kolesterol, asam urat,
dll.
3. Petugas/ahli gizi melakukan screening gizi kepada pasien.
4. Petugas/ahli gizi melakukan penentuan status gizi lebih lanjut.
5. Jika status gizi pasien kurang, bahkan gizi buruk maka dilakukan assessment gizi
lebih lanjut dan dilakukan konsultasi gizi.
6. Jika status gizi pasien adalah normal, maka diet yang diberikan adalah biasa/normal
sesuai dengan kondisi dan penyakit pasien dalam bentuk makanan berupa air, saring,
lunak, biasa dan makanan diberikan secara oral.
7. Perhitungan kebutuhan kalori per hari pada pasien yang memerlukan terapi.
8. Ahli gizi melakukan edukasi gizi kepada pasien dan keluarga pasien (konsultasi
gizi).
9. Monitoring meliputi keadaan pasien, hasil labuoratorium, pola makan dan kepatuhan
pasien menjalankan diet.
10. Evaluasi meliputi perubahan pola makan, status gizi mendekati normal.

4) Manajemen Nyeri dan Teknik Rehabilitasi


Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional akibat adanya kerusakan
jaringan yang sedang atau akan terjadi atau pengalaman sensorik dan emosional yang
merasakan seolah-olah terjadi kerusakan jaringan. Berdasarkan derajatnya, nyeri
dikelompokkan menjadi 3, yaitu : nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat dan skala 0
( tidak ada nyeri).
Berikut tata laksana pemberian edukasi manajemen nyeri :
1. Petugas melakukan anamnesa dan penilaian skala nyeri
Anamnesa yang dilakukan terhadap pasien dengan menanyakan kepada pasien
meliputi:
 P (point) : faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri
 Q (quality) : bagaiman rasa nyerinya
 R (radiation) : melacak daerah nyeri
 S (severity) : intensitas nyeri
 T (time) : frekuensi nyeri
2. Pasien yang mengalami skala nyeri ringan ( skala 1-3) dilakukan edukasi untuk
relaksasi dan distraksi. Apabila dengan relaksasi dan distraksi, keluhan nyeri tidak
berkurang dilakukan kolaborasi medis untuk pemberian therapy.
3. Pasien yang mengalamai nyeri derajat sedang ( skala 4-6) dilakukan kolaborasi
medis untuk pemberian therapy NSAID.
4. Pasien yang mengalami derajat nyeri berat (skala 7-10) dilakukan kolaborasi medis
untuk pemberian therapy opioid.
5. Lakukan evaluasi setelah dilakukan therapy.
Rehabilitasi medis adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan
fungsi yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cidera melalui
panduan rehabilitasi untuk mencapai kemampuan yang optimal.
E. Pelaksana edukasi rehabilitasi medis adalah semua tenaga kesehatan yang
berkompeten di bawah pengawasan tim PKRS. Pemberian edukasi mengenai
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan sesuai dengan penyakit yang
dideritanya, gizi sesuai kebutuhannya. Pemberian edukasi rehabilitasi medis
dilakukan perorangan, kelompok pada saat masuk rumah sakit dan kegiatan –
kegiatan rumah sakit yang diprogramkan oleh tim PKRS.
BAB IV
DOKUMENTASI

NIP. 19620619 Dokumentasi komunikasi yang efektif dituangkan dalam :


1. Daftar Alphabet yang Berlaku di RSUD Pandan
2. Daftar Singkatan yang Berlaku di RSUD Pandan
3. Daftar Nilai Kritis di RSUD Pandan
4. Stempel Konfirmasi pada Berkas Rekam Medik Pasien
5. Formulir Pasien Terintegrasi dimana dicatat semua instruksi yang diterima baik lisan
maupun via alat komunikasi

1. Daftar Alphabet yang Berlaku di RSUD Pandan

NO HURUF TELEPON PENGUCAPAN


1. A ALPHA Alfa
2. B BRAVO Bravo
3. C CHARLIE Carli
4. D DELTA Delta
5. E ECHO Eko
6. F FANTA Fanta
7. G GOLF Golf
8. H HOTEL Hotel
9. I INDIA India
10. J JULIET Juliet
11. K KILO Kilo
12. L LIMA Lima
13. M MAMA Mama
14. N NOVEMBER November
15. O OSCAR Oskar
16. P PAPA Papa
17. Q QUEEN Kuin
18. R ROMEO Romeo
19. S SIERRA Sierra
20. T TANGO Tenggo
21. U ULTRA Ultra
22. V VICTOR Viktor
23. W WHISKEY Wiski
24. X X - RAY X-Rei
25. Y YANKEE Yangki
26. Z ZEBRA Zebra

2. Daftar Singkatan yang Berlaku di RSUD Pandan


A CVD Cardio Vascular Diseases
AIDS Aquire Immunologi Diseases Syndrome CTEV Congenital Talipes Equino Varus
ADS Antibody Deficiency Syndrome CAVSD Cyanotic Heart Diseases
ASD Atrial Septal Defect CRF Chronic Renal Failure
ARF Acute Respiratory Failure CAPD Continuous Ambulatory Peritoneal Dialisa
ALL Acute Lymphoid Leukimia CC Commotio Cerebry
ARDS Adult Respiratory Distress syndrome CPD Cephalo Pelvic Disporpotion
AAT Atresia Ani Tinggi CT Scan Computerized Tomo Scanning
AB Abortus CVA Cerebro Vascular Accident
ABB Acute Bronchitis and Bronchilitis Ca Carcinoma
ABCB Acute Bronchiolitis Capillary Pneumonia CA Cardiac Arrest
Abd Abdomen CAD Coronary Artery Diseases
ACa Adeno carcinoma CAH Chronic Active Hepatitis
AHA Acquired Hemolitic Anemia CAHD Coronary Artherosclerosis Heart Diseases
AP Angina Pectoris CBA Chronic Bronchitis With Asthma
APP Apendisitis CC Common Cold
AF Atrial Fibrilasi CF Cystic Fibrosis
ASD Atrofi Serebri Disease CM Compos Mentis
APD Alat Pelindung Diri CHD Congenital Heart Disease
AH Anak Hidup CKD Coronary Kidney Disease
B CHF Congestive Heart Failure
BKB Batuk Kronik Berat CM Compos Mentis
BSO Bilateral Salpingooophorektomi D
BBLR Berat Badan Lahir Rendah DIC Diffuse Intravascular Coagulation
BP Bronchopneumonia DC Dillatse Curettage
BMJ Breast Milk Jaundice DCA Diare Cair Akut
BMP Bone Marrow Punction DBD Demam Berdarah Dengue
BPH Benigna Prostat Hypertropy DHF Dengue Hemorrhagic Fever
By. Bayi DM Diabetes Militus
BSK Batu Saluran Kemih DSS Dengues Shock Syndrome
BTA Basil Tahan Asam DoA Death on Arrival
BB Berat Badan DNA Deoxyribonucleic Acid
BHD Bantuan Hidup Dasar DCM Dilatation Cardiomyopathy
C DMG Diabetes Militus Gestational
CP Cerebral palsy DMK Diabetes Melitis Ketoacidosis
CDH Congenital Dislocation Hip DADS Diare Akut Dehidrasi Sedang
DA Dermatitis acute GCS Glasgow Coma Scale
DS Dermatitis seboroic H
DPJP Dokter Penanggung Jawab Pasien HIE Hypoxia Ischemic Enchephalopathy
DJJ Denyut Jantung Janin HMD Hyaline Membran Diseases
E HEG Hyper Emesis gravidarum
EKN Enterokolitis nekrotikans HPFH Heredutery Persistent Fetal Haemiglobine
ET Embrio Transfer HP Hyperemia Pulpa
ECG/EKG Electro Cardiogram HSV Herpes Symplex Visceral
EEG Electro Echography HAP Haemorrhagic Ante Partum
EMC Electro Myography HPP Haemorrhagic Post Partum
EMF Endomyocardial Fibrosis HCVD Hypertensive Cardiovaskular Diseases
EC Epistaxis Crónica HD Heart Diseases
EGD Esophago gastroduodenoskopi HF Heart Failure
Epis Episotomi HHD Hypertensive Heart Diseases
ELBW Extreem Low Birth Wight HNP Herniated Nucleus Pulpolus
ETT Endotracheal Tube HR Heart Rate
Exo Exodontia HRD Hypertension Renal Diseases
F HT Hyperplasia Thymus
FTT Failure to thrive (gagal tumbuh) HRB Hyper Active Bronchus
FAM Fibro Adenoma Mammae HIV Human Immunologic Virus
FHF Fulminant Hepatic Failure Ht Hipertensi
FA Faringitis akut HI Head Injury
Fx Fraktur I
G ITP Idiophatic Trombocytopenia Purpura
GNA Glomerulo Nephritis Acute IUD Intra Uterine Device
GER Gastro Esophageal Reflux ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Atas
GGK Gagal Ginjal Kronik IRDS Idiophatic Respiratory Distress Syndrome
GGA Gagal Ginjal Akut IUGR Intra Uterine Growth Retardation
GIT Gastro Intestinal Treact IDM Ibu dengan DM
GB Gall Bladder IVH Intra ventricular Haemorrhage
GE Gastro Enteritis ICH Intra Cranial Haemorrhage
GED Gastro Enteritis Dehidrasi IB Insect bile
GEA Gastro Enteritis Akut, diare cair akut (DCA) IDDM Irreversible Dufant Diabetic Melitus
Gyn Gynaecology IHD Ischemic Heart Diseases
GBS Guilan Bare Syndrome IM Intra Muscular
GDM Gestasional Diabetes Melitus IV Intra Vena
GO Gonococcal Infection ISK Infeksi Saluran kemih
GV Ganti Verban IUFD Intra Uterine Fetal Death
IVFD Intra Venous Food Drops NEC Necrotizing Enterocolitis
IVP Intra Venous Pyelography NHL Non Hodkin’s Lymphoma
ICU Intensif Care Unit NFt Neonatus Fullterm
K NGT Naso Gastric Tube
KMK Kurang Masa Kehamilan NS Neufrotic Syndrome
KET Kehamilan Ektopik Terganggu NH Nifas Hari ke-...
KC Ketoacidosis Coma O
KP Koch’s Pulmonum OA Osteo Arthrosis
KPD Ketuban Pecah Dini OS Orang Sakit
KR Kejang Rangsang OE Otitis Externa
KS Kejang Spontan OPU Ovum Pick up (pengambilan sel telur)
KDK Kejang Demam Kompleks OMA Otitis Media Acuta
KLL Kecelakaan Lalu Lintas OFP Other Food Poisoing
KB Keluarga Berencana OPID Other Protozoa Intestinal Diseases
KKP Kekurangan Kalori Protein ODHA Orang Dengan HIV Aids
KU Keadaan Umum OMP Otitis Media Purulent
KDR Keadaan Dalam Rahim OMSK Otitis Media Supuratifa Chronic
KTD Kejadian Tidak Diharapkan OAT Obat Anti TB
KTC Kejadian Tidak Cedera OMI Old Miocard Infark
KPC Kondisi Potensial Cedera OK Operatie Kamer
KNC Kejadian Nyaris Cedera P
M PH Pulmonal Hypertension
MAS Meconium Aspirasi Syndrome PFO Persistent Foramen Ovale
MOSF Multi Organ System failure PSA Posterior Sagital Anorectoplasty
MSA Membran Septum Aneurism PDA Patent Ductus Arterious
MOF Multi Organ Failure PFC Persistent Fetal Circulatory
Persistent Pulmonal Hypertensi in the
MRSA Methicillin Resistant Staph. Aureus PPHN Newborn
MBO Mati batang Otak (Brain Death) PAP Pintu Atas panggul
MCD Male Contraceptive Drug PJB Penyakit jantung Bawaan
MCI Myocardial Infarction PPM Placetal Praevia Margin
MM Melanoma Malignant PPP Placenta Praevia Partial
MV Mitral Valve PPT Placenta Praevia Total
MS Mitral Stenosis SPO2 Saturasi Oksigen
N PAS Pulmonary Arteri Stenosis
NIDDM Non Insulin Depend Diabetes Melitus PE Pleural Effusion
NKB Neonatus Kurang Bulan PFD Polyostotic Fibrous Dysplasia
NCB Neonatus Cukup Bulan PPROM Preterm Premature Rupture of Membranes
PA Patologi Anatomi PRC Packed Red Cell
PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Chronic
TF Tetralogy Fallot
(COPD) Obstructive Pulmonary Disease)
PK Presentasi Kepala TGA Total Great Anomaly
PTM Partus Tak Maju TIA Transient Ischemic Attack
PAPS Pulang Atas Permintaan Sendiri TOM Tuberculous Otitis Media
PBJ Pulang Berobat Jalan TN Tetanus Neonatorum
PJK Penyakit Jantung Koroner TIC Tekanan Intra Cranial
PBK Presentasi Belakang Kepala TD Tekanan Darah
PG Primi Gravida Temp. Temperature
PSP Partus Spontan U
R UTI Urinary Tract Infection
RDS Respiratory Distress Syndrome URI Upper Respiratory Infection
RTA Renal Tubular Asidosis UDT Undescended Testis
ROP Retinopathy of Prematurity USG Ultra Sono Graphy
RA Renal Artery URTI Upper Respiration Tract Infection
RAF Rhematoid Arthritis Factor UGD Unit Gawat Darurat
RD Respiratory Distress V
RF Renal Failure VSD Ventricular Septal Defect
RHD Respiratory Heart Distress VLBW Very Low Birth Weigh
RL Rumple Leed VAS Vertebral Artery Syndrome
RL Ringer Lactat VE Vacuum Extractie
RPO Riwayat Pemakaian Obat VE Varices Esophagus
RPT Riwayat Penyakit Terdahulu VER Visum et Repertum
RR Respiratory Rate VL Vulnus Laceratum
S VK Verlos Kamer
SC Sectio Caesarea VES Ventricel Escape Sistole
SNNT Struma Nodusa Non Toksik VT Vaginal Touche
SMK Sesuai Usia Kehamilan W
SH Sirosis Hepatis WSD Water Seal Drainage
Sens Sensoris WTH Wound Toilet Hechting
T
TB Paru Tuberculosis Paru
TTN Transitory Tachipnoe of Newborn
TORCH Toxoplasmosis Rubella Caw Herpes
TOF Tetralogy of Fallot
TEN Toxic Epidermal Necrolysis
TAK Tak ada Kelainan

3. Daftar Nilai Kritis di RSUD Pandan


Daftar Nilai Kritis RadiologiDokumentasi komunikasi yang efektif dituangkan dalam :
6. Daftar Alphabet yang Berlaku di RSUD Pandan
7. Daftar Singkatan yang Berlaku di RSUD Pandan
8. Daftar Nilai Kritis di RSUD Pandan
9. Stempel Konfirmasi pada Berkas Rekam Medik Pasien
10. Formulir Pasien Terintegrasi dimana dicatat semua instruksi yang diterima baik lisan
maupun via alat komunikasi

4. Daftar Alphabet yang Berlaku di RSUD Pandan

NO HURUF TELEPON PENGUCAPAN


1. A ALPHA Alfa
2. B BRAVO Bravo
3. C CHARLIE Carli
4. D DELTA Delta
5. E ECHO Eko
6. F FANTA Fanta
7. G GOLF Golf
8. H HOTEL Hotel
9. I INDIA India
10. J JULIET Juliet
11. K KILO Kilo
12. L LIMA Lima
13. M MAMA Mama
14. N NOVEMBER November
15. O OSCAR Oskar
16. P PAPA Papa
17. Q QUEEN Kuin
18. R ROMEO Romeo
19. S SIERRA Sierra
20. T TANGO Tenggo
21. U ULTRA Ultra
22. V VICTOR Viktor
23. W WHISKEY Wiski
24. X X - RAY X-Rei
25. Y YANKEE Yangki
26. Z ZEBRA Zebra

5. Daftar Singkatan yang Berlaku di RSUD Pandan


A CVD Cardio Vascular Diseases
AIDS Aquire Immunologi Diseases Syndrome CTEV Congenital Talipes Equino Varus
ADS Antibody Deficiency Syndrome CAVSD Cyanotic Heart Diseases
ASD Atrial Septal Defect CRF Chronic Renal Failure
ARF Acute Respiratory Failure CAPD Continuous Ambulatory Peritoneal Dialisa
ALL Acute Lymphoid Leukimia CC Commotio Cerebry
ARDS Adult Respiratory Distress syndrome CPD Cephalo Pelvic Disporpotion
AAT Atresia Ani Tinggi CT Scan Computerized Tomo Scanning
AB Abortus CVA Cerebro Vascular Accident
ABB Acute Bronchitis and Bronchilitis Ca Carcinoma
ABCB Acute Bronchiolitis Capillary Pneumonia CA Cardiac Arrest
Abd Abdomen CAD Coronary Artery Diseases
ACa Adeno carcinoma CAH Chronic Active Hepatitis
AHA Acquired Hemolitic Anemia CAHD Coronary Artherosclerosis Heart Diseases
AP Angina Pectoris CBA Chronic Bronchitis With Asthma
APP Apendisitis CC Common Cold
AF Atrial Fibrilasi CF Cystic Fibrosis
ASD Atrofi Serebri Disease CM Compos Mentis
APD Alat Pelindung Diri CHD Congenital Heart Disease
AH Anak Hidup CKD Coronary Kidney Disease
B CHF Congestive Heart Failure
BKB Batuk Kronik Berat CM Compos Mentis
BSO Bilateral Salpingooophorektomi D
BBLR Berat Badan Lahir Rendah DIC Diffuse Intravascular Coagulation
BP Bronchopneumonia DC Dillatse Curettage
BMJ Breast Milk Jaundice DCA Diare Cair Akut
BMP Bone Marrow Punction DBD Demam Berdarah Dengue
BPH Benigna Prostat Hypertropy DHF Dengue Hemorrhagic Fever
By. Bayi DM Diabetes Militus
BSK Batu Saluran Kemih DSS Dengues Shock Syndrome
BTA Basil Tahan Asam DoA Death on Arrival
BB Berat Badan DNA Deoxyribonucleic Acid
BHD Bantuan Hidup Dasar DCM Dilatation Cardiomyopathy
C DMG Diabetes Militus Gestational
CP Cerebral palsy DMK Diabetes Melitis Ketoacidosis
CDH Congenital Dislocation Hip DADS Diare Akut Dehidrasi Sedang
DA Dermatitis acute GCS Glasgow Coma Scale
DS Dermatitis seboroic H
DPJP Dokter Penanggung Jawab Pasien HIE Hypoxia Ischemic Enchephalopathy
DJJ Denyut Jantung Janin HMD Hyaline Membran Diseases
E HEG Hyper Emesis gravidarum
EKN Enterokolitis nekrotikans HPFH Heredutery Persistent Fetal Haemiglobine
ET Embrio Transfer HP Hyperemia Pulpa
ECG/EKG Electro Cardiogram HSV Herpes Symplex Visceral
EEG Electro Echography HAP Haemorrhagic Ante Partum
EMC Electro Myography HPP Haemorrhagic Post Partum
EMF Endomyocardial Fibrosis HCVD Hypertensive Cardiovaskular Diseases
EC Epistaxis Crónica HD Heart Diseases
EGD Esophago gastroduodenoskopi HF Heart Failure
Epis Episotomi HHD Hypertensive Heart Diseases
ELBW Extreem Low Birth Wight HNP Herniated Nucleus Pulpolus
ETT Endotracheal Tube HR Heart Rate
Exo Exodontia HRD Hypertension Renal Diseases
F HT Hyperplasia Thymus
FTT Failure to thrive (gagal tumbuh) HRB Hyper Active Bronchus
FAM Fibro Adenoma Mammae HIV Human Immunologic Virus
FHF Fulminant Hepatic Failure Ht Hipertensi
FA Faringitis akut HI Head Injury
Fx Fraktur I
G ITP Idiophatic Trombocytopenia Purpura
GNA Glomerulo Nephritis Acute IUD Intra Uterine Device
GER Gastro Esophageal Reflux ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Atas
GGK Gagal Ginjal Kronik IRDS Idiophatic Respiratory Distress Syndrome
GGA Gagal Ginjal Akut IUGR Intra Uterine Growth Retardation
GIT Gastro Intestinal Treact IDM Ibu dengan DM
GB Gall Bladder IVH Intra ventricular Haemorrhage
GE Gastro Enteritis ICH Intra Cranial Haemorrhage
GED Gastro Enteritis Dehidrasi IB Insect bile
GEA Gastro Enteritis Akut, diare cair akut (DCA) IDDM Irreversible Dufant Diabetic Melitus
Gyn Gynaecology IHD Ischemic Heart Diseases
GBS Guilan Bare Syndrome IM Intra Muscular
GDM Gestasional Diabetes Melitus IV Intra Vena
GO Gonococcal Infection ISK Infeksi Saluran kemih
GV Ganti Verban IUFD Intra Uterine Fetal Death
IVFD Intra Venous Food Drops NEC Necrotizing Enterocolitis
IVP Intra Venous Pyelography NHL Non Hodkin’s Lymphoma
ICU Intensif Care Unit NFt Neonatus Fullterm
K NGT Naso Gastric Tube
KMK Kurang Masa Kehamilan NS Neufrotic Syndrome
KET Kehamilan Ektopik Terganggu NH Nifas Hari ke-...
KC Ketoacidosis Coma O
KP Koch’s Pulmonum OA Osteo Arthrosis
KPD Ketuban Pecah Dini OS Orang Sakit
KR Kejang Rangsang OE Otitis Externa
KS Kejang Spontan OPU Ovum Pick up (pengambilan sel telur)
KDK Kejang Demam Kompleks OMA Otitis Media Acuta
KLL Kecelakaan Lalu Lintas OFP Other Food Poisoing
KB Keluarga Berencana OPID Other Protozoa Intestinal Diseases
KKP Kekurangan Kalori Protein ODHA Orang Dengan HIV Aids
KU Keadaan Umum OMP Otitis Media Purulent
KDR Keadaan Dalam Rahim OMSK Otitis Media Supuratifa Chronic
KTD Kejadian Tidak Diharapkan OAT Obat Anti TB
KTC Kejadian Tidak Cedera OMI Old Miocard Infark
KPC Kondisi Potensial Cedera OK Operatie Kamer
KNC Kejadian Nyaris Cedera P
M PH Pulmonal Hypertension
MAS Meconium Aspirasi Syndrome PFO Persistent Foramen Ovale
MOSF Multi Organ System failure PSA Posterior Sagital Anorectoplasty
MSA Membran Septum Aneurism PDA Patent Ductus Arterious
MOF Multi Organ Failure PFC Persistent Fetal Circulatory
Persistent Pulmonal Hypertensi in the
MRSA Methicillin Resistant Staph. Aureus PPHN Newborn
MBO Mati batang Otak (Brain Death) PAP Pintu Atas panggul
MCD Male Contraceptive Drug PJB Penyakit jantung Bawaan
MCI Myocardial Infarction PPM Placetal Praevia Margin
MM Melanoma Malignant PPP Placenta Praevia Partial
MV Mitral Valve PPT Placenta Praevia Total
MS Mitral Stenosis SPO2 Saturasi Oksigen
N PAS Pulmonary Arteri Stenosis
NIDDM Non Insulin Depend Diabetes Melitus PE Pleural Effusion
NKB Neonatus Kurang Bulan PFD Polyostotic Fibrous Dysplasia
NCB Neonatus Cukup Bulan PPROM Preterm Premature Rupture of Membranes
PA Patologi Anatomi PRC Packed Red Cell
PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Chronic TF Tetralogy Fallot
(COPD) Obstructive Pulmonary Disease)
PK Presentasi Kepala TGA Total Great Anomaly
PTM Partus Tak Maju TIA Transient Ischemic Attack
PAPS Pulang Atas Permintaan Sendiri TOM Tuberculous Otitis Media
PBJ Pulang Berobat Jalan TN Tetanus Neonatorum
PJK Penyakit Jantung Koroner TIC Tekanan Intra Cranial
PBK Presentasi Belakang Kepala TD Tekanan Darah
PG Primi Gravida Temp. Temperature
PSP Partus Spontan U
R UTI Urinary Tract Infection
RDS Respiratory Distress Syndrome URI Upper Respiratory Infection
RTA Renal Tubular Asidosis UDT Undescended Testis
ROP Retinopathy of Prematurity USG Ultra Sono Graphy
RA Renal Artery URTI Upper Respiration Tract Infection
RAF Rhematoid Arthritis Factor UGD Unit Gawat Darurat
RD Respiratory Distress V
RF Renal Failure VSD Ventricular Septal Defect
RHD Respiratory Heart Distress VLBW Very Low Birth Weigh
RL Rumple Leed VAS Vertebral Artery Syndrome
RL Ringer Lactat VE Vacuum Extractie
RPO Riwayat Pemakaian Obat VE Varices Esophagus
RPT Riwayat Penyakit Terdahulu VER Visum et Repertum
RR Respiratory Rate VL Vulnus Laceratum
S VK Verlos Kamer
SC Sectio Caesarea VES Ventricel Escape Sistole
SNNT Struma Nodusa Non Toksik VT Vaginal Touche
SMK Sesuai Usia Kehamilan W
SH Sirosis Hepatis WSD Water Seal Drainage
Sens Sensoris WTH Wound Toilet Hechting
T
TB Paru Tuberculosis Paru
TTN Transitory Tachipnoe of Newborn
TORCH Toxoplasmosis Rubella Caw Herpes
TOF Tetralogy of Fallot
TEN Toxic Epidermal Necrolysis
TAK Tak ada Kelainan
-
ANATOMI JENIS
KATEGORI HASIL KRITIS
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
- Perdarahan intra
Cerebral/intracranial akibat
Kepala CT-Scan stroke atau trauma
- Fraktur impresi yang
menekan otak.
Trauma abdomen dengan curiga
CT-Scan
Abdomen ada perdarahan dan laserasi
Abdomen
organ.
Fraktur ekstremitas dengan
Foto kekwatiran robekan pada
Ekstremitas
Konvensional pembuluh darah besar.
- Trauma thorax curiga
perdarahan dan laserasi paru.
- Pleura efusi massif
Foto - Tension pneumothorax
Thorax
Thorax - Tension Hydropneumothorax
- Fraktur costae yang
menimbulkan
perdarahan(Haemothorax).
Foto - Udara bebas di abdomen.
Abdomen - Obstruksi Usus
Abdomen
- Nilai Kritis Laboratorium

Nama Nilai Kritis


Kategori NILAI NORMAL
Pemeriksaan (Pemberitahuan Segera )
Darah lengkap Tinggi ( > 60 %)
Hematokrit Rendah (< 20 %) 43-49 %
Penurunan signifikan (10 %)
Tinggi ( >20 g/dl) Laki-laki 13.0-17.0g%
Rendah (<7 g/dl) Perempuan 12.0-16.0g%
Haemoglobin
Penurunan signifikan (> 3
g/dl)
Jumlah Tinggi ( >1000 103/mm3)
Trombosit Rendah (< 100 103/mm3) 150 -450 103 /mm3
Tinggi ( 35 103/mm3)
Leukosit Rendah (2 103/mm3 4.5 – 11.0 103 / mm3
Faal Hati Bilirubin Total Tinggi > 15 mg/dl < 1 mg/dl
Bilirubin Direk Tinggi > 9 mg/dl 0 – 0.2 mg/dl
SGOT Tinggi > 500 U/dl < 38 mg/dl
SGPT Tinggi > 500 U/dl < 41 mg/dl
Albumin Rendah ( < 2.5 g/dl) 3.4 -7.4 mg/dl
Imunoserologi IgG/IgM Positif Negatif
HIV Screening Reaktif Negatif
Parasit Darah Plasmodium Positif Negatif
ICT Malaria Positif Negatif
Test Gula Glukosa Puasa /
Tinggi > 500 mg/dl < 200 mg/dl
Darah 2 jam pp
Glukosa
Rendah < 60 mg/dl 70 – 120 mg/dl
Adrandum
Faal Ginjal Ureum Tinggi ( > 100 mg/dl) < 50 mg/ dl
Kreatinin Tinggi ( > 4 mg/dl) 0.70 – 1.20 mg/dl
Laki-laki <7.0 mg/dl
As. Urat Tinggi (> 15 mg/dl) Perempuan < 5.7
mg/dl
Mikrobiologi Sputum BTA Positif Negatif
BAB V
PENUTUP

Buku panduan komunikasi efektif ini adalah upaya perencanaan, pelaksanaan,


monitoring dan evaluasi kegiatan komunikasi efektif di Rumah Sakit Umum Daerah
PANDAN terhadap pencapaian visi, misi serta rencana dan strategi rumah sakit yang telah
ditetapkan sebelumnya, sehingga dengan adanya buku panduan komunikasi efektif ini
diharapkan mampu memberikan gambaran terhadap arah kebijakan perencanaan dan
pelaksanaan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah PANDAN untuk periode tahun
berikutnya, serta mengupayakan peningkatan pencitraan dan bermutu dengan tetap
mengutamakan keselamatan pasien sebagai dasar pelaksanaan pelayanan.

DIREKTUR RSUD PANDAN


KABUPATEN TAPANULI TENGAH

dr. SRI INDRA SUSILO


PEMBINA
NIP. 19660202 200212 1 004

Anda mungkin juga menyukai