Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS VEGETASI TANAMAN DI terjadi pada Gunung Merapi.

Erupsi ini
TAMAN NASIONAL GUNUNG memberikan dampak langsung terhadap
MERAPI lingkungan di sekitar Gunung Merapi berupa
kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh
lahar, awan panas dan debu vulkanik dalam
PENDAHULUAN jumlah yang sangat besar.

Perkembangan sains di zaman modern atau Penelitian dilakukan di sekitar daerah


era Revolusi Industri 4.0, khususnya bidang kawasan Petilasan Mbah Maridjan dan
seputar biologi, tidak bisa lepas dari karakteristik tumbuhan sangat didominasi
pengaruh perubahan kondisi alam semesta oleh vegetasi lantai. Vegetasi lantai adalah
yang bersifat komplementer dan istilah bagi spesies tumbuhan penyusun
kompreherensif antara suatu peristiwa vegetasi (hutan) yang tumbuh di bawah
dengan peristiwa lain dalam suatu dimensi tutupan pohon dominan. Vegetasi lantai
ruang dan waktu tertentu. Hal ini juga sejalan terdiri atas tumbuhan dengan bentuk hidup
dengan cara pandang dan sikap manusia semak, herba, dan rumput. Vegetasi lantai
terhadap alam yang semakin maju kondisi memiliki peran penting memberi sumbangan
zaman membuat manusia kurang begitu penting bagi keseimbangan sebuah ekositem,
memelihara , tetapi merusak lingkungan alam sebagai sumber hara habitat, habitat bagi
sekitar sehingga mengakibatkan terjadinya serangga, burung, dan mamalia, dan
ketidakseimbangan ekosistem. (Subiantoro kelimpahan serta komposisinya
& Handziko, 2011) mempengaruhi beberapa proses ekologis,
termasuk kebakaran dan erosi (Smith, dalam
Gunung Merapi memiliki ketinggian 2.968 Purnomo).
meter di atas permukaan laut (mdpl)
merupakan salah satu diantara gunung berapi METODELOGI PENELITIAN
aktif di Indonesia dan merupakan dan
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
termasuk dalam deretan Ring of Fire yang
Penelitian ini dilakukan pada hari Jumat, 11
terletak di sisi selatan kepulauan Nusantara
Oktober 2019. Lokasi penelitian dilakukan di
(Pulau Jawa). Lereng sisi selatan berada
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi,
dalam administrasi Kabupaten Sleman,
tepatnya di Dusun Kinahrejo, Kec.
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya
Cangkringan, Kab. Sleman, DIY .
berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah,
Identifikasi tanaman dilakukan di Fakultas
yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat,
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur,
(FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta.
serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara.
Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi
2.2 Alat dan bahan
kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
sejak tahun 2004. (Subiantoro & Handziko
terdiri dari thermometer, lux meter,
dalam Purnomo (2016). Gunung Merapi
anemometer, hygrometer, soil tester,
secara berkala mengalami erupsi seperti yang
meteran, kamera handphone, tali rafia, patok,
terjadi pada tahun 2006 dan 2010. Erupsi
gunting, dan alat tulis. Bahan yang digunakan
Gunung Merapi yang terjadi pada Oktober
dalam penelitian ini adalah vegetasi
2010 merupakan erupsi terbesar yang pernah
tumbuhan di lokasi Taman Nasional Gunung
Merapi Dusun Kinahrejo. HASIL DAN PEMBAHASAN
Whitmore (1975) menyatakan tingginya nilai
2.3 Metode
frekuensi relatif suatu jenis merupakan suatu
Dalam penelitian ini dilakukan analisis
petunjuk bahwa jenis tersebut penyebarannya
vegetasi dengan pembuatan petak kuadrat
luas, dan Muhdi dkk (2008), menyatakan
ukuran 7x7 m sebanyak 2 kali sehingga
bahwa Indeks Nilai Penting (INP) dapat
dihasilkan luas area sejumlah 98m2. Metode
digunakan untuk mengetahui dominansi
Analisis vegetasi yang digunakan dalam
spesies dalam komunitas tumbuhan yang
penelitian ini adalah pengamatan, dan
diteliti. Indeks Nilai Penting (INP) digunakan
pemantauan (observasi lapangan) secara
sebagai besaran yang menunjukkan
langsung dengan random sampling dan
kedudukan suatu jenis terhadap jenis lain
menggunakan prinsip representative. Jenis-
dalam suatu komunitas. Makin besar INP
jenis dan persentase penutupan kanopi setiap
suatu jenis, maka peranannya dalam
jenis tumbuhan yang ada di tiap plot dicatat.
komunitas tersebut semakin penting.
Kondisi lingkungan berupa suhu udara,
(Marpaung, 2016)
kelembapan, kecepatan angin dan intensitas
cahaya di setiap plot diukur menggunakan
alat ukur edafik.
Tabel 1. Data Hasil Perhitungan Dominansi
Struktur Absolut, Dominansi Relatif,
Untuk mengetahui struktur vegetasi perlu Densitas Absolut, Densitas
diketahui sejumlah karakteristik vegetasi Relatif, Frekuensi Absolut,
yang meliputi frekuensi, dominansi, densitas, Frekuensi Relatif, dan Indeks
dan nilai penting dari masing-masing jenis Nilai Penting pada seluruh
dengan menggunakan rumus sebagai berikut: masing-masing spesies di setiap
habitus
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑛𝑜𝑝𝑖 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡


𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = ×
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡
100%

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡

𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡


𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡


𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡


𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = ×
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡
100%

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 = 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 +


𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 + 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
Dominansi Dominansi Densitas Densitas Frekuensi Frekuensi Nilai
Jenis
Absolut Relatif Absolut Relatif Absolut Relatif Penting
Lumut-Lichen
Parmelia saxatilis 0,039 16,53% 0,327 64,00% 0,5 33,33% 113,87%
Dricanella subulata 0,198 83,12% 0,102 20,00% 0,5 33,33% 136,46%
Salix alba L. 0,001 0,34% 0,082 16,00% 0,5 33,33% 49,68%
Jumlah total 0,238 100,00% 0,510 100,00% 1,5 100,00% 300,00%
Herba
Anaphalis javanica 0,032 22,93% 0,122 60% 0,5 25% 107,93%
Sorgum halepense 0,001 0,39% 0,020 10% 0,5 25% 35,39%
Cyantea borbonica 0,005 3,28% 0,020 10% 0,5 25% 38,28%
Dryopteris marginalis 0,104 73,40% 0,041 20% 0,5 25% 118,40%
Jumlah total 0,141 100,00% 0,204 100,00% 2 100% 300,00%
Tegakan
Tamarindus indica 0,733 97,87% 0,020 8,33% 0,5 33,33% 139,54%
Psidium guajava 0,003 0,38% 0,020 8,33% 0,5 33,33% 42,05%
Persicaria capitata 0,013 1,74% 0,204 83,33% 0,5 33,33% 118,41%
Jumlah total 0,749 100,00% 0,245 100,00% 1,5 100,00% 300,00%
Semak
Agrimonia eupatoria 0,000 0,02% 0,020 0,65% 0,5 4,17% 4,83%
kelas Poaceae 0,042 3,72% 0,122 3,87% 0,5 4,17% 11,76%
Cornus canandensis 0,009 0,80% 0,020 0,65% 0,5 4,17% 5,61%
Oxalis curniculata 0,013 1,15% 0,020 0,65% 0,5 4,17% 5,96%
Smilax aspera 0,004 0,40% 0,041 1,29% 0,5 4,17% 5,86%
Amorpha fusticosa 0,145 12,89% 0,020 0,65% 0,5 4,17% 17,70%
Ageratina riparia 0,126 11,18% 0,143 4,52% 0,5 4,17% 19,86%
Vinca major 0,017 1,47% 0,041 1,29% 0,5 4,17% 6,93%
Hypoestes
phyllostachya 0,003 0,31% 0,061 1,94% 0,5 4,17% 6,41%
Phaseolus vulgaris 0,003 0,31% 0,102 3,23% 0,5 4,17% 7,70%
Lonicera japonica 0,010 0,87% 0,020 0,65% 0,5 4,17% 5,68%
Erigon canadensis 0,003 0,31% 0,041 1,29% 0,5 4,17% 5,77%
Lantana camara 0,154 13,74% 0,041 1,29% 0,5 4,17% 19,20%
Anaphalis longifolia 0,037 3,28% 0,082 2,58% 0,5 4,17% 10,03%
Althernantera
brasiliana 0,002 0,16% 0,102 3,23% 0,5 4,17% 7,55%
Eupotarium inuliforium 0,002 0,16% 0,082 2,58% 0,5 4,17% 6,91%
Caltha palustris 0,000 0,00% 0,041 1,29% 0,5 4,17% 5,46%
Cynodon dactilon 0,206 18,38% 1,102 34,84% 0,5 4,17% 57,38%
Athyrium filix-femina L 0,175 15,60% 0,878 27,74% 0,5 4,17% 47,51%
Carex pendula 0,010 0,87% 0,020 0,65% 0,5 4,17% 5,68%
Melastoma
malabathricum 0,102 9,10% 0,102 3,23% 0,5 4,17% 16,49%
Trema tomentosa 0,013 1,16% 0,020 0,65% 0,5 4,17% 5,97%
Phytoacca americana 0,027 2,40% 0,020 0,65% 0,5 4,17% 7,21%
0,019 1,73% 0,020 0,65% 0,5 4,17% 6,54%
Jumlah total 1,123 100,00% 3,163 100,00% 12 100,00% 300,00%
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada yang panas, dan kelembaban tanah yang
Jum’at, 11 Oktober 2019 di Kinahrejo, rendah sehingga tanaman tersebut memiliki
Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta diperoleh nilai mutlak tertinggi atau paling
hasil yaitu INP tertinggi terdapat pada spesies mendominasi pada area pengamatan.
Tamarincus indica sebesar 139,54% dan Sedangkan INP terendah terdapat pada spesie
terdapat pada habitus tegakan. Oi sebesar 4.81% dan terdapat pada habitus
semak. Berdasarkan uraian diatas Oi tidak
Tamarindus indica sesuai dibudidayakan di
dapat tumbuh dengan baik karena kondisi
daerah tropis, tanaman ini bisa hidup di
lingkungan abiotik yang terukur berupa suhu
tempat yang suhu udaranya sekitar 45 °C,
tanah, intensitas cahaya, suhu udara, pH
dapat tumbuh di kisaran tipe tanah yang luas
tanah dan kelembaban udara tidak sesuai
dan perawatannya tidak terlalu rumit.
dengan kondisi umum tumbuh, sehingga
Tamarindus indica atau disebut juga asam
hanya sedikit persebaran ditemukan.
jawa termasuk jenis tanaman yang memiliki
akar yang bisa mencapai tanah cukup dalam,
tahan terhadap kekeringan dan angin
kencang, dan menghasilkan buah yang
banyak jika hidupnya di daerah dengan
periode kering yang cukup panjang
(Divakara, 2008). Asam jawa juga
merupakan tanaman meliar yang tumbuh di
hutan-hutan dan savana. Pohon asam dapat
tumbuh baik hingga ketinggian 1.000 m –
1.500 mdpl, pada tanah berpasir atau tanah
liat, khususnya di wilayah yang musim
keringnya jelas dan cukup panjang.
KETENTUAN
Adapun hasil pengukuran klimatik dan edafik
pada area pengamatan didapatkan data Sitasi nya harus pakai Mendeley
sebagai berikut : Minimal sitasi 15 dan minimal 2015-
- Suhu udara : 37,2°C sekarang
- Kelembaban : 36 Dibawah 2015 tdk dihitung sitasi
- Intensitas cahaya : 665 lux
- Arah angin : Dari utara ke Timur
- PH tanah : 7 YANG DIBAHAS !!!
- Kelembaban tanah : 1 - daerah e
- Tekstur tanah : kering dan berpasir
- pengertian nilai penting
Dari hasil pengukuran ini didapatkan
- sek nilai penting e duwur opo wae
hasil bahwa kondisi alam pada area
pengamatan sangat mendukung pertumbuhan - abiotik e (edafik dkk)
tanaman Tamarindus indica yaitu tekstur
- indeks shanon ming disinggung teorine
tanah yang kering dan berpasir, suhu udara
tok 😂 bingung le mengaplikasikan

Anda mungkin juga menyukai