Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkam oleh suatu proses

ekstrakranium (Budiman, 2006). Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi

anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (NANDA NIC-NOC, 2013).


Kejang demam memerlukan pertolongan segera, pengelolaan yang tepat

sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan

bangkitan kejang yang sering. Pertolongan pertama dalam upaya mencegah

kejang demam sangat penting untuk mencegah terjadinya cedera dan

komplikasi yang serius pada anak, namun yang menjadi permasalahan adalah

banyak ibu atau keluarga yang kurang tahu tentang pertolongan pertama kejang

demam (Candra, 2009). Sehingga, diperlukan pendidikan kesehatan untuk

meningkatkan sikap positif dalam pertolongan pertama kejang demam.


Pendidikan Kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya,

pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui

bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau

mencegah hal – hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang

lain, kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2012).
Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus/objek, manifestasi sikap itu tidak dapat

langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

1
2

yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmojo, 2007).


Di Indonesia pada tahun 2013-2014 dilaporkan kejadian kejang demam 5-

6% dari anak yang berusia 6 bulan – 5 tahun. Data dari Dinas Kesehatan Jawa

Timur pada tahun 2014 menunjukkan prevalence kasus kejang demam yaitu 3-

4% dari anak yang berusia 6 bulan – 5 tahun sedangkan dari pengambilan data

daerah Tulungagung kejadian kejang demam sekitar 2-3% pada usia 6 bulan –

5 tahun. Berdasarkan data balita yang ada di wilayah Karangrejo pada tahun

2016 kejadian kejang demam meningkat dalam 6 bulan terakhir. Pernyataan ini

diperkuat dengan adanya data balita yang mengalami kejang demam pada

bulan juli sampai Desember 2015 sebanyak 5 kasus kejang demam dan di

tahun 2016 bulan januari sampai Juni sebanyak 9 kasus kejang demam

(Puskesmas, 2016). Sedangkan berdasarkan study pendahuluan yang peneliti

lakukan dalam melakukan wawancara dengan ibu balita di posyandu desa

Karangrejo bahwa dari kurang lebih 20 ibu belum mengetahui bagaimana

pertolongan pertama kejang demam di rumah saat anak mengalami kejang

demam. Hal ini mengindikasikan bahwa masih rendahnya pengetahuan ibu

dalam penanganan pertama pada anak kejang demam.


Rendahnya pengetahuan ibu tentang penyebab kejang demam dapat

menimbulkan beberapa masalah serius. Diliat dari mekanisme kejang demam

sendiri bahwa penyebab utama kejang pada anak adalah ketidakseimbangan

potensial membran neuron yang diakibatkan kekurangan oksigen dalam otak.

Mengingat bahwasanya bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting

adalah glukosa dan oksigen, sehingga apabila kebutuhan oksigen tidak


3

terpenuhi maka keseimbangan potensial aksi akan terjadi dan dapat

menyebabkan kejang. Selanjutnya kejang tersebut dapat menyebabkan

kerusakan pada sel – sel syaraf, dari sini inilah kedepannya akan timbul

gangguan mental seperti gangguan pada IQ anak. Disamping itu anak kejang

demam biasanya disertai dengan lidah jatuh kebelakang apabila tidak

mendapatkan pertolongan yang tidak benar maka akan berdampak menutupi

jalan nafas yang menyebabkan gangguan pernapasan atau henti nafas. Selain

itu dampak dari kejang yang lain adalah kejang demam berulang, kerusakan

neuron otak, epilepsi, sampai hemiparesis (Wong, 2009).


Untuk membentuk sikap ibu yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan

yang baik dalam penanganan pertolongan pertama kejang demam di rumah

dapat diperoleh dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada ibu balita

yang mengalami kejang demam.


Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Pertolongan Pertama Kejang

Demam terhadap Sikap Ibu dalam Pengelolaan Kejang Demam pada Balita di

Posyandu Desa Karangrejo”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka rumusan

masalahnya adalah “ Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang

pertolongan pertama kejang demam terhadap sikap ibu dalam pengelolaan

kejang demam pada balita di posyandu desa Karangrejo? “

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pertolongan

pertama kejang demam terhadap sikap ibu dalam pengelolaan kejang

demam pada balita di posyandu desa Karangrejo.


4

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi sikap ibu dalam pengelolaan kejang demam pada

balita sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pertolongan

pertama kejang demam di posyandu desa Karangrejo.


b. Mengidentifikasi sikap ibu dalam pengelolaan kejang demam pada

balita sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pertolongan

pertama kejang demam di posyandu desa Karangrejo.


c. Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan tentang pertolongan

pertama kejang demam terhadap sikap ibu dalam pengelolaan kejang

demam pada balita di posyandu desa Karangrejo.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan keilmuan di bidang

perawatan yang berkaitan dengan pengaruh pendidikan kesehatan tentang

pertolongan pertama terhadap sikap ibu dalam pengelolaan kejang demam

pada balita.
2. Secara Praktis
a. Bagi Posyandu
Memberikan masukan bagi posyandu tentang pentingnya pendidikan

kesehatan tentang pertolongan pertama kejang demam pada balita

sehingga meningkatkan efektifitas perawatan.


b. Bagi ibu balita
Diharapkan ibu mampu melakukan pengelolaan pertolongan pertama

kejang demam pada balita sehingga tidak akan terjadi resiko kejang

berulang jika tidak ada riwayat kejang dalam keluarganya.


c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan

penelitian lebih lanjut yang berkitan dengan pengaruh pendidikan

kesehatan tentang pertolongan pertama kejang demam terhadap sikap


5

ibu dalam pengelolaan kejang demam sehingga nantinya dapat

diterapkan di dalam keluarganya atau di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai