Anda di halaman 1dari 24

Manfaat Terapi Hormon untuk Kanker Payudara

Secara umum, manfaat terapi hormon untuk kanker payudara adalah:

Menghambat pertumbuhan sel kanker.

Mengurangi risiko penyebaran sel kanker ke jaringan lain.

Mengurangi ukuran tumor di payudara sebelum operasi.

Selain itu, pemberian terapi hormon juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan seseorang
mengalami kanker payudara kembali pascapengobatan.

Penting untuk diketahui bahwa tidak semua orang cocok menggunakan terapi hormon. Terapi ini lebih
sesuai untuk penderita dengan kondisi kanker payudara dengan jenis sel kanker yang memiliki reseptor
positif terhadap hormon. Baik hormon estrogen maupun progesteron, keduanya dapat merangsang
pertumbuhan sel kanker payudara.

Sebagian besar penderita kanker payudara memiliki sel kanker reseptor estrogen positif, yang disebut
sebagai ER positif (estrogen receptor-positive). Sedangkan kanker payudara yang memberi respons
terhadap perubahan kadar hormon progesteron disebut sebagai PR positif (progesterone receptor-
positive). Pada beberapa kasus, seorang penderita kanker payudara bisa memiliki kedua reseptor
tersebut.

Jenis terapi hormon yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis kanker yang diderita, stadium kanker,
dan kondisi fisik penderita secara umum.

Jenis-Jenis Terapi Hormon untuk Kanker Payudara

Setidaknya ada dua jenis terapi hormon yang biasanya digunakan dalam pengobatan kanker payudara.
Yang pertama jenis terapi hormon berupa obat yang membuat hormon estrogen dan progesteron
berhenti membantu pertumbuhan sel-sel kanker payudara, di antaranya:

Selective estrogen receptor modulators (SERMs)


SERMs merupakan pengobatan yang mencegah sel-sel kanker payudara menyerap estrogen. Obat SERMs
yang paling umum digunakan meliputi:

Tamoxifen, bekerja dengan cara menghentikan hormon estrogen yang mengikat sel. Tujuannya, agar
kanker tidak tumbuh dan membelah diri. Menurut penelitian, mengonsumsi tamoxifen selama 5 hingga
10 tahun dapat memperpanjang usia hidup. Kanker payudara juga cenderung tidak akan kambuh lagi.

Toremifene, direkomendasikan untuk pasien yang sudah mengonsumsi Tamoxifen namun hasilnya tidak
memuaskan. Obat jenis ini hanya disetujui untuk mengobati kanker payudara yang telah menyebar ke
bagian lain dari tubuh.

Fulvestrant, biasanya digunakan untuk mengobati kanker payudara stadium lanjut.

Aromatase inhibitors (Als)

Obat ini digunakan untuk mencegah jaringan lemak dalam memproduksi estrogen tapi tidak mencegah
produksi estrogen dari ovarium. Sehingga AIs dianggap hanya efektif diterapkan untuk wanita
pascamenopause.

Kemudian yang kedua, jenis terapi hormon berupa obat-obatan atau tindakan operasi untuk
menghentikan produksi hormon dari ovarium, misalnya:

Luteinizing hormone-releasing hormones (LHRH)

Obat ini diberikan untuk menghentikan produksi hormon estrogen dari ovarium. Menstruasi akan
berhenti selama menjalani pengobatan ini.

Ovarian ablation

Jenis terapi hormon ini dapat menjadi pilihan bagi wanita yang belum mengalami menopause. Ovarian
ablation dilakukan dengan cara mengangkat atau menutup ovarium sehingga produksi estrogen
berhenti.

Pada kondisi tertentu, kedua jenis terapi hormon dapat dikombinasikan. Perlu diperhatikan, agar efektif
terapi ini harus memengaruhi kadar hormon dalam tubuh, sehingga dapat memengaruhi siklus
menstruasi. Khususnya bagi yang mendapat pengobatan untuk menghentikan produksi hormon, akan
mengalami menopause.

Selain memengaruhi menstruasi, terapi hormon juga dapat menimbulkan efek samping, seperti
keputihan, iritasi vagina, wajah terasa panas, mual, kelelahan, maupun nyeri otot dan sendi.
Pengobatan Kemoterapi dan Efek Sampingnya

Kemoterapi atau biasa disebut kemo dikenal sebagai pengobatan untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi memiliki peranan penting dalam melawan sel kanker. Meski demikian, metode pengobatan
ini juga memiliki efek samping yang tidak sedikit.

Jenis pengobatan kemoterapi tentunya tergantung pada jenis dan lokasi kanker serta apakah kanker
telah menyebar ke organ lain. Pengobatan kemoterapi juga bergantung pada faktor apakah Anda
memiliki masalah kesehatan tertentu.

Pengobatan Kemoterapi dan Efek Sampingnya - Alodokter

Memerangi Sel-sel Berbahaya

Kemoterapi merupakan salah satu jenis pengobatan yang digunakan untuk menghancurkan sel kanker
yang berbahaya bagi tubuh. Cara kerjanya adalah dengan menghentikan atau menghambat
pertumbuhan sel kanker yang berkembang dan membelah diri dengan cepat. Tergantung kepada jenis
kanker dan sudah sampai di stadium berapa.

Adapun manfaat kemoterapi, yaitu:

Meringankan gejala

Kemoterapi dapat memperkecil tumor yang mengakibatkan rasa sakit.

Mengendalikan

Kemoterapi dapat mencegah penyebaran, memperlambat pertumbuhan, sekaligus menghancurkan sel


kanker yang berkembang ke bagian tubuh yang lain.
Menyembuhkan

Kemoterapi dapat menghancurkan semua sel kanker hingga sempurna dan ini mencegah kekambuhan
atau berkembangnya kanker di dalam tubuh kembali.

Hanya saja, kemoterapi juga dapat memengaruhi sel sehat yang secara normal membelah diri dengan
cepat, misalnya sel pada kulit, usus, serta rambut. Kerusakan pada sel sehat itu yang dapat
mengakibatkan efek samping. Namun, hal ini umumnya akan segera menghilang setelah pengobatan
kemoterapi selesai.

Kapan Dilakukan Kemoterapi?

Kemoterapi terkadang dilakukan sebagai satu-satunya upaya penyembuhan kanker. Namun sering kali
kemoterapi dilakukan bersama-sama dengan tindakan operasi, terapi radiasi, atau terapi biologis lain.
Umumnya, kemoterapi dilakukan pada saat:

Sebelum operasi atau terapi radiasi, agar ukuran tumor menjadi lebih kecil.

Setelah operasi atau terapi radiasi, untuk menghancurkan sel kanker yang tersisa.

Saat dilakukan terapi radiasi dan terapi biologis, untuk memaksimalkan efeknya.

Mencegah kembalinya pertumbuhan sel kanker atau penyebaran (metastasis) ke bagian tubuh lain.

Cara pengobatan kemoterapi yang dilakukan tergantung kepada jenis kanker yang diderita, terdiri dari:

Topikal. Melalui krim yang dioleskan pada kulit.

Oral. Kemoterapi dalam bentuk pil, kapsul, atau cairan yang diminum.

Suntik. Diberikan melalui suntikan pada otot atau lapisan lemak, misalnya di lengan, paha, atau perut.

Intraperitoneal (IP). Kemoterapi langsung diberikan melalui prosedur operasi atau lewat selang khusus
ke dalam rongga perut di mana terdapat usus, hati, dan lambung.

Intraarteri (IA). Kemoterapi langsung dimasukkan ke dalam arteri yang menyalurkan darah ke kanker.

Intravena (IV). Kemoterapi langsung dimasukkan ke pembuluh darah vena.

Beberapa Efek Samping yang Mungkin Timbul


Kemoterapi merupakan pengobatan kanker yang efektif. Terbukti telah menyelamatkan jutaan jiwa.
Namun, kemoterapi memiliki efek samping yang tidak kecil.

Sulit untuk memprediksi seberapa berat seseorang akan mengalami efek samping dari kemoterapi, sebab
tiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap pengobatan tersebut.

Efek samping kemoterapi muncul karena obat-obatan tersebut tidak memiliki kemampuan membedakan
sel kanker yang berkembang pesat secara abnormal dengan sel sehat yang secara normal juga memiliki
perkembangan pesat. Misalnya sel darah, sel kulit, serta sel-sel yang ada di dalam perut akan mengalami
efek negatif akibat kemoterapi. Berikut adalah efek samping yang bisa terjadi akibat kemoterapi:

Rambut rontok.

Nyeri.

Kehilangan nafsu makan.

Mual dan muntah.

Sesak napas dan kelainan detak jantung akibat anemia.Kulit kering dan terasa perih.

Pendarahan seperti mudah memar, gusi berdarah, dan mimisan.

Sering terkena infeksi.

Sulit tidur.

Gangguan psikologis seperti depresi, stres, dan cemas.

Gairah seksual menurun dan gangguan kesuburan (infertiltas).

Rasa lelah dan lemah sepanjang hari.

Konstipasi atau diare.

Sariawan.

Yang penting untuk diketahui, efek samping kemoterapi tersebut akan segera hilang setelah pengobatan
selesai.
Selain itu, efek kemoterapi tidak akan menimbulkan akibat yang berbahaya bagi kesehatan. Meski pada
beberapa kasus, efek samping kemoterapi bisa lebih serius dibandingkan yang lain. Misalnya tingkat sel
darah putih yang menurun dengan cepat sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi.

Sedapat mungkin hindari diri Anda dari orang-orang yang sakit atau terkena infeksi selama menjalani
kemoterapi. Jika mengalami gejala seperti demam, diare, muntah-muntah, sulit bernapas, sakit dada
atau pendarahan saat menjalani kemoterapi, segera temui dokter.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

Umumnya pengobatan kemoterapi dilakukan di rumah sakit guna memantau efektivitas dan
kemungkinan munculnya efek samping pengobatan kemoterapi.

Meski tiap orang memiliki reaksi berbeda setelah kemoterapi, namun sebagian besar merasakan letih
dan lelah. Hindari menyetir kendaraan sendiri atau aktivitas yang memerlukan energi atau konsentrasi
tinggi setelah sesi kemoterapi. Ajaklah anggota keluarga atau kawan untuk menemani Anda pulang
setelah kemoterapi.

Banyak orang yang masih mampu bekerja selama menjalani kemoterapi, tergantung dengan jenis
pekerjaan dan ketahanan tubuh masing-masing. Namun jika memungkinkan, Anda dapat bekerja dari
rumah atau paruh waktu. Bicarakan kemungkinan tersebut di tempat kerja Anda atau mengambil cuti.
Anda juga mungkin akan membutuhkan bantuan orang lain untuk mengasuh anak di rumah ketika
menjalani kemoterapi.

Selama menjalani pengobatan kemoterapi, Anda harus senantiasa berkonsultasi dengan dokter ketika
ingin mengonsumsi obat-obatan lain, termasuk obat alergi, herba, pereda nyeri, dan obat lainnya.
Hindari konsumsi minuman keras setidaknya selama masa kemoterapi.

Mengobati penyakit berbahaya seperti kanker tidaklah mudah, termasuk saat menjalani sesi
kemoterapi. Sedapat mungkin ikuti saran dokter dan hindari hal-hal yang dapat berisiko mengganggu
proses pengobatan untuk bisa berjalan optimal.
ajuvan

Kemoterapi yang dilakukan setelah bedah (adjuvant chemotherapy), bertujuan untuk membunuh sel
kanker yang mungkin tertinggal saat prosedur bedah, atau sel kanker sudah menyebar namun tidak
terlihat meski dengan tes pemindaian. Sel kanker yang tertinggal tersebut bisa tumbuh dan membentuk
tumor baru di organ lain.

Sedangkan kemoterapi yang dilakukan sebelum bedah (neoadjuvant chemotherapy) bertujuan untuk
menyusutkan ukuran tumor agar bisa diangkat dengan pembedahan. Kemoterapi jenis ini biasanya
dilakukan untuk menangani kanker yang ukurannya terlalu besar untuk dibuang melalui operasi.

Jenis obat yang umum digunakan pada adjuvant chemotherapy dan neoadjuvant chemotherapy adalah
anthracylines (doxorubicin dan epirubicin), taxanes (paclitaxel dan docetaxel), cyclophosphamide,
carboplatin, dan 5-fluorouracil. Umumnya dokter mengombinasikan 2 atau 3 obat di atas.

Kemoterapi juga bisa digunakan pada kanker stadium lanjut, terutama pada wanita dengan kanker yang
telah menyebar hingga ke area ketiak. Lama terapi tergantung pada seberapa baik respon pasien. Jenis
obat yang umumnya digunakan adalah vinorelbine, capecitabine, dan gemcitabine. Untuk kanker
stadium lanjut, dokter bisa menggunakan satu obat, atau mengombinasikan dua obat.

Terapi pengobatan adjuvant

Selain operasi, pengobatan kanker payudara biasanya meliputi terapi obat atau radiasi. Terapi lanjutan ini
disebut dengan terapi adjuvant. Pengobatan terapi neoadjuvant diberikan sebelum operasi untuk
mengecilkan tumor besar dan membuat operasi dapat atau lebih mudah dilakukan. Sementara itu, terapi
adjuvant diberikan pasca operasi untuk memastikan bahwa semua sel-sel ganas dalam tubuh telah
dibunuh. Kedua terapi ini bertujuan untuk meningkatkan jangka panjang dan taraf kelangsungan hidup
yang terbebas dari penyakit. Terapi adjuvant ini terdiri dari:

Terapi biologis atau terapi bertarget

Kemoterapi

Terapi hormon

Terapi radiasi

Dalam beberapa kasus, terapi-terapi di atas dapat dikombinasikan. Pilihan jenis terapi bergantung pada
banyak faktor, di antaranya usia pasien, ukuran serta jenis tumor dan sel, penyebaran kanker ke kelenjar
getah bening, dan reaksi kanker terhadap hormon tertentu. Di samping itu, status human epidermal
growth factor receptor 2 (HER2 / neu) juga harus diperhatikan. Berikut adalah ringkasan dari empat
terapi adjuvant yang utama.

TINDAKAN PALIATIF

A. Radioterapi

Radioterapi dianjurkan untuk diberikan pada kanker yang sudah menyebar ke tempat-tempat yang jauh.
Hal ini untuk menghindari terjadinya borok pada kulit penderita, rasa nyeri yang hebat, dan manifestasi
lainnya pada payudara dan kelenjar getah bening. Pemberian radiasi ini juga berguna dalam pengobatan
penyebaran kanker ke tulang dan jaringan lunak untuk mengatasi rasa nyeri dan mencegah patah tulang.
Secara umum, radioterapi terutama berguna dalam pengobatan pada kasus penyebaran ke tulang,
dinding dada, otak dan penekanan sumsum tulang belakang.

B. Pengobatan Terarah

Pemberian hormon biasanya lebih berhasil pada wanita sesudah usia mati haid, bahkan pada mereka
yang mendapatkan pengobatan dengan hormon Estrogen.

Pada penderita sebelum mati haid, pengobatan terarah dilakukan dengan pengobatan hormon primer
dan sekunder atau tertier.

Sedangkan pada penderita sesudah mati haid, pengobatan dilakukan dengan pengobatan hormone
secara primer, sekunder atau tertier, dan kemoterapi. Pengobatan hormon secara primer merupakan
pengobatan pilihan untuk wanita sesudah mati haid dengan kanker payudara. Sedangkan pengobatan
hormone secara sekunder atau tersier dipakai untuk pengobatan kanker payudara stadium lanjut bagi
penderita yang sudah mati haid setelah pemberian terapi dengan pengobatan primer (dengan
tamoxifen). Terakhir, pemberian kombinasi obat Kemoterapi lebih efektif dan direspon baik pada 60-80%
penderita kanker payudara stadium IV

kanker payudara dan olahraga.

Kenapa Harus Olahraga Meski Sedang Pengobatan Kanker?

Oleh Nimas Mita Etika M

Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh:

pengobatan kanker

Apakah seseorang yang mengalami kanker harus mengurangi kegiatannya? Banyak yang beranggapan
bahwa pasien kanker, apalagi yang sedang menjalani pengobatan harus lebih banyak beristirahat.
Pembatasan aktivitas mungkin memang dianjurkan untuk pasien kanker, tetapi terlalu sering beristirahat
dan di tempat tidur bisa juga berdampak kurang baik bagi pasien. Bahkan, penelitian yang baru-baru ini
diterbitkan menyatakan bahwa aktivitas fisik seperti olahraga tidak hanya berguna untuk mencegah
penyakit kanker pada orang yang sehat, namun juga bisa membantu pengobatan dan meningkatkan
kualitas hidup pasien kanker. Dengan melakukan olahraga justru dapat membantu pengobatan serta
menjaga stamina pasien yang sedang menjalani pengobatan.

Kenapa Anda harus berolahraga meskipun sedang menjalani pengobatan kanker?

Anda tidak harus melakukan olahraga berat seperti angkat beban, lari maraton, atau sebagainya. Cukup
membiasakan diri bergerak atif setiap hari. Berbagai penelitian telah menyatakan bahwa olahraga
memiliki berbagai manfaat bagi pasien kanker yang sedang menjalani pengobatan.
Contohnya, pada sebuah penelitian yang dilakukan pada kelompok perempuan yang menderita kanker
payudara dan sedang menjalani kemoterapi. Kelompok wanita tersebut disarankan untuk melakukan
olahraga selama setengah jam dengan frekuensi 4 kali dalam satu minggu. Hasil yang didapatkan adalah
tingkat stres dan depresi pada kelompok wanita tersebut menurun, dan bahkan mereka merasakan
perasaan yang lebih baik sesat setelah olahraga. Perlu diketahui bahwa 4 dari 10 orang perempuan yang
mengalami kanker payudara diketahui mengalami depresi, dan olahraga terbukti dapat menurunkan
kadar stress tersebut.

Manfaat olahraga pada penderita kanker

Penelitian lain juga membuktikan manfaat olahraga pada pasien kanker yang sedang menjalani
pengobatan kanker. Penelitian ini melibatkan sebanyak 38 pasien kanker payudara dan pasien kanker
prostat yang sedang menjalani radioterapi. Para pasien diminta untuk melakukan olahraga secara rutin
selama 4 minggu. Kemudian hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa olahraga dapat menurunkan
tingkat kelelahan yang bisa timbul akibat pengobatan yang dijalani pasien kanker. Selain itu berikut ini
adalah manfaat lain yang jika pasien kanker melakukan olahraga rutin ketika pengobatan:

Mencegah hilangnya massa otot

Menurunkan risiko osteoporosis

Meningkatkan sistem imun tubuh

Mengurangi berbagai efek samping akibat pengobatan, seperti mual, muntah

Menjaga berat badan tetap normal

Menjaga keseimbangan dan fungsi tubuh

Olahraga seperti apa yang aman dilakukan untuk pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker?

Terlalu banyak berisitirahat malah dapat menyebabkan hilangnya berbagai fungsi tubuh, kelemahan otot,
dan menurunkan ruang gerak. Semakin cepat melakukan olahraga, maka akan semakin membuat pasien
merasa lebih baik dan meringankan gejala dari efek samping yang muncul akibat pengobatan. Namun
yang tetap perlu diperhatikan adalah jenis olahraga yang seperti apa yang boleh dilakukan, hal ini
disesuaikan dengan:
Tipe dan stadium dari kanker yang dialami oleh pasien

Stamina dan kekuatan dari pasien

Jenis serta efek samping pengobatan yang didapatkan

Hal tersebut yang perlu diperhatikan ketika ingin melakukan olahraga saat menjalani pengobatan kanker.
Ketika pasien sedang merasakan sangat lelah, maka jangan dipaksakan untuk melakukan olahraga-
olahraga yang berat. Tujuan utama dari melakukan olahraga bagi pasien kanker adalah tetap menjaga
untuk aktif dan bugar. Berikut adalah saran untuk pasien kanker yang ingin aktif dengan melakukan
olahraga:

Diskusikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai olahraga yang ingin dilakukan.

Mulailah dengan perlahan. Tidak masalah jika Anda hanya bisa melakukan aktivitas selama beberapa
menit saja dalam sehari, hal itu tetap bermanfaat bagi kesehatan.

Anda juga bisa mencoba untuk berlatih mengangkat beban yang ringan terlebih dahulu, dan diulangi
dalam beberapa kali dalam satu hari.

Buatlah kegiatan olahraga tersebut menjadi menyenangkan, misalnya olahraga sambil mendengarkan
musik atau melakukannya dengan pasangan atau teman.

Pakai baju yang menurut Anda nyaman dan minumlah banyak air mineral untuk menjaga tubuh tetap
terhidrasi dengan baik.

Anda juga bisa memilih olahraga yang tidak memerlukan gerakan banyak dan high-impact, Anda bisa
melakukan yoga atau taichi daripada aerobik.

Selalu melakukan pemanasan sebelum melakukan olahraga. Sebaiknya melakukan pemanasan 2 hingga 3
menit dengan menggerakkan pundak, leher, bagian tangan, pinggang, dan kaki.

Tutup olahraga Anda dengan melakukan pendinginan selama 15 atau 30 menit, dengan bergerak dengan
santai sambil mengatur napas Anda kembali.

Jangan memaksakan diri jika Anda dalam keadaan yang sangat lemah atau demam.

Jika sedang melakukan radioterapi, hindari olahraga berenang, karena hal ini akan menyebabkan tubuh
mudah untuk terkena bakteri dan kulit bisa mengalami iritasi karena kandungan klorin pada air kolam
renang.

Jika perlu, minta bantuan dari tim medis untuk membantu Anda melakukan olahraga.
terapi gizi kanker payudara

Bagaimana Mengatur Makanan bila sudah terkena kanker payudara…?

Pengaturan makanan pada pasien kaker bertujuan untuk membuat status gizi optimal dengan cara :

1. memberikan makanan seimbang sesuai dengan kebutuhan zat gizi dan daya terima

2. mencegah penurunan berat badan

3. mengurangi rasa mual, muntah dan diare

Diet Pasien Kanker Individual

Pengaturan makan pasien kanker di rumah sakit dimulai dengan melakukan Proses Asuhan Gizi
Terstandar

(PAGT) yang terdiri dari tahapan Assessment Gizi, Diagnosis Gizi, Intervensi Gizi serta Monitoring dan

Evaluasi Gizi.

Proses Asuhan Gizi Terstandar

(American Dietetic Association 2009)

A. Tahap I : Assessmen Gizi

Assesmen gizi merupakan tahapan pengumpulan data yang meliputi:


1. Data antropometri (Tinggi Badan, Berat Badan, Indek Masa Tubuh, perubahan Berat Badan)

2. Data laboratorium (kadar Albumin, Transferin, CRP, Gula Darah, Hemoglobin, Elektrolit, profil

lipid, Tes Kliren Kreatinin, dll)

3. Data klinis/fisik (Masa otot, lemak subkutan, gigi geligi, penampilan fisik, dll)

4. Data riwayat makan (Pola makan, asupan makan, pengetahuan tentang makanan, pantang,

ketersediaan makanan)

5. Data riwayat personal (riwayat penyakit, konsumsi suplement, riwayat keluarga)

B. Tahap II : Diagnosis Gizi

Diagnosis gizi dibuat berdasarkan hasil pengkajian data (Assesmen Gizi). Kalimat diagnosis gizi berisi

keterangan tentang Problem, Etiologi dan Sign/symptom.

Contoh Diagnosis Gizi pada Pasien Kanker post kemoterapi dengan asupan makan kurang:

“Tidak adekuatnya asupan makanan per oral sehubungan dengan tidak napsu makan, mual, ditandai
dengan asupan energi kurang 1000 Kkal“.

C. Tahap III : Intervensi Gizi

Intervensi gizi pasien kanker post kemoterapi diberikan berdasarkan prinsip diet sebagai berikut:

1. Energi sesuai dengan usia, TB, BB, berkisar 32-36 Kkal/kgBB

2. Protein 1-1.5 g/kgBB

3. Lemak 20% dari total kalori

4. Karbohidrat sisa dari protein dan lemak

5. Vitamin dan mineral cukup

6. Bila imunitas menurun, pasien diberikan makanan dan alat makan bebas kuman

7. Porsi kecil tapi sering

8. Bentuk makanan sesuai dengan kemampuan pasien mengkonsumsi, dapat berupa kombinasi oral

dan enteral

9. Bahan makanana yang dianjurkan


• Menggunakan minyak olive oil atau canola oil. Lemak omega 3 sangat potensial sebagai anti

implamasi

• Buah2an dan sayur termasuk sumber alpa dan beta caroten, likopen. Sayur hijau tinggi

isoflapon termasuk sayuran hijau, seledri, letuse,bayam, dan jeruk

• Penggunaan pito estrogen seperti kedele dianjurkan ditingkatkan untuk menurunkan resiko

kanker payudara

• Supplement biasanya folic acid, kalsium, vit D, A, C, E alpa tokoferol sesuai anjuran dokter

D. Tahap IV : Monitoring dan Evaluasi Gizi

Beberapa hal yang perlu dimonitoring dan dievaluasi dalam penatalaksanaan diet pada pasien kanker

meliputi :

1. Asupan makanan /zat gizi dan dampaknya

2. Tanda dan gejala : Antopometri, biokimia, fisik

3. Kepuasan pasien, kualitas hidup.


4. Perilaku dan lingkungan (perubahan penget, perilaku mengenai makanan)

kanker serviks

Bedah

Beberapa metode bedah dapat menangani kanker serviks, terutama pada stadium awal. Di antaranya
adalah:

Bedah laser. Bedah laser bertujuan menghancurkan sel kanker dengan menembakkan sinar laser melalui
vagina.

Cryosurgery. Cyrosurgery menggunakan nitrogen cair untuk membekukan dan menghancurkan sel
kanker.

Konisasi atau biopsi kerucut. Prosedur ini bertujuan mengangkat sel kanker menggunakan pisau bedah,
laser, atau kawat tipis yang dialiri listrik (LEEP). Metode konisasi yang dipilih tergantung pada lokasi dan
jenis kanker.

Histerektomi. Histerektomi adalah bedah untuk mengangkat rahim (uterus) dan leher rahim (serviks).
Pengangkatan sel kanker dapat dilakukan melalui sayatan di perut (abdominal hysterectomy), atau
dengan laparoskopi (laparoscopic hysterectomy). Selain dua metode tersebut, kanker juga bisa diangkat
melalui vagina (vaginal hysterectomy).

Pada kanker yang sudah menyebar luas, dokter juga akan mengangkat area vagina, serta ligamen dan
jaringan di sekitarnya. Selain itu, ovarium (indung telur), saluran indung telur, dan kelenjar getah bening
di sekitarnya juga akan diangkat. Prosedur ini disebut histerektomi radikal.
Perlu diketahui bahwa histerektomi akan membuat pasien tidak lagi bisa memiliki anak, dan
mengakibatkan menopause pada wanita yang seharusnya belum mengalaminya. Selain itu, histerektomi
juga dapat menimbulkan komplikasi jangka pendek seperti infeksi, perdarahan, terbentuknya gumpalan
darah, dan cedera pada kandung kemih, ureter (saluran urine dari ginjal ke kandung kemih), atau
rektum.

Sedangkan pada kasus yang jarang, komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi adalah limfedema
(pembengkakan pada lengan dan tungkai akibat penyumbatan saluran getah bening) dan inkontinensia
urine (urine keluar tidak terkontrol). Kemungkinan komplikasi lainnya dapat berupa timbulnya sumbatan
pada usus akibat terbentuknya jaringan parut, dan nyeri saat berhubungan seks akibat vagina yang
terlalu pendek dan kering.

Trakelektomi radikal. Bedah trakelektomi bertujuan mengangkat serviks, vagina bagian atas, serta
kelenjar getah bening di area pinggul, melalui laparoskopi. Pada trakelektomi, rahim tidak ikut diangkat,
dan disambungkan ke bagian bawah vagina. Oleh karena itu, pasien masih memungkinkan memiliki
anak.

Bilateral salpingo oophorectomy. Bedah ini digunakan untuk mengangkat kedua ovarium dan tuba falopi.

Pelvic exenteration. Pelvic exenterationadalah operasi besar yang hanya disarankan jika kanker serviks
kambuh kembali setelah sempat sembuh. Operasi ini dilakukan jika kanker kembali ke daerah panggul,
tapi belum menyebar ke wilayah lain.

Ada dua tahapan pelvic exenteration yang harus dilewati. Di tahap pertama, kanker dan vagina akan
diangkat. Kandung kemih dan rektum juga mungkin ikut diangkat. Lalu pada tahap kedua, 1-2 lubang
(stoma) akan dibuat di perut sebagai jalan untuk mengeluarkan urine dan feses. Kotoran yang dibuang
dimasukkan ke dalam kantung penyimpanan yang disebut kantung kolostomi.

Setelah prosedur bedah selesai, dokter akan menggunakan kulit dan jaringan dari bagian tubuh lain
untuk membuat vagina baru.

terapi penyinaran
Radioterapi

Radioterapi adalah metode pengobatan kanker yang menggunakan sinar radiasi tinggi untuk membunuh
sel kanker. Untuk kanker serviks stadium awal, radioterapi bisa dijalankan sebagai pengobatan tunggal
atau dikombinasikan dengan bedah. Sedangkan pada kanker serviks stadium lanjut, radioterapi dapat
dikombinasikan bersama kemoterapi untuk mengendalikan nyeri dan perdarahan.

Radioterapi bisa diberikan dengan dua cara, yaitu:

1. Radioterapi eksternal. Radioterapi eksternal atau disebut juga external beam radiation therapy (EBRT),
dilakukan dengan menggunakan mesin radioterapi. Mesin ini akan menembakkan gelombang energi
tinggi ke area panggul pasien untuk menghancurkan sel kanker. Pada umumnya, pasien menjalani EBRT 5
hari dalam seminggu, selama 6-7 pekan. EBRT akan dikombinasikan dengan pemberian obat kemoterapi
dalam dosis rendah, seperti cisplatin. Walaupun demikian, EBRT juga dapat diberikan sebagai
pengobatan tunggal, terutama pada pasien yang tidak bisa menjalani kemoterapi.

2. Radioterapi internal. Radioterapi internal atau brakiterapi dilakukan dengan memasukkan implan
radioaktif melalui vagina, dan ditempatkan langsung di sel kanker atau di dekatnya. Brakiterapi sering
dikombinasikan dengan EBRT sebagai terapi utama kanker serviks. Brakiterapi dapat diberikan dengan
dosis rendah selama beberapa hari. Bisa juga diberikan dalam dosis tinggi selama seminggu. Pada
brakiterapi dosis tinggi, implan radioaktif akan dimasukkan dan didiamkan selama beberapa menit, lalu
dikeluarkan.

Dalam jangka pendek, EBRT dapat menyebabkan efek samping seperti diare, mual muntah, kram perut,
tubuh lemas, iritasi kulit, perdarahan pada vagina atau rektum, dan inkontinensia urine. Efek samping
lainnya meliputi nyeri pada vagina (terutama saat berkemih), perubahan siklus menstruasi, menopause
dini, cystitis, serta kekurangan sel darah seperti sel darah putih (leukopenia). Sedangkan pada
brakiterapi, efek samping jangka pendek yang umumnya muncul adalah iritasi pada vagina.

Pada beberapa kasus, efek samping di atas dapat bersifat permanen. Tetapi, kebanyakan efek samping
akan hilang dalam 2 bulan setelah menyelesaikan pengobatan.
Dalam jangka panjang, EBRT dan brakiterapi dalam menimbulkan efek samping seperti vaginal stenosis
(kondisi vagina menyempit atau memendek). Kondisi ini akan menyebabkan nyeri pada vagina saat
berhubungan seks. Selain itu, terapi radiasi pada panggul dapat melemahkan tulang. Bahkan, patah
tulang panggul dapat terjadi 2-4 tahun setelah menjalani radioterapi. Efek samping lainnya adalah
limfedema atau pembengkakan pada kaki akibat penyumbatan saluran getah bening.

Untuk mencegah efek samping seperti kemandulan, dokter akan menyarankan pasien menjalani
pengambilan sel telur, sehingga pasien dapat menjalani bayi tabung di kemudian hari. Sedangkan untuk
mencegah menopause dini, ovarium bisa dipindahkan ke area panggul yang tidak terkena radiasi.
Prosedur ini dikenal dengan istilah ovarian transposition.

Kemoterapi

Kemoterapi adalah metode pengobatan dengan memberikan pasien obat antikanker dalam bentuk obat
minum atau suntik. Obat ini dapat memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Oleh karena
itu, kemoterapi sangat berguna dalam membunuh sel kanker berbagai area tubuh.

Umumnya, kemoterapi dikombinasikan dengan radioterapi secara bersamaan untuk meningkatkan


efektivitas radioterapi. Metode ini disebut juga dengan kemoradiasi. Contoh obat yang digunakan dalam
kemoradiasi adalah cisplatin (diberikan 4 jam sebelum pasien menjalani radioterapi) atau cisplatin
dengan 5-fluorouracil (diberikan tiap 4 minggu selama pasien menjalani radioterapi).

Kemoterapi juga digunakan untuk menangani kanker yang telah menyebar ke organ dan jaringan lain.
Beberapa obat kemoterapi yang digunakan dalam kondisi ini, antara lain adalah carboplatin, cisplatin,
gemcitabine, atau paclitaxel.

Selain dikombinasikan dengan radioterapi, kemoterapi juga dapat diberikan sebagai pengobatan tunggal
pada kanker serviks stadium lanjut. Tujuannya adalah untuk memperlambat penyebaran sel kanker dan
meredakan gejala yang dialami. Metode ini disebut juga kemoterapi paliatif.

Meskipun ampuh dalam membunuh sel kanker, kemoterapi juga dapat merusak sel tubuh yang sehat.
Oleh karena itu, sejumlah efek samping muncul akibat penggunaan obat kemoterapi. Efek samping yang
muncul tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan, serta lama pengobatan yang dijalani.
Efek samping yang paling sering timbul pada pasien yang menjalani kemoterapi adalah rambut rontok.
Walaupun demikian, tidak semua obat kemoterapi menyebabkan kerontokan rambut, contohnya
cisplatin.

Obat kemoterapi dapat merusak sel penghasil darah di tulang sumsum. Kondisi ini akan menyebabkan
tubuh kekurangan sel darah, sehingga pasien rentan mengalami infeksi, memar dan perdarahan, serta
sesak napas.

Beberapa efek samping lain yang dapat muncul akibat kemoterapi adalah:

Diare

Kehilangan nafsu makan

Mual muntah

Sariawan

Lemas

Perlu diketahui bahwa obat kemoterapi dapat merusak ginjal. Oleh karena itu, penting bagi pasien yang
menjalani kemoterapi untuk rutin melakukan tes darah, agar kondisi ginjal selalu terpantau.

terapi biologis

Jenis-jenis terapi biologis

Saat ini ada berbagai terapan terapi biologis untuk mengobati kanker. Berikut adalah beberapa jenis
terapi biologis yang telah dikembangkan.

1. Imunoterapi
Imunoterapi adalah metode terapi yang memicu kerja sistem imun, terutama sel darah putih, untuk
mendeteksi kerusakan dan menyerang sel abnormal dari perkembangan kanker. Selain itu, imunoterapi
juga bertujuan untuk mendorong proses respon imun antikanker dan memperbaiki efek immunosupresif
yang disebabkan dari sel kanker.

2. Antibodi monoclonal

Dikenal juga dengan sebutan MAb, metode terapi kanker ini menggunakan salah satu komponen sistem
imun berupa antibodi hasil rekayasa genetika antara manusia dan tikus. MAb memiliki beberapa
mekanisme untuk melawan sel kanker. Di antaranya yaitu dengan merangsang reaksi imun untuk
melawan sel kanker, menghambat kerusakan yang disebabkan oleh sel kanker, serta mencegah
pertumbuhan tumor.

3. Terapi sitokin

Terapi sitokin dilakukan menggunakan protein interferon (INF) dan interleukin (IL) untuk meningkatkan
respon imun untuk melawan sel kanker. Sitokin juga berperan dalam mendorong produksi sel darah, efek
ini juga bermanfaat untuk mengatasi efek samping kemoterapi yang dapat berdampak pada produksi sel
darah.

4. Vaksin kanker

Berbeda dengan istilah vaksin pada umumnya, vaksin kanker digunakan untuk mengobati sel kanker yang
sudah berkembang. Vaksin kanker merangsang sel B dan sel T untuk merusak sel kanker.

5. Terapi Bacillus Calmette-Guérin (BCG)

Bakteri TB dipilih karena dapat memicu respon imun secara umum untuk melawan sel kanker. Efek
antikanker dari bakteri TB pada BCG belum dapat diungkap sepenuhnya tapi keampuhannya sudah teruji.
Sekitar 70 persen penderita kanker kandung kemih stadium awal mencapai fase remisi (tidak adanya
kanker) setelah mendapat terapi ini.
6. Terapi virus onkolitik

Beberapa jenis virus seperti reovirus, Newcastle, adenovirus, mumps, dan vaccinia dapat direkayasa
secara genetik untuk menyerang sel kanker. Terapi ini bekerja dengan menginfeksi dan merusak sel
kanker dengan metode replikasi. Meskipun dapat menyerang sel normal yang sehat, efek yang
ditimbulkan cenderung kecil.

7. Terapi gen

Metode terapi dengan menginjeksi materi genetik (DNA dan RNA) sel normal terhadap sel kanker
dengan menggunakan vektor yang dapat berupa virus atau partikel lemak. Materi genetik yang
dimasukan ke dalam sel kanker bertujuan untuk menghancurkan atau menghambat perkembangan sel
kanker.

8. Terapi sel T adoptif

Dengan menggunakan sel T dari sampel darah pasien kanker yang dimodifikasi, metode terapi ini bekerja
dengan cara memicu reaksi gen pada permukaan sel kanker untuk menyerang dan menimbulkan
kerusakan. Metode ini telah diterapkan pada berbagai kasus kanker seperti melanoma, kanker
hematologis, dan kanker dengan tumor padat.

Efek samping terapi biologis

Meskipun dapat bekerja lebih spesifik untuk hanya menyerang sel kanker, terapi biologis memiliki
berbagai efek samping. Di antaranya adalah reaksi alergi, gejala flu, bengkak, kemerahan, gatal dan
ruam, hingga penurunan sel darah.

Selain itu, efek samping lainnya yang ditimbulkan kemungkinan lebih serius, tergantung jenisnya
pengobatannya. Berikut rinciannya.
Terapi MAb dan sitokin dikenal dengan efek samping penurunan sel dan perubahan komponen kimia sel
darah serta kerusakan organ seperti jantung, paru-paru, ginjal, liver, hingga otak.

Terapi BCG dapat memicu gangguan kemih seperti perih dan nyeri saat buang air kecil dan kencing
berdarah.

Terapi virus onkolotik berkaitan dengan sindrom tumor lisis yang disebabkan oleh masuknya komponen
kanker ke dalam aliran darah. Kondisi ini serius dan dapat berakibat fatal.

Terapi gen berkaitan dengan infeksi virus, munculnya kanker sekunder, serta kerusakan sel yang sehat
akibat kesalahan insersi material genetik pada sel normal.

Penanganan Alternatif Untuk Kanker Serviks

Penanganan standar untuk kanker serviks berupa bedah, kemoterapi, dan terapi radiasi. Kadang dokter
menyarankan penanganan alternatif kanker serviks bersama dengan penanganan standar ini untuk
meredakan rasa sakit dan stres pada pasien. Terapi alternatif bisa berupa akupunktur, pijat, produk
herbal, meditasi, pola makan khusus, dan banyak lagi.

Penanganan ini membantu menurunkan pengaruh dan gejala kanker serviks. Anda perlu mengevaluasi
apakah penanganan alternatif mengganggu penanganan kanker yang standar atau tidak. Lebih baik
menerima saran dokter sebelum menggunakan penanganan jenis ini.

Teh hijau

Penelitian menunjukkan kalau konsumsi teh hijau yang tidak berlebihan bisa mencegah atau mengatasi
kanker serviks. Kandungan Epigallocatechin-3-gallate dan polyphenols pada teh hijau mencegah kanker
dan kandungan antioksidan dapat memperbaiki DNA yang rusak.
Lempuyang

Lempuyang adalah sejenis tanaman dari famili jahe. Kandungan alami dari tanaman ini bisa mencegah
kanker serviks dan melawan sel kanker serviks.

Kunyit

Kunyit jadi herbal yang baik yang secara tradisional digunakan untuk mencegah dan menyembuhkan
kanker serviks. Curcumin, kandungan yang membuat kunyit berwarna kuning, menahan pertumbuhan
tumor kanker. Kandungan bioaktif ini secara efektif melawan radikal bebas yang meningkatkan risiko
kanker serviks.

Bawang putih

Bawang putih banyak digunakan dalam pengobatan Cina untuk mengatasi pertumbuhan sel kanker.
Herbal ini membantu meregenerasi sel sehat dan efektif dalam melawan kanker serviks. Allicin,
antioksidan yang ditemukan pada bawang putih, secara efektif menurunkan sel kanker yang berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai