Oleh :
1. Putri Pirda Erlina (I4B018055)
2. Aditya Pandu Widiatmoko (I4B018064)
3. Ridho Tristantiningsih (I4B018066)
4. Mahati Ulfah (I4B018092)
5. Miftakhul Huda (I4B018102)
6. Eva Kholifa (I4B018112)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Mahasiswa mampu menganalisis jurnal yang berjudul “The effect of mirror therapy
on upper-extremity function and activities of daily living in stroke patients.”
BAB II
RESUME JURNAL
A. Judul :
The effect of mirror therapy on upper-extremity function and activities
of daily living in stroke patients
B. Penulis :
Jin-Young Park, Moonyoung Chang, Kyeong-Mi Kim, Hee-Jung Kim
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek terapi cermin pada
fungsi ekstremitas atas dan aktivitas hidup sehari-hari pada pasien stroke
kronis.
D. Metode
Lima belas orang masing-masing dibagi menjadi kelompok intervensi
dan kontrol. Penilaian Fungsi Motorik menggunakan Fugl-Meyer Box
dan Block Test dilakukan untuk membandingkan fungsi ekstremitas atas
paretik dan kemampuan koordinasi tangan. Pengukuran independen
fungsional dilakukan untuk membandingkan kemampuan dalam
melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Terapi dilakukan selama 4
minggu, dalam satu minggu 5 kali latihan dengan durasi 30 menit.
E. Hasil Fungsi ekstremitas atas paretik dan kemampuan koordinasi tangan
secara signifikan berbeda antara intervensi dan kontrol. Intervensi pada
kelompok terapi cermin lebih efektif daripada di kelompok kontrol
untuk meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Hasil uji statistic menunjukan terdapat perbedaan signifikan antar dua
kelopok p >0,05.
F. Kesimpulan Terapi cermin efektif dalam meningkatkan fungsi
upperextremity paretic dan aktivitas hidup sehari-hari pada pasien
stroke kronis.
BAB III
DISCUSSION
Hasil peneitian Park et al (2015) menemukan bahwa ketika program terapi cermin
dilakukan pada pasien stroke, kemampuan fungsional ekstremitas atas meningkat,
dan kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari meningkat.
Terapi cermin ini dapat meningatkan fungsi motorik, ketrampilan manual dan
kegiatan hidup sehari-hari (Mirela et al, 2015).
Terapi cermin ini mudah dilakukan dan hanya membutuhkan latihan yang sangat
singkat tanpa membebani pasien. Therapy Mirror merupakan terapi untuk pasien
stroke dengan melibatkan sistem mirror neuron yang terdapat di daerah kortek
serebri yang bermanfaat dalam penyembuhan motorik dari tangan dan gerak mulut.
(Rizzolatti & Arbib dalam Steven et al, 2010)
Latihan mirror Therapy adalah bentuk rehabilitasi/ latihan yang mengandalkan dan
melatih pembayangan/ imajinasi motorik pasien, dimana cermin akan memberikan
stimulasi visual kepada otak (saraf motorik serebral yaitu ipsilateral atau
kontralateral untuk pergerakan anggota tubuh yang hemiparesis) melalui observasi
dari pergerakan tubuh yang akan ditiru seperti cermin oleh bagian tubuh yang
mengalami gangguan (Wang, et al. 2013).
Latihan gerak yang diberikan harus distimulasi untuk membuat gerak dan respon
gerak sebaik dan senormal mungkin. Latihan pergerakan bagi penderita stroke non
hemoragik merupakan prasyarat bagi tercapainya kemandirian pasien, karena
latihan akan membantu secara berangsur-angsur fungsi tungkai dan lengan kembali
atau mendekati normal, dan memberi kekuatan pada pasien tersebut untuk
mengontrol kehidupannya.Latihan disesuaikan dengan kondisi pasien dan sasaran
utama adalah kesadaran untuk melakukan gerakan yang dapat dikontrol denga baik,
bukan pada besarnya gerakan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Verles and
Mulder (2007) bahwa sejumlah pasien melaporkan bahwa ilusi perasaan mereka
bahwa lengan yang mengalami gangguan pergerakan dapat bergerak secara normal
meskipun pola gerakan sebenarnya secara signifikan yang dihasilkan oleh ilusi pada
lengan di cermin.
Penelitian Anwar tentang terapi cermin dengan subjek pada posisi setengah duduk
pada tempat tidur, subjek mengamati pantulan dari kaki yang non paretik sewaktu
memfleksikan dan mengekstensikan pergelangan kaki pada kecepatan tertentu
dibawah pengawasan terapi tanpa tambahan umpan balik secara verbal. Penelitian
–penelitian sudah menunjukkan bahwa ilusi cermin mempunyai pengaruh dalam
kemampuan pada pengukuran aktivitas otak (Anwar, 2007).
Prosedur umum terapi cermin adalah pasien duduk dan meletakkan cermin diantara
kedua lengan / tungkai (Gambar 1) Selanjutnya perawat menginstruksikan kepada
pasien agar lengan / tungkai yang sehat digerakkan fleksi dan ekstensi / keatas atau
kebawah (Gambar 2). Saat lengan / tungkai yang sehat digerakkan, pasien
dianjurkan untuk melihat cermin yang ada, kemudian pasien disarankan untuk
merasakan bahwa lengan / tungkai yang mengalami kelemahan turut bergerak.
Demikian diulang – ulang selama 10 menit dalam satu kali latihan (Mohammad
Fathurochman, 2011:25).
BAB IV
A. Implikasi
Terapi cermin atau mirror therapy adalah terapi yang sederhana,
murah dan yang paling penting merupakan pengobatan yang dapat
memperbaiki fungsi ekstremitas atas pada pasien. Mirror therapy telah
terlihat dapat memberikan hasil yang menggembirakan dalam pengobatan
hemiparesis. Ilusi yang diciptakan dari cermin ini dapat meningkatkan
aktivasi dari premotor dan motor korteks dengan cara pengamatan tindakan
yang sama. Efek ini dapat dijelaskan oleh aktivasi disebut sistem Mirror
neurons. Mirror neurons adalah neuron yang tidak hanya berjalan ketika
subjek melakukan gerakan, tapi juga selama pengamatan dari gerakan yang
sama oleh orang lain, dan mereka tampaknya memainkan peran sentral
dalam proses motor re-learning dengan tindakan pengamatan.
Penerapan terapi cermin belum banyak diterapkan di lingkungan
rumah sakit di Indonesia, hal ini dikarenakan penelitian-penelitian tentang
mirror theraphy belum banyak dilakukan. sehingga masih diperlukan studi
yang lebih mendalam tentang kelebihan dan kekurangan dari terapi
komplementer tersebut agar dapat diterima oleh semua praktisi kesehatan
khususnya perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan di rumah sakit
maupun di luar rumah sakit.
B. Applicability
Terapi komplementer mirror theraphy sangat applicable untuk
diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan khususnya pada pasien
pasca stroke yang mengalami gangguan kelemahan otot ekstermitas Adapun
kemudahan dan kekurangan mirror theraphy jika dilihat dari dari sudut
pandang metode, sumber daya manusia, waktu, dan ketersediaan sumber
sebagai berikut:
1. Metode
2. SumberDayaManusia
Terapi komplementar mirror theraphy tidak melibatkan perawat
dengan kualifikasi khusus di dalam pelaksanaannya. Namun mirror
theraphy yg diberikan harus yang baik dan benar sehingga bagi perawat
yang akan melakukan mirror theraphy perlu adanya pelatihan tersendiri.
3. Waktu dan prosedur
1. Sesi latihan mirror box dimulai selama 30 menit.
2. Responden duduk pada kursi dekat dengan meja yang terdapat
mirror box yang ditempatkan secara vertikal.
3. Tangan ditempatkan di belakang cermin dan tidak di depan cermin.
4. Responden diminta untuk melakukan supinasi dan pronasi lengan,
fleksi-ekstensi pergelangan tangan, fleksi-ekstensi jari, abduksi,
adduksi, oposisi, menggenggam pada sisi yang mengalami
kelemahan
5. Responden melihat ke dalam cermin melihat gambar tangan yang
dicerminkan pada bagian tangan yang melakukan gerakan.
6. Selama sesi terapi responden diminta untuk mencoba dan
melakukan gerakan yang sama dengan tangan yang mengalami
kelemahan secara bersamaan.
4. KetersediaanSumber
Pelaksanaan mirror theraphy tidak memerlukan peralatan medis
modern, hanya menggunakan cermin dan mudah didapatkan dimanapun
di Indonesia. Apabila dilihat dari sudut pandang ketersediaan sumber
dana, terapi komplementer mirror theraphy tidak memerlukan biaya
besar, sehingga terapi ini sangat applicable pada pasien pasca stroke.
DAFTAR PUSTAKA
Almborg, A,H., Ulander, K., Thulin, A., Berg, S., 2010. Discharged after stroke
important factor for helath-related quality of life. Jclin Nurs 2010;19: 2196Y206.
Dhamoon, M, S., Moon, Y,P., Paik, M,C., Boden, B, A., Rundek, T., Sacco, R, L.,
Elkind M, S, V.,2009. Long-term functional recorvery after first ischemic stroke:
The Northern Manhattan study. Stroke 2009, 40: 2805-2811.
Thieme,H., Bayn, M., Wurg, M., Zange, C., Pohl, M., Behrens, J., 2013. Mirror
therapy for patient with severe arm paresis after stroke-a randomized controll trial.
Clin Rehabil, 2013,27: 314-324.