Anda di halaman 1dari 52

AN ALISIS PENG ARUH PERTUMBUHAN ASET, UKURAN

PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PENJUALAN DAN


RISIKO BISNIS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG
TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2013-2018

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi : Akuntansi

Disusun Oleh:

Royani Rambu Keda Lakimara

15023000101

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI................ ...................... ..ii

HALAMAN DAFTAR ISI............................................................. iii

HALAMAN DAFTAR TABEL ........................................................ iv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR .................................................. v

A. Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1


B. Perumusan Masalah ................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 8
1. Landasan teori..................................................................... 8
2. Penelitian Terdahulu ........................................................... 26
3. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................... 28
F. Hipotesis .................................................................................. 28
G. Metode Penelitian .................................................................... 35
1 Definisi Operasional Variabel .............................................. 35
2 Populasi Dan Teknik Penarikan Sampel ............................. 38
3 Sumber Dan Jenis Data ...................................................... 41
4 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 42
5 Teknik Analisis Data ............................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 49

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian Terdahulu ..................................................... 26


Tabel 2. Kriteria Penarikan Sampel ............................................ 40
Tabel 3. Sampel Perusahaan Manufaktur Sub Makanan Dan
Minuman ...................................................................... 41

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................. 28

v
A. Latar Belakang Penelitian

Persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat, kondisi tersebut

mengharuskan perusahaan agar lebih unggul dalam persaingan untuk

mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan mempunyai tujuan

meningkatkan kemakmuran para pemegang saham dan mencapai

keuntungan yang optimal. Salah satu cara yang paling umum di

gunakan investor untuk mencari perusahaan target yang tepat adalah

dengan melihat struktur modal pada laporan keuangan perusahaan

yang di keluarkan setiap tahunnya .

Perusahaan sebagai suatu entitas yang beroperasi dengan

menerapkan prinsip-prinsip ekonomi, umumnya tidak hanya

berorientasi pada pencapaian laba maksimal, tetapi juga berusaha

meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemiliknya, untuk itu

perusahaan memiliki rencana strategis dan taktis yang disusun dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Di Indonesia perusahaan manufaktur dapat berkembang pesat,

hal ini terlihat dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode ke periode paling banyak jika

dibandingkan dengan perusahaan lain. Perusahaan manufaktur

memiliki jumlah aktiva lancar dengan proporsi cukup besar dari seluruh

aset perusahaan. Hal ini membuat para manajer perusahaan

khususnya perusahaan manufaktur harus dapat mengelola modal

1
kerjanya denga tepat. Perusahaan manufaktur menggunakan modal

kerja untuk menjalankan kegiatan operasional setiap hari.

Struktur modal dapat di artikan perbandingan jumlah modal

perusahaan antara modal yang di peroleh dari internal perusahaan

(Modal sendiri) dengan modal yang di peroleh eksternal perusahaan

(Modal asing). Modal asing yang di maksud adalah Utang jangka

panjang, Utang jangka menengah dan Utang jangka Pendek.

Sedangkan modal sendiri terbagi atas Modal Saham, Cadangan dan

Laba ditahan. Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan (trade-

off) antara risiko dan tingkat pengembalian. Perusahaan yang

menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar risiko yang di

tanggung pemegang saham serta memperbesar tingkat pengembalian

investasi (Brigham, Eugene dan Houston, 2001:5).

Struktur modal merupakan masalah yang penting bagi

perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek

langsung terhadap posisi finansial perusahaan, yang pada akhirnya

akan mempengaruhi nilai perusahaan. Kesalahan dalam menentukan

struktur modal akan berdampak luas terutama apabila perusahaan

terlalu besar dalam menggunakan utang, sehingga beban tetap yang

harus di tanggung perusahaan semakin besar pula. Menentukan

seberapa besar bagian yang di butuhkan untuk mengambil modal yang

2
berasal dari internal dan eksternal perusahaan adalah kebijakan dari

manajemen.

Menentukan struktur modal yang tepat dengan jenis perusahaan

merupakan satu hal yang perlu di lakukan. Perusahaan jenis yang satu

dengan yang lain memiliki karakter yang berbeda. Pengalaman dan

historis adalah dasar yang bisa di jadikan pedoman. Manajer keuangan

perlu memperhitungkan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi

struktur modal. Dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi struktur modal, diharapkan manajer keuangan

mendapatkan struktur modal yang optimal. Struktur modal berkembang

secara dinamis dan berubah dari waktu ke waktu, akibatnya selalu

terjadi perubahan struktur modal dan juga faktor-faktor yang

mempengaruhinya

Pertumbuhan aset merupakan variabel yang dipertimbangkan

dalam keputusan utang. Biasanya biaya emisi saham akan lebih besar

dari biaya penerbitan surat utang. Demikian, perusahaan yang tingkat

pertumbuhannya lebih tinggi cenderung lebih banyak menggunakan

utang, sehingga ada hubungan positif antara growth dengan debt equity

ratio. (Brigham, Eugene dan Houston, 2001), perusahaan yang

mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi cenderung menggunakan

3
sumber dana dari luar. Sehingga pertumbuhan aset mempunyai

pengaruh terhadap struktur modal.

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang harus

dipertimbangkan dalam keputusan struktur modal, biasanya

perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas perusahaan

dan salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan dana tersebut adalah

dengan menggunakan utang atau ekuitas. Dengan kata lain, besar

kecilnya ukuran suatu perusahaan secara langsung berpengaruh

terhadap struktur modal perusahaan. Penelitian terdahulu yang

menghubungkan ukuran perusahaan terhadap struktur modal dilakukan

oleh Salim (2015) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan

mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

Profitablitas merupakan rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dilihat dari

laba. Perusahaan dengan tingkat pengembalian atau profitabilitas yang

tinggi cenderung menggunakan dana sendiri atau laba ditahan yang

diperoleh dari operasionalnya untuk melanjutnya operasional

perusahaan tersebut. Penelitian terdahulu yang menghubungkan

profitabilitas terhadap struktur modal dilakukan oleh Cahyo (2014)

mendapatkan hasil bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap

struktur modal.

4
Pertumbuhan penjualan merupakan salah satu faktor dalam

penentuan keputusan pendanaan. Perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi memiliki kecenderungan

penggunaan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar

dibandingkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang

rendah (Cahyo, 2014) mendapatkan hasil bahwa pertumbuhan

penjualan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

Risiko bisnis juga berpengaruh terhadap struktrur modal. Risiko

bisnis berkaitan dengan ketidakpastian pendapatan karena terdapatnya

variabilitas dalam penjualan produk, pelanggan dan produk yang

dihasilkan. Ketidakpastian tersebut membuat risiko bisnis yang ada

pada perusahaan berubah-ubah dan struktur modal juga yang

dihasilkan bervariasi. Semakin tinggi risiko bisnis perusahaan, maka

semakin rendah rasio hutang optimalnya (Sunarwi, 2010).

Variabel Pertumbuhan aset, Ukuran perusahaan, Profitabilitas,

Pertumbuhan penjualan dan Risiko bisnis sering di gunakan sebagai

alat analisis meskipun selalu menunjukan hasil yang tidak konsisten

antara peneliti satu dengan yang lain. Berdasarkan uraian di atas maka

penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Aset,

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan

Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan

5
Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di

BEI Periode 2013-2018.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan aset terhadap struktur modal?

2. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal?

3. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal?

4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur

modal?

5. Bagaimana pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal?

6. Bagaimana pengaruh pertumbuhan aset, ukuran perusahaan,

profitabilitas, pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis terhadap

struktur modal?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang di ajukan dalam penelitian,

maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh pertumbuhan aset

terhadap struktur modal.

6
2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh ukuran perusahaan

terhadap struktur modal.

3. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap

struktur modal.

4. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh pertumbuhan penjualan

terhadap struktur modal.

5. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh risiko bisnis terhadap

struktur modal.

6. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh pertumbuhan aset,

ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan dan

risiko bisnis secara simultan terhadap struktur modal.

D. Kegunaan Penelititan

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi manajemen perusahaan dapat dijadikan pertimbangan

dalam penentuan struktur modal yang optimal.

b. Bagi investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat

untuk pengambilan keputusan investasi pada perusahaan

yang akan di tanamkan dananya dengan melihat struktur

modal perusahaan

7
c. Bagi emiten hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam menyeimbangkan komponen-

komponen struktur modal dengan baik agar tidak

membahayakan posisi financial keuangan.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi akademis penelitian ini dapat memberikan bukti empiris

mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur

modal dan memberikan pengetahuan tentang struktur modal

yang optimal.

b. Hasil penelitian akan membantu pengembangan penelitian

selanjutnya agar hasil penelitian semakin lebih baik dan

relevan dan menjadi pembanding penelitian yang serupa

serta melihat perbedaan kelemahan dan kelebihan antara

peniliti yang satu dan lainnya.

E. Tinjauan Pustaka

1. Landasan Teori

a. Struktur Modal

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan

antara jumlah utang jangka panjang dengan modal sendiri

8
(Riyanto, 2011:282). Struktur modal berupa campuran dari

utang, saham preferen, dan saham biasa.

Teori struktur modal dengan bagaimana modal

dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva rill perusahaan,

dengan cara menentukan struktur modal antara modal utang

dan modal sendiri. Keputusan pendanaan oleh manajemen

akan berpengaruh pada penilaian perusahaan yang terefleksi di

harga saham.

Masalah struktur modal merupakan masalah yang

penting bagi perusahaan, karena baik dan buruknya struktur

modal, akan mempengaruhi posisi keuangan. Salah satu hal

penting yang sering dihadapi oleh manajer suatu perusahaan

adalah menentukan perimbangan yang tepat antara hutang

modal sendiri.

Kebijakan struktur modal dipengaruhi oleh berbagai

macam faktor yang berasal dari luar perusahaan seperti kondisi

pasar modal, tingkat bunga, stabilitas politik, dan faktor yang

berasal dari dalam perusahaan seperti profitabilitas perusahaan

dan ukuran perusahaan.

9
1) Teori-Teori Struktur Modal

a) Teori Modigliani dan Miller (Modigliani and Miller

Theory)

Teori struktur modal modern ini dimulai pada

1958 yang diterbitkan oleh Franco dan Merton Miller.

Teori ini menyatakan bahwa penggunaan utang

semakin banyak akan meningkatkan modal saham.

Teori ini sangat kontroversial. Dengan kata lain hasil

yang diperoleh Modigliani dan Miller menunjukkan

bahwa bagaimana cara perusahaan mendanai

operasinya tidak memiliki pengaruh, sehingga

struktur modal adalah sesuatu yang tidak relevan.

Teori ini juga mengajukan teori-teori struktur modal

perusahaan tanpa pajak.

Teori ini menggunakan asumsi yaitu risiko bisnis

dengan ϭEBIT (Standart Deviation Earning Before

Interest And Taxes). Seluruh aliran kas adalah

perpetuitas (jumlah setiap periode selalu sama

hingga waktu tak terhingga), pertumbuhan

perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama. MM

menyimpulkan dengan adanya pajak penggunaan

utang akan meningkatkan nilai perusahaan karena

10
biaya bunga utang adalah biaya yang mengurangi

pembayaran pajak. Preposisi I: adalah pembiayaan

dengan utang sangat menguntungkan dan MM

menyatakan bahwa struktur modal optimal

perusahaan adalah seratus persen utang. Preposisi

II: biaya modal saham akan meningkat dengan

semakin meningkatnya utang, tetapi penghematan

pajak akan lebih besar dibandingkan dengan

penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham,

implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan

utang yang semakin banyak akan meningkatkan

biaya modal saham. Menggunakan utang yang lebih

banyak, berarti menggunakan modal yang lebih

murah (biaya modal utang lebih kecil dibandingkan

dengan biaya modal saham), sehingga akan

menurunkan biaya modal rata-rata tertimbangnya

(meski biaya modal saham meningkat).

b) Teori Trade-off (Trade-off Theory)

Struktur modal merupakan hasil dari keuntungan

pajak dengan menggunakan beban utang yang akan

timbul sebagai akibat utang tersebut. Trade-off

Theory yaitu perusahaan akan berhutang sampai

11
pada tingkat utang tertentu dimana penghematan

pajak dari tambahan utang sama dengan biaya

kesulitan keuangan (Sudana, 2011:153). Biaya

kesulitan yang dimaksud adalah biaya kebangkrutan

dan biaya keagenan.

Trade-off Theory dalam menentukan struktur modal

yang optimal memasukkan beberapa faktor, yaitu:

(1) Pajak

(2) Biaya keagenan

(3) Biaya kesulitan keuangan yang tetap

mempertahankan asumsi pasar sebagai imbalan

dan manfaat pengunaan utang.

Kekurangan dari teori ini yaitu mengabaikan asimetri

informasi karena asumsi bahwa investor dan

manjemen perusahaan dan besarnya biaya untuk

melakukan substitusi utang ke saham ataupun

sebaliknya.

c) Teori Signal (Signaling Theory)

Perusahaan yang mampu menghasilkan laba

cenderung meningkatkan jumlah utangnya, karena

tambahan pembayaran bunga akan diimbangi

dengan laba sebelum pajak (Sudana, 2011:53).

12
Manajer memiliki informasi yang berbeda tentang

prospek perusahaan dibanding investor, hal ini

disebut dengan informasi asimetris, dan manajer

berpengaruh penting pada struktur modal yang

optimal. Perusahaan rendah akan menggunakan

tingkat bunga yang rendah. Utang perusahaan yang

tinggi akan meningkatkan resiko perusahaan

menghadapi kesulitan keuangan. Semakin sukses

perusahaan, akan lebih banyak menggunakan utang

maka perusahaan dapat menggunakan tambahan

bunga untuk mengurangi pajak laba perusahaan

yang besar.

d) Pecking Order Theory

Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi

justru utangnya rendah dikarenakan mempunyai

dana internal yang banyak. Dalam teori ini tidak

terdapat struktur modal yang optimal, teori ini

menjelaskan penentuan hierarki sumber dana yang

disukai oleh perusahaan. Berikut urutan hierarki

dalam sumber pendanaan, yaitu:

(1) Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka

perusahaan akan memilih mulai dari sekuritas

13
yang aman yaitu utang risikonya paling rendah,

turun ke utang yang lebih berisiko, sekuritas

hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen.

(2) Kebijakan deviden yang konstan.

(3) Pembayaran dividen yang cenderung konstan

dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan

struktur dana internal yang mempunyai kelebihan

dan kekurangan untuk investasi.

e) Agency Theory

Teori ini ditemukan oleh Michael C. Jensen dan

William H. Meckling pada tahun 1976. Agency Theory

adalah teori mengenai adanya hubungan antara pihak

yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak

yang diberi wewenang atau agen yaitu manajer.

Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun

sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar

berbagai kelompok kepentingan (Hanafi, 2013).

Manajemen merupakan agen pemegang saham

sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham

berharap agen akan bertindak atas kepentingan

sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen.

Manajemen harus diberi imbalan dan pengawasan.

14
Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara

seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan

keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan

yang dapat diambil manajemen.

2) Komponen Struktur Modal

Menurut Riyanto (2011:227) komponen struktur modal

tersusun atas modal asing dan modal sendiri, sebagai

berikut:

a) Modal asing

Modal asing atau biasa yang disebut dengan utang

merupakan modal yang asalnya dari luar perusahaan

yang bersifat sementara bekerja pada perusahaan

dan untuk perusahaan yang terkait modal tersebut

adalah hutang yang hingga waktu yang sudah

disepakati harus dibayar kembali.

(1) Utang Jangka Pendek (Short-term Debt)

Utang jangka pendek merupakan modal asing

yang pengembalian waktunya lebih dari 1 tahun.

Utang jangka pendek terdiri atas kredit

perdagangan yakni kredit yang dibutuhkan untuk

bisa terselenggaranya perusahaan.

15
(2) Utang Jangka Menengah (Intermediate-term

Debt)

Utang jangka menengah merupakan utang yang

jangka pengembalian waktunya lebih dari 1 tahun

atau kurang dari 10 tahun. Utang jangka

menengah dibagi menjadi dua yakni, Term Loan

dan Leasing Term. Term Loan adalah kredit usaha

dengan umur lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10

tahun. Leasing Term adalah cara untuk

memperoleh servis dari sebuah aktiva tetap yang

pada dasarnya merupakan penjualan obligasi

untuk memperoleh servis dan hak milik atas aktiva

tersebut, yang membedakan pada leasing tidak

diikuti dengan hak milik.

(3) Utang Jangka Panjang (Long-term Debt)

Utang jangka panjang merupakan utang yang

jangka waktu pengembaliannya adalah panjang,

biasanya lebih dari 10 tahun. Bentuk utang jangka

panjang di antaranya pinjaman obligasi dan

pinjaman hipotek. Pinjaman obligasi adalah

pinjaman dalam jangka waktu yang panjang, untuk

debitur menerbitkan surat pengakuan utang yang

16
memiliki nominal tertentu. Pinjaman hipotek

adalah pinjaman jangka panjang yang mana

pemberi uang (kreditor) diberikan hak hipotek di

sebuah barang tidak bergerak supaya jika pihak

debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang

tersebut bisa dijual dan hasil penjualan itu bisa di

pakai untuk menutup tagihannya.

b) Modal sendiri

Modal sendiri atau ekuitas adalah modal yang asalnya

dari pemilik perusahaan dan ditanam dalam

perusahaan dalam jangka waktu yang tidak menentu

lamanya. Modal sendiri diharapkan tetap berada

dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak

mempunyai batas, sedangkan modal pinjaman

mempunyai jatuh tempo. Dalam suatu perusahaan

modal sendiri bisa dibedakan dalam beberapa jenis,

antara lain:

(1) Modal saham

Modal saham merupakan tanda bukti

pengembalian bagian atau peserta dalam sebuah

perusahaan. Jenis-jenis dari saham adalah saham

biasa (common stock), saham preferen (prefed

17
stock), saham kumulatif (cumulative preferred

stock).

(2) Cadangan

Cadangan yang dimaksud adalah cadangan yang

dibuat dari perolehan keuntungan yang didapat

oleh perusahaan selama rentang waktu yang lalu

atau dari tahun yang berjalan. Cadangan yang

masuk dalam modal sendiri diantaranya cadangan

ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih

kurs, cadangan untuk menampung hal-hal atau

peristiwa-peristiwa yang tidak terduga

sebelumnya (cadangan umum)

(3) Laba ditahan

Laba ditahan merupakan presentase dari

jumlah laba keseluruhan dalam suatu periode

yang sengaja disisihkan guna membiayai

berbagai kepentingan perusahaan baik dalam

jangka pendek maupun jangka panjang.

Keuntungan yang didapat oleh sebuah

perusahaan sebagian dibayarkan sebagai

dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan.

Jika perusahaan menahan keuntungan tersebut

18
dengan tujuan tertentu, maka dibuat cadangan

sebagaimana yang sudah diuraikan. Jika

perusahaan belum memiliki tujuan tertentu

tentang pemakaian keuntungan tersebut, maka

keuntungan tersebut adalah laba yang ditahan.

Brigham, Eugene dan Houston (2006) mengemukakan faktor-faktor

yang umumnya dipertimbangkan oleh perusahaan ketika

merencanakan komponen struktur modal yaitu :

1. Struktur aset

Struktur aset adalah perimbangan atau perbandingan antara aset

tetap dan total aset. Pengertian lain struktur aset yaitu perbandingan

antara jumlah saham yang dimiliki orang dalam dengan jumlah

saham yang dimiliki oleh investor

2. Modal kerja

Modal kerja atau working capital adalah suatu aset lancar yang

dipakai dalam operasional perusahaan, yang membutuhkan suatu

pengelolaan yang baik dari manajer perusahaan.

3. Pertumbuhan Aktiva

Aktiva adalah harta yang ada pada perusahaan yang memiliki peran

dalam operasi perusahaan seperti kas, persediaan, aktiva tetap,

19
aktiva yang tidak berwujud. Semakin besar aktiva diharapkan

semakin besar hasil operasional yang diperoleh oleh perusahaan.

4. Risiko

Risiko bisnis adalah penggambaran ketidakpastian yang dihadapi

perusahaan dalam melakukan aktivitas bisnisnya.

5. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan perusahaan yang memiliki saham

yang besar, dan masing-masing penambahan lembar sahamnya

hanya mempengaruhi sebagian kecil pada kemungkinan hilang

control dari pihak dominan kepada perusahaan yang terkait

(Riyanto, 2011:299)

6. Profitabilitas

Perusahaan akan mampu memenuhi kebutuhan pendanaan mereka

jika tingkat pengembalian yang dihasilkan internal juga tinggi.

7. Kondisi pasar

Pengaruh terhadap struktur modal yang optimal juga datang dari

perubahan kondisi pasar saham dan obligasi

8. Fleksibilitas Keuangan

Mempertahankan fleksibilitas keuangan dilihat dari sudut padang

operasional berarti mempertahankan kapasitas cadangan yang

memadai untuk melakukan pinjaman.

Rasio Struktur Modal dapat diukur dengan rumus:

20
𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑆𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 = 𝑥 100
𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

b. Pertumbuhan Aset

Aset adalah semua kekayaan yang dipunyai individu ataupun

kelompok yang berwujud maupun tidak berwujud, yang memiliki nilai

dan manfaat bagi tiap orang ataupun suatu perusahaan (PSAK No. 16

Revisi Tahun 2011). Kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan akan

meningkat jika hasil operasi dari peningkatan aset juga meningkat.

Dengan meningkatnya kepercayaan itu, maka proporsi utang akan

semakin besar dibandingkan modal sendiri. Hal ini didasarkan pada

keyakinan kreditur oleh karena besarnya aset yang dimiliki perusahaan.

Aktiva/aset dalam dalam akuntansi umumnya dapat dikelompokkan

dalam 3 bagian, yaitu:

1) Aset lancar, contohnya uang tunai, investasi jangka pendek, piutang

dagang, wesel tagih, persediaan, pendapatan yang masih akan

diterima,dan beban dibayar dimuka

2) Aset tetap, contohnya tanah, bangunan, mesin, peralatan kantor,

kendaraan atau aset yang tidak diperjualbelikan.

3) Aset tak berwujud, contohnya hak paten, goodwill, hak sewa, hak

guna bangunan.

21
4) Investasi jangka panjang, contoh investasi dalam saham dan

investasi dalam obligasi.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑡 − 𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑡−1


𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ = 𝑋 100 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑡−1

c. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang

dimiliki oleh perusahaan. Secara umum ukuran perusahaan diukur

dengan besarnya total aset yang dimiliki karena nilai total aset

umumnya sangat besar dibandingkan variabel keuangan lainnya

(Susanti dan Agustin, 2015). Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan

logaritma natural dari total aset (natural logarithm off assets).

Size=LN (Total Asset)

d. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mempeoleh

laba melalui operasional, usahanya dengan menggunakan aset yang

dimiliki. Pengertian lain menyebutkan bahwa profitabilitas menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan

mengatur tingkat efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya.

22
Beberapa jenis rasio profitabilitas yang sering digunakan untuk

meninjau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, yaitu:

1) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Margin laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai

persentase laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari

penjualan. Rasio ini dapat diukur dengan rumus:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

2) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Margin laba bersih merupakan rasio profitabilitas untuk menilai

persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak

terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Margin laba

bersih juga disebut profit margin ratio. Rasio ini dapat diukur dengan

rumus:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

3) Rasio Pengembalian Aset (Return On Assets)


Return On Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Semakin besar

23
nilai ROA dalam perusahaan, menunjukkan kinerja perusahaan
yang semakin baik pula karena tingkat pengembalian investasi
semakin besar. Rasio ini dapat diukur dengan rumus:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑅𝑂𝐴 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

4) Rasio Pengembalian Penjualan (Return On Sales Ratio)

Return On Sales merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan

tingkat keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya

variabel produksi seperti upah pekerja, bahan baku, sebelum

dikurangi pajak dan bunga. Rasio ini dapat diukur dengan rumus:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎


𝑅𝑂𝑆 = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

5) Rasio Pengembalian Ekuitas (Return On Equity Ratio)

Return on Equity merupakan rasio profitabilitas untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi

pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam

presentase. Rasio ini dapat diukur dengan rumus:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑅𝑂𝐸 = 𝑥 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

24
e. Pertumbuhan penjualan

Pertumbuhan penjualan adalah perbandingan dari perubahan

(kenaikan ataupun penurunan) dalam jumlah total penjualan pada

aktiva akhir tahun terhadap awal tahun. Pertumbuhan penjualan

dinyatakan dalam satuan presentase.

Menurut Swastha dan Handoko (2011:98), pertumbuhan atas

penjualan meerupakan indikator penting dari produk atau jasa

perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari

penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan

penjualan.

𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡 − 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡−𝑡1


𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑙𝑎𝑛 =
𝑝𝑒𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡−𝑡1

f. Risiko Bisnis

Risiko dapat diartikan sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa

yang dapat menimbulkan kerugian. Dalam analisis investasi, risiko

didefinisikan sebagai kemungkinan hasil uang yang diperoleh

menyimpang dari yang diharapkan.

Risiko bisnis merupakan salah satu ancaman yang dihadapi

perusahaan dalam kegiatan operasinya atau ketidakmampuan

25
mendanai operasionalnya. Hal ini berpengaruh bagi investor untuk

menanamkan modalnya (Brigham, Eugene dan Houston, 2006).

Perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan

hutang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai

risiko bisnis rendah. Hal ini disebabkan karena semakin besar risiko

bisnis, penggunaan utang besar akan mempersulit perusahaan dalam

mengembalikan utang mereka.

Risiko bisnis dapat diukur dengan deviasi standar dari rasio EBIT

dibanding dengan total aset dalam presentase.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑅𝑖𝑠𝑘 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

Keterangan:

Risk : Risiko Bisnis

EBIT : Earning Before Interest and Taxes

26
2. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.
Penelitian Terdahulu

No. Nama Variabel Hasil Penelitian

1 Wahyuningsih, Dependen: Profitabilitas, ukuran


(2012) Struktur modal. perusahaan,
Independen: pertumbuhan penjualan
struktur aktiva, berpengaruh terhadap
profitabilitas, struktur modal.
ukuran Struktur aktiva operating
perusahaan, leverage, dan
pertumbuhan investment opportunity
penjualan, tidak berpengaruh
operating terhadap struktur modal
leverage, dan
investment
opportunity
2 Sari, (2013) Dependen: Ukuran Perusahaan dan
Struktur Modal. Struktur Aktiva
independen: berpengaruh positif
Profitabilitas, terhadap Struktur Modal
Pertumbuhan sedangkan Profitabilitas,
aset, UkuranLikuiditas dan
Perusahaan, Pertumbuhan Aset
dan Likuiditas. berpengaruh negatif
terhadap struktur modal.
3 Erianto, (2014) Independen: Profitabilitas, Risiko
profitabilitas, Bisnis dan Ukuran
Risiko Bisnis, Perusahaan memiliki
Ukuran pengaruh negatif
perusahaan, signifikan terhadap
dan Struktur Modal
Pertumbuhan sedangkan
Penjualan Pertumbuhan Penjualan
dependen: mempunyai pengaruh
Struktur Modal positif terhadap Struktur
Modal

27
4 Harc (2015) Dependen: Ukuran perusahaan
struktur modal. berpengaruh negatif
Independen: terhadap perusahaan
ukuran
perusahaan.
5 Primantara dan Independen: Likuiditas, ukuran
Likuiditas, perusahaan, risiko
Dewi, 2016 Profitabilitas, bisnis, dan pajak
Risiko Bisnis, berpengaruh terhadap
Ukuran struktur modal,namun
Perusahaan, profitabilitas tidak
dan pajak berpengaruh terhadap
dependen: struktur modal
Struktur Modal
Sumber: data diolah, 2019.

3. Kerangka Pemikiran Penelitian

GAMBAR 1.

Kerangka Pemikiran Penelitian

Pertumbuhan Aset
(X1)

Ukuran Perusahaan
(X2)

Struktur Modal
Profitabilitas
(Y)
(X3)

Pertumbuhan Penjualan
(X4)

Risiko Bisnis
X5
28
F. Hipotesis

Berdasarkan landasan teoriritis serta hasil penelitian-penelitian

sebelumnya, maka penelitian ini mengajukan beberapa hipotesis yang

kemudian akan diuji kebenarannya. Hipotesis ini perlu diuji

kebenarannya sebab hipotesis ini masih merupakan dugaan

sementara.

1. Hubungan Pertumbuhan Aset Terhadap Struktur Modal

Aset adalah kekayaan yang dipunyai oleh individu ataupun

kelompok yang berwujud maupun tidak berwujud, yang memiliki nilai

dan manfaat bagi tiap orang ataupun suatu perusahaan (PSAK No.

16 Revisi Tahun 2011). Pertumbuhan aset merupakan salah satu

indikator penentu dalam mendorong pertumbuhan profit lembaga

keuangan. Sesuai dengan Agency Theory, perusahaan yang

menjadi lebih besar berarti sesuai dengan keinginan para pemegang

saham, karena keinginan para pemegang saham tentunya adalah

untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dari investasi.

Juga menjadi keinginan manajemen dalam menjalankan

perusahaan dan meningkatkan kualitas dan kapasitas perusahaan.

Kaitan pertumbuhan aset dan struktur modal dijelaskan oleh

Saidi (2004) bahwa perusahaan dengan kualitas dan kapasitas yang

meningkat membutuhkan aset yang besar. Penambahan aset tidak

29
cukup dengan menggunakan modal dari dalam, tetapi dengan

menambah modal dari eksternal perusahaan. Terjadinya

peningkatan aset diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin

menambah kepercayaan dari pihak luar terhadap perusahaan.

Hasil penelitian Joni dan Lina (2010) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa pertumbuhan aset berpengaruh positif dan

signifikan terhadap struktur modal. Baharuddin (2011) dan Firnanti

(2011) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa pertumbuhan

aset berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan hasil

penelitian Sari (2013) menghasilkan bahwa pertumbuhan aset

berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Hipotesis yang diperoleh dari hal ini adalah:

H 1 : Pertumbuhan Aset berpengaruh terhadap struktur modal

2. Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal

Ukuran perusahaan merupakan gambaran kemampuan

finansial perusahaan dalam suatu periode tertentu. Ukuran

perusahaan menunjukkan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki

oleh perusahaan. Berdasarkan Agency Theory, pemilik perusahaan

dan manajemen perusahaan menginginkan keuntungan dan

perusahaan yang semakin besar. Hal ini karena semakin besar

perusahaan beroperasi maka keuntungannya semakin besar. Untuk

30
menambah aset dalam jumlah yang besar dibutuhkan dana besar

dan perusahaan mengambilnya dari pemilik dana besar. Pemilik

dana besar biasanya adalah pihak ketiga atau eksternal

perusahaan.

Kaitan Ukuran perusahaan dan struktur modal di jelaskan oleh

Ariyanto (2002) besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan

berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan

maka semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk

investasinya. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang

menjelaskan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

struktur modal (Seffianne dan Handayani. 2011) dan perusahaan

yang bertumbuh dengan cepat membutuhkan modal yang besar dan

memiliki kesempatan meminjam lebih banyak. Hal ini didukung oleh

penelitian Mustafa (2011), yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal.

Uraian diatas menunjukkan semakin besar perusahaan maka akan

cenderung menggunakan dana dari luar atau utang.

Hipotesis yang diperoleh adalah:

H 2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif Struktur Modal

31
3. Hubungan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

mendapatkan keuntungan dilihat dari laba yang dihasilkan dari

pendapatan investasi dan penjualan. Perusahaan dengan tingkat

pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang

relatif kecil.

Kaitan profitabilitas dengan Struktur modal dijelaskan oleh

Brigham dan Houston (2007) bahwa Tingkat pengembalian yang

tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar

kebutuhan dana yang dihasilkan secara internal. Pecking Order

Theory menyebutkan bahwa perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi justru tingkat utangnya sangat rendah

dikarenakan mempunyai dana internal yang banyak. Penambahan

aset dengan memutar kembali keuntungan untuk meningkatkan

profit perusahaan di masa depan dengan penambahan laba ditahan

dalam perusahaan menunjukkan bahwa modal dari dalam

perusahaan bertambah. Peningkatan profitabilitas dengan modal

sendiri berarti menunjukkan bahwa rasio utang modal akan semakin

kecil.

Hasil penelitian Susetyo (2006), Finky (2013), Yovin dan

Suryantini (2012) yang menemukan bahwa profitabilitas memiliki

pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan

32
hasil yang berbeda ditemukan Zhang (2010) dan Setiawati (2011)

menyatakan profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap struktur modal.

Hipotesis yang diperoleh dari uraian diatas adalah:

H 3 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Struktur Modal

4. Hubungan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal

Pertumbuhan Penjualan merupakan kemampuan perusahaan

untuk meningkatkan tujuan perusahaan dalam meningkatkan tujuan

perusahaan dalam kinerja keuangan perusahaan. Pada saat

pertumbuhan penjualan meningkat perusahaan akan mengambil

utang agar dapat meningkatkan kapasitas produksi yang akan

berdampak pada kenaikan penjualannya.

Kaitan pertumbuhan perusahaan dan struktur modal oleh

Sampurno dan Nugrahaini (2012). Perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan penjualan yang tinggi memiliki kecenderungan

menggunakan utang sebagai sumber dana eksternal yang lebih

dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang rendah.

Kreditur akan menilai perusahaan mampu dan layak untuk

mendapatkan pendanaan eksternal karena perusahaan mempunyai

tingkat pertumbuhan penjualan yang naik secara stabil dari tahun ke

tahun. Dengan demikian semakin besar pertumbuhan penjualan

33
tinggi maka semakin mudah perusahaan untuk mendapatkan

pendanaan eksternal.

Hasil penelitian Utami (2009), Joni dan Lina (2010) dan

Indrajaya (2011) dalam penelitianya menyatakan bahwa

pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

struktur modal.

Hipotesis yang diperoleh dari uraian di atas adalah:

H 4 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh terhadap Struktur

Modal

5. Hubungan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal

Risiko bisnis merupakan ketidakpastian yang dihadapi

perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Risiko Bisnis

dapat diukur dengan deviasi standar dari rasio EBIT dibanding

dengan total aset dalam presentase. Aset mampu meningkatkan

keuntungan melalui upaya-upaya ekonomis yang diambil oleh

manajemen dengan menambah utang atau memutar laba

perusahaan itu sendiri.

Kaitan risiko bisnis dan struktur modal dijelaskan oleh Sudana

(2011) dan sependapat dengan Joni dan Lina (2012) jika

perusahaan mengambil mengambil modal dari luar untuk

menambah aset akan mempengaruhi kondisi risiko bisnis dan

34
struktur modal. Trade-off Theory menyatakan bahwa untuk

meningkatkan keuntungan yang lebih besar dapat dilakukan dengan

memaksimalkan utang agar dapat meningkatkan aset perusahaan.

Perusahaan tidak serta merta menggunakan utang sebagai modal

untuk meningkatkan aset, tetapi memperhatikan risiko yang akan di

tanggung perusahaan. Investor tidak akan yakin apabila risiko yang

akan dihadapi perusahaan terlalu besar. Perusahaan akan berutang

sampai pada tingkat tertentu sehingga tidak menghadapi masalah

yang disebut financial distress.

Risiko bisnis akan semakin kecil apabila semakin tinggi

peningkatan aset dengan mengambil modal dari luar. Pengambilan

modal dari luar maka struktur modal akan semakin tinggi. Hal ini

berarti semakin kecil risiko bisnis. Maka struktur modal akan

semakin besar.

Hasil penelitian Joni dan Lina (2012) menyebutkan bahwa

risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Namun hal tersebut bertentangan dengan penelitian Indrajaya

(2012) yang menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh positif

dan signifikan terhadap struktur modal, selain itu Prabansari dan

Kusuma (2005) menunjukkan bahwa risiko bisnis berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap struktur modal.

Hipotesis yang digunakan berdasarkan uraian diatas adalah:

35
H 5 : Risiko Bisnis berpengaruh terhadap Struktur modal

6. Hubungan Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan,

Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Risiko Bisnis

Terhadap Struktur Modal

Penyusunan struktur modal menyesuaikan dengan kondisi

perusahaan, kondisi profit perusahaan yang dalam keadaan sangat

baik, atau utang perusahaan dalam kondisi yang menyebabkan

perusahaan menemui financial distress, perusahaan dalam kondisi

prima membutuhkan aset dalam jumlah besar yang membutuhkan

utang untuk penambahan modal, atau kondisi beban pajak

perusahaan yang bisa dikatakan tinggi atau masih bisa untuk terus

penambahan modal sendiri. Hal-hal diatas dapat dilihat berdasarkan

variabel Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,

Pertumbuhan Penjualan dan Risiko Bisnis. Dari uraian diatas maka

disimpulkan:

H 6 : Hubungan Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan,

Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Risiko Bisnis

berpengaruh terhadap Struktur Modal

36
G. Metode Penelitian

1. Definisi Operasional Variabel

a. Struktur modal

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan

antara jumlah utang jangka panjang dengan modal sendiri.

Rasio Struktur modal dapat dihitung dengan rumus:

Liabilitas Jangka Panjang


Struktur Modal =
Ekuitas

b. Pertumbuan aset

Aset adalah kekayaan yang dipunyai oleh individu ataupun

kelompok yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang

memiliki nilai dan manfaat bagi tiap orang ataupun suatu

perusahaan (PSAK No. 16 Revisi Tahun 2011).

Pertumbuhan aset perusahaan yang diukur berdasarkan

perbandingan antara total aset periode sekarang (aset t)

minus periode sebelumnya (aset t-1) terhadap total aset

periode sebelumnya (aset t-1). Rasio pertumbuhan aset

dapat dihitung dengan rumus:

Total Asett −t Total Asett−1


Growth = X 100 %
Total Asett−1

37
c. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan tolak ukur besarnya

perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan,

ataupun hasil nilai total yang dimiliki perusahaan. Rasio

ukuran perusahaan dapat dihitung dengan rumus:

Size =Ln (Total Assets)

d. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba melalui operasional usahanya dengan

menggunakan aset yang dimiliki. Pengertian lain mengatakan

profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan dan mengatur tingkat efisiensi

dalam menggunakan harta yang dimiliknya.

Rasio profitabilitas dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Laba Bersih Setelah Pajak


ROA = x 100%
Total Aktiva

e. Pertumbuhan penjualan

Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan

dari tahun ke tahun atau waktu ke waktu. Pertumbuhan

38
penjualan dapat diukur dengan melihat perbandingan antara

penjualan dengan laba bersih. Rasio pertumbuhan penjualan

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

penjualan t − penjualan t−t1


Pertumbuhan Penjulan =
pejualan t−t1

f. Risiko Bisnis

Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi

perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.

Risiko bisnis sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa yang

dapat menimbulkan kerugian. Dalam analisis investasi risiko

didefinisikan sebagai kemungkinan hasil uang yang diperoleh

menyimpang dari data yang diharapkan.

Rasio risiko bisnis dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Laba Bersih Sebelum Pajak


Risk = x 100%
Total Aktiva

2. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

39
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2018.

b. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2018 dan

memenuhi kriteria yang disyaratkan dalam penelitian.

c. Teknik Penarikan Sampel

Pengambilan sampel dengan teknik non random sampling yaitu

cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi

diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Pada penelitian

ini pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling, yaitu pengambilan berdasarkan pertimbangan tertentu

dimana syarat yang dibuat sebagai kriteria harus dipenuhi oleh

sampel dengan tujuan mendapatkan sampel yang

representative.

Kriteria yang digunakan sebagai dasar pengambilan sampel

adalah sebagai berikut:

40
1) Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2) Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang menyajikan informasi lengkap sesuai

dengan data yang dibutuhkan penelitian.

Tabel 2.
Kriteria Penarikan Sampel

No Kriteria Jumlah

1 Perusahaan manufaktur sub


sektor makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI untuk 18
periode tahun 2013-2018
2 Perusahaan yang tidak
menerbitkan laporan keuangan
(annual report) untuk periode
tahun 2013-2018 (4)

3 Perusahaan yang laporan (0)


keuangan (annual report) tidak
disajikan dengan mata uang
rupiah
4 Jumlah sampel yang 14
digunakan (perusahaan)

5 Jumlah data observasi 3 42


tahun yang digunakan (14x3)
Sumber : Data diolah, 2019.

41
Tabel 3.
Sampel Perusahaan Manufaktur Sub Makanan dan Minuman

No KODE NAMA PERUSAHAAN

1 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk

2 DLTA Delta Djakarta Tbk

3 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk

4 MYOR Mayora Indah Tbk

5 SIPD Sierad Produce Tbk

6 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

7 PSDN Paradisha Aneka Niaga Tbk

8 SKLT Sekar Laut Tbk

9 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk

10 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk

11 ADES Akasha Wira International Tbk

12 ULTJ Ultrajaya Milk Industri & Trading


Company Tbk
13 STTP Siantar Top Tbk

14 FAST Fast Food Indonesia Tbk

Sumber: data diolah, 2019.

3. Sumber Data dan Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data time series selama periode

2013-2018 pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

42
minuman yang terdaftar di BEI. Sumber data dalam penelitian ini

merupakan data sekunder yang diperoleh dari data-data yang telah

disediakan oleh pihak kedua di www.idx.com dan

https://www.bps.go.id/ . Adapun jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuantitatif berupa laporan keuangan.

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

dengan cara dokumentasi data sekunder yang selanjutnya di

tabulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis Statistik Deskriptif dan Analisis Regresi Linear Berganda.

Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas:

Pertumbuhan aset (X1), Ukuran perusahaan (X2), Profitabilitas (X3),

Pertumbuhan penjualan (X4), dan Risiko bisnis (X5) terhadap

variabel terikat: Struktur modal (Y).

43
a. Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif digunakan untuk menggambarkan data

dengan penafsiran parameter berupa mean, maksimum, standar

deviation, dan parameter lain yang termasuk statistik deskriptif.

1) Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang di lakukan adalah uji normalitas,

multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas.

a) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji T dan F

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal.

Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali,

2016:30). Dalam uji normalitas, penelitian ini secara

statistic menggunakan alat analisis One Sample

Kolomogorov-Smirnov. Pedoman yang akan

digunakan dalam pengambilan kesimpulan adalah ,

jika nilai sig (2-tailed) > 0.05 : maka distribusi data

44
normal. Jika nilai sig (2-tailed) < 0,05 : maka distribusi

data tidak normal.

b) Uji Multikolinearitas

Uji Multikoloneritas bertujuan untuk menguji

model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel independen. Multikolinearitas dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan

nilai tolerance dan nilai VIF. Jika nilai tolerance kurang

dari 0,1 dan nia VIF lebih dari 10 maka terjadi

multikolonearitas.

c) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 sebelumnya (Ghozali,

2016:107). Uji autokorelasi pada penilitian ini

menggunakan metode run-test. Kriteria pengujian run-

test adalah apabila angka signifikan (Sig.) > 0,05 maka

data tidak terjadi autokorelasi.

d) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

45
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini

menggunakan analisis grafik scatterplot. Kriteria

pengujian heteroskedastisitas adalah apabila pola

tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah

terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang

jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan

hubungan dua variabel atau lebih, dan juga menunjukkan

hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.

Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Y = a+b1 x1+b2 x2+b3 x3+b4 x4+b5 x5+ê

Keterangan :

Y : Struktur Modal

a : Konstanta

b1-b5 : Koefisien Regresi

46
x1 : Pertumbuhan Aset

x2 : Ukuran Perusahaan

x3 : Profitabilitas

x4 : Pertumbuhan Penjualan

x5 : Risiko Bisnis

ê : Variabel Pengganggu (residual)

1) Uji Koefisien Determinasi (Uji R-Square)

Koefisien determinasi R2 digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol sampai satu.

2) Uji Pengaruh Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menunjukkan semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model memiliki

pengaruh secara bersama-sama (Simultan) terhadap variabel

dependen. Hipotesis yang digunakan yaitu, jika nilai signifikan

< 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai

signifikan >0,05 maka variabel independen secara bersama-

sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

47
3) Uji Pengaruh Parsial

Pengujian parsial (t test) regresi dimaksudkan untuk

melihat variabel bebas (independen) secara individu

mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas

(dependen), dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Uji t tersebut dapat dilihat dari besarnya p-value yang

dibandingkan dengan taraf signifikan ἁ = 5%. Dengan kriteria

jika p-value < 0,05 maka Ho ditolak dan jika p-value >0,05

maka Ho diterima.

Berikut ini dasar pengambilan keputusan:

a. Jika nilai Sig. < 0,05 maka variabel bebas berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat

b. Jika nilai Sig. > 0,05 maka variabel bebas tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

48

Anda mungkin juga menyukai