Anda di halaman 1dari 2

7. Berat badan merupakan salah-satu indikator kesehatan bayi baru lahir.

Rerata berat bayi normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram.
Secara umum, bayi berat lahir rendah dan bayi dengan berat berlebih (≥ 3800
gram) lebih besar resikonya untuk mengalami masalah. Masa gestasi juga
merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa
gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Konsep bayi berat lahir rendah tidak
sinonim dengan prematuritas telah diterima secara luas pada akhir tahun 1960-an.
Tidak semua BBL yang memiliki berat lahir kurang dari 2500 gram lahir BKB.
Demikian pula tidak semua BBL dengan berat lahir lebih dari 2500 gram lahir
aterm. Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah
antara lain:

a. Nutrisi buruk pada ibu


Pada perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) rata-rata atau rendah,
sedikit penambahan berat badan selama kehamilan dapat menyebabkan
hambatan pertumbuhan janin. Kekurangan penambahan berat badan pada
trimester kedua berdampak pada penurunan berat badan lahir.
b. Ibu bertubuh kecil
Tidak terbantahkan bahwa perempuan bertubuh kecil biasanya memiliki
bayi yang juga kecil. Jika seorang perempuan memulai kehamilan dengan
berat badan kurang dari 100 pon, resiko untuk melahirkan bayi KMK
meningkat setidaknya dua kali lipat. Selain itu, efek lintas generasi akan berat
badan lahir diteruskan melalui garis keturunan maternal merupakan faktor
resiko penurunan pertumbuhan intrauterin.
c. Deprivasi sosial
Pengaruh deprivasi sosial terhadap berat badan lahir saling berhubungan
dengan dampak faktor-faktor gaya hidup terkait seperti merokok, alkohol atau
penyalahgunaan zat lain, dan gizi buruk.
d. Infeksi ibu dan janin
Virus, bakteri, protozoa dan infeksi Spirocheta terlibat pada hingga 5%
kasus-kasus hambatan pertumbuhan janin.
e. Malformasi kongenital
Pada penelitian terhadap 84 kehamilan dengan komplikasi gastriskisis
janin, ditemukan bahwa berat badan lahir kurang dari persentil ke-10 pada
38% bayi baru lahir dan kurang dari persentil ke-3 pada 19% bayi baru lahir.
Sebagai pedoman umum, semakin parah malformasi, semakin rentan janin
menjadi KMK.
f. Obat yang memiliki efek teratogenik pada janin
Sejumlah obat dan bahan kimia dapat memberi dampak buruk terhadap
pertumbuhan janin. Beberapa bersifat teratogenik dan berpengaruh terhadap
janin sebelum organogenesis lengkap.
g. Hipoksia kronik
Beberapa kondisi yang terkait dengan hipoksia uteroplasenta kronik antara
lain preeklamsia, hipertensi kronik, asma, merokok, dan menetap di dataran
tinggi. Apabila terpajan dengan lingkungan yang hipoksik secara
berkesinambungan, beberapa janin mengalami penurunan berat badan lahir
secara signifikan.
h. Kelainan plasenta
Pada pertumbuhan intrauterine normal, pertambahan berat plasenta sejalan
dengan pertambahan berat janin, tetapi walaupun untuk terjadinya bayi besar
dibutuhkan plasenta yang besar, tidak demikian sebaliknya. Namun demikian,
berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta. Disfungsi
plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan pertumbuhan janin.

Sumber: -Kosim, M Sholeh.2010. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: IDAI.


Hal. 11 & 16.

-Cunningham, dkk.2013. Obstetri Williams.Jakarta: EGC.


Hal.892-894

Anda mungkin juga menyukai