Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROPOSAL SKRIPSI
OLEH:
ANGGIT SARWENDAH LARASATI
NIM: 160722614657
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui jumlah ketersediaan air irigasi Waduk Pondok di Kecamatan
Karangjati, Kabupaten Ngawi
b. Mengetahui jumlah kebutuhan air irigasi di Kecamatan Karangjati,
Kabupaten Ngawi
c. Melakukan evaluasi imbangan air antara ketersediaan air dengan kebutuhan
air irigasi di Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi
1.4 Manfaat
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah sarana untuk
mengimplementasikan wawasan dan pengetahuan penulis mengenai
ketersediaan air waduk dan kebutuhan air irigasi pada permasalahan di
lapangan.
b. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk perencanaan kebijakan pengelolaan air waduk Pondok
dalam memenuhi kebutuhan air irigasi serta sebagai bahan evaluasi kinerja
pengelolaan air Waduk Pondok untuk dilakukan perbaikan agar lebih efektif
dan efisien.
c. Bagi Masyarakat
Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat
mengenai ketersediaan air Waduk Pondok untuk memenuhi kebutuhan air
Irigasi di Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi.
d. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat menambah khasanah keilmuan mengenai kebutuhan air untuk
irigasi serta ketersediaan air waduk dan evaluasi imbangan air yang
merupakan bagian dari bidang pengelolaan air.
Keterangan:
CWR : Kebutuhan air konsumtif (mm/hari)
Eo : Evaporasi (mm/hari)
Kc : Faktor tanaman
Besarnya faktor tanaman (Kc) dipengaruhi oleh jenis tanaman dan
fase pertumbuhan. Dalam penelitian ini harga Kc untuk menghitung
besarnya kebutuhan air konsumtif menggunakan ketetapan seperti disajikan
pada Tabel berikut:
Tabel 2.1. Nilai Faktor Tanaman
Jenis Masa Pertumbuhan Faktor Kebutuhan
Tanaman Tanaman Air (mm)
Padi a) Garapan untuk bibit dan 200
pemindahan bibit
b) Persemaian 100
c) Pertumbuhan vegetatif 1,1
d) Pertumbuhan generatif 1,35
sampai berbunga
e) Pertumbuhan sampai 0,8
masak
Palawija yang a) Garapan 100
memerlukan b) Pertumbuhan bibit 0,5
air banyak c) Pertumbuhan vegetatif 0,65
d) Pembungaan 0,8
e) Masak 0,4
Palawija yang a) Garapan 75
memerlukan b) Pertumbuhan bibit 0,4
air sedang c) Pertumbuhan vegetatif 0,55
d) Pembungaan 0,7
e) Masak 0,3
Keterangan:
Eo : evaporasi (mm/hari)
I : kemiringan gafis hubungan antara suhu udara dengan tekanan uap
jenuh pada suhu T (mm Hg/oC)
II : merupakan nilai 0,28 + 0,48 n/N, dimana n: lama penyinaran
matahari dan N: panjang hari
III : radiasi ekstra tertestrial yang datang (Kal/cm2/hari)
IV : nilai dari 118,10-9 (273 + t2)4 merupakan fungsi suhu
V : nilai dari 0,47 – 0,77 √e2 merupakan fungsi tekanan uap pada
ketinggian 2 meter
VI : nilai dari 0,2 + 0,8 n/N merupakan fungsi persentase penyinaran
VII : nilai dari 0,485 x 0,35 (0,5 + 0,54 U2) merupakan fungsi
kecepatan angin pada ketinggian 2 meter
VIII : nilai dari esat (tekanan uap jenuh)
e2 : tekanan uap aktual
Keterangan:
FWR : kebutuhan air petak sawah (mm/hr)
CWR : kebutuhan air konsumtif (mm/hr)
Pe : perkolasi (mm/hr)
Re : hujan efektif (mm/hr)
𝑆𝑚−𝑊𝑝 𝑆𝑚−𝑊𝑝 1
𝑃𝑒 = 𝐾𝑠𝑎𝑡 𝑥 ( 𝑃−𝑊𝑝 ) 2 x ( 1 − (1 − ( 𝑃−𝑊𝑝 𝑥 𝐹𝑐 ) 2)) 𝑥 𝐹𝑐 (4)
Keterangan:
Pe : perkolasi (mm/jam)
P : porositas (%)
𝐸𝑅 𝑅2 𝑅2 𝑅
= (−0,001 𝐸𝑇 + 0,025 + 0,0016 𝑅 + 0,6 ) (5)
𝐸𝑇 𝐸𝑇2 𝐸𝑇
Keterangan:
ER : hujan efektif (mm/hr)
ET : evapotranspirasi (mm/hr)
R : curah hujan (mm/hr)
Keterangan:
PWR : kebutuhan air untuk seluruh pertanian (mm/hari)
FWR : kebutuhan air petak sawah (mm/hari)
Ef : efisiensi saluran irigasi (%)
Efisiensi saluran irigasi adalah perbandingan antara jumlah air yang
sampai ke areal pertanian dengan jumlah air yang berada di saluran
intake/sumber. Perhitungan efisiensi saluran irigasi menggunakan metode
dari Hansen (1986) dengan rumus sebagai berikut:
𝑄2
Ef = x 100% (7)
𝑄1
Keterangan:
Ef : efisiensi irigasi (%)
Q1 : jumlah air yang keluar dari bangunan sadap/bendung (lt/dt)
Q2 : jumlah air yang sampai di lahan pertanian (lt/dt)
2.5. Waduk
Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang
memiliki ceruk, saluran masuk (inlet), saluran pengeluaran (outlet) dan
berhubungan langsung dengan sungai utama yang mengairinya. Waduk
umumnya memiliki kedalaman 16 sampai 23 kaki (5-7 m) (Shaw et al., 2004).
Menurut Perdana (2006) waduk merupakan badan air tergenang (lentik) yang
dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang
mengikuti bentuk awal dasar sungai.
Berdasarkan pada tipe sungai yang dibendung dan fungsinya, dikenal
tiga tipe waduk, yaitu waduk irigasi, waduk lapangan dan waduk serbaguna.
Waduk irigasi berasal dari pembendungan sungai yang memiliki luas antara
10–500 ha dan difungsikan untuk kebutuhan irigasi. Waduk lapangan berasal
dari pembendungan sungai episodik dengan luas kurang dari 10 ha, dan
difungsikan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat di sekitar waduk.
Menurut Perdana (2006) berdasarkan fungsinya, waduk diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu :
1. Waduk eka guna (single purpose)
Waduk eka guna adalah waduk yang dioperasikan untuk memenuhi
satukebutuhan saja, misalnya untuk kebutuhan air irigasi, air baku atau
PLTA. Pengoperasian waduk eka guna lebih mudah dibandingkan dengan
waduk multiguna dikarenakan tidak adanya konflik kepentingan di dalam.
Pada waduk ekaguna pengoperasian yang dilakukan hanya
mempertimbangkan pemenuhan satu kebutuhan.
2. Waduk multi guna (multi purpose)
Waduk multi guna adalah waduk yang berfungsi untuk memenuhi
berbagai kebutuhan, misalnya waduk untuk memenuhi kebutuhan air,
irigasi, air baku dan PLTA. Kombinasi dari berbagai kebutuhan ini
dimaksudkan untuk dapat mengoptimalkan fungsi waduk dan meningkatkan
kelayakan pembangunan suatu waduk.
2.6. Irigasi
Irigasi adalah menyalurkan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman
ke tanah yang diolah dan mendistribusinya secara sistematis (Sosrodarsono dan
Takeda, 2003). Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan
air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi
irigasipermukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak (PP No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi).
Irigasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Irigasi teknis dan Irigasi
setengah teknis.
1) Irigasi teknis ialah sistim irigasi yang sudah mempunyai saluran permanen
dan terdapat bangunan-bangunan pembagi air yang baik sehingga air yang
masuk pada saluran dan air yangmasuk kepetak sawah dapat terukur.
2) Irigasi setengah teknis merupakan sistem irigasi yang airnya sudah dapat
di ukur tetapi banyaknya aliran tidak dapat di ukur, berarti ada bangunan
bangun tetap guna mengatur penyaluran air tetapi terdapat bangunan-
bangunan pengukur air, sehingga pembangunan air tidak dapat dilakukan
seksama. Antara (1994)
Dalam suatu daerah irigasi teknis tidak jarang pula dijumpai suatu cara
klasifikasi saluran sebagai berikut :
1. Saluran primer
2. Saluran sekunder
3. Saluran sub-sekunder
4. Saluran tersier
5. Saluran sub-tersier
6. Saluran kwarter
BAB III
METODOLOGI
∆S = Q + P – E – I – O
Keterangan:
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Data Curah Hujan Data Debit Sungai Data Klimatologi Data luas pertanian,
(Suhu, tekanan, kelembaban, jenis tanaman, dan
kecepatan angin, dan radiasi pola tanam
matahari)
Hujan Rata-rata
Wilayah Evaporasi Evapotranspirasi