Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang
dapat menstimulasi belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasana kelompok kecil akan
memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan peserta didik dengan
teman-temannya dan apa yang diajarkan peserta didik kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh
pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Tutor Sebaya. Model Pembelajaran Koperatif Tutor Sebaya
merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara peserta didik untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal dengan
menerapkan model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas, minat dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran PENJASORKES.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar PENJASORKES Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya Pada
Siswa Kelas X.6 SMA Negeri 2 Pagaralam”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut apakah dengan
menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar PENJASORKES peserta didik kelas X.6
SMA Negeri 2 Pagaralam?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar
PENJASORKES setelah diterapkannya metode pembelajaran demonstrasi peserta didik kelas X.6 SMA Negeri 2 Pagaralam.
Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi PENJASORKES.
2. Meningkatkan hasil belajar pada pelajaran PENJASORKES.
KAJIAN PUSTAKA
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2010).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai
atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Agus (2012 : 5 ) hasil belajar adalah pola – pola perbuatan, nilai – nilai, pengertian – pengertian, sikap – sikap,
apresiasi dan keterampilan. Merujuk gagne (dalam agus, 2012 :6) hasil belajar berupa :
a.) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentukbahasa, baik lisan maupun
tertulis.
b.) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan memperesentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual
terdiri dari kemampuan mengaterogasi, kemampuan analisi – sintesis, fakta – konsep, dan mengembangkan
prinsip – prinsip keilmuan.
c.) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyeluruh dan mengarahkan aktivitas kognitifnya itu sendiri. Kemampuan
ini meliputi pengguaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d.) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi,
sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e.) Sikap adalah kemampuan melakukan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek
tersebut.
Menurut Bloom ( dalam Agus, 2012 :6) hasil belajar mencakup kognitif, aktif , psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowledge ( pengetahuan, ingatan) ,
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar
yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000:5).

1
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan
mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak
bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000:5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada
prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik
dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru
mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.
Hasil Belajar
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah
laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang
akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991:768), hasil belajar adalah hasil yang
dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini hasil belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang
diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh
potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan
megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti
pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
Sejalan dengan hasil belajar, maka dapat diartikan bahwa hasil belajar PENJASORKES adalah nilai yang diperoleh
siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok
untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994: 2).
Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.
Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyaningsih (2001: 8) mengemukakan bahwa metode pembelajaran
kooperatif memusatkan aktifitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerja sama dalam proses
pembelajaran.
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran
dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah.
Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen.
Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau
kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Ada beberapa model
pembelajaran yang bisa digunakan guru, misalnya pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis
pada masalah, pembelajaran yang berbasis kompetensi, pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, belajar tuntas,
konstruktivisme dan sebagainya.
Tutor sebaya merupakan bagian dari cooperative learning atau belajar bersama, Pembelajaran kooperatif merupakan
sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta didik,
memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar belakangnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (action research), karena penelitian dilakukan untuk
memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan
bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

2
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses
penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14)
menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi
perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan
dirasa sudah cukup. Tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian
dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau
menghambat kegiatan utama.
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan
waktu, dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas
sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa
pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan
sepanjang waktu. (Arinkunto, 2002:82-83).
Setting Penelitian
Setting penelitian ini terdiri dari :
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang
diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 2 Pagaralam Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2017/2018 .
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas X.6 SMA Negeri 2 Pagaralam pada pokok bahasan model
pembelajaran kooperatif tutor sebaya
Indikator Kinerja
Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar peserta didik didalam penelitian ini 85% peserta didik yang telah
tuntas mengikuti pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui 5 tahap, yaitu, (1) tahap perencanaan, (2) tahap persiapan, dan (3) tahap
pelaksanaan, (4) tahap pengolahan data, dan (5) penyusunan Laporan. Tahap-tahap tersebut dapat dirinci seperti sebagai
berikut.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan meliputi, (1) observasi di sekolah dan diskusi dengan mitra guru,
(2) penyusunan proposal penelitian.
2. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini meliputi, (1) pembuatan RP (rencana pembelajaran), (2) pembuatan LO (lembar
observsi), (3) pembuatan soal tes formatif, (4) pembuatan rambu-rambu penilaian, (5) uji coba instrumen, dan (6)
seleksi dan revisi instrumen.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan yang banyak berhubungan dengan lapangan dan pengolahan hasil
penelitian. Tahap pelaksanaan meliputi, (1) tahap pengumpulan data dan (2) tahap pengolahan data.
4. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini meliputi, (1) penyusunan laporan penelitian dan (2) penggandaan laporan.

3
Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tutor sebaya.
2. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengolahan pembelajaran kooperatif Tutor sebaya, untuk mengamati kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran.
3. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran.
Bentuk soal yang diberikan adalah Essay.
4 Dokumentasi
Dokumentasi sebagai bukti pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tutor sebaya. Dokumentasi terdiri dari Foto – foto kegiatan pembelajaran peserta didik dan guru.
Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar
yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama
proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap
putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa
yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X 
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata
ΣX = Jumlah semua nilai siswa
ΣN = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk
pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2006 (KTSP), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai
skor 80% atau nilai 80, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya
serap lebih dari atau sama dengan 80%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai
berikut:

P
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
 Siswa
3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi pengelolaan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya. Untuk menghitung lembar observasi
pengelolaan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya rumus yang digunakan sebagai berikut:

P1  P2
X 
2
Dimana: P1 = pengamat 1
P2 = pengamat 2

4
b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut.

X
% x100% dengan
X
jumlah.hasil . pengama tan P1  P2
X  
jumlah. pengamat 2
Dimana: % = Persentase pengamatan

X = Rata-rata

X = Jumlah rata-rata

P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2
HASIL PENELITIAN
Data penelitian diperoleh dari data observasi berupa pengamatan perngelolaan metode pembelajaran kooperatif tutor
sebaya dan pengamatan aktivitas guru dan peserta didik pada setiap siklus.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan metode pembelajaran
kooperatif tutor sebaya yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif tutor sebaya
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dan data pengamatan aktivitas guru dan peserta didik.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diterapkannya metode pembelajaran
kooperatif tutor sebaya.
Hasil Penelitian
1. Siklus I
a.Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran 1, soal tes
formatif I dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan
metode pembelajaran model kooperatif tutor sebaya, dan lembar observasi aktifitas guru dan peserta didik.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada X.6 hari kamis tanggal 13 Oktober 2017 di Kelas
X 6 dengan jumlah peserta didik 25 peserta didik. Pelaksanaan metode pembelajaran model Tutor sebaya melalui tahapan
sebagai berikut : (1) Pelaksanaan pembelajaran, (2) Diskusi kelompok, (3) Tes, (4) Penghargaan kelompok, (5)
Menentukan nilai individual dan kelompok. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak
sebagai pengamat adalah seorang guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dan Wali Kelas X.6 SMA Negeri 2
Pagaralam. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Siklus II
c. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran 2, soal
tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan
metode pembelajaran model kooperatif tutor sebaya dan lembar observasi guru dan peserta didik.
d. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada hari kamis tanggal 27 Oktober 2017
di Kelas X.6 SMA Negeri 2 Pagaralam dengan jumlah peserta didik 25 peserta didik. Pelaksanan metode
pembelajaran kooperatif tutor sebaya melalui tahapan sebagai berikut; (1) Pelaksanaan pembelajaran, (2) Diskusi
kelompok, (3) Tes, (4) Penghargaan kelompok, (5) Menentukan nilai individual dan kelompok. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang guru Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dan Wali Kelas X.6 SMA Negeri 2 Pagaralam Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.

5
Pembahasan
1. Ketuntasan hasil belajar peserta didik
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Tutor sebaya memiliki dampak positif dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman peserta didik terhadap
materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari, siklus I, dan II ) yaitu masing-masing (68,00%) dan
(88,00%). Pada siklus II ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal telah tercapai. ( lihat grafik). Pada siklus II
ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal telah tercapai Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktifitas peserta didik dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan metode
pembelajaran model Tutor sebaya dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap hasil
belajar peserta didik yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata peserta didik pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan. Metode pembelajaran tutor sebaya berpengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik yang
ditandai dengan meningkatnya aktivitas dan motivasi peserta didik saat pembelajaran berlangsung sehingga berpengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik yang terus meningkat setiap siklusnya.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran dengan pemberian tugas dalam
setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap proses mengingat kembali materi pelajaran yang
telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata peserta didik pada setiap siklus yang
terus mengalami peningkatan.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan yaitu Penelitian tindakan kelas ini telah dikatakan
tuntas yang dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan pada peserta didik kelas
X.6 SMA Negeri 2 Pagaralam. Setelah diadakan penelitian persentase ketuntasan meningkat yaitu siklus I sebesar 68,00% dan
siklus II sebesar (88,00%) Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya memberikan
dampak yang positif bagi peserta didik dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik.
Saran
1. Sebaiknya guru dalam proses pembelajaran dapat memvariasikan teknik – teknik pembelajaran yang memotivasi
peserta didik belajar lebih efektif sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar.
2. Sarana pembelajaran disekolah sebaiknya lebih dilengkapi guna mendukung proses pembelajaran di sekolah sehingga
dapat mendukung peserta didik untuk belajar sesuai dengan kenyataan yang akan dihadapi yang kelak akan bermanfaat
bagi peserta didik bagi kehidupannya sehari – hari.

6
DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2012 Cooferative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yokyakarta : Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi, 2001. Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineksa Cipta.

Bridgman, P., and G. Davis. 2000 . Australia Policy Handboo. Sydney:


Allen&Unwin.

Djamarah,Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Putra.

Djamarah,Syaiful Bahri. 2002 Psikologi belajar. Rineksa Putra

Hamalik, Oemar. 2002 Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung n : Sinar Baru
Algesindo

Nur,Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya. Hal 19.

Anda mungkin juga menyukai