Anda di halaman 1dari 1

Dan dimalam yang dingin ini kembali aku merasakan gigil yang tak mampu dihangatkan oleh apapun.

Aku kira, ini karena cuaca ekstrim yang sedang terjadi diGarut, ternyata ini perihal keinginan temu
yang terus mengkerucut.

Jari jemari ini seakan tak bisa lagi menuliskan banyak cerita, bergerak diatas papan aksara, mengeja
rindu yang tak pernah ada habisnya. Rindu tentangmu, katanya. Tentang pelukan yang begitu
menghangatkan, genggaman tangan yang amat erat dikepalkan, serta sorot mata yang penuh dengan
tatapan pengharapan.

Ditubuhku, engkau masih udara yang belum dihisap nafas, desir yang belum ditangkap darah, juga
degub yang belum ditemukan jantung. Dan hanya dibibirmu tersimpan senyuman yang tak pernah
bisa aku taklukan.

Mungkin, benar katamu. Yang lebih baik darimu banyak. Tapi, apakah salah jika yang aku mau hanya
kamu ?

Aku tidak benar - benar berjalan jauh dari masalalu, aku belum sepenuhnya lepas dari itu. Aku hanya
belum siap menjalani kisah yang baru, sebab dihati ini masih diisi oleh orang yang sama dan
perasaanku masih untuk satu orang itu saja. Ya, kamu.

Bibirmu, lengkung yang menghamili pikiranku, senyum yang melahirkan bahagiaku. Penghasil tawa
yang lebih syahdu dari suara katak dipersawahan, kala malam menyelimuti pedesaan, yang sering
menggetarkan hatiku, ketika rindu itu tiba - tiba datang.

Matamu, labirin yang tak berbuntu, tempat berlindung anak - anak angsa dari kejaran pemangsa.
Jantungku menjadi lebih sering berdetak, ketika melihat bola matamu bergerak.

Keningmu, landasan terbaik dari segala kecup, taman surga bagi para dewa. Aku suka ketika kau
mengerutkannya, bingung yang manja, kesal yang jenaka.

Juga, dinding terkokoh bagi segala sujud yang kau pelihara, atas kerendahanmu sebagai manusia.

Alismu, bulu - bulu lembut milik burung nuri, yang warnanya tidak sehitam gagak.

Pelengkap bagi ruas wajah yang indahnya tak bisa dirubah. Cukup ! tak usah kau tambah dengan
polesan yang berlebihan, sebab kekagumanku tak pernah berkurang.

Rambutmu, tempat bermain yang asyik, bagi hembusan angin yang berisik.

Ya, aku suka setiap kau gibaskan itu diwajahku atau ketika kau menyelipkannya diatas telingamu.
Sengaja, atau barangkali agar aku tak lupa akan harumnya wangi rambutmu yang tak terwakili.

Dan yang terakhir; Hatimu.

Aku tak dapat menceritakan ini, tak terduga - duga, namun biarkan saja aku berdo'a agar kau
senantiasa menjaganya.

Dan singkat saja, semoga Tuhan mengizinkan kita untuk hidup pada takdir yang telah ia goreskan.

Anda mungkin juga menyukai