Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad
Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup umat manusia.
Sumber ajaran Islam yang pokok adalah al-Qur’an dan hadis. Keduanya memiliki
peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Walaupun terdapat
perbedaan dari segi penafsiran dan aplikasi, namun setidaknya ulama sepakat
bahwa keduanya harus dijadikan rujukan. Dari keduanya ajaran Islam diambil dan
dijadikan pedoman utama. Oleh karena itu, kajian-kajian terhadapnya tidak pernah
keruh bahkan terus berjalan dan berkembang seiring dengan kebutuhan umat Islam.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup wahyu
Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara Malaikat Jibril.
Tujuan utama diturunkan Al-Qur’an adalah untuk menjadikan pedoman
manusia dalam menata kehidupan supaya memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akherat. Agar tujuan itu dapat direalisasikan oleh manusia, maka Al-Qur’an datang
dengan petunjuk-petunjuk, keterangan-keterangan dan konsep-konsep, baik yang
bersifat global maupun yang bersifat terinci, yang tersurat maupun tersirat dalam
berbagai persoalan dan bidang kehidupan. Al-Quran mengandung pelajaran yang
baik untuk dijadikan penuntun pergaulan antara satu golongan manusia, antara
keluarga, antara murid dengan guru dan antara manusia dengan makhluk hidup1
Pada zaman Rasullah SAW setiap permasalahan yang muncul langsung
diselesaikan dengan bertanya kepada beliau, setelah Rasulullah SAW wafat
permasalahan tidak di pecahkan secara langsung, oleh karena itu muncul yang
namnya ijma’ dan qiyas

1
http://eprints.ums.ac.id
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Al-Quran,Hadist,Ijma’ dan Qiyas?
2. Mengapa Al-Quran,Hadist,Ijma’ dan Qiyas digunakan sebagai sumber ajaran
agama islam?
3. Fungsi Hadist, Ijma’, Qiyas, pada Al-qur’an?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Agar para pembaca mengetahui pengertian Al-Quran,Hadist,Ijma’, dan Qiyas
2. Agar para pembaca mengetahui mengapa Al-Quran,Hadist,Ijma’ dan Qiyas
digunakan sebagai sumber agama islam
3. Agar para pembaca mengetahui hubungan,Hadist,Ijma’, Qiyas terhadap Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian
A. Pengertian Al-Quran
Secara bahasa diambil dari kata : yang berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini
memiliki makna anjuran kepada umat islam untuk membaca Al-Quran. Al-Quran
juga bentuk masdar dari yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan
demikian sebab seolah-olah Al-Quran menghimpun beberapa huruf, kata, dan
kalimat secara tertib sehingga tersusun secara benar.2
Secara istilah adalah firman Allah Swt yang disampaikan malaikat jibril dengan
redaksi secara langsung dari Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan yeng
menerima adalah umat islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan3
Jenis-jenis ayat dalam Al-Quran :
1. Di turunkan di kota makkah (Makkiyah)
2. Di turunkan di kota madinah (Madaniyah)

B. Pengertian Hadist
Secara bahasa adalah baru atau kabar. Sedangkan menurut istilah adalah
sesuatu yang disandarkan kepada nabi baik berupa perkataan (qauliy),
perbuatan (fi’ly), dan ketetapan nabi (taqriry)4
Unsur-unsur yang terdapat dalam hadits yaitu Sanad (keseimbangan antar
perawi), Matan (isi materi) dan Rowi (periwayat)
Pembagian hadist :
1. Hadist Mutawir : yaitu hadits yang diriwayatkan oleh kaum dari kaum
yang lain hingga sampai Nabi Muhammad Saw
2. Hadist masyur : yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang,
kemudian tersebar luas. Dari nabi hanya diberikan oleh seorang saja atau
lebih

2
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), p.17
3
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), p.18
4
http:HADITS.pdf
3. Hadist ahad : yaitu hadits yang diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih
hingga sampai kepada nabi
4. Hadist mursal : yaitu hadist yang riwayatnya terputus ditengah-tengah
sehingga tidak sampai kepada nabi

C. Pengertian Ijma’
Secara bahasa adalah kesepakatan. Sedangkan menurut istilah dari pendapat
imam Al-ghazali adalah kesepakatan umat Nabi Muhammad Saw atas satu
perkara yang berhubungan dengan urusan agama5
Apabila dikajih lebih mendalam dan mendasar ijma’ terutama dari segi cara
melakukannya, maka terdapat dua macam ijma’ yaitu :
1. Ijam’ shoreh (jelas atau nyata) adalah apabila ijtihad terdapat beberapa
ahli ijtihad atau mujtahid menyampaikan ucapan atau perbuatan masing-
masing secara tegas dan jelas
2. Ijma’ Sukuti (diam atau tidak jelas) adalah apabila beberapa ahli ijtihad
atau sejumlah ahli mujtahid mengemukakan pendapatnya secara atau
pemikirannya secara jelas
Apabila ditinjau dari kepastian hukum tentang suatu hal, maka ijma’ dapat
digolongkan menjadi :
1. Ijma’ qathi : yaitu apabila ijma’ tersebut memiliki kepastian
hukum (tentang suatu hal)
2. Ijma’ dzanni : yaitu ijma’ yang menghasilkan hukum yang tidak
pasti6

D. Pengertian Qiyas
Secara bahasa adalah bentuk dari masdar yang berarti ukuran, mengetahui
ukuran sesuatu atau dapat diartikan yaitu mengukur sesuatu dengan sesuatu
yang lain serta juga dapat diartikan mengukur dan menyamakan dua hal, baik

5
http://pikirdandzikir.blogspot.com
6
https://irmansiswantoaceh.blogspot.com
yang kongkrit seperti benda-benda yang dapat dipegang, diukur, dan sebagainya
maupun abstrak7
Ulama’ ushul fiqih sepakat bahwa qiyas harus berpijak pada empat rukun
yaitu :
1. Pokok (ashl) yaitu sesuatu yang telah ditetapkan hukumnya oleh
nash, ini disebut dengan ashl atau maqis alaih atau musyabbah bih
yang artinya diserupai/disamai/tempat menyerupakan.
2. Cabang (furu’) yaitu sesuatu yang belum ditemukan hukumnya
secara dalam nash, ini disebut furu’ atau naqis atau musyabbah yang
artinya yang disamakan atau yang diseupakan
3. Hukum Pokok (hukum ashal) yaitu hukum yang telah disebutkan
dalam nash pada ashal, disebut dengan ashal dan dikehendaki
hukumnya cabang
4. Illat yaitu alasan hukum yang terdapat pada ashal dan dan terlihat
pada furu’

2.2 Sumber Hukum


Pengertian sumber hukum ialah segala sesuatu yang melahirkan atau
menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat,yaitu
peraturan yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata.
Sumber Hukum Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau
yang menjadi sumber syari’at islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad
(Sunnah Rasulullah SAW). Sebagian besar pendapat ulama ilmu fiqih sepakat
bahwa pada prinsipnya sumber utama hukum islam adalah Al-Qur’an dan Hadist.
Disamping itu terdapat beberapa bidang kajian yang erat berkaitan dengan sumber
hukum islam yaitu : ijma’, ijtihad, istishab, istislah, istihsun, maslahat mursalah,
qiyas, ray’yu, dan urf.8
Al-Quran dan Hadits adalah sumber hukum yang utama dari Rasullah Saw
Al-Quran adalah sebagai wahyu sedangkan Hadits adalah pelengkap dan tambahan

7
http://pikirdandzikir.blogspot.com
8
https://irmansiswantoaceh.blogspot.com
penjelasan dari Al-Quran sedangkan Ijma’ dan Qiyas datangnya dari ulama’.
Ulama’ adalah pewaris para Nabi adanya ijma’ dan qiyas dikarenakan sebab
muncul masalah-masalah baru yang masalah itu tidak ada dizaman Rasullah

2.3 Fungsi
1. Fungsi Hadist pada Al-Qur’an
Fungsi al-Hadits terhadap alQur`an yang paling pokok adalah sebagai
bayân, sebagaimana ditandaskan dalam ayat: “Keterangan-keterangan (mu`jizat)
dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan,. (Qs.16:44)”. Ayat tersebut menunjukkan bahwa Rasul SAW bertugas
memberikan penjelasan tentang kitab Allah. Penjelasan Rasul itulah yang
dikategorikan kepada alhadîts. Umat manusia tidak akan bisa memahami al-Qur`ân
tanpa melalui al-hadîts tersebut. AlQur`ân bersifat kullydan ‘am, maka yang juz’iy
dan rinci adalah alhadîts. Imam Ahmad menandaskan bahwa seseorang tidak
mungkin bisa memahami al-Qur`ân secara keseluruhan tanpa melalui al-hadîts.
Imam Al-Syatibi jugaberpendapat bahwa kita tidak akan bisa mengistinbath atau
mengambil kesimpulan dari hukum al-Qur`ân tanpa melalui al-hadîts. Dengan
demikian jelaslah fungsi al-hadîts terhadap al-Qur`ân itu cukup penting, yaitu
sebagai bayân atau penjelas.

Dalam konteks ini penulis akan memberikan contoh serta gambaran tentang
bagaimana al-hadîts menjelaskan isi al-Qur`ân:
1. Al-Qur`ân telah menghalalkan makanan yang baik-baik (Qs.5:1),
dan megharamkan yang kotorkotor (Qs.7:156); tetapi di antara keduanya
(di antara yang baikbaik dan yang kotor-kotor) itu ada terdapat beberapa
hal yang tidak jelas atau syuhbat, yang samarsamar (tidak nyata baik dan
tidak nyata buruknya). Ukuran baik dan buruk pun menurut pandangan
manusia akan berbeda. Oleh sebab itu, Rasul SAW yang menetapkan mana
yang baik dan mana yang buruk itu, dengan istilah halal dan haramnya.
Beliau mengharamkan segala hewanhewan (binatang-binatang) buas,
yang mempunyai taring, dan burung-burung yang mempunyai kuku yang
mencakar dan yang menyambar, demikian juga beliau mengharamkan
keledai jinak (bukan keledai hutan), karena semua itu termasuk binatang
yang kotor-kotor dan yang kejikeji.
2. Al-Qur`ân telah menghalalkan segala minuman yang tidak
memabukan, dan mengharamkan segala minuman yang memabukkan. Di
antara yang tidak memabukkan dan yang memabukkan ada beberapa
macam minuman, yang sebenarnya tidak memabukkan, tetapi dikuatirkan
kalau-kalau memabukkan juga, seperti tuak dari ubi, tuak kedelai, tuak
labu, atau tuak yang ditaruh dalam bejana yang dicat dengan ter dari
dalamnya (al- Muzaffat), juga yang ditaruh di dalam batang kayu yang
dilobangi (al- Naqir), dan yang serupa dengan minuman yang
memabukkan dan membawa kebinasaan. K e m u d i a n Rasulullah SAW
kembali menghalalkan segala sesuatu yang tidak memabukkan.9

2. Fungsi Ijma’ pada Al-Qur’an


Meski Al-Qur’an sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tetapi
tidak semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al-Qur’an
maupun hadist. Selain itu perbedaan keadaan saat turunya Al-Qur’an dengan
kehidupan modern. Sehingga jika terdapat masalah baru maka diperlukan aturan-
aturan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, saat itulah umat Islam memerlukan Ijma’
sebagai sumber hukum yang ketiga setelah Al-Qur’an dan hadist.

3. Fungsi Qiyas pada Al-Qur’an


Fungsi al-qiyas dalam mengungkapkan hukum dari al-Qur’an atau as-
Sunnah, dikemukakannya:

9
https://media.neliti.com/media/publications/41869-ID-fungsi-hadits-terhadap-al-quran.pdf
‫كل ما نزل بمسلم ففيه حكم الزم اوعلى سبيل الحق فيه داللة موجودة وعليه اذا كان‬

‫ واذا لم يكن فيه بعينه طلب الدال لة على سبيل الحق فيه با ال جتهاد‬:‫بعينه حكم اتباعه‬

‫واالجتهادالقياس‬.

“semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan orang islam, pasti terdapat
ketentuan hukumnya atau indikasi yang mengacu pada adanya ketentuan
hukumnya. Jika ketentuan hukum itu disebutkan maka haruslah dicari indikasi
mengacu pada ketentuan hukum tersebut dengan berijtihad. Ijtihad itu adalah al-
qiyas.”[13]
Pernyataan tersebut, menegaskan bahwa fungsi al-qiyas itu sangat penting dalam
mengungkapkan hukum dari dalilnya (al-qur’an atau as- sunnah) guna menjawab
tantangan peristiwa yang dihadapi kaum muslimin yang tidak secara tegas
disebutkan dalam al-Qur’an atau as-Sunnah. Di sini terlihat pula wawasan Imam
Syafi’i yang berjangkauan jauh ke depan, bahwa kaum muslimin di dalam
hidupnya senantiasa akan menghadapi berbagai peristiwa baru yang secara tegas
yang secara hukumnya dalam al-qur’an atau as-sunnah. Oleh Karena setiap
peristiwa tersebut tidak terlepas dari ketentuan hukum tetapi tidak dijelaskan al-
qur’an atau as-sunnah, maka harus di cari dalam al-qur’an atau as-sunnah dengan
menggunakan al-qiyas. Jadi al-qiyas dalam pandangan Imam Syafi’i berperan
besar dalam penggalian hukum bagi peristiwa baru yang dihadapi kaum muslimin.
BAB III

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai