Oleh: Nopitri Pamungkas, Pendidikan Teknik Mesin Fakultsa Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: atmospherer.07@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan peralatan praktik siswa di bengkel pengelasan SMK 1
Sedayu Bantul Yogyakarta khususnya mengenai ketersediaan, kondisi fungsional, dan pengelolaannya dalam
mendukung pelaksanaan praktik siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan survei.
Subyek penelitian adalah pengelola bengkel seperti ketua jurusan, kepala bengkel, petugas alat (toolman), dan guru
praktik pengelasan sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah peralatan praktik siswa yang ada di bengkel
pengelasan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, dokumentasi, observasi, dan wawancara. Validitas
instrumen penelitian diperoleh dari judgement ahli dan data dianalisa menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil
penelitian ini adalah: 1) Ketersediaan peralatan belum tersedia secara lengkap, skor untuk peralatan utama adalah
87,5%, sedangkan skor untuk peralatan pendukung 89%; 2) Kondisi fungsional peralatan utama (93,75%) dan
peralatan pendukung (84,21%) termasuk dalam kategori yang baik dan layak; 3) Pengelolaan peralatan praktik siswa di
bengkel pengelasan SMK 1 Sedayu secara keseluruhan termasuk kategori sangat efektif (90%).
Abstract
This study attempts to know about students’ practice equipment at SMK 1 Sedayu’s welding workshop
regarding the completeness, functionality, and management. This study is a descriptive study with survey approach.
Subjects of the study were the persons in charge at the workshop (head of the departement, head of the workshop,
toolman, and the teacher), while object of this study was the practice equipment. The data collection was done using
questionnaire, documentation, observation, and interview. The validity of the instruments was obtained from the
experts’ judgement. The data were analysed using descriptive analysis method. Results of this study are: 1) The
completeness is not 100%, the score for main equipment is 87.5% and for the supporting equipments is 89%; 2) The
functionalty of the main equipments is in good category (93,75%) as well as of the supporting equipments (84,21%); 3)
Management of the students’ practice equipments in overall can be categorized as very effective (90%).
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. untuk pelaksanaan praktik siswa, pengelolaan
Salah satu pendidikan yang memiliki peran laboratorium atau bengkel juga diperlukan.
penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya Laboratorium dan bengkel yang terdapat di
manusia adalah pendidikan kejuruan. Peraturan sekolah menengah kejuruan perlu dikelola dengan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar baik yang meliputi bagaimana sistem penataan dan
Pendidikan Nasional menjelaskan tentang Sekolah perawatannya sehingga laboratorium dan bengkel
Menengah Kejuruan secara lebih spesifik tentang dapat digunakan oleh siswa secara optimal untuk
pendidikan menengah kejuruan yang merupakan meningkatkan kualitas pembelajaran.
pendidikan pada jenjang pendidikan menengah Semakin tinggi tingkat kelayakan fasilitas
yang lebih mengutamakan tentang pengembangan bengkel, maka semakin tinggi pula prestasi praktik
kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu. (Ramadhan, 2015:135). Penelitian di salah satu
Untuk itu, pendidikan menengah kejuruan pada SMK di Kabupaten Klaten menunjukkan hasil
dasarnya bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja bahwa pengelolaan fasilitas bengkel di sekolah
yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan tersebut masih tergolong kategori cukup (Atmaja,
sikap yang sesuai dengan sifat spesialisasi 2011). SMK 1 Sedayu merupakan salah satu
kejuruan dan persyaratan dunia industri dan dunia lembaga pendidikan bidang kejuruan yang
usaha. bertujuan untuk menyiapkan lulusannya agar
Semakin tinggi tingkat kelayakan fasilitas menjadi sumber daya manusia yang siap bersaing
bengkel, maka semakin tinggi pula prestasi praktik di dunia kerja. Oleh karena itu maka SMK Negeri
(Ramadhan, 2015:135). Peraturan Menteri 1 Sedayu juga harus memperhatikan tentang
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 40 pengelolaan sarana dan prasarana yang ada di
Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana bengkel pengelasan, yang meliputi mesin peralatan
untuk Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah praktik dan bahan praktik yang digunakan
Aliyah Kejuruan pada Pasal 4 juga menyampaikan pelaksanaan praktik.
bahwa penyelenggaraan Sekolah Menengah Berdasarkan permasalahan yang telah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan wajib disebutkan di atas, dapat diidentifikasikan
menerapkan standar sarana dan prasarana Sekolah masalah-masalah seperti masih kurangnya
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan praktik
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini di beberapa sekolah kejuruan. Kelengkapan
selambat-lambatnya lima tahun setelah Peraturan fasilitas peralatan praktik akan berpengaruh
Menteri ini ditetapkan. Peraturan ini menjelaskan terhadap kualitas lulusan yang siap terjun ke dunia
bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki kerja dan pengelolaan fasilitas peralatan praktik
sarana dan prasarana yang diperlukan untuk dengan baik dapat mendukung produktivitas kerja
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan praktik dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
berkelanjutan. Berdasarkan kebijakan di atas Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk
pelaksanaan pendidikan berbasis kerja di sekolah melakukan penelitian untuk mengetahui
menengah kejuruan teknologi, seharusnya bagaimana ketersediaan peralatan praktik di
memiliki bengkel yang dilengkapi dengan fasilitas bengkel pengelasan, kondisi fungsional peralatan
peralatan, alat/perkakas, sumber belajar dan bahan praktik yang ada di bengkel pengelasan, dan
yang relevan dengan jenis kerja yang nantinya pengelolaan peralatan praktik pengelasan yang ada
akan dilakukan. Supaya siswa dapat melaksanakan di bengkel pengelasan dalam mendukung
praktik dengan baik dan optimal, selain pelaksaan praktik siswa di SMK 1 Sedayu.
ketersedian peralatan praktik yang harus memadai
Keadaan dan Pengelolaan (Nopitri Pamungkas) 87
disesuaikan arusnya terlebih dahulu oleh para Tabel 2. Hasil Observasi Ketersediaan Peralatan
penggunanya. Sedangkan untuk mesin asetilin Pendukung Bengkel Pengelasan SMK 1
Sedayu
yang berjumlah 4 buah sudah sesuai standar
karena selalu di adakan perbaikan ketika Jumlah Sesuai Standar
No Nama Peralatan
Tersedia Ya Tidak
mengalami masalah. Untuk mesin las MIG dan las 1 Meja gerinda duduk 6 √
TIG dengan jumlah masing-masing 2 buah sangat 2 Mesin gerinda tangan 6 √
sesuai dengan standar karena mesin masih dalam 3 Mesin gerinda potong 1 √
4 Mesin bor standing 1 √
kondisi baru berikut dengan peralatan 5 Mesin bor tangan 2 √
pendukungnya. Hasil observasi ketersediaan 6 Mesin bor duduk 2 √
peralatan utama di bengkel pengelasan SMK 1 7 Mesin rol pipa 1 √
8 Mesin pres hidrolik 1 √
Sedayu dapat dilihat pada Tabel 1. 9 Ragum 25 √
10 Peron landasan 6 √
11 Jangka sorong 3 √
Tabel 1. Hasil Observasi Ketersediaan Peralatan 12 Multimeter 1 √
Utama di Bengkel Pengelasan SMK 1 13 Kikir 12 √
14 Toolkit 1 √
Sedayu
15 Kunci inggris/universal 2 √
Jumlah Sesuai Standar 16 Tang kombinasi 2 √
No Nama Peralatan 17 Topeng las 22 √
Tersedia Ya Tidak
1 Mesin las listrik 12 √ 18 Topeng las otomatis 4 √
2 Mesin las asetilin 4 √ 19 Meja praktik siswa 16 √
3 Mesin las MIG 2 √
4 Mesin las TIG 2 √
Kondisi Fungsional
Hasil penelitian berdasarkan kondisi
Untuk peralatan pendukung, kelengkapan
fungsional didapatkan untuk peralatan utama skor
secara keseluruhan mendapat skor 89,47% dari
secara keseluruhan 93,75% sehingga secara
skor yang diinginkan yaitu 100% sehingga dapat
keseluruhan peralatan praktik yang tersedia
dikategorikan dalam kategori lengkap. Prosentase
termasuk dalam kategori yang baik dan layak
ketersediaan tidak mencapai skor 100% yang
digunakan. Hasil observasi kondisi fungsional
diinginkan karena dari peralatan pendukung yang
peralatan utama di bengkel pengelasan SMK 1
tidak sesuai dengan standar. Mesin bor tangan
Sedayu dapat dilihat pada Tabel 3.
tidak sesuai dengan standar dikarenakan sudah
terjadi keausan pada bagian ulir tetapi masih dapat Tabel 3. Hasil Obervasi Kondisi Fungsional
digunakan untuk mendukung kegiatan belajar Peralatan Utama Bengkel di Pengelasan
praktik siswa. Ragum yang ada di bengkel SMK 1 Sedayu
pengelasan juga banyak yang tidak sesuai dengan Jumlah Kondisi Alat
No Nama Peralatan
standar demikian juga dengan peron landasan Tersedia BK RR RB
1 Mesin las listrik 12 √
karena banyak siswa yang menggunakannya 2 Mesin las asetilin 4 √
sebagai landasan dan digunakan tidak 3 Mesin las MIG 2 √
sebagaimana mestinya. Meja kerja yang tersedia 4 Mesin las TIG 2 √
juga tidak sesuai standar karena banyak siswa Keterangan:
BK = Baik
yang asal dalam meletakan benda kerja sehingga
RR = Rusak Ringan RB = Rusak Berat
bentuknya menjadi tidak sesuai. Hasil obsevasi
ketersediaan peralatan pendukung di bengkel
Dari jumlah mesin las listrik 12 buah
pengelasan SMK 1 Sedayu tampak pada Tabel 2.
semua dalam kondisi bisa digunakan hanya ada
Keadaan dan Pengelolaan (Nopitri Pamungkas) 89
beberapa mesin las yang sudah tidak sesuai Ragum termasuk dalam kondisi yang kurang
penunjuk arusnya, namun pada prinsipnya bisa baik karena banyak siswa yang menggunakan
dan layak digunakan untuk melaksanakan proses ragum sebagai alat landasan untuk memukul benda-
belajar praktik pengelasan. Mesin las asetilin yang benda keras sehingga mengalami kerusakan,
berjumlah 4 buah semua dalam kondisi baik dan demikian juga pada saat melakukan penjepitan
siap digunakan karena dengan jumlah yang hanya banyak yang berlebihan kekuatan sehingga ragum
4 mempermudah proses pengawasan dalam mengalami tekanan berlebihan sehingga ada
penggunaan peralatan praktik. Mesin las MIG dan beberapa ulir yang mengalami sedikit keausan tapi
TIG yang masing – masing berjumlah 2 buah masih bisa untuk digunakan. Peron juga termasuk
dalam kondisi yang sangat baik karena mesin dalam kelompok yang rusak ringan karena banyak
masih dalam kondisi baru. digunakan sebagai landasan dan dipukul dengan
Untuk peralatan pendukung, data kondisi sangat keras sehingga permukaan peron
fungsional yang didapatkan berdasarkan hasil mengalami kerusakan atau lecet tetapi masih bisa
observasi mendapatkan prosentase 84,21% jadi digunakan. Meja kerja sebagian besar mengalami
secara keseluruhan kondisi fungsional peralatan kerusakan ringan karena dalam pengelasan banyak
praktik yang berada di bengkel pengelasan SMK 1 siswa yang menempelkan secara langsug benda
Sedayu termasuk dalam kategori yang baik dan kerja dengan meja kerja sehingga banyak bekas las
layak digunakan. Hasil observasi kondisional yang menempel di meja kerja. Namun secara
peralatan pendukung di bengkel pengelasan SMK keseluruhan peralatan pendukung dalam kondisi
1 Sedayu dapat dilihat pada Tabel 4. yang baik dan layak untuk digunakan untuk proses
belajar praktik siswa khususnya di bengkel
Tabel 4. Hasil Observasi Kondisi Fungsional
pengelasan SMK 1 Sedayu Bantul Yogyakarta.
Peralatan Pendukung di Bengkel
Pengelasan SMK 1 Sedayu
Pengelolaan Peralatan Praktik
Jumlah Kondisi Alat
No Nama Peralatan
Tersedia BK RR RB Data pengelolaan peralatan praktik
1 Meja gerinda duduk 6 √ didapatkan dari 11 orang responden yang meliputi
2 Mesin gerinda tangan 6 √ ketua jurusan, kepala bengkel dan guru-guru
3 Mesin gerinda potong 1 √
4 Mesin bor standing 1 √
produktif teknik pengelasan, serta teknisi.
5 Mesin bor tangan 2 √
6 Mesin bor duduk 2 √
7 Mesin rol pipa 1 √ Pengelolaan Peralatan Praktik
8 Mesin pres hidrolik 1 √
9 Ragum 25 √
Perawatan 85%
10 Peron landasan 6 √
11 Jangka sorong 3 √ Penggunaan 88%
12 Multimeter 1 √ Sistem Administrasi 89%
13 Kikir 12 √ Penyimpanan 87%
14 Toolkit 1 √
Perencanaan 97%
15 Kunci inggris/universal 2 √
16 Tang kombinasi 2 √ 75% 80% 85% 90% 95% 100%
17 Topeng las 22 √
18 Topeng las otomatis 4 √
19 Meja praktik siswa 16 √ Gambar 1. Histogram Nilai Pengelolaan Peralatan
Praktik
Keterangan:
BK = Baik Dari data yang tersaji dihasilkan rata-rata
RR = Rusak Ringan RB = Rusak Berat pengelolaan peralatan praktik secara keseluruhan
90 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume 4, Nomor 2, Tahun 2016
sebesar 90% yang termasuk dalam kategori sangat Siswa. E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin
efektif. Histogram nilai pengelolaan peralatan Volume 3, Nomor 2.
praktik dapat dilihat pada Gambar 1. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: UNY Press
Saran
Meskipun secara keseluruhan sudah baik,
perlu dilakukan peningkatan dalam pengelolaan
peralatan praktik seperti penggantian alat yang
tidak sesuai standar, perbaikan alat yang rusak,
dan mengikuti aturan keselamatan selama praktik
supaya proses praktik siswa dapat berjalan lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Nana Syaodih. (2009). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
Peraturan Menteri. (2008). Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional tentang Standar
Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK)
Peraturan Pemerintah. (2005). Peraturan
Pemerintah No. 19 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
M. Taufiq R. (2015). Pengaruh Kelayakan
Fasilitas Bengkel dan Prestasi Teori Proses
Pemesinan terhadap Prestasi Praktik Bubut