Anda di halaman 1dari 14

PENGAUDITAN 2

“TAHAP PENYELESAIAN AUDIT”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10
 NI KADEK NING INTAN LESTARI (1702622010312)
 NI PUTU GITA APRINI DEWI (1702622010325)
 NI PUTU MELYANTARI (1702622010327)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2019
A. Penyelesaian Pekerjaan Lapangan

Dalam menyelesaikan atau melengkapi pekerjaan lapangan, auditor


melaksanakan beberapa prosedur audit untuk menghimpun tambahan bahan bukti
audit. Ada lima prosedur yang dapat dilakukan oleh auditor, yaitu:
1. Melakukan penelaahan peristiwa kemudian (subsequent event review)
2. Membaca notulen rapat
3. Mengajukan pertanyaan atau melakukan konfirmasi dengan penasihat hukum
klien
4. Menghimpun surat representasi klien
5. Melaksanakan prosedur analitis komprehensif

B. Melakukan Penelaahan Peristiwa Kemudian (Subsequent Event Review)

Periode peristiwa kemudian adalah periode yang dihitung sejak tanggal neraca
sampai dengan tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan (tanggal laporan audit). Ada
dua jenis peristiwa kemudian, yaitu:

Tipe peristiwa kemudian I, meliputi peristiwa yang memberikan tambahan


bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak
terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan. Yang
memerlukan penyesuaian dan pengungkapan dalam laporan keuangan, adalah:
a. Kerugian akibat piutang tak tertagih yang disebabkan adanya pelanggan yang
mengalami kesulitan keuangan dan menuju kepailitan sesudah tanggal neraca,
merupakan indikasi keadaan yang ada pada tanggal neraca.
b. Penyelesaian tuntutan hukum baik yang dilakukan klien maupun yang ditujukan
pada klien, yang jumlahnya berbeda dengan jumlah utang atau piutang yang
dicatat, membutuhkan penyesuaian laporan keuangan jika peristiwa yang
menimbulkan tuntutan tersebut telah terjadi atau ada sebelum tanggal neraca.
c. Penghentian operasi perusahaan cabang dengan rugi terestimasi yang
diakibatkan oleh kondisi yang ada sebelum tanggal neraca.

Tipe peristiwa kemudian II, meliputi peristiwa-peristiwa yang memberikan


tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca
yang dilaporkan, tetapi kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca. Peristiwa ini
memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan, adalah:
a. Penjualan obligasi maupun penerbitan saham baru
b. Akuisisi pada perusahaan lain
c. Kerugian aktiva tetap yang disebabkan kebakaran yang terjadi setelah tanggal
neraca.
d. Business combination misalnya perusahaan klien akan merger dengan sebuah
perusahaan lain.
e. Perusahaan struktur modal
f. Pengumuman dividen saham ataupun dividen kas yang lain dari biasanya.

Prosedur audit yang dapat dilakukan auditor berkaitan dengan peristiwa


kemudian, antara lain:
a. Membaca dan menganalisis laporan keuangan interim terbaru setelah tanggal
neraca serta membandingkannya dengan laporan keuangan tahunan.
b. Mengajukan pertanyaan kepada manajer atau eksekutif perusahaan mengenai
apakah laporan keuangan interim telah disajikan dengan dasar yang sama
dengan penyusunan laporan keuangan tahunan.
c. Mengajukan pertanyaan kepada pejabat atau eksekutif yang bertanggung jawab
atas masalah keuangan dan akuntansi.
d. Membaca notulen rapat para pemegang saham, direktur, komite resmi lainnya.
e. Mengajukan pertanyaan kepada konsultan hukum klien mengenai adanya
tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.
f. Mendapatkan surat representasi dari manajer yang berwenang mengenai
peristiwa kemudian yang perlu penyesuaian dan pengungkapan, yang
bertanggal sama dengan tanggal laporan audit.
g. Mengajukan pertanyaan tambahan
h. Melaksanakan beberapa prosedur yang dipertimbangkan perlu dan semestinya
dilakukan.

Auditor dapat mengeluarkan laporan audit sebagai berikut (tergantung


materialitas peristiwa kemudian):
a. Pendapat tidak wajar apabila peristiwa kemudian sangat material.
b. Pendapat menolak memberikan pendapat.

C. Menelaah Notulen Rapat

Notulen rapat para pemegang saham, direktur, komite resmi lainnya (komite
keuangan dan komite audit), dapat berisi hal-hal yang secara signifikan berkaitan erat
dengan audit yang dilaksanakan, misalnya:
a. Otorisasi pengeluaran obligasi
b. Otorisasi pengeluaran saham baru
c. Otorisasi pembelian kembali saham sendiri
d. Otorisasi pembayaran dividen
e. Otorisasi penghentian jenis produk tertentu.

Kelima hal tersebut diatas berpengaruh pada asersi-asersi manajemen dalam


laporan keuangan. Informasi yang diperoleh dari penelaahan tersebut dapat
menyebabkan auditor:
a. Melakukan pengujian substantif tambahan
b. Meminta klien mengungkapkan peristiwa kemudian dalam laporan keuangan.
D. Mengajukan Pertanyaan atau Konfirmasi Kepada Penasihat Hukum Klien

Pengajuan pertanyaan atau konfirmasi dilakukan untuk memperoleh bukti


mengenai keberadaan tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan yang
mempengaruhi usaha dan keuangan klien dimasa datang. Kadang kejadian ekonomi
lebih mempengaruhi posisi keuangan daripada suatu transaksi kas atau transaksi
lainnya. Sebagai contoh adalah kewajiban kontinjensi.

Kontinjensi adalah keadaan, situasi, atau kondisi yang meliputi ketidakpastian


yang mungkin melibatkan keuntungan atau kerugian dimasa datang. Perlakuan
akuntansi terhadap kontinjensi kerugian dapat berupa:
a. Dicatat sebagai contingent liability (kewajiban bersyarat)
b. Diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
c. Tidak dicatat

Kontinjensi dapat timbul karena:


a. Ketidakpastian jumlah pajak terhutang
b. Pemberian garansi produk
c. Adanya tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.

E. Menghimpun Surat Representasi Klien

Auditor disyaratkan untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen


sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar pengauditan.
Auditor mengandalkan representasi klien untuk:
a. Mengkonfirmasikan pernyataan lisan yang disampaikan pada auditor
b. Mendokumentasikan ketepatan representasi yang kontinu.
c. Menurunkan kesalahpahaman mengenai representasi manajemen.

Reprensentasi klien melengkapi dan mendukung prosedur audit lainnya. Isi


representasi klien meliputi:
a. Pengakuan manajemen mengenai tanggung jawabnya untuk menyajikan laporan
keuangan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
b. Tersedianya catatan keuangan dan data yang berkaitan.
c. Kelengkapan dan tersedianya semua notulen rapat.
d. Tidak terdapat kesalahan dalam laporan keuangan dan transaksi yang tidak
tercatat.
e. Informasi mengenai transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
f. Ketidakpatuhan dengan berbagai isi perjanjian kontrak yang mungkin
berdampak pada laporan keuangan.
g. Rencana atau maksud yang mungkin akan mempengaruhi, dan lain sebagainya.

F. Melaksanakan Prosedur Analitis Komprehensif

Prosedur analitis mencakup penggunaan rasio dan teknik pembandingan


lainnya. Prosedur analitis juga digunakan dalam tahap penyelesaian audit sebagai alat
penelaahan menyeluruh atau penelaahan akhir atas laporan keuangan. Prosedur
analitis ini bertujuan untuk membantu auditor dalam mengambil kesimpulan
mengenai audit, dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan.

Prosedur analitis kemudian diterapkan pada laporan keuangan untuk


menentukan apakah ada hubungan yang tidak wajar yang masih ada. Apabila ternyata
masih ada, maka auditor perlu melaksanakan prosedur audit tambahan.

Data perusahaan dapat dibandingkan dengan:


a. Hasil perusahaan yang diharapkan misalnya seperti yang tercantum dalam
anggaran.
b. Data industri
c. Data non keuangan yang relevan seperti jumlah produksi, atau jumlah tenaga
kerja.
G. Pengevaluasian Temuan

Auditor melaksanakan pengevaluasian atas temuan dengan tujuan:


a. Untuk menentukan jenis pendapat yang akan diberikan
b. Untuk menentukan apakah standar pengauditan telah dilaksanakan dengan baik
dalam audit.

Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor melaksanakan beberapa langkah


berikut:
1. Membuat penetapan akhir mengenai materialitas dan risiko audit
2. Melakukan penelaahan teknis mengenai laporan keuangan
3. Merumuskan pendapat dan membuat draft laporan audit
4. Melakukan penelaahan akhir atas kertas kerja

H. Membuat Penetapan Akhir Mengenai Materialitas dan Risiko Audit

Tahap ini perlu dilakukan sebelum memutuskan pendapat yang akan diberikan
atas laporan keuangan klien. Titik awal proses ini adalah menjumlahkan seluruh salah
saji dalam pemeriksaan atas seluruh akun yang tidak dikoreksi oleh klien. Berkaitan
dengan hal ini, ada dua kasus yang mungkin ditemui auditor, yaitu:
a. Salah saji yang tidak atau belum dikoreksi mungkin secara individual tidak
material sehingga auditor tidak meminta pembetulan atau koreksi.
b. Klien tidak mau melakukan koreksi sesuai dengan yang diminta oleh auditor.

Langkah selanjutnya dalam proses ini adalah menentukan pengaruh jumlah


seluruh salah saji pada laba bersih dan elemen laporan keuangan lain yang terkait
dengan salah saji, seperti aktiva lancar dan utang lancar. Penentuan salah saji oleh
auditor dalam suatu akun meliputi beberapa komponen berikut:
a. Salah saji yang tidak dikoreksi yang terdeteksi melalui pengujian substantive
(known misstatement).
b. Proyeksi salah saji yang tidak dikoreksi, yang diperkirakan melalui teknik
sampling audit.
c. Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis, dan yang
dikuantifikasikan dengan prosedur audit lainnya.

I. Melakukan Penelaahan Teknis Mengenai Laporan Keuangan

Banyak Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mempunyai checklist (daftar


pengecek) rincian laporan keuangan. Daftar ini diisi oleh auditor yang melakukan
penelaahan. Daftar yang sudah lengkap, ditelaah lagi oleh manajer atau partner.
Checklist meliputi hal-hal yang berhubungan dengan bentuk dan isi setiap laporan
keuangan, dan hal-hal lain yang harus diungkapkan. Checklist yang telah lengkap,
dan temuan yang diperoleh melalui penelaahan, harus dimasukkan dalam kertas kerja.

J. Merumuskan Pendapat dan Membuat Draft Laporan Audit

Pada setiap selesai dilaksanakannya prosedur pengujian audit, staf yang


melaksanakan prosedur tersebut diharapkan meringkas temuannya. Berbagai
ringkasan temuan tersebut, kemudian digabungkan, dan dievaluasi untuk menentukan
pendapat yang diberikan atas laporan keuangan secara keseluruhan. Proses ini
biasanya dilaksanakan oleh partner. Aktivitas ini bisa juga dilakukan oleh manajer
(manajer KAP) dan ditelaah kembali oleh partner. Sebelum mencapai keputusan
pendapat yang final, auditor perlu berdiskusi dengan klien. Apabila diskusi tersebut
menghasilkan kesepakatan bersama, auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Tetapi apabila diskusi tersebut tidak dapat menghasilkan kesepakatan
bersama, auditor dapat memberikan pendapat selain pendapat wajar tanpa
pengecualian.
K. Melakukan Penelaahan Akhir Atas Kertas Kerja

Setiap kertas kerja telah ditelaah oleh supervisor. Hal ini dimaksudkan untuk
menilai kualitas pekerjaan yang dilakukan, bukti yang dihimpun, dan kesimpulan
yang ditarik oleh pembuat kertas kerja. Meskipun demikian, penelaahan tambahan
terhadap kertas kerja perlu dilakukan pada tahap akhir pekerjaan lapangan oleh
anggota tim audit. Hal ini dapat dilaksanakan oleh partner maupun manajer.

Manajer dapat melakukan penelaahan atas kertas kerja yang dibuat oleh
seorang auditor, maupun yang dibuat oleh asisten atau junior auditor yang telah
ditelaah oleh senior auditor. Partner dapat melakukan penelaahan atas kertas kerja
yang dibuat oleh manajer, penelaahan atas kertas kerja lain yang dipilih.

L. Berkomunikasi dengan Klien

Komunikasi oleh auditor dapat dilaksanakan dengan:


a. Komite audit
b. Manajemen

Komunikasi yang dapat dilakukan auditor dengan komite audit adalah


komunikasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan struktur pengendalian intern
klien, atau mengenal pelaksanaan audit. Komunikasi manajemen dapat dilaksanakan
melalui management letter (surat pernyataan manajemen).

M. Komunikasi Hal-Hal yang Berkaitan dengan Struktur Pengendalian Intern

Suatu persoalan SPI perlu dilaporkan apabila menunjukkan kekurangan yang


material dalam rancangan atau pelaksanaan SPI, yang berakibat buruk pada efektifitas
proses dan sistem akuntansi.

Auditor tidak berkewajiban untuk mencari kondisi yang dapat dilaporkan.


Tetapi, auditor mungkin menemukan kondisi yang dapat dilaporkan melalui:
a. Pertimbangannya atau pemahamannya atas unsur-unsur SPI
b. Penerapan prosedur audit terhadap saldo maupun transaksi

Komunikasi sebaiknya dilaksanakan dalam bentuk suatu laporan tertulis.


Distribusi tersebut harus dibatasi pada komite audit, manajemen, dan anggota
organisasi klien lain yang berwenang. Laporan tersebut harus:
a. Mengindikasikan kegunaan audit laporan keuangan adalah memberikan
pendapat atas laporan keuangan, bukan menyediakan mengenai struktur
pengendalian intern klien.
b. Mencakup definisi reportable condition
c. Mencakup pembatasan distribusi laporan

N. Komunikasi Mengenai Pelaksanaan Audit (Dengan Komite Audit)

Komunikasi dapat berbentuk lisan atau tertulis. Komunikasi dengan komite


audit meliputi masalah-masalah berikut:
a. Tanggung jawab auditor berdasarkan standar pengauditan yang ditetapkan
Ikatan Akuntansi Indonesia
b. Kebijakan akuntansi yang signifikan termasuk pilihan dan perubahan kebijakan
akuntansi serta metode akuntansi yang digunakan untuk transaksi yang tidak
biasa.
c. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi termasuk dasar pertimbangan
yang dilakukan, dan proses pembuatan estimasi.
d. Penyesuaian audit yang signifikan yang berdampak signifikan atas proses
pelaporan satuan usaha.
e. Ketidaksepakatan dengan manajemen
f. Konsultasi dengan akuntan lain mengenai masalah akuntansi dan pengauditan.
g. Kesulitan yang dijumpai selama pelaksanaan audit.
O. Menyusun Management Letter (Surat Pernyataan Manajemen)

Management letter berisi rekomendasi-rekomendasi yang tidak disyaratkan


untuk dikomunikasikan dengan komite audit. Rekomendasi tersebut biasanya
berkaitan erat dengan usaha peningkatan efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan
klien oleh karena itu, management letter menunjukkan pelayanan yang diberikan
auditor agar klien puas. Pelayanan ini menunjukkan adanya perhatian auditor
terhadap kesejahteraan dan masa depan klien. Management letter dapat mencakup
komentar atas:
a. Struktur pengendalian intern, yang bukan termasuk reportable condition.
b. Sumber daya manajemen seperti kas, persediaan, dan investasi
c. Masalah perpajakan.

P. Tanggung Jawab Setelah Audit

Tanggung jawab setelah audit meliputi pertimbangan:


a. Peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal laporan audit dan tanggal
dipublikasikannya laporan audit.
b. Penemuan fakta-fakta baru. Fakta-fakta baru yang ditemukan mungkin
mempengaruhi penyajian laporan keuangan yang akan berakibat menyesatkan
para pengguna laporan keuangan.
c. Penemuan adanya prosedur yang tidak dilaksanakan. Prosedur yang belum
dilaksanakan akan mempengaruhi tingkat efektivitas audit. Bila efektivitas audit
lemah ada kemungkinan auditor tidak dapat mencapai tingkat risiko deteksi
yang direncanakan.

Q. Peristiwa Kemudian yang Terjadi Antara Tanggal Laporan Audit dan


Tanggal Dipublikasikannya Laporan Audit.

Sebenarnya auditor tidak bertanggung jawab (setelah audit selesai) untuk


menemukan hal-hal yang mempengaruhi laporan keuangan auditan setelah tanggal
laporan audit. Meskipun demikian, apabila kejadian tersebut timbul, auditor perlu
mempertimbangkan apakah perlu ada pengungkapan atau penyesuaian laporan
keuangan. Bila auditor menetapkan perlunya penyesuaian laporan keuangan. Bila
auditor menetapkan perlunya penyesuaian atau pengungkapan, dan manajemen
setuju, maka auditor dapat mengeluarkan laporan audit bentuk baku. Sebagai
alternatif, auditor dapat menggunakan penanggalan ganda (dual dating).

R. Penemuan Fakta-Fakta Baru

Apabila penyelidikan auditor menunjukkan adanya fakta tersebut, dan auditor


yakin bahwa informasi tersebut penting bagi keandalan laporan keuangan, auditor
harus mengambil langkah-langkah untuk mencegah pengandalan (pemanfaatan)
dimasa datang atas laporan audit. Langkah-langkah tersebut meliputi:
a. Memberitahu (tertulis) klien bahwa laporan audit tidak dapat lagi dikaitkan
dengan laporan keuangan.
b. Memberitahu (tertulis) badan yang berwenang seperti BAPEPAM bahwa
laporan audit tidak dapat diandalkan lagi.
c. Memberitahu (tertulis) melalui badan berwenang (BAPEPAM) kepada setiap
individu yang diketahui mengandalkan laporan keuangan, bahwa laporan audit
tidak dapat diandalkan lagi.

S. Penemuan Adanya Prosedur yang Tidak Dilaksanakan

Setelah tanggal laporan audit, ada kemungkinan auditor menyimpulkan bahwa


satu atau lebih prosedur audit, yang dianggap perlu sesuai keadaan, tidak
dilaksanakan selama pelaksanaan audit. Standar pengauditan tidak mensyaratkan
auditor untuk melaksanakan penelaahan pos audit (setelah audit berakhir) atas
pekerjaan lapangan. Meskipun demikian, penemuan adanya prosedur audit yang tidak
dilaksanakan dapat diketahui melalui:
a. Pelaksanaan program pengendalian kualitas Kantor Akuntan Publik
b. Pelaksanaan peer review

Sebagai contoh, auditor tidak melaksanakan penelaahan notulen rapat dan


verifikasi kesesuaian saldo.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim dan Totok Budisantoso, AUDITING 2 Dasar-dasar Prosedur


Pengauditan Laporan Keuangan Edisi 3, UPP AMP YKPN Yogyakarta: 2004

http://www.google.com//tahappenyelesaianaudit

Anda mungkin juga menyukai