Anda di halaman 1dari 2

Indonesia merupakan negara multikultural sehingga didalamnya terdapat berbagai

macam budaya yang menyangkut nilai-nilai, sistem, kebiasaan, dan politik yang dianut
oleh masyarakatnya. Sebagai warga negara Indonesia, kita pasti hidup ditengah-tengah
masyarakat multikultural. Menurut Furnival masyarakat multikultural adalah masyarakat
yang terdiri dari dua kelompok atau lebih secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah
serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain. Pengertian lain,
masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai macam suku
bangsa dan budaya.
Faktor utama yang mendorong terbentuknya multikulturalisme adalah latar
belakang (historis), kondisi geografis, dan keterbukaan terhadap kebudayaan luar. Dalam
konteks ini, multikulturalisme masyarakat pasti memunculkan sifat-sifat tertentu dalam
kelompok masyarakat yang ada. Menurut Pierre L. Van den Berghe sifat-sifat tersebut
diantara lain dapat terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok subkebudayaan
yang berbeda satu sama lain, menciptakan struktur sosial yang terbagi dalam lembaga
yang bersifat non komplementer, kurang mengembangkan konsesus diantara anggota
terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar, integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling
ketergantungan dalam bidang ekonomi, dan yang terakhir yaitu adanya dominasi politik
oleh suatu kelompok atas kelompok lainnya.

Adanya dominasi politik yang juga di dukung oleh keterbukaan terhadap


kebudayaan luar menjadi penyebab berkembangnya radikalisme di Indonesia.
Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan
bersifat revolusioner dengan menghilangkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat
kekerasan dan aksi-aksi yang ekstrem. Di Indonesia sendiri, perkembangan radikalisme
sangat identik dengan agama khususnya agama Islam. Kelompok radikalisme yang juga
merupakan embrio lahirnya terorisme ini, mengincar masyarakat yang selalu merasa tidak
puas, mudah marah dan frustasi baik terhadap kondisi sosial maupun pemerintahan
khususnya generasi muda penerus bangsa. Hal ini dapat dibuktikan dari berbagai fakta
yang mempertontonkan kedekatan pemuda dengan budaya kekerasan. Salah satunya,
dapat dilihat dari kehadiran Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang menjadi momok
baru bagi kalangan generasi muda dengan berbagai provokasi, propaganda dan ajakan
kekerasan. Sejak kemunculannya, ISIS setidaknya telah mampu menggetarkan gairah anak
muda untuk ikut terlibat dalam gerakan politik kekerasan sebagaimana yang terjadi di Iraq
dan Suriah. Gerakan politik yang merupakan radikalisme tersebut diimplementasikan
melalui aksi-aksi terror yang menyebabkan terancamnya keamanan bangsa,
Kalangan generasi muda sangat rentan dari pengaruh ajaran sekaligus ajakan yang
disebarkan oleh kelompok radikal baik secara langsung maupun melalui media online
yang menjadi sangat populer akhir-akhir ini. Sebagai warga negara Indonesia khususnya
generasi muda, haruslah dapat membentengi diri agar tidak ikut terpengaruh ajaran dan
ajakan kelompok radikal. Salahsatu caranya ialah dengan mengenal ilmu pengetahuan
dengan baik dan benar. Memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu
umum saja, tetapi juga ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait perilaku,
sikap, dan juga keyakinannya kepada Tuhan. Kedua ilmu ini harus diperkenalkan secara
baik dan benar, dalam artian haruslah seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama.
Sedemikian sehingga dapat tercipta kerangka pemikiran yang seimbang dalam diri.
Selain dikenal, ilmu pengetahuan juga harus dipahami dengan baik dan benar. sehingga
apabila pemahaman akan ilmu pengetahuan, baik ilmu umum dan ilmu agama sudah
tercapai, maka kekokohan pemikiran yang dimiliki akan semakin kuat. Dengan demikian,
maka tidak akan mudah goyah dan terpengaruh terhadap pemahaman radikalisme.
Salah satu ilmu pengetahuan yang harus dipahami dengan baik dan benar agar
radikalisme di Indonesia dapat dicegah ialah ilmu pengetahuan mengenai pendidikan
kewarganegaraan, kebhinekaan, dan Pancasila. Seperti halnya dengan memahami
pendidikan pancasila, secara spesifik mempunyai tujuan memperkuat pancasila sebagai
falsafah dan ideologi, membangun pemahaman atas dasar nilai dari pancasila,
membentuk sikap mental untuk menenamkan nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
musyawarah dan keadilan. Dengan tertanamnya nilai-nilai tersebut di kalangan generasi
muda, akan menjadikan mereka generasi penerus bangsa yang kuat, kokoh, serta tidak
mudah dipengaruhi oleh pemahaman-pemahaman apapun, termasuk radikalisme,
sehingga nantinya, akan menciptakan terwujudnya keadilan, kemakmuran, dan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai