Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM

DI RUANG BOUGENVILLE RSUD SUNAN KALIJAGA


DEMAK

Disusun Oleh :

IRMA DWI HAPSARI

092100993

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2012/2013
LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM

A. DEFINISI

Caput succedaneum merupakan salah satu dari kejadian trauma kepala bayi, dan
berikut beberapa pengertiannya.

a. Caput succedaneum adalah pada bagian kepala terjadi oedema


sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah (Wiknjosastro, 2002
dalam Pratiwi, 2008).
b. Pembengkakan pada suatu tempat dan kepala atau adanya timbunan
getah bening bawah lapisan apenorose di luar periostium (Nurvita, 2005).
c. Caput Succedeneum adalah pembengkakan edematosa pada jaringan
subkutan jaringan fetus. Keadaan ini terjadi setelah terjadinya membrane
pecah awal pada kala satu persalinan karena tidak adanya kantong penyimpan
air yang akan menahan tekanan cervix yang berdilatasi terhadap kepala fetus
(Verralls, 2003).
d. Caput succedaneum adalah pembengkakan difus jaringan lunak
kepala, yang dapat melampaui sutura garis tengah (Saifuddin, 2006 dalam
Pratiwi, 2008).
e. Caput succedaneum: pembengkakan jaringan di atas bagian
presentasi kepala janin yang keluar, yang diakibatkan tekanan selama
persalinan (Bobak, 2004).
Jadi, Caput succedaneum adalah pembengkakan difus pada jaringan lunak karena
adanya timbunan getah bening bawah lapisan apenorose diluar periostium yang
terjadi setelah terjadinya membrane pecah awal pada kala satu persalinan karena
tidak adanya kantong penyimpan air yang akan menahan tekanan cervix yang
berdilatasi terhadap kepala fetus dan akibat tekanan selama persalinan.
B. ETIOLOGI

Menurut Moctar (1998), terjadinya caput succedaneum disebabkan karena:

a. Partus lama.
b. Partus obstruksi.
c. Pertolongan persalinan dengan vacum ekstraksi (dalam Pratiwi,
2008).
Nurvita (2005), menjelaskan bahwa caput suksedanum terjadi bila :

- Ketuban sudah pecah


- His cukup kuat, makin kuat his, makin besar caput suksedaneum
- Anak hidup, tidak terjadi pada anak yang mati.
Selalu terjadi pada bagian yang terendah dari kepala.
C. PATOFISIOLOGI

Menurut Markum (2002), kelainan ini timbul akibat tekanan yang keras
pada kepala ketika memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi
kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vasa.
Benjolan caput berisi cairan serum dan sering bercampur sedikit darah, secara
klinis benjolan ditemukan di daerah presentasi lahir, pada perabaan teraba
benjolan lunak, berbatas tidak tegas, bersifat oedem tekan. Benjolan terletak di
luar periosteum hingga dapat melampui sutura (dalam Pratiwi, 2008).
D. PATHWAY
(Nurvita, 2005)

- Persalinan dengan vacum forcep


- Partus lama
- Partus obstruksi.

Tekanan daerah kepala


sub periostal

Kerusakan jaringan sub Kerusakan


periostal integritas
jaringan

Resiko infeksi Injury Ansietas


E. MANIFESTASI KLINIS

Caput Succedeneum terjadi pada saat lahir dan terjadi pada bagian kepala yang
terletak pada kepala bagian ostium internum dengan kelainan tadi mungkin terletak
pada garis sutura. Karena Caput Succedeneum merupakan pembengkakan
edematosa, maka akan terjadi cekungan pada penekanan. Caput Succedeneum akan
hilang sempurna dalam 24-48jam (Verralls, 2003). Sedangkan, tanda dan gejala
dari Caput Succedaneum menurut Markum (2002), adalah sebagai berikut :

a. Benjolan terdapat di daerah presentasi lahir.


b. Pada perabaan teraba benjolan lunak.
c. Berbatas tidak tegas.
d. Bersifat oedema tekan.
e. Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa pengobatan
khusus (dalam Pratiwi, 2008).
F. KOMPLIKASI
Komplikasi Caput Succedaneum antara lain:
1. Infeksi
Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka.
(kosim, 2003)
2. Ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanieum dapat menyebabkan ikterus
karena inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan
bayi. (Kosim, 2003)
3. Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedanieum karena pada
benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Subjektif
a. Identitas
b. Keluhan
Benjolan di kepala bayi segera dan beberapa jam setelah lahir.
2. Objektif
a. Benjolan di kepala bayi, biasanya pada daerah tulang parietal, oksipital.
b. Berkembang secara bertahap segera setelah persalinan.(Caput
Succedaneum)
c. Pembengkakan kepala berbentuk benjolan difus.
d. Tidak berbatas tegas, melampaui batas sutura. (Caput Succedaneum)
e. Perabaan, mula-mula keras lama kelamaan lunak.
f. Pada daerah pembengkakan terdapat pitting odema.
g. Sifat timbulnya perlahan, benjolan tampak jelas setelah 6-8 jam setelah
lahir.
h. Bersifat soliter / multiple.
i. Anemi, hiperbilirubin bila gangguan meluas.
j. Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi
yang mempunyai gangguan pembekuan.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiologi : dilakukan bila ada indikasi gangguan nafas,
benjolan terlalu besar.
b. Pemeriksaan Laboratorium untuk menilai kadar hematokrit, hemoglobin,
bilirubin, dan faktor pembekuan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jaringan perinatal.
2. Ansietas (anak dengan orang tua) berhubungan dengan ketidak tahuan status
kesehatan anak.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.

C. INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jaringan perinatal.
Tujuan:
Bayi akan menunjukkan berkurangnya rasa ketidaknyamanan
Kriteria Hasil :
a. Anak tidak terus menangis.
b. Anak memperhatikan tanda – tanda vital dalam batas normal
Rencana Tindakan
1. Kaji ekspresi anak (diam, rewel, menangis terus-menerus,dll)
Rasional : Memberikan data dasar untuk menentukan dan
mengevaluasi intervensi yang diberikan
2. Kurangi jumlah cahaya lampu, kebisingan, dan berbagai stimulus
lingkungan
Rasional : Stimulus demikian dapat mengganggu anak yang
mengalami cedera. Karena dapat meningkatkan tekanan intrkranial.
3. Kaji tanda – tanda vital, catat peningkatan frekuensi nadi,
peningkatan atau penurunan nafas, dan diforesis.
Rasional : Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan atau penurunan
frekuensi pernapasan, atau diforesis menunjukkan ketidaknyamanan.
4. Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri
Rasional : Mengurangi nyeri dan spasme otot
2. Ansietas (anak dengan orang tua) berhubungan dengan ketidak tahuan status
kesehatan anak
Tujuan:
Anak dan Orang tua akan menunjukkan kecemasan berkurang.
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan pengurangan rasa agitasi
b. Mengajukan pertanyaan yang tepat sehubungan dengan penyakit dan
penanganannya
Rencana Tindakan
1. Jelaskan pada anak dan orang tua tentang tujuan semua tindakan
keperawatan yang dilakukan dan bagaimana tindakan dilakukan
Rasional :
a. Dengan menegetahui apa yang akan dilakukan sebelum
melaksanakan prosedur dan mengapa prosedur tersebut dilakukan
membantu mengurangui kecemasan.
b. Dengan mengijinkan orang tua untuk menemani anak memberi
dukungan emosional pada anak dan mengurangi kecemasan pada
anak.
2. Ijinkan orang tua tetap menemani anak, bergantung pada keadaan
anak.
Rasional : Kecemasan orang tua akan berkurang dengan mengijinkan
mereka memantau dan berpartisipasi dalam perawatan anak.
3. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien
membuat keputusan atau pilihan sesuai realita
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi
Tujuan :
Anak akan menunjukkan tidak adanya tanda atau gejala infeksi.
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh kurang dari 37oC
b. Tidak ada drainase dari luka (cephal hematom)
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
d. Sel darh putih dalam batas normal sesuai dengan usia.
Rencana Tindakan
1. Kaji keadaan indurasi pada anak
Rasional : Mengidentifikasi adanya infeksi secara dini.
2. Pantau suhu suhu anak setiap 4 jamKaji tanda dan gejala meningitis,
termasuk kakuk kuduk, peka rangsang, nrei kepala, demam, muntah,
dan kejang–kejang.
Rasional : Hipertermi merupakan suatu tanda infeksi.Meningitis
merupakn komplikasi yang mengkin terjadi padasetiap kejadian cephal
hematom walaupun jarang.
3. Ganti balutan indurasi(jika ada) dan gunakan teknik sterilisasi.
Rasional : Teknik steril akan membantu mencegah masuknya bakteri
kedalam luka dan mengurangi infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Nurvita, Yuli dan Mikhrofatul R. 2005. “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Kasus Trauma Kelahiran..” Makalah. Lamongan: Akademi Keperawatan.
Speer, Kathleen Morgan.2007.Rencana keperawatan. Jakarta: Salemba Medika .

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, (Online) http://www.qirtin.com/pengertian-caput-
succedaneum-dan-cephalhematoma/#ixzz1qtIbyfoZ. Diakses 2 April 2012

Pratiwi, Novilia Dihan. 2008. “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny X dengan Caput
Succedaneum Post Vacum Ekstraksi Di Ruang Catleya Bayi Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: Akademi Kebidanan, Kusuma
Husada.

Verralls, Sylvia. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan; Alih
bahasa, Hartono, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan: Fisiologi dan Patologi
Persalinan

Editor Dr. Mohammad Hakimi, Ph. D. Jakarta: Yayasan Essentia Medika.

Bobak, Lowdermik Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4; Alih
Bahasa,

Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah; Editor Renata Komalasari Pengarang.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai