Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULAN
Masyarakat Madani adalah tatanan masyarakat sipil yang mandiri dan demokratis,
masyarkat madani lahir dari proses penyemaian demokrasi, yang hubunganya diibaratkan
dengan ikan dan air. Didalam makalah ini saya akan membahas mengenai masyarakat madani
yang biasa dikenal dengan istilah masyarakat sipil (civil society), mulai dari pengertian,
sejarah pemikiran, karagter, dll.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat memahami apa itu masyarakat
madani serta sejarah lahirnya masyarakat madani di indonesia, dan bagaimana posisi
masyarakat madani di indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep
civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah orang
Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat politiknya.
Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil
society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga
orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian
kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja.
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan di
atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di luar
menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil society lalu membandingkannya dengan tatanan
masyarakat Madinah yang dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di
masyarakat Muslim modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara
keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans;
gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai
moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani
lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan
masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas
landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah.
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau
sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia
berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat
militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan untuk
menjelaskan “the sphere of voluntary activity which takes place outside of government and
the market.” Merujuk pada Bahmueller (1997).
2
2.2 Pengertian Masyarakat Madani
Sejarah masyarakat madani atau masyarakat sipil lahir pertama kalinya dalam
perjalanan politik masyarakat sipil di barat. Istilah masyarakat sipil luas dengan istiliah Civil
Society. Yang didefenisikan oleh para ahli bahwasanya karagter dari masyarakat sipil sebagai
komonitas sosial dan politik pada umumnya memiliki peran dan fungsi yang berbeda dengan
lembaga negara.
Sejalan dengan iitu, Azyumardi Azra juga mengemukakan bahwa masyarakat madani
lebih dari sekedar gerakan prodemokrasi yang mengacu pada pembentukan masyarakat
bekwalitas dan ber-tamaddun (Civility). Menurut tokoh cendikiawan muslim indonesia
Norcholish Madjid istilah masyarakat madani mengandung makna toleransi kesediaan priadi
untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan tingkah laku sosial.
Sejarah Civil Society Tidak terlepas dari filsuf yunani Aris Toteles (384-322 SM) yang
mengandung konsep Civil Society sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu
sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society dikenal dengan Istilah Koinonia Politeke
yaitu sebuah koonitas politik tempat warga negara dapat terlibat lansung dalam peraturan
ekonomi-politik dalam mengambil keputusan. Istilah Koinonia Politeke dikeukakan Aris
Toteles untuk menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis dimana warga negara
didalamnya berkedudukan sama didepan hukum. Yang kemudian mengalami perubahan
dengan pengertain Civil Society yaitu masyarakat sipil diluar dan penyeimbang warga
negara.
3
Seorang negarawan Romawi bernama Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) memiliki
pandangan yang berbeda dengan Aris Toteles. Ia mengistilahkan Masyarakat Sipil dengan
societies cvilies yaitu sebuah komonitas yang mendominasi komonitas yang lain dengan
radisi politik kota sebagai komponen utamanya. Istilah ini lebih menekankan pada konsep
negara kota (City-state) yaitu menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainya
yang menjelma menjadi entitas dan teorganisir.
Namun Menurut Jhon Locke, Kehadiran civil society untuk melindungi kebebasan
dan hak milik warga negara. Mengingat sifatnya seperti itu civil society tidak absolut dan
tidak membatasi perananya pada wilayah yang tidak dapat dikelola warga negara untuk
memperoleh haknya secara adil dan profesional.
Pada 29 januari 1737- 8 juni 1809 aktivis politik asal Inggris-Amerika yang bernama
Thomas Paine civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan lembaga negara bahkan ia
dianggap sebagai antitetis negara. Berdasarkan paradigma ini peran negara sudah saatnya
untuk dibatasi. menurut paradigma ini negara tidak lain hanyalah keniscayaan buruk belaka.
Konsep negara yang absah menurut pemikiran ini adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan
yang diberikan oleh masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bersama. Dengan demikian
menurutnya civil society adalah ruang dimana warga negara dapat mengembangkan
kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentinganya secara bebas dan tanpa
paksaan.
Kemudian pada tahun 1770-1831 G.W.F. Hegel, Karl Max (1818-1883), dan Antonio
Gramsci (1891-1837) mengembangkan Istilah civil society ialah elemen ideologis keelas
dominan. Pemahaman ini merupakan reaksi atas pandangan paine yang memisahkan civil
society dari negara. Berbeda dengan pandangan paine, Hegel Memandang civil society
sebagai kelompok subordinatif terhadap negara. Menurut Ryaas Rasyid seorang pakar politik
indonesia, menurutnya pandangan ini erat kaitanya dengan perkembangan sosial masyarakat
borjuasi eropa yang ditandai dengan pelepasan diri dari cengkraman dominasi negara.
4
Selanjutnya hegel menjelaskan bahwa struktur sosial civil society terdaat tiga entitas
sosial : keluarga, masyarakat sipil, dan negara. Keluarga merupakan ruang sosialisasi pribadi
anggota masyarakat yang bercirikan keharmonisan. Sedangkan masyarakat sipil merupakan
tempat berlansungya percaturan sebagai kepentingan pribadi dan golongan terutama
kepentingan ekonomi. Menurutnya negara merupaka ide universa yang bertugas melindungi
kepentingan politik warganya dan mempunyai hak penuh untuk intervensi terhadap civil
society.
Berbeda dengan hegel, karl max memandang civil society sebagai masyarakat borjuis.
Dalam konteks hubungan produksi kapitalis. Keberadaan civil society merupakan kendala
besar bagi upaya pembebasan manusia dari penindasan kelas pemiik modal. Oleh karena itu
civil society harus dilenyapkan demi terwujudnya tatanan masyarakat tanpa kelas.
Berbeda dengan max. Antonio Gramsci tidak memandang masyarakat sipil dalam
konteks relasi produksi tetapi lebih pada sisi idiologis. Gramsci meletakan masyaraakat
madani pada struktur berdampingan degan negara yang disebut sebagai Political society.
Menurutnya civil society merupakan tempat perebutan posisi hegemoni untuk membentuk
konsensus dalam masyarakat. Ia memberiakan pandangan penting kepada kaum cendikiawan
sebagai aktor dalam proses utama perubahan sosial dan politik.
Dari sekian banyak pandangan mengenai civil society, Mazhab Gramscian dan
Tocquevillian telah menjadi inspirasi gerakan prodemokrasi di eropa timur dan eropa tengah
pada dasawarsa 80-an. Pengalaman kawasan ini hidup dibawah dominasi negara terbukti
telah melumpuhkan kehidupan masyarakat sipil.
Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab pemikiran civil society
tocquelville juga dikembangkan oleh cendikiawan muslim indonesia Dawam Rahardjo
dengan konsep masyarakat madaninya, rahardjo mengilustrasikan bahwa peranan pasar
sangat menenukan unsur-unsur dalam masyarakat madani sedangkan menurut Wutnow dalam
hubungan anrata unsur-unsur pokok masyarakat madani faktor Valuntary sangat menentukan
pola interaksi antara negara dan pasar.
5
Didalam tatanan pemerintahan yang demokratis komponen rakyat disebut masyarakat
madani (Civil Society) yang harus memperoleh peranan utama. Dalam sistem demokrasi
kekuasaan tidak hanya ditangan penguasa melainkan ditangan rakyat. Jadi peran sektor
swasta sangat mendukung terciptanya proses keseimbangan kekuasaan dalam koridor
pemerintahan yang baik, seketika peran swasta bisa berada diatas ini terjadi jika pembuatan
kebijakan publik berkolusi dan tergoda untuk memberikan akses yang longgar pada
konglomerat ataupun usahawan.
2. Demokrasi
Demokrasi adalah persyaratan mutlak lainya bagi keberadaan civil society yang
murni. Tanpa demokrasi, masyarakat sipil tidak akan terwujud yang mana demokrasi adalah
suatu tatanan politik sosial yang bersumber dan dilakukan, oleh, dari, dan untuk warga negara
3. Toleransi
4. Kemajemukan
Disebut juga pluralisme yang tidak hanya dipahami seagai sebatas sikap harus mengakui
dan memahami kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai dengan sikap ttulus
untuk menerima kenyataan pandangan sebagai suatu yang alamiah dan rahmat tuhan yang
bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.
5. Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang propersional atas
hak dan kewajiban warga negara yang mencakup segala aspek kehidupan ekonomi, politik,
6
pengetahuan, dan pelengkapan. Dengan pengertian lain keadilan sosial adalah hilangnya
monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau
golongan tertentu.
Indonesia memiliki tradisi kuat civil society, jauh sebelum bangsa indonesia berdiri,
masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial
keagamaan dan penggerakan nasional dalam merebut kemerdekaan. Selain berperan sebagai
organisasi peejuang penegak HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Organisasi
berbasis islam seperti syariakat islam (SI), Nahdatul Ulama (NU), dan muhammdadiyah telah
menunjukan kiprahnya sebagai komponen civil society yang penting dalam perkembangan
masyarakata sipil indonesia.
1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Menyatakan bahwa sistem demokrasi tidak
mungkin berlansung dalam kenyataan hidup sehari-hari dalam masyarakat sebelum
memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Bagi pengikut pandangan ini
praktik demokrasi ala barat hanya akan berakibat konflik antara sesama warga bangsa.
2. Pandangan Reformasi Sistem Politik Demokrasi merupakan pandangan yang
menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu bergantung pada
kepentingan ekonomi. Pembangunan institusi demokratis lebih diutamakan oleh
warga negara dibanding pembangunan ekonomi.
3. Paradigma pembangunan masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan
demokrasi. Ini merupakan alternatif diantara dua pandangan yang pertama yang
dianggap gagal dalam pembangunan demokrasi. Pandangan ini lebih menekankan
proses pendidikan dan penyadaran poitik warga negara, khusus kalangan kelas
menengah. Hal itu mengingatkan demokrasi membutuhkan topangan kultural sselain
mendukung struktural.
7
Menurut Rahardjo masyarakat madani indonesia masih merupakan sisitem-siste yang
dihasilkan oleh sister politik represif. Ciri kritisnya lebih menonjol dibandingkan ciri
struktifnya. Menurutnya lebih banyak melakukan protes daripada mengajukan solus, lebih
banyak menuntut daripada memberi sumbangan terhadap pemecahan masalah.
Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara
memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga negara berhak melakukan
kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta
memublikasikan pendapat, berserikat, berkumpul serta memublikasikan informasi kepada
publik.
b. Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik rasional
masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi., dalam kerangka ini
hanya negara demokratis yang mampu menjamin masyarakat madani.
c. Toleransi
d. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap tulus bahwa
masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan merupakan rahmat tuhan.
8
e. Keadilan Sosial (Social justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang proporsional antara hak
dan kewajiban setiap warga dan negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
f. Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang baik
bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat terjadi apabila
tersedia iklim yang memunkinkan otonomi individu terjaga.
g. Supermasi hukum
9
2.7 Proses Demokratis Menuju Masyarakt Madani
Proses menuju masyarakat madani pada dasarnya tidaklah mudah, harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi yang tercermin antara lain dari
kemampuan tenaga-tenaga profesionalnya untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok sendiri (mampu mengatasi
ketergantungan) agar tidak menimbulkan kerawanan, terutama bidang ekonomi .
3. Semakin mantap mengandalkan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri (berbasis
kerakyatan) yang berarti ketergantungan kepada sumber pembangunan dari luar
negeri semakin kecil atau tidak ada sama sekali.
4. Secara umum telah memiliki kemampuan ekonomi, sistem politik, sosial budaya
dan pertahanan keamanan yang dinamis, tangguh serta berwawasan global.
Dalam rangka menuju masyarakat madani (civil society), melalui beberapa proses dan
tahapan-tahapan yang konkret dan terencana dengan matang, serta adanya upaya untuk
mewujudkan dengan sungguh-sungguh. Langkah pertama yang perlu diwujudkan adalah
adanya pemerintahan yang baik (good governance). Pemerintahan yang baik dalam rangka
menuju kepada masyarakat madani adalah berorientasi kepada dua hal, sebagai berikut :
1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional, yaitu
mengacu pada demokratisasi dengan elemen: legitimasi, akuntabilitas, otonomi,
devolusi (pendelegasian wewenang) kekuasaan kepada daerah, dan adanya
mekanisme kontrol oleh masyarakat.
10
2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien
melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. Hal ini tergantung pada sejauh mana
pemerintah memiliki kompetensi, struktur dan mekanisme politik serta administrasi
yang berfungsi secara efektif dan efisien.
Dalam kehidupan demokrasi, agar masyarakat dapat hidup secara madani harus
mempunyai tiga syarat, yaitu sebagai berikut :
Ketiga hal tersebut merupakan sarana untuk mewujudkan kehidupan yang demokratis,
yaitu kehidupan yang dalam pemerintahannya bersumber dari, oleh, dan untuk rakyat itu
sendiri.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat akan
berupa pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-undang dan
bukan nafsu atau keinginan individu.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi
manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri
manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin
besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka akan
semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang
kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh
karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-
latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.
12